EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA (FKUB) PROVINSI SUMATERA UTARA
DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
Oleh:
SABAM SYAHPUTRA MANURUNG
110903109
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
i Abstrak
EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)
PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama : Sabam Syahputra Manurung
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : ISIP USU
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA.
Ironi agama disatu sisi Agama mengajarkan hal yang baik, yang memberi petunjuk bagaimana moral dijalankan, yang mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan justru malah agama yang menyumbang terjadinya konflik dan mencederai kerukunan. Hubungan konflik, saling curiga, fanatisme dan bentuk-bentuk hubungan negatif lainnya muncul dimana-mana. Urgensi ini membutuhkan pilot project kerukunan harus jadi prioritas di Sumatera Utara ini. Oleh karena kondisi ketidakrukunan yang mulai tampak dalam masyarakat lahirlah, usaha-usaha untuk mencegahnya dan menjaganya. Diantara cara yang cukup efektif adalah dialog antar agama, mencari solusi dengan jalan kekeluargaan. Sebagai tindak lanjut dari dialog, ternyata memberikan sutu siatuasi yang melegakan hati. Agama-agama di Sumatera Utara membangun kebersamaan untuk perdamaian, dari kebersamaan ini pemerintah mengambil momentum yang tepat untuk memfasilitasi kerukunan umat beragama dengan membentuk forum resmi oleh pemerintah; Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan dasar Hukum Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan 8 tahun 2006.
Dengan melihat penjelasan diatas penelitian ini dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok dan fungsinya yakni melakukan dialog, menampung aspirasi, menyalurkan aspirasi, sosialisasi regulasi agama dan pemberdayaan masyarakat. Penulis ingin melihat apakah kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokoknya sudah mampu menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan tinjauan kepustakaan. Kemudian metode analisis kualitatif digunakan dengan menguraikan serta mendeskripsikan data yang diperoleh dilapangan hingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan. Informan utama, informan kunci, dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah jajaran Pengurus FKUB Sumut dan stakeholder lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan FKUB Sumut.
iii Abstract
PERFORMANCE EVALUATION FORUM OF RELIGIOUS HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA MAINTAIN RELIGIOUS
HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA Name : Sabam Syahputra Manurung
Major : Public Administration
Faculty : Social Studies and Political Science University : University Of Sumatra Utara Supervisior : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
irony Religion teaches religion on the one hand a good thing, which gives instructions on how moral is run, which teaches love and brotherhood actually even religions that contribute to conflict and wounding harmony. Relationship conflicts, mutual suspicion, bigotry and other forms of other negative relationship appears everywhere. This urgency requires harmony pilot project should be a priority in North Sumatra. Therefore, the condition of disharmony that begin to appear in society was born, efforts to prevent it and keep it. Among the most effective way is inter-religious dialogue, seek a solution by way of kinship. As a follow up of the dialogue, it gives sutu siatuasi that comforting. Religions in North Sumatra build unity for peace, of unity government is taking the right momentum to facilitate religious harmony by forming a government official forum;Forum for Religious Harmony (FKUB) on the basis of the Law of the Regulation of the Minister of Religious Affairs and the Minister of the Interior 9 and 8 in 2006.
By looking at the above explanation the study was conducted to evaluate the performance of FKUB North Sumatra based duties and functions of the dialogue, the aspirations, aspirations, socialization regulation of religious and community empowerment. The authors wanted to see if the performance FKUB North Sumatra by the main task has been able to maintain harmony in the province of North Sumatra.
The form of this research is descriptive qualitative approach with in-depth interviews and review of literature. Then qualitative analysis methods used by outlining and describing the data obtained in the field to obtain a clear picture of the object under study and then draw conclusions. The main informant, key informants, and additional informants in this study is a line of Sumatra FKUB Board and other stakeholders who deal directly or indirectly with FKUB Sumatra.
iv this occurs because inadequate budgetary FKUB Sumatra that can not menjagkau layer of an immense complex in North Sumatra. Therefore it is urgent to FKUB Sumatra adequate budgetary channeled so FKUB Sumatra can maximize the entire program of work, especially to people under a lot of unrealized.
v KATA PENGANTAR
Syukur dan terimakasih terbesar bagi Yang Maha Mulia, Yesus Kristus yang saya akui sebagai Tuhan dan Juruslamat saya. setelah menempuh jalan panjang proses perkuliahan dan jalan panjang penyusunan skripsi ini akhirnya segalanya telah rampung juga. Saya berhutang kepada banya pihak yang dengan berbagai cara telah membantu saya dalam proses penyelesaian studi sarjana satu dan proses penyelesaian skripsi ini.
Ide penulisan skripsi ini bermula dari apresisasi tinggi terhadap sebuah wadah forum yang didalamnya berbaur para majelis agama yang berbeda-beda, bukan untuk menyatukan agama, tetapi membangun kerukunan ditengah perbedaan. Gagasan pun mulai berkembang, sedikit-demi sedikit saya mulai mengumpulkan bahan, sejak Desember 2014 hingga Mei 2015 proses panjang pembelajaran dan pengumpulan bahan telah dilalui. Data tersebut saya bandingkan dengan penelitian terdahulu, kajian kepustakaan dan data lapangan, dari bahan-bahan tersebutlah skripsi ini saya tulis.
Teriring salam dan terimakasih kepada orang tua tercinta L. Manurung dan M Br. Naiborhu yang telah mengajarkan banyak keteladanan kepada anak-anaknya untuk tetap semangat menjalani kuliah hinga berhasil menyelesaikan perkuliahan ini. Kepada abangda Togar manurung dan keluarga di BPKP Provinsi Jambi, kakak Nurmaita Manurung yang terus mengajarkan contoh kasih dan keeladanan bagi proses perkuliahan saya, kepada abang Sarmatua Manurung di Unit Bea dan Cukai Pusat Jakarta yang telah membiayai saya sepanjang penyelesaian proses perkuliahan hingga tamat sarjana ini, dan kepada adik kecil kami Anita Dosmaria yang sedang kuliah di STAN jakarta. Kami hanyalah “anak uak epo” yang diperlayakkan Tuhan untuk bisa mandiri mengecap pendidikan untuk keluar dari kerasnya hidup masa kecil di kampung.
vi M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.
Teriring salam dan apresiatif tinggi bagi bapak pembimbing saya Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA. Dan kepada bapak penguji skripsi saya bapak Dadang Darmawan S.Sos, M.Si. kepribadian mereka memberi saya banyak pelajaran berharga, mereka tidak hanya memdidik skripsi saya tetapi juga mendidik kepribadian saya.
Saya berterimakasih kepada FKUB Provinsi Sumatra Utara, untuk bapak ketua FKUB Sumatera Utara, Dr. H. Maratua Simanjuntak, untuk seluruh pengurusnya yang berjumlah 21 orang ditambah dua staf full timer yang telah bersedia dan terbuka untuk saya melakukan penelitian di kantor FKUB Sumatera Utara, saya mengapresiasi dan menghargai kinerja FKUB Sumatera Utara degan segala upaya dan dayanya telah mencontohkan keteladanan bagi saya.
Saya berterimakasih dan mengapresiasi responsivitas dari seluruh staf yang melayani saya di kantor wilayah kementrian agama Provinsi Sumatera Utara dengan nyata telah melayani saya tidak berbelit-belit dan lancar, terimakasih saya kepada bapak H. Syafarruddin Lubis SH, M.Si. Kasubbang Hukum dan KUB, Kanwil Kemenang-SU. Di sesi wawancara selain memberikan informasi juga elah manduidik saya akan pentingnya kerukunan.
Saya berterimakasih kepada seluruh pegawai dan staf di kantorkesbangpolinmas Provinsi Sumatera Utara yang telah memberi saya kesempatan untuk menghimpun data dan wawancara terkait dengan FKUB Sumatera Utara. Kepada Drs. H. Mumammad D (kabid. Pembinaan, ideoligi dan wawasan kebangsaan KesbangpoLinmas.) dan Dra. Yunita Sari, MSP. (Kasubbid. Ideologi & wasbang) Kesbang Polinmas Provinsi Sumatera Utara.
vii yang terbukti sangat membantu saya untuk mengeskplorasi penelitian ini labih jauh dan tidak terlalu khawatir mengenai pendanaan penelitian saya.
