TINJAUAN KEPUSTAKAN
II.1.2.1 Pendekatan Evaluasi
Menurut william N Dun (2003;611-612), evaluasi kebijakan merupakan dua aspek yang sangat berhubungan; penggunaan berbagai macam metode untuk memantau hasil kebijakan publik dan program dan aplikasi serangkaian nilai untuk kegunaan hasil terhadap beberapa orang.Dun menjelaskan terdapat tiga pendekatan evaluasi, antara lain :
1. Evaluasi Semu (prosudeo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utamanya adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang datat terbukti sendiri tanpa adanya kontraversial.
8
lihat keterangan lengkap dalam pendapat Edward A. Schuman, dalam buku Riant Nugroho Edisi 5, hal 342.
21 2. Evaluasi formal (formal Evaluation) merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya megenai hasil kebijakan, tetapi mengevaluasi hasil tersebut atau dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utamanya adalah tujuan dan target diumumkan secara formal merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.
3. Evaluasi keputusan teoritis (decicion theorytic evaluation) merupakan pendekatan yang mengunaan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai pelaku kebijakan. Pendekatan pokok evaluasi ini yakni evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan, baik yang tersembunyi maupun yang dinyatakan.
Tabel 1
Pendekatan Evaluasi (Dun, 2003;12)
Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-Bentuk Utama
Evaluasi Semu
Menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan.
Ukuran, manfaat, atau nilai akan terbukti dengan sendirinya atau tidak kontroversial  Eksperimental sosial  Akuntansi sistem sosial  Pemeriksaan sosial  Sisteis riset dan
praktik Evaluasi Formal Menggunakan metode deskriftif untuk megnhasilkan informasi yang vald dan dapat dipercaya mengenai
Tujuan dan sasaran dari pengambilan kebijakan dan administrator yang secara resmi  Evaluasi perkembangan  Evaluasi eksperimental  Evaluasi proses
22
Lanjutan Tabel 1.
hasil kebijakan secara formal diumumkan sebagai tujuan program kebijakan.
diumumkan merupakan
pengukuran yang tepat dari manfaat atau nilai retrospective  Evaluasi hasil ertrospective Evaluasi keputusan teoritis Menggunakan metode deskriftif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai pelaku kebijakan.
Tujuan dan sasaran dari berbagai
pelaku yang
diumumkan secara formal atau diam-diam merupakan ukuran yang tepat dari manfaat atau nilai.  Penilaian tentang dapat tidaknya evaluasi  Analisis utulitas multiatribut.
Kemudian evaluasi dalam konteks manajemen organisasi, Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan dan kenyataan”. Hal yang sangat dipentingkan dalam semua kegiatan evaluasi adalah kesempurnaan dan keakuratan data. Evaluasi pada dasarnya merupakan kajian mencari faktor-faktor penyebab timbulnya permasalahan, bukan hanya sekedar gejala yang tampak dalam permukaan. Karena itu evaluasi merupakan kegiatan diagnostik, menjelaskan interpretasi hasil analisis data dan kesimpulan.
Selanjutnya sebagai indikator organisasi berkinerja tinggi dapat diukur dari hasil kerja organisasi (kinerja) organisasi itu sendiri. Bila hasil evaluasi ternyata menunjukkan kinerja yang tinggi berarti organisasi tersebut telah berhasil melakukan perubahan menjadi organisasi berkinerja tinggi, demikian juga sebaliknya. Bila organisasi tidak berhasil melakukan perubaha-perubahan lebih baik menjadi organisasi yang berkinerja tinggi maka organisasi tersebut telah gagal menjalankan perannnya. Apabila hasil evaluasi menyatakan organisasi telah gagal menjalankan perannya maka perlu dibangun sistem yang baru.
23 II.1.3. Evaluasi Kinerja Organisasi
EvaluasiKinerja adalah salah satu fungsi utama dalam Sistem Manajemen. Evaluasi ini berkaitan dengan Performa Individu dan Manajemen (Tim) untuk menuju Pengembangan Karir dan Pertumbuhan Organisasi. Evaluasi Kinerja terkait dengan Productivity, Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, Environment. Evaluasi Kinerja bertujuan untuk peningkatan Pembelajaran dan Pertumbuhan Organisasi yang sangat bergantung pada Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Handal.
Proses evaluasi terhadap kinerja organisasi ini penting dilakukan, karena tanpa evaluasi tidak akan diketahui sampai sejauhmana organisasi tersebut telah efektif melakukan perubahan menuju organisasi berkinerja tinggi. Dari hasil evaluasi bisa diketahui apa kekurangan dalam mewujudkan organisasi berkinerja tinggi dan kemudian dapat dilakukan langkah-langkah penelitian untuk memperbaiki kondisi yang ada.
Mengingat pentingnya evaluasi kinerja organisasi untuk mengetahui tingkat perubahan dalam mewujudkan organisasi berkinerja tinggi, maka pertanyaan yang muncul adalah indikator apa saja yang pertu diukur sehingga evaluasi yang dilakukan dapat memberi informasi keadaan yang sebenarnya dari tingkat kinerja yang ada?
Berikut akan dijelaskan beberapa indikator yang dipaparkan peneliti untuk mengevaluasi kinerja organisasi. Model indikator berikut ini telah sering dilakukan oleh para evaluator organisasai untuk melakukan evaluasi kinerja. untuk mengevaluasi kinerja organisasi bisa dilakukan dengan indikator-indikator sebagai berikut :
24 Tabel 2
Indikator Evaluasi Kinerja Organisasi
Indikator Penjelasan
Visi dan misi Apakah visi misi telah tercapai sesuai dengan tingkat pencapaiannya?
Pemberdayaan pegawai sampai sejauh mana pegawai diberdayakan dalam rangka proses pencapaian visi dan misi, motivasi dilakukan terhadap individu-individu di dalam organisasi?
Fleksibel sejauhmana organisasi menyesuaikan dengan perubahan dan sejauhmana pula learning organization/penciptaan iklim belajar terus menerus dilakukan?
berkomunikasi dengan
stakeholders/pihak terkait dengan kinerja organisasi
sejauh mana organisasi/individu organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat/ pelanngan?
Fokus pada penetapan hasil sampai sejauh mana pengukuran kinerja dilakukan dalam mencapai visi dan misi? Berkompetisi sejauh mana pemupukan semangat berusaha
dilakukan, ketangguhan pegawai menghadapi masalah dan semangat pegawai yang senantiasa berusaha dan tidak mudah menyerah?
Sumber : Diklat Teknis Evaluasi Kinerja Organisasi LAN 2012
Melalui evaluasi dapat dilihat realitas pelaksanaan program maupun peranan organisasi dalam melaksanakan kebijakan. Dari evaluasi, evaluator dapat mengidentifkasi masalah, kondisi dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan. Dari hasil identivikasi nantinya akan mampu mendorong umpan balik untuk kelangsungan organisasi kedepannya.
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun para pelaku lainnya sesuai standar dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun pembuat kebijakan. Melakukan evaluasi dapat diketahui apakah output maupun outcome benar-benar sampai ke kelompok sasaran.
25 II.1.4. Agama.
Agama yang berbeda-beda dan dianut secara berbeda-beda pula oleh orang beragama merupakan obyek penelitan ilmu agama. Ilmu agama melakukan penelitian terhadap agama-agama yang ada tanpa membeda-bedakan mana yang “benar” dan “palsu”.
a. Pengertian Agama
Secara etimologi kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaki pemisahan dari dua kata “a” artinya tidak dan “gama” artinya kacau berarti agama itu artinya “tidak kacau”. Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari kata religare yang arti dasarnya ialah “keterikatan” maksudnya ialah setiap orang yang menganut agama dengan sungguh tentulah terikat pada agama yang dianutnya. Agama dalam bahasa Semit yaitu Din, yakni Undang-Undang atau Hukum, karena setiap agama itu memiliki undang-undang dan hukum, tetapi bukanlah mutlak hanya agama yang memiliki undang-undang atau hukum.
Dari ketiga istilah tersebut, maka dapat ditarik pengertian bahwa agama adalah hal yang mengikat pengikutnya secara langsung atau tidak langsung kepada undang-undang atau hukum yang berlaku dalam ajaran agama tersebut sehingga kehidupan diharapkan tidak kacau balau.
Defenisi lain dari agama adalah kepercayaan yang dipersatukan dan disertai takut yang sungguh-sungguh kepada Allah, takut disini bukan berarti lari atau tidak berani, melainkan rasa hormat dan taat, kepada Allah, serta tidak melanggar ajaran-ajaran-Nya.
26 Memang sejatinya pengertian agama tidak bisa dikaji dengan defenisi yang amat lengkap, dimana defenisi agama itu tidak bisa diterima oleh semua orang, selalu ada perdebatan mengenai pengertian agama. Untuk itu perlu pendekatan lain untuk menyamakan persepsi tentang agama, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan unsur. Dimana agama memiliki unsur-unsur tertentu yang semua unsur tersebut bisa diterima oleh semua orang. unsur-unsur utama yang pada dasarnya dimiliki oleh agama ialah ;
1. Ada oknum yang disembah ; kadang kala oknum ini disembah sebagai yang ilahi, yang berbeda jauh diluar manusia, yang kudus, yang memiliki kekuatan gaib atau misterius, dewa atau dewi, ataupun Allah.