Saya berterimakasih Kepada seluruh Kelompok Rohaniku yang sah didalam Iman Patriot Of Truth (Bang Mian Juandi S.Sos, Obed Firdaus Nababan, Martin Rambe, S.Sos. dan Fanny Kudadiri), Golden Lion (Bertua Simanjuntak dan Lilis M Simanullag) terima kasih untuk doanya bagi penulis.
Terimakasih kepada selurus staf dan dosen pengajar
Terimakasih yang besar kepada seluruh mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, dari stambuk 2011,2012,2013, dan 2014. Mereka lah inspirator saya teman, adik, dan saudara yang selalu saling mengisi ilmu untuk menjadikan diri lebih baik.
Salam terimakasih Kepada BUMN Industri Asahan Alumanium, INALUM yang telah memberikan dana beasiswa sebagai putra daerah Asahan kepada saya, pemberian dukungan dana tersebut sangat membantu saya menopang dana perkuliahan saya.
Akhir kata Semoga skripsi ini berguna bagi yang membutuhkan dan dapat menjadi gambaran dan masukan untuk perbaikan kebijakan di seluruh Indonesia dan khusus untuk pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Peneliti berharap masukan dari pihak-pihak yang membaca untuk pertimbangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.***
viii DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Grafik ... x
Daftar Gambar ... xi
Alus Skema... xii
Abstract ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang Masalah ... 1
I.2. Rumusan Masalah ... 10
I.2.1. Fokus Masalah dan Pembatasan Masalah ... 10
I.3. Tujuan Penelitian ... 14
1.4. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 16
II.1. Kerangka Teori ... 16
II.1.1. Organisasi ... 16
II.1.1.1. syarat-syarat terbentuknya organisasi ... 17
II.1.1.2. Jenis-Jenis Organisasi ... 18
II.1.2. Evaluasi ... 19
II.1.2.1. Pendekatan Evaluasi ... 20
II.1.3. Evaluasi Kinerja Organisasi ... 23
II.1.4. Agama ... 25
II.1.5. Tinjauan Tentang Kerukunan Umat Beragama... 29
ix
II.1.5.2. Aspek Kerukunan Umat Beragama ... 31
II.1.5.3. Indikator Kerukunan Antar Umat Beragama ... 32
II.1.5.4. Konsep Kerukunan Hidup Beragama dalam Kitab Suci agama- agama di Indonesia ... 34
II.1.5.5. Menjaga Kerukunan Umat Beragama ... 36
II.1.6. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) ... 37
II.1.7. Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama ... 41
II.1.8. Defenisi Konsep ... 45
II.1.9. Operasionalisasi Konsep ... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
III.1 Bentuk Penelitian... 49
III.2 Lokasi Penelitian ... 49
III.3 Informan Penelitian ... 50
III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51
III.5 Teknik analisis Data ... 52
III.6 Pengujian Keaslian Data ... 54
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 56
IV.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 56
IV.1.1. Sejarah Provinsi Sumatera Utara ... 56
IV.1.2. Kondisi Geografis ... 58
IV.1.3. Lambang Provinsi Sumatera Utara ... 60
IV.1.4. Suku Bangsa ... 61
IV.1.5. Bahasa ... 62
IV.1.6. Agama ... 65
x
IV.2.1. Demografi Etnis dan Agama ... 68
IV.2.1.1. Sebaran Karakteristik Masyarakat BerdasarkanAgama dan Etnis ... 72
IV.2.2. Sebaran Tokoh Agama di Sumatera Utara ... 76
IV.3. Pemetaan faktor Pendukung dan Penghambat Kerukunan di Sumatera Utara... 78
IV..3.1. Pendukung Kerukunan ... 78
IV.3.2. Penghambat Kerukunan ... 81
IV.4. Monografi FKUB Provinsi Sumatera Utara ... 83
IV.4.1. Sejarah FKUB Sumut... 83
IV.4.2. Dasar Pembentukan ... 84
IV.4.3. Visi-Misi FKUB Sumatera Utara ... 86
IV.4.4. Pengurus FKUB Provinsi Sumatera Utara ... 87
BAB V TEMUAN LAPANGAN ... 92
V.1. Data Kinerja Organisasi FKUB Sumatera Utara ... 92
V.1.1. Data Primer ... 92
V.1.1.1. Wawancara Mendalam (Depth Interview) ... 93
1. Melakukan Dialog ... 94
2. Menampung Aspirasi ... 98
3. Menyalurkan Aspirasi ... 100
4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan dan Pemberdayan masyarakat ... 101
5. kendala-kendala FKUB Sumut dalam Menjalankan Tugas Pokok ... 104
V.1.2 Data Sekunder ... 105
xi
2. Menampung Aspirasi ... 112
3. Menyalurkan Aspirasi ... 113
4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan dan Pemberdayan Masyarakat ... 114
V.1.2.1. Rekapitulasi Kegiatan Kinerja FKUB Prov. Sumut dari Januari 2013 hingga Februari 2015 ... 115
V.1.2.1.1. Rekapitulasi Menghadiri Undangan dengan Instansi/Lembaga Terkait ... 115
V.1.2.1.2. Total Realisasi Acara dan kegiatan yang Diprogramkan FKUB Sumut ... 116
V.2. Skala Nasional Kondisi Kerukunan Umat Beragama di Provinsi Sumatera Utara... 117
V.2.1. Data Survei Kerukunan Berdasarkan Publikasi Lembaga Nasional dan Regional ... 118
1. Survei Setara Institude... 118
2. Survei Aliansi Sumut Bersatu (ASB) ... 124
3. Survei Kerukunan Nasional di Indonesia Tahun 2013... 129
V.3. Data Eksistensi Kinerja FKUB dalam menjaga Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara... 136
V.3.1. Upaya dan Teknik FKUB dalam penyelesaian Ketidakrukunan di Sumatera Utara ... 137
V.3.2. Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara ... 143
V.3.3. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara ... 145
V.3.4. Hubungan Konsultatif FKUB Provinsi dengan FKUB daerah Kabupaten/Kota ... 149
BAB 1V. ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA FKUB PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA ... 152
xii VI.2. Analisis Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama provinsi
Sumatera Utara dalam menjaga Kerukunan Antar Umat
Beragama di Provinsi Sumatera Utara ... 157
VI..2.1. Analisis Lingkup Primer ... 160
VI.2.1.1. Melakukan Dialog ... 161
VI.2.1.2. Menampung Aspirasi ... 164
VI.2.1.3. Menyalurkan Aspirasi ... 165
VI.2.1. 4.Sosialisasi Regulasi Keagamaan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 167
VI.2.1. 5. Eksistensi Eksternal dan Internal FKUB Provinsi Sumatera Utara ... 170
VI.2.2. Analisis Lingkup Sekunder ... 172
VI.3. Analisis Lingkup Sasaran Kinerja FKUB Sumut ... 184
VI.4. Simpulan Analisis ... 194
VI.5. Umpan Balik Keberlangsungan FKUB Sumut Kedepan ... 205
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 207
VII.1. Kesimpulan ... 207
VII.2. Saran ... 211
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 1. : Pendekatan Evaluasi ... 21
Tabel 2. : Indikator Evaluasi Kinerja Organisasi ... 24
Tabel 3. : Konsep Kerukunan dalam Kitab Suci Agama-agama di Indonesia ... 34
Tabel 4. : Rincian tugas Pokok FKUB ... 42
Tabel 5. : Pemetaan Letak Wilayah Provinsi Sumatera Utara ... 59
Tabel 6. : data Penyebaran Suku-Suku di Sumatera Utara ... 62
Tabel 7. : Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Provinsi Sumatera Utara ... 67
Tabel 8 : Jumlah Rumah Ibadah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara ... 69
Tabel 9 : Peta Sebaran Penganut Agama Menurut Etnis/Suku di Sumut ... 75
Tabel 10 : Rekapitulasi Data Pemuka Agama Provinsi Sumatera Utara ... 76
Tabel 11 : Komposisi Jabatan FKUB Provinsi Sumatera Utara Periode 2012-2017 ... 89
Tabel 12 : Rekapitulasi FKUB se-Sumatera Utara tahun 2013 ... 90
Tabel 13 : Laporan Kontiunitas Dialog FKUB Sumut ... 106
Tabel 14 : Kasus Intoleransi di Sumut hasil pemantauan ASB tahun 2010... 125
Tabel 15 : Kasus Intoleransi di Sumatera Utara Hasil Pemantauan ASB tahun 2011... 126
Tabel 16 : Kasus Pemantauan Media yang Menghambat Perkembangan Pluralisme tahun 2012 ... 126
Tabel 17 : Tabel Bentuk-Bentuk Pelanggaran dan Jumlah Kasus Intoleransi di Sumatera Utara (2011-2014) ... 120
Tabel 18: Klasifikasi Penilaian Indeks Kerukunan Nasional ... 130
Tabel 19 : Konflik Di Sumatera Utara dan Upaya Penyelesaiannya ... 138
xiv DAFTAR GRAFIK
Grafik1. : Diagram Persentase Penduduk Sumut Berdasarkan Agama tahun 2010 ... 68
Grafik 2 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2008 ... 120
Grafik 3 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2009 ... 120
Grafik 4 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2010 ... 121
Grafik 5 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2011 ... 121
Grafik 6 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2012 ... 122
Grafik 7 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2013 ... 123
Grafik 8 : Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Sumut 2008-2013 ... 124
Grafik 9 : Jumlah Intoleransi di Sumut Publikasi ASB 2015 ... 129
xv DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. : Lambang Provinsi Sumatera Utara ... 60
Gambar 2 : Peta Provinsi Sumatera Utara ... 70
Gambar 3 : Proses Pengambilan Sampel ... 131
xvi ALUR SKEMA
Alur Skema 1. : Evaluasi Kinerja FKUB dalam menjaga kerukunan Umat
Beragama ... 47
Alur Skema 2 : Analisis Interaktif ... 53
Alur Skema 3 : Model Lingkup Analisis Aktivitas FKUB Provinsi ... 159
i Abstrak
EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)
PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama : Sabam Syahputra Manurung
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : ISIP USU
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA.
Ironi agama disatu sisi Agama mengajarkan hal yang baik, yang memberi petunjuk bagaimana moral dijalankan, yang mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan justru malah agama yang menyumbang terjadinya konflik dan mencederai kerukunan. Hubungan konflik, saling curiga, fanatisme dan bentuk-bentuk hubungan negatif lainnya muncul dimana-mana. Urgensi ini membutuhkan pilot project kerukunan harus jadi prioritas di Sumatera Utara ini. Oleh karena kondisi ketidakrukunan yang mulai tampak dalam masyarakat lahirlah, usaha-usaha untuk mencegahnya dan menjaganya. Diantara cara yang cukup efektif adalah dialog antar agama, mencari solusi dengan jalan kekeluargaan. Sebagai tindak lanjut dari dialog, ternyata memberikan sutu siatuasi yang melegakan hati. Agama-agama di Sumatera Utara membangun kebersamaan untuk perdamaian, dari kebersamaan ini pemerintah mengambil momentum yang tepat untuk memfasilitasi kerukunan umat beragama dengan membentuk forum resmi oleh pemerintah; Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan dasar Hukum Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan 8 tahun 2006.
Dengan melihat penjelasan diatas penelitian ini dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok dan fungsinya yakni melakukan dialog, menampung aspirasi, menyalurkan aspirasi, sosialisasi regulasi agama dan pemberdayaan masyarakat. Penulis ingin melihat apakah kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokoknya sudah mampu menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan tinjauan kepustakaan. Kemudian metode analisis kualitatif digunakan dengan menguraikan serta mendeskripsikan data yang diperoleh dilapangan hingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan. Informan utama, informan kunci, dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah jajaran Pengurus FKUB Sumut dan stakeholder lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan FKUB Sumut.
iii Abstract
PERFORMANCE EVALUATION FORUM OF RELIGIOUS HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA MAINTAIN RELIGIOUS
HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA Name : Sabam Syahputra Manurung
Major : Public Administration
Faculty : Social Studies and Political Science University : University Of Sumatra Utara Supervisior : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
irony Religion teaches religion on the one hand a good thing, which gives instructions on how moral is run, which teaches love and brotherhood actually even religions that contribute to conflict and wounding harmony. Relationship conflicts, mutual suspicion, bigotry and other forms of other negative relationship appears everywhere. This urgency requires harmony pilot project should be a priority in North Sumatra. Therefore, the condition of disharmony that begin to appear in society was born, efforts to prevent it and keep it. Among the most effective way is inter-religious dialogue, seek a solution by way of kinship. As a follow up of the dialogue, it gives sutu siatuasi that comforting. Religions in North Sumatra build unity for peace, of unity government is taking the right momentum to facilitate religious harmony by forming a government official forum;Forum for Religious Harmony (FKUB) on the basis of the Law of the Regulation of the Minister of Religious Affairs and the Minister of the Interior 9 and 8 in 2006.
By looking at the above explanation the study was conducted to evaluate the performance of FKUB North Sumatra based duties and functions of the dialogue, the aspirations, aspirations, socialization regulation of religious and community empowerment. The authors wanted to see if the performance FKUB North Sumatra by the main task has been able to maintain harmony in the province of North Sumatra.
The form of this research is descriptive qualitative approach with in-depth interviews and review of literature. Then qualitative analysis methods used by outlining and describing the data obtained in the field to obtain a clear picture of the object under study and then draw conclusions. The main informant, key informants, and additional informants in this study is a line of Sumatra FKUB Board and other stakeholders who deal directly or indirectly with FKUB Sumatra.
iv this occurs because inadequate budgetary FKUB Sumatra that can not menjagkau layer of an immense complex in North Sumatra. Therefore it is urgent to FKUB Sumatra adequate budgetary channeled so FKUB Sumatra can maximize the entire program of work, especially to people under a lot of unrealized.
1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Fenomena nyata bahwa didalam setiap agama terkandung dua macam
kecendrungan ajaran yang tampak saling bertentangan. Pertama kecenderungan
yang mengajarkan bahwa agama yang dianut oleh seseorang adalah agama yang
paling benar, mutlak, tidak sesat dan menyelamatkan; sedangkan orang-orang
yang beragama lain adalah sesat, kafir, celaka dan harus dijauhi atau dibujuk
untuk mengikuti agamanya. Kedua, adanya ajaran bahwa setiap orang harus
dihormati, dicintai, tidak ada paksaan dalam memeluk agama dan dianjurkan
berbuat kebajikan kepada siapa saja; bahkan kebajikan ini dianggap sebagai inti
dari ajaran agama.
Kedua kecendrungan tersebut sangat paradoks, disatu sisi bisa
menimbulkan kerukunan dan di satu sisi lagi menimbulkan ketidakrukunan1,
tetapi berdasarkan dua macam kecendrungan tersebut, Indonesia malah didera
1
2 banyak ketidakrukunan antar pemeluk agama, kemudian dalam kehidupan
bermasyarakat muncul pula budaya agama mayoritas dan minoritas, agama
mayoritas lebih punya kuasa sedangkan minoritas tertindas, kemudian hal lain
yang manjadi masalah adanya fanatisme, kerusuhan, dan banyak masalah yang
membuat kerukunan terganggu. apabila ketidakrukunan umat beragama telah tercederai, maka akan “menggoncang” Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) , dimana akan terjadi pergejolakan sehingga mengganggu jalannya sistem
kenegaraan. Padahal di satu sisi salah satu prioritas pembangunan di Indonesia era
pemerintahan Joko widodo adalah menjaga kerukunan hidup antar umat
beragama2. Maka untuk memelihara kerukunan antar umat beragama selain
dituntut kedewasaan dikalangan umat beragama perlu juga adanya forum atau
organisasi yang menjembatani antar umat beragama yang berkonflik agar terjaga
keseimbangan antara kepentingan agama dan kepentingan nasonal.