2. Adanya pengakuan, keyakinan dan kepercayaan ; adanya kekuatan gaib yang misterius yang jauh diluar dari manusia, apakah kekuatan itu berbentuk oknum atau tidak, tetapi diresponi manusia dengan kenyataan, rasa hormat dan takut bahkan dengan rasa ketergantungan kepadanya. Manusia itu mempercayai bahwa keberuntungan hidupnya dalam dunia ini, bahkan di alam baka, tergantung pada hubungan yang harmonis dengan kekuatan gaib tersebut. Bila hubungan harmonis itu tidak tercapai, maka yang terjadi adalah malapetaka dalam hidupnya.
3. Adanya pemujaan atau penyembahan : pemujaan berarti pengalaman religious yang berbentuk pertemuan antara sipenganut agama dengan yang disembah. Hal ini dilakukan dalam
tempat-27 tempat tertentu yang dianggap mempunyai kaitan erat dengan kekuatan misterius dari yang disembah.
4. Adanya realisasi moralitas : maksudnya dalam bentuk usaha untuk menaati aturan-aturan agama yang dianut, manusia diharapkan mampu mengendalikan tingkah laku sehari-hari sesuai dengan ajaran yang dikehendaki oleh agama tersebut.
Implikasi unsur-unsur agama diatas amatlah penting bagi Indonesia, dimana masyarakat Indonesia berlandaskan pancasila. Dalam masyarakat ini, gejala agama merupakan gejala yang amat penting. Kepercayaan warga negara terhadap Tuhan telah memiliki unsur dasar yang tidak bisa disangkal bahwa Indonesia memiliki kekhasan yang membuatnya berbeda satu dengan yang lainnya.
b. Hakekat Agama
Setiap ajaran agama mengandung ajaran keimanan atau kaidah-kaidah azasi yang dipercayai kebenarannya secara mutlak yang dari padanya dijabarkan dalam sistem nilai dan norma hidup bermayarakat, segenap pola sikap dan tingkah laku pribadi. Tuhan Yang Maha Esa (YME) menyatakan kehendak-Nya melalui ajaran agama guna menjadi pegangan umat manusia dalam hidupnya. Ajaran agama memberi pedoman mengenai hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan bertanah air yang keseluruhannya itu merupakan ibadah.
28 Tuhan Yang Maha Esa menghendaki terjadinya kerukunan diantara sesama umat manusia, tidak menghendaki adanya pertentangan dan permusuhan, melainkan persatuan, persaudaraan dan perdamaian. Umat manusia dengan berbagai agama yang dianutnya adalah mahluk ciptaan Tuhan YME. Dan dengan jalan kebasan manusia dapat memilih jalan yang hendak dipergunakan dalam menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Agama memberikan nilai-nilai moral dan kaidah-kaidah sosial untuk mengendalikan tingkah laku dalam bermayarakat agar terwujud kedamaian dan tata tertib dalam pergaulan hidup bangsa dan umat manusia. Ajaran agama menyatakan supaya menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda karena berdasarkan kitab suci agama masing-masing semua menyembah Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinannya masing-masing.
Hakekat agama ialah wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang dituangkan dalam kitab suci/ajaran agama yang berisikan pokok-pokok iman dan hukum-hukum Tuhan Yang Maha Esa yang antara lain mengatur hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa serta hubungan manusia dengan sesama. Agama mengajarkan kebaikan, kerukunan, dan sejahtera secara spiritual dan material. Tidak ada satu agama pun yang menghendaki supaya agama yang berbeda binasa dan sensara, atau menghendaki manusia lain susah dan memderita.
c. Agama-Agama di Indonesia
Secara resmi ada 6 (enam) agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Khatolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Sehubungan dengan keberadaan keenam agama formal di Indonesia terbentuklah sedikitnya enam
29 kelompok besar agama atau organisasi yang berbasis keagamaan di indonesia yaitu :
1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
2. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) 3. Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) 4. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) 5. Perwalian Umat Budha di indonesia (WALUBI)
6. Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (MATAKIN)
lembaga agama inilah yang mengatur kehidupan manusia dalam kaitanya dengan keagamaan masing-masing untuk meningkatkan kualitas hidup keagamaan setiap umat beragma.