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia mencatat bahwa berbagai peristiwa
ketidakrukunan antar umat beragama telah terjadi di negara agamis3 Indonesia.
Ketidakrukunan itu kerap muncul dalam bentuk ketegangan atas umat beragama,
penyalahgunaan kebebasan beragama, konflik, dan pelarangan beribadah, lalu
menimbulkan permusuhan bahkan sampai adu fisik. Tahun 2010 lalu tepatnya
minggu 12 September terjadi penyerangan terhadap rohaniawan HKBP di RT
003/RW 006, Ciketing Bekasi timur sekaligus tuntutan agar ditutupnya tempat
ibadah HKBP tersebut. Pada 14 Januari 2009, puluhan warga merusak masjid
2
Dari 9 prioritas Jokowi, kerukunan umat beragama ada dalam prioritas nomor satu, yakni menghadirkan kembali negara yang melindungi bangsa dan menjamin rasa aman. 3
3 kecil milik sebuah keluarga kecil yang sedang dalam tahap pembangunan di desa
Sumberduren, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Pelaku perusakan beralasan bahwa
masjid tersebut tidak memiliki izin. Pada 26 Ferbruari 2009. Pada Juli 2008 atas
perintah camat setempat, kepolisian menghancurkan Gereja Kristen Indonesia
(Gekindo) di Jatimulya, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Gereja tersebut
tidak melakukan kegiatan ibadah apapun selama dua tahun terakhir karena masih
menunggu izin dari pemerintah daerah. Pada 5 Oktober 2009, sekelompok orang
merusak masjid Mubarak di kawasan Mahato, Desa Tanjung Medan, Kecamatan
Pujud, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau setelah Hari Raya Idul Fitri. Pada
Januari 2008 ratusan demonstran dari kelompok mayoritas komunitas Muslim
Sasak menyerang kuil Hindu di Pura Sangkareang, Keru, Lombok Barat, yang
mengakibatkan kerusakan dan menghentikan proses renovasi. Terdapatnya
perbedaan dalam menginterpretasi berbagi aturan perizinan terkait pembangunan
rumah ibadah, beberapa pejabat daerah berpendapat bahwa pengelola kuil harus
mendapatkan izin dan persetujuan dari masyarakat setempat sebelum memulai
pekerjaan renovasi. Sebaliknya, pengelola kuil berpendapat bahwa renovasi, tidak
seperti membangun, dapat dilakukan tanpa harus mendapatkan persetujuan dari
pemerintah kota dan warga setempat. Pada 7 Mei, 2009, anggota jemaat Huria
Kristen Batak Protestant (HKBP) mengajukan gugatan dan banding ke Pengadilan
Tata Usaha Negara Bandung untuk membatalkan putusan pemerintah kota yang
membatalkan izin gereja mereka. Meskipun pihak jemaat telah mendapatkan izin
dan memulai proses pembangunan, walikota membatalkan izin tersebut pada 27
4 sebaga refleksi gambaran nyata dari sekian banyaknya kasus ketidakrukunan yang
terjadi di negara agamis Indonesia.
Dari bebagai peristiwa itu memunculkan pelarangan memeluk agama
selain yang mereka yakini, tampak jelas adanya larangan melakukan ibadah
berdasarkan keyakinannya, padahal Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1
dan 2 memberikan kebebasan beragama dengan menyatakan bahwa
“setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya masing-masing dan kepercayaanya itu; dan”
“Negara Menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing
-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”
Dasar negara pancasila juga menyatakan pula bahwa ”Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama ideologi nasional negara ini,
Pancasila, menyatakan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sumatera Utara
Keragaman Agama di Sumatera Utara nyaris terbilang sempurna, semua
agama ada di Sumatera Utara. Agama terbanyak di Sumatra Utara adalah Islam,
terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Batak
Mandailing, Tapsel (Angkola) sebagian Batak Karo, Batak Tapanuli Utara,
Simalungun, Nias dan Pakpak. Kemudian diikuti Kristen Protestan dan Katolik,
terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Toba, Taput, Simalungun, Pakpak,
Mandailing, dan Nias. Sedangkan Hindu terutama dipeluk oleh suku Tamil di
perkotaan. Agama Buddha dipeluk terutama oleh suku peranakan di perkotaan.
5 Sejatinya pun Sumatera Utara merupakan “Indonesia Mini”, tetapi masih tetap saja ada beberapa kasus ketidakrukunan di Sumatera Utara, pantauan
beberapa media di Sumatera Utara mengulas permasalahan yang terjadi adalah,
pada awal Januari 2010 terjadi pembakaran rumah ibadah, dua gereja yakni gereja
HKBP dan GPDI serta rumah dinas pendeta dibakar massa di Sibuhuan, padang
Lawas, alasan pembakaran tersebut karena kedua rumah ibadah tersebut belum
memiliki izin.4 pada tanggal 12 Juni 2012 adanya organisasi masyarakat berbasis
agama yang menolak pelaksanaan kongres Konghuchu se-dunia di selenggarakan
di Kota Medan yang sejatinya akan dilaksanakan tangal 22 Juni sampai dengan 26
Juni 2012, alasan penolakan tersebut dikarenakan penganut agama Konghuchu di
kota Medan hanya sedikit.5 Kabar lain muncul serangan kepada umat Budha di
tanjung Balai, yakni pada Mei sampai Juni 2010 terjadi pergejolakan, bahwa
masyarakat sekitar atas nama agama menuntut diturunkannya patung Budha
Amitabha Vihara Triratna, Tanjung Balai, tuntutan tersebut pun telah di
diskusikan ke banyak Pihak, baik ke FKUB tanjung Balai, ke DPRD Tanjung
Balai hingga Walikota Tanjung Balai, yang sepakat memerintahkan agar patung
tersebut diturunkan dan dipindahkan ke tempat yang terhormat. Alasan
dituntutnya penurunan patung tersebut karena keberadaan patung tersebut tidak
mencerminkan kesan religius di Kota Tanjung Balai, dan dapat mengganggu
keharmonisan masyarakat. Kemudian adanya pembongkaran mesjid di Medan,
yakni Masjid Al-Ikhlas Jl. Timor dibongkar untuk kepentingan pengembang,
lokasi masjid telah ditukar-guling oleh kodam I/BB kepada PT Gandareksa Mulia
4Lihat, Sinar Indonesia Baru, 4 Januari 2010. “ Dua Gereja di Bakar di Sibuhuan, padang Lawas”
5 Lihat selengkapnya, koran Waspada tanggal 13 Juni 2012, “ormas Islam dan elemen
6 dan masjid tersebut dimediasikan untuk pindah tempat.6 terahir di Di Kabupaten
Langkat, pemerintah setempat menangguhkan pembangunan gereja Katolik
meskipun telah dipenuhi persyaratan hukum untuk melakukan pembangunan.
Masalah ini pada akhirnya bisa diselesaikan melalui mediasi dengan FKUB.
Kondisi ketidakrukunan tersebut merupakan refleksi hubungan antar agama yang
terjadi di Sumatera Utara, kendati pun masih banyak lagi kasus lain yang pernah mencederai kerukunan di provinsi yang berjuluk “Indonesia Mini
Pengalaman Empiris
Pengalaman empiris peneliti bahwa ketika menjalani usia sekolah Dasar
(SD), selama kurang lebih 5 tahun, saya tidak pernah tuntas belajar agama di
sekolah, ketika masuk jam mata pelajaran agama kami yang laki-laki mengisinya
dengan bermain bola di lapangan sekolah sedangkan perempuan sibuk dengan
kegiatan mereka masing-masing, atau sekedar melirik teman yang beragama lain
sedang belajar agama bersama gurunya. Kami tidak pernah tuntas belajar agama
karena ketidak adaan guru agama, kalaupun ada guru agama yang mengajar
itupun tidak berlangsung lama karena ada indikasi diskriminasi dilingkungan
guru-guru sekolah, membuat guru agama tidak betah dan memilih keluar. jadi
selama kurang lebih 5 tahun kami tidak belajar agama di SD tapi ketika
menerima rapot nilai agama kami tertera di rapot. kemudian di dalam kelas selama
proses belajar semasa SD, kami yang beragama minoritas selalu mengalami
diskriminasi dari beberapa guru yang sering menjelekkan ajaran agama kami dan
selalu menyudutkan Tuhan yang kami sembah, dan menganggap Tuhan mereka
lah yang benar, tetapi karena kami masih anak-anak, kami tidak berani melawan,
6
7 dan beberapa dari kami hanya melaporkan ke orang tua, kemudian orang tua juga
tidak melanjutkannya ke ranah lebih serius, tetapi hanya sebatas membangun
gosip dan menjadi angin lalu di tengah-tengah masyarakat, para orang tua kami
sebenarnya tahu bahwa kami yang beragama minoritas didiskriminasi di sekolah
tetapi hanya pasrah karena kami juga minoritas di desa kami. Oleh karena kondisi
ini peneliti sesungguhnya mempertanyakan; apakah begitu pengamalan ajaran
agama yang benar, mendiskriminasi pihak minoritas? Mengapa kita tidak damai
dan saling menghargai? Dimana pemerintah kami, disaat kami mengalami
diskriminasi di desa kami sendiri? Apakah ada jalan tengah untuk perdamaian
agar terjadi kerukunan ditengah-tengah masyarakat yang notabene berbeda
keyakinannya?
Tampak ironis, ketika semua agama yang dianut masyarakat Indonesia,
atau secara khusus Sumatera Utara yang oleh penganutnya diyakini sebagai
dimensi yang paling suci yang membuat kehidupan manusia menjadi sakral atau
kudus, ternyata dalam faktanya terjadi konflik antar umat beragama. Agama
mengajarkan hal yang baik, yang memberi petunjuk bagaimana moral dijalankan,
yang mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan justru malah agama yang
menyumbang terjadinya konflik dan mencederai kerukunan. Hubungan konflik,
saling curiga, fanatisme dan bentuk-bentuk hubungan negatif lainnya muncul
dimana-mana.
Oleh karena peristiwa ketidakrukunan dan konflik antar umat beragama
yang silih berganti terjadi di Indonesia maupun Sumatera Utara, lahirlah
usaha-usaha untuk mencegahnya dan menjaganya. Diantara cara yang cukup efektif
8 pihak yang berkonflik tentang agama duduk bersama untuk mencari solusi. Dialog
bukanlah debat, melainkan saling memberi informasi tentang agama
masing-masing, baik mengenai persamaan maupun perbedaannya. Dialog antar agama
tidak sama dengan usaha seseorang untuk meyakinkan orang lain tentang
kebenaran agama yang ia peluk atau dialog juga bukan suatu usaha untuk
menjadikan semua agama yang berbeda-beda menjadi disatukan, tetapi dialog
adalah suatu kerjasama diantara para pemeluk agama yang berbeda.
Sebagai tindak lanjut dari dialog, ternyata memberikan sutu siatuasi yang
melegakan hati. Agama-agama di indonesia menjalin kebersamaan satu dengan
lainnya bekerja keras dan saling berupaya untuk mewujudkan persahabatan dan
toleransi, dari kebersamaan ini muncul suatu gerakan persahabatan antar umat
beragama atau interfaith movement. Dari semangat interfath movement inilah
pemerintah mengambil momentum yang tepat untuk memfasilitasi kerukunan
umat beragama dengan membentuk forum resmi oleh pemerintah; Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan dasar Hukum Peraturan Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan 8 tahun 2006.7
Kajian penelitian ini mendeskripsikan evaluasi kinerja organisasi FKUB
berfungsi di Sumatera Utara, hal ini penting untuk dievaluasi mengingat FKUB
Sumatera Utara secara legal Formal dibentuk di Provinsi Sumatera Utara dengan SK. Gubernur Sumatera Utara No. 450/417/K/2007 Tgl. 22-03-2007, artinya
sampai tahun 2015 ini sudah delapan tahun FKUB menjalankan perannya di
7Selengkapnya berjudul “Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
(PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.” PBM .
9 Sumatera Utara, peneliti tertarik untuk melihat dan mengevaluasi apakah tugas
dan fungsi serta ketentuan organisasi telah berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya yang telah ditetapkan dalam BAB III pasal 8, 9 dan 10 PBM Nomor 9
dan Nomor 8 Tahun 2006, apakah keberadan mereka didaerah sudah bisa menjaga bahwa masyarakat Provinsi Sumatera Utara mampu rukun, damai, dan
bebas menjalankan ibadah dan memeluk agamanya masing-masing tanpa adanya
intervensi. Di sisi lain FKUB di tingkat provinsi merupakan pionir bagi FKUB di
tingkat kabupaten dan kotamadya . Apabila FKUB tingkat provinsi bergerak cepat
dalam menjalankan tugasnya, maka akan diikuti oleh FKUB yang ada di tingkat
kabupaten dan kota madya, demikian juga sebaliknya. Selanjutnya apa yang
menjadi kendala bagi FKUB dalam menjalankan fungsinya, sudah sejauh mana
kontribusi FKUB dalam menjaga kerukunan umat beragama didaerah Sumatera
Utara berdasarkan tugas pokok yang dipercayakan kepada FKUB Provinsi.
Pada titik inilah penelitian tentang FKUB Provinsi Sumatera Utara ini
penting untuk dilakukan. Dengan mengetahui eksistensi, peranan, dan dinamika
FKUB di lapangan, akan dapat terungkap sejumlah permasalahan dan tawaran
solusinya. Hal ini tentu saja pada waktunya akan sangat bermanfaat bagi
pemberdayaan FKUB ke depan, dalam rangka meningkatkan upaya pemeliharaan
kerukunan umat beragama dan kerukunan di Sumatera Utara secara terus
menerus. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti hal ini,
beranjak dari latar belakang diatas maka judul yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah “Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat
10 I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimanakah kinerja organisasi Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan tugas pokoknya dalam menjaga
kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera Utara?
I.2.1. Fokus Masalah dan Pembatasan Masalah Penelitian
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah ada enam agama yang ada
dan dilayani oleh pemerintah di Provinsi Sumatera Utara, dari beberapa ajaran
agama yang berbeda dimungkinkan terjadinya persinggungan dan pergejolakan
karena perbedaan ajaran dari masing-masing agama, sehingga dampaknya ialah
timbulnya konflik yang akan mempengaruhi kedamaian dan ketenagan
masyarakat, untuk itulah perlunya peran pemerintah sebagai jembatan atau
penengah dalam membangun dialog perdamaian dengan mengajak segenap
perwakilan majelis-majelis agama atau tokoh agama untuk membentuk forum
strategis yang bernama Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya
disingkat FKUB, yang mana FKUB posisinya diperkuat oleh Peraturan Bersama
Menteri (PBM) Agama Dan Menteri Dalam Negri Nomor 9 Dan 8 Tahun 2006.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya melakukan evaluasi
kinerja organisasi berdasaran indikator yang ada, fokus masalah hanya melakukan
evaluasi kinerja organisasi FKUB dalam menjaga kerukunan Umat beragama di
Sumatera Utara, dimana batasan evaluasi FKUB provinsi yang dikaji oleh peneliti
sesuai dengan dasar hukum pendirian organisasi yakni, Peraturan Bersama
11 9 adalah mengkaji perkembangan dialog antar tokoh agama, peran FKUB dalam
menampung dan menyalurkan aspirasi tokoh agama sebagai bahan rekomendasi
untuk gubernur dalam menerapkan kebijakan, peran FKUB dalam
mensosialisasikan UU atau peraturan yang dikeluarkan oleh kementrian agama.
Selanjutnya batasan masalah dalam peneliti agar tidak meluas ke aspek
yang lain maka dirasa perlu peneliti melakukan pembatasan arah penelitian agar
terfokus ke hal-hal yang akan dipaparkan dalam duduk perkara sebagai berikut :
1. Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini bukan sedang ingin
memberikan peredikat atau peringkat dengan kinerja FKUB yang berada
di lokasi lain, bukan pula ingin memberikan penilaian range 10 sampai
dengan 100 atau sejenisnya tetapi murni evaluasi ini dilakukan hanya
memberikan deskripsi sekaligus sebagai refleksi umpan balik bagi FKUB
Provinsi Sumatera Utara agar semakin lebih meningkatkan kinerja nya.
Karena perlu diketahui bahwa FKUB Sumatera Utara bukan organisasi
yang provit oriented, Nirlaba atau predikat oriented, tetapi murni semata
hanyalah wadah pelayanan, sebuah forum strategis yang dipercayakan
pemerintah dareah untuk secara konsen melayani antar umat lintas agama
di Sumatera Utara agar tetap rukun.
2. Defenisi agama dalam prespektif FKUB adalah tidak membenarkan
defenisi satu agama dan juga tidak menyalahkan defenisi agama agama
12 temunya, kalaupun misalnya berdiskusi tidak bisa membenarkan agama A
sedangkan agama B salah, tetapi hanya memberi pandangan dan
mendengarkan pandangan, serta saling membuka pemahaman. Itulah
makanya di FKUB ada motto yang melekat yaitu “akidah terjamin
kerukunan terjalin” demikian pernyataan anggota FKUB Sumut, bapak
Bishop. Dr. Jhon H. Manurung M.Div.
3. Batasan kegiatan evaluasi hanya melakukan evaluasi kinerja mereka dalam
memediasi, melayani dan memberdayakan umat beragama adalah
agama-agama yang diakui pemerintah, penelti tidak menjangkau agama-agama yang
diluar pemerintah, semisal aliran kepercayaan dan agama lokal. karena
keenam agama ini pun cukup tinggi potensi konflik yang terjadi, tidak
jarang ditemukan persinggungan, perselisihan, diskriminasi dan konflik
lainnya yang terjadi karena pengamalan ajaran agama yang berbeda-beda
sehingga menghambat kerukunan, meskipun berdasarkan wawancara di
Internal FKUB Sumut ada dua persepsi yang berbeda mengenai
jangakauan agama diluar dari pemerintah, pertama dari bapak JH.
manurung bahwa agama diluar pemerintah tetap diayomi dan dilayani oleh
FKUB, tetapi bapak Albert Pakpahan menyebutkan bahwa target
masyarakat yang dilayani adalah masyarakat yang memiliki agama, kalau
diluar agama terasa cukup sulit untuk memberdayakan mereka, bapak
Albert Menambahkan biarlah mengenai perberdayaan mereka hanya di
internal mereka sendiri. alasan lainnya bagaimana ingin mengevaluasi jika
belum ada kegiatan FKUB yang menyentuh ke masyarakat yang bukan
13 dasar tugas pokok FKUB Sumatera Utara tidak secara spesifik mengatur
pelayanan atau peberdayaan terhadap agama-agama yang ada diluar agama
pemerintah.
4. Setara dengan forum-forum strategis lainnya bahwa FKUB dalam
melakukan tugas pokoknya, baik dalam dialog memediasi dan
pemberdayaan masyarakat, sifatnya hanya konsultatif dengan beberapa
instansi baik pemerintah daerah, FKUB daerah Kabupaten/Kota dan
majelis agama, FKUB hadir memediasi, menampung hasil mediasi dan
menginformasikannya kepada kepala daerah untuk membantu kepala
daerah mengembangkan kebijakan, tidak ada kewenangan FKUB untuk
menghentikan apalagi menindak pihak-pihak yang apabila ditinjau secara
hukum dianggap bersalah, karena sifat FKUB bukan sebagai eksekutor
yang berhak menjudgesiapa yang bersalah dan siapa yang benar. “Mereka kan bukan eksekutif, dan tidak punya kekuatan untuk mengeksekusi,
mereka tepatnya membina, koordinasi dengan istansi terkait,hal seperti itu
yang mereka bisa lakukan, kan yang punya kewenangan masing-masing
kan ada, yang punya eksekusi ya bertindak, FKUB menggali informasi
dan menyampaikan itu.” Kata kasubbang Hukum dan KUB KandepagSU,
Syafaruddin, SH.M.Si.
Dari aspek horizontal peneliti juga menggali informasi dari masyarakat
sumatera utara serta pihak lain yang dibutuhkan sebagai penyeimbang informasi
14 I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilaksakanakan adalah :
a. Untuk mendeskripsikan kinerja FKUB Sumatra Utara Utara dalam
menjaga kerukunan umat beragama di Sumatera Utara berdasarkan
tugas pokoknya.
b. Melakukan analisis terhadap kinerja FKUB Sumatera Utara dalam
menjaga kerukunan di Sumatera Utara.
c. Untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar S1
sarjana Administrasi Negara
I.4. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat mencakup hal – hal sebagai berikut :
1. Secara Ilmiah, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah dan sistematis dalam menulis karya ilmiah
berdasarkan kajian Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Praktis, untuk meningkatkan pengetahuan tentang evaluasi
kinerja organisasi FKUB dalam menjaga kerukuna umat beragama di
Sumatera Utara.
3. Secara kontributif, penelitian ini sebagai bahan rekomendasi dan
memberi manfaat bagi FKUB Sumatera Utara dalam menjalankan
fungsi dan perannya baik untuk masa sekarang dan juga masa
15 4. Secara Akademis, untuk menambah khasanah ilmiah dan memberikan
kontribusi secara langsung dalam penelitian – penelitian sosial khususnya bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumater Utara serta
memberi kontribusi bagi FKUB Sumatera Utara.
5. Secara universal memberi kemanfaatan, baik referensi dan peemberian
informasi kepada para pembaca dan pemerhati FKUB serta pemerhati
16 BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAN
II.1. Kerangka Teori II.1.1. Organisasi
Sebelum diberikan kepastian tentang pengertian organisasi ada baiknya
disini dikutipkan beberapa pengertian organisasi menurut para ahli. Menurut
Oliver Sheldon (1923) organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang
para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat
yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa memberikan
saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan
terkoordinasi dari usaha yang tersedia. Tidak juh berbedan dengan James D.
Money (1974), menurut James organisasi adalah bentuk perserikatan manusia
untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan Daniel E. Griffiths (1959)
mengemukakan organisasi adalah seluruh orang-orang yang melaksanakan
fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi saling berhubungan dan dikoordinasikan supaya
sebuah tugas atau lebih dapat diselesaikan. menurut sutarto organisasi adalah
sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang berkerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dari defenisi diatas dapat di temukan kesepakatan bahwa ada beberapa
faktor yang dapat menumbuhkan organisasi yakni orang-orang, kerjasama, dan
tujuan tertentu. Orang-orang merupakan sekumpulan anggota organisasi yang
17 organisasi, beberapa orang memiliki beberapa fungsi tetapi untuk mencapai tujuan
yang sama, inilah hakekat organisasi. Beberapa faktor yang disebut diatas saling
mempengaruhi dan tidak terpisahkan.
II.1.1.1. Syarat-syarat Terbentuknya Organisasi
Organisasi yang terbentuk harus memiliki visi maupun misi agar
pergerakan organisasi dapat terarah dan jelas mau dibawa kemana perkumpulan
tersebut dan disamping itu keselarasan tujuan pun merupakan faktor terpenting
dalam perjalanan sebuah organisasi. Apabila salah satu anggota dari organisasi
tidak selaras atau sejalan dengan tujuan organisasi maka kegagalan organisasi
akan terjadi.
Di samping visi dan misi serta keselarasan tujuan syarat-syarat
terbentuknya suatu organisasi adalah adanya struktur jabatan atau umumnya
dikenal dengan struktur organisasi yakni adanya penerapan posisi atau kedudukan
yang jelas dari setiap individu atau anggota yang terkait dalam organisasi contoh
pemimpin, asisten pemimpin, bawahan atau karyawan dan sebagainya.
Selanjutnya syarat terbentuknya organisasi yang terakhir adalah adanya
pembagian kerja yang jelas jadi setelah struktur terbentuk disitulah akan terbentuk
pula pembagian kerja yang jelas yakni adanya bidang pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab bagi setiap anggota kelompok atau individu yang telah ditetapkan
peranannya dalam organisasi. Jadi ada syarat terbentuknya organisasi mencakup :
1. Adanya visi dan misi,
Berdirinya suatu organisasi yaitu harus mempunyai visi, dimana visi
18 merupakan suatu cara untuk menjalanlan misi. Misi merupakan tujuan
utama yang ingin dicapai oleh suatu organisasi yang berdiri
2. Keselarasan tujuan,
Tujuan organisasi akan memudahkan untuk melakukan koordinasi antar
anggota, membuat struktur organisasi, membagi kerja dan lainnya yang
pada intinya mempermudah perumusan arah pergerakan organisasi.
3. Adanya struktur jabatan, dan
Sebuah perkumpulan dinamakan organisasi apabila memiliki struktur
organisasi yang terikat, dan diisi oleh pejabat-pejabat organisasi yang
sesuai dengan kemampuan bidangnya.
4. Adanya pembagian kerja.
Setiap organisasi memiliki bagian tugasnya masing-masing. Dimana
pembagian tugas ini untuk mempercepat penyelesaian tugas-tugas pokok
organisasi
II.1.1.2. Jenis-Jenis Organisasi
Terkait dengan jenis-jenis organisasi, secara umum organisasi dibedakan dalam
beberapa jenis, diantaranya :
1. Organisasi Formal
Organisasi dinamakan formal apabila mempunya struktur yang dijabarkan
dengan baik yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan, wewenang,
kekuasaan,akuntabilitas, dan tanggung jawab. Organisasi formal mempunyai
19 dinyatakan dengan tegas. Status, prestise, gaji, pangkat dan lainnya diatur dan
dikontrol secara baik.organisasi formal tahan lama dan terencana sebab
penempatannya sesuai peraturan, mereka relatif tidak fleksibel. Keanggotaan dan
organisasi formal diperoleh dengan sadar, organisasi formal bentuknya seperti
organisasi perusahaan, pemerintah pusat dan daerah, universitas dan organisasi
resmi yang dinyatakan secara undang-undang.
2. Organisasi Informal
Berlawanan dengan organisasi informal organisasi informal disusun secara
bebas, fleksibel, tak pasti dan spontan. Keanggotaan organisasi informal mungkin
diperoleh dengan sadar atau tidak sadar, dan hal itu sering sukar untuk
menentukan waktu yang pasti kapan seseorang menjadi anggota. Dalam
organisasi informal keanggotaan seseorang atau keterlibatannya mungkin hanya “tumbuh” melalui waktu. Situasi yang pasti, hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi tidak dirinci. Beberapa perkumpulan organisasi informal adalah
perkumpulan pesta, makan malam, perkumpulan orang sedang mengantri. Dan
lainnya yang tidak memiliki struktur terikat undang-undang.
II.1.2. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi
dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh proses kebijakan. ada
enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:
20 b. Analisis terhadap masalah
c. Deskripsi dan Standarisasi kegiatan
d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.
f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.8
II.1.2.1 Pendekatan Evaluasi
Menurut william N Dun (2003;611-612), evaluasi kebijakan merupakan
dua aspek yang sangat berhubungan; penggunaan berbagai macam metode untuk
memantau hasil kebijakan publik dan program dan aplikasi serangkaian nilai
untuk kegunaan hasil terhadap beberapa orang.Dun menjelaskan terdapat tiga
pendekatan evaluasi, antara lain :
1. Evaluasi Semu (prosudeo Evaluation) adalah pendekatan yang
menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi
yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha
untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut
terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi
utamanya adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan
sesuatu yang datat terbukti sendiri tanpa adanya kontraversial.
8
21 2. Evaluasi formal (formal Evaluation) merupakan pendekatan yang
menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid
dan dapat dipercaya megenai hasil kebijakan, tetapi mengevaluasi hasil
tersebut atau dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara
formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi
utamanya adalah tujuan dan target diumumkan secara formal merupakan
ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.
3. Evaluasi keputusan teoritis (decicion theorytic evaluation) merupakan
pendekatan yang mengunaan metode deskriptif untuk menghasilkan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid mengenai
hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai pelaku kebijakan.
Pendekatan pokok evaluasi ini yakni evaluasi keputusan teoritis berusaha
untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku
kebijakan, baik yang tersembunyi maupun yang dinyatakan.
Tabel 1
Pendekatan Evaluasi (Dun, 2003;12)
Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-Bentuk Utama
22 Lanjutan Tabel 1.
hasil kebijakan secara formal diumumkan sebagai tujuan program kebijakan. hasil kebijakan yang secara eksplisit
Kemudian evaluasi dalam konteks manajemen organisasi, Evaluasi
diperlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan dan kenyataan”. Hal yang sangat dipentingkan dalam semua kegiatan evaluasi adalah kesempurnaan dan
keakuratan data. Evaluasi pada dasarnya merupakan kajian mencari faktor-faktor
penyebab timbulnya permasalahan, bukan hanya sekedar gejala yang tampak
dalam permukaan. Karena itu evaluasi merupakan kegiatan diagnostik,
menjelaskan interpretasi hasil analisis data dan kesimpulan.
Selanjutnya sebagai indikator organisasi berkinerja tinggi dapat diukur
dari hasil kerja organisasi (kinerja) organisasi itu sendiri. Bila hasil evaluasi
ternyata menunjukkan kinerja yang tinggi berarti organisasi tersebut telah berhasil
melakukan perubahan menjadi organisasi berkinerja tinggi, demikian juga
sebaliknya. Bila organisasi tidak berhasil melakukan perubaha-perubahan lebih
baik menjadi organisasi yang berkinerja tinggi maka organisasi tersebut telah
gagal menjalankan perannnya. Apabila hasil evaluasi menyatakan organisasi telah
23 II.1.3. Evaluasi Kinerja Organisasi
EvaluasiKinerja adalah salah satu fungsi utama dalam Sistem Manajemen.
Evaluasi ini berkaitan dengan Performa Individu dan Manajemen (Tim) untuk
menuju Pengembangan Karir dan Pertumbuhan Organisasi. Evaluasi Kinerja
terkait dengan Productivity, Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale,
Environment. Evaluasi Kinerja bertujuan untuk peningkatan Pembelajaran dan
Pertumbuhan Organisasi yang sangat bergantung pada Pengembangan Sumber
Daya Manusia yang Handal.
Proses evaluasi terhadap kinerja organisasi ini penting dilakukan, karena
tanpa evaluasi tidak akan diketahui sampai sejauhmana organisasi tersebut telah
efektif melakukan perubahan menuju organisasi berkinerja tinggi. Dari hasil
evaluasi bisa diketahui apa kekurangan dalam mewujudkan organisasi berkinerja
tinggi dan kemudian dapat dilakukan langkah-langkah penelitian untuk
memperbaiki kondisi yang ada.
Mengingat pentingnya evaluasi kinerja organisasi untuk mengetahui
tingkat perubahan dalam mewujudkan organisasi berkinerja tinggi, maka
pertanyaan yang muncul adalah indikator apa saja yang pertu diukur sehingga
evaluasi yang dilakukan dapat memberi informasi keadaan yang sebenarnya dari
tingkat kinerja yang ada?
Berikut akan dijelaskan beberapa indikator yang dipaparkan peneliti untuk
mengevaluasi kinerja organisasi. Model indikator berikut ini telah sering
dilakukan oleh para evaluator organisasai untuk melakukan evaluasi kinerja.
untuk mengevaluasi kinerja organisasi bisa dilakukan dengan indikator-indikator
24
Pemberdayaan pegawai sampai sejauh mana pegawai diberdayakan dalam rangka proses pencapaian visi dan misi, motivasi dilakukan terhadap individu-individu di dalam organisasi?
Fleksibel sejauhmana organisasi menyesuaikan dengan perubahan dan sejauhmana pula learning organization/penciptaan iklim belajar terus menerus dilakukan?
berkomunikasi dengan
stakeholders/pihak terkait dengan kinerja organisasi
sejauh mana organisasi/individu organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat/ pelanngan?
Fokus pada penetapan hasil sampai sejauh mana pengukuran kinerja dilakukan dalam mencapai visi dan misi? Berkompetisi sejauh mana pemupukan semangat berusaha
dilakukan, ketangguhan pegawai menghadapi masalah dan semangat pegawai yang senantiasa berusaha dan tidak mudah menyerah?
Sumber : Diklat Teknis Evaluasi Kinerja Organisasi LAN 2012
Melalui evaluasi dapat dilihat realitas pelaksanaan program maupun
peranan organisasi dalam melaksanakan kebijakan. Dari evaluasi, evaluator dapat
mengidentifkasi masalah, kondisi dan aktor yang mendukung keberhasilan atau
kegagalan kebijakan. Dari hasil identivikasi nantinya akan mampu mendorong
umpan balik untuk kelangsungan organisasi kedepannya.
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh
para pelaku, baik birokrasi maupun para pelaku lainnya sesuai standar dan
prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun pembuat kebijakan.
Melakukan evaluasi dapat diketahui apakah output maupun outcome benar-benar
25 II.1.4. Agama.
Agama yang berbeda-beda dan dianut secara berbeda-beda pula oleh orang
beragama merupakan obyek penelitan ilmu agama. Ilmu agama melakukan
penelitian terhadap agama-agama yang ada tanpa membeda-bedakan mana yang “benar” dan “palsu”.
a. Pengertian Agama
Secara etimologi kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaki pemisahan dari dua kata “a” artinya tidak dan “gama” artinya kacau berarti agama itu artinya “tidak kacau”. Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari kata religare yang arti dasarnya ialah “keterikatan” maksudnya ialah setiap orang yang menganut agama dengan sungguh tentulah terikat pada agama yang
dianutnya. Agama dalam bahasa Semit yaitu Din, yakni Undang-Undang atau
Hukum, karena setiap agama itu memiliki undang-undang dan hukum, tetapi
bukanlah mutlak hanya agama yang memiliki undang-undang atau hukum.
Dari ketiga istilah tersebut, maka dapat ditarik pengertian bahwa agama
adalah hal yang mengikat pengikutnya secara langsung atau tidak langsung
kepada undang-undang atau hukum yang berlaku dalam ajaran agama tersebut
sehingga kehidupan diharapkan tidak kacau balau.
Defenisi lain dari agama adalah kepercayaan yang dipersatukan dan
disertai takut yang sungguh-sungguh kepada Allah, takut disini bukan berarti lari
atau tidak berani, melainkan rasa hormat dan taat, kepada Allah, serta tidak
26 Memang sejatinya pengertian agama tidak bisa dikaji dengan defenisi
yang amat lengkap, dimana defenisi agama itu tidak bisa diterima oleh semua
orang, selalu ada perdebatan mengenai pengertian agama. Untuk itu perlu
pendekatan lain untuk menyamakan persepsi tentang agama, maka pendekatan
yang dilakukan adalah pendekatan unsur. Dimana agama memiliki unsur-unsur
tertentu yang semua unsur tersebut bisa diterima oleh semua orang. unsur-unsur
utama yang pada dasarnya dimiliki oleh agama ialah ;
1. Ada oknum yang disembah ; kadang kala oknum ini disembah
sebagai yang ilahi, yang berbeda jauh diluar manusia, yang kudus,
yang memiliki kekuatan gaib atau misterius, dewa atau dewi,
ataupun Allah.
2. Adanya pengakuan, keyakinan dan kepercayaan ; adanya kekuatan
gaib yang misterius yang jauh diluar dari manusia, apakah
kekuatan itu berbentuk oknum atau tidak, tetapi diresponi manusia
dengan kenyataan, rasa hormat dan takut bahkan dengan rasa
ketergantungan kepadanya. Manusia itu mempercayai bahwa
keberuntungan hidupnya dalam dunia ini, bahkan di alam baka,
tergantung pada hubungan yang harmonis dengan kekuatan gaib
tersebut. Bila hubungan harmonis itu tidak tercapai, maka yang
terjadi adalah malapetaka dalam hidupnya.
3. Adanya pemujaan atau penyembahan : pemujaan berarti
pengalaman religious yang berbentuk pertemuan antara sipenganut
tempat-27 tempat tertentu yang dianggap mempunyai kaitan erat dengan
kekuatan misterius dari yang disembah.
4. Adanya realisasi moralitas : maksudnya dalam bentuk usaha untuk
menaati aturan-aturan agama yang dianut, manusia diharapkan
mampu mengendalikan tingkah laku sehari-hari sesuai dengan
ajaran yang dikehendaki oleh agama tersebut.
Implikasi unsur-unsur agama diatas amatlah penting bagi Indonesia,
dimana masyarakat Indonesia berlandaskan pancasila. Dalam masyarakat ini,
gejala agama merupakan gejala yang amat penting. Kepercayaan warga negara
terhadap Tuhan telah memiliki unsur dasar yang tidak bisa disangkal bahwa
Indonesia memiliki kekhasan yang membuatnya berbeda satu dengan yang
lainnya.
b. Hakekat Agama
Setiap ajaran agama mengandung ajaran keimanan atau kaidah-kaidah
azasi yang dipercayai kebenarannya secara mutlak yang dari padanya dijabarkan
dalam sistem nilai dan norma hidup bermayarakat, segenap pola sikap dan tingkah
laku pribadi. Tuhan Yang Maha Esa (YME) menyatakan kehendak-Nya melalui
ajaran agama guna menjadi pegangan umat manusia dalam hidupnya. Ajaran
agama memberi pedoman mengenai hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa (YME), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan
alam sekitarnya, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan
28 Tuhan Yang Maha Esa menghendaki terjadinya kerukunan diantara
sesama umat manusia, tidak menghendaki adanya pertentangan dan permusuhan,
melainkan persatuan, persaudaraan dan perdamaian. Umat manusia dengan
berbagai agama yang dianutnya adalah mahluk ciptaan Tuhan YME. Dan dengan
jalan kebasan manusia dapat memilih jalan yang hendak dipergunakan dalam
menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Agama memberikan nilai-nilai moral dan kaidah-kaidah sosial untuk
mengendalikan tingkah laku dalam bermayarakat agar terwujud kedamaian dan
tata tertib dalam pergaulan hidup bangsa dan umat manusia. Ajaran agama
menyatakan supaya menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda
karena berdasarkan kitab suci agama masing-masing semua menyembah Tuhan
Yang Maha Esa menurut keyakinannya masing-masing.
Hakekat agama ialah wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang dituangkan
dalam kitab suci/ajaran agama yang berisikan pokok-pokok iman dan
hukum-hukum Tuhan Yang Maha Esa yang antara lain mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa serta hubungan manusia dengan sesama. Agama
mengajarkan kebaikan, kerukunan, dan sejahtera secara spiritual dan material.
Tidak ada satu agama pun yang menghendaki supaya agama yang berbeda binasa
dan sensara, atau menghendaki manusia lain susah dan memderita.
c. Agama-Agama di Indonesia
Secara resmi ada 6 (enam) agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam,
Khatolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Sehubungan dengan
29 kelompok besar agama atau organisasi yang berbasis keagamaan di indonesia
yaitu :
1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
2. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) 3. Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) 4. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) 5. Perwalian Umat Budha di indonesia (WALUBI)
6. Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (MATAKIN)
lembaga agama inilah yang mengatur kehidupan manusia dalam kaitanya dengan keagamaan masing-masing untuk meningkatkan kualitas hidup keagamaan setiap umat beragma.
II.1.5.Tinjauan Tentang Kerukunan Umat Beragama
II.1.5.1. Defenisi Kerukunan Umat Beragama
Pengertian tentang kerukunan merujuk kepada pengertian yang
dikemukakan oleh Frans Magnis Suseno, bahwa kerukunan berasal dari kata rukun yang diartikan “berada dalam keadaan selaras, tenang dan tentram, tanpa perselisihan dan pertentangan dan bersatu dalam maksud untuk membantu”.
Dalam PBM No. 9 & 8 tahun 2006 yang dimaksud dengan kerukunan
umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi