• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.2. Peta Sebaran Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

IV.2.1 Demografis Etnis dan Agama

IV.2.1.1. Sebaran Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Agama dan Etnis

Didaerah pantai barat dihuni oleh suku yang menamakan diri dengan pesisir yaitu dengan tradisi lokal yang merupakan gabungan tradisi Minangkabau, Melayu Dan Batak. Secara demografis penduduk yang berada di pantai barat ini relatif homogen dalam hal agama yaitu Islam. Meskipun diatara mereka beragama Islam uniknya ada yang menggunakan marga batak. Akan tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya pesisir daripada batak. Karena melekat dalam diri orang-orang di di Sumatera Utara bahwa batak memiliki konotasi keagamaan yang mengarah kepada kristen.

Agama Islam umumnya dianut penduduk yang berasal dari etnis Melayu,Batak, Mandailing, Angkola, Barus dan Jawa, Simalungun, Minangkabau Dan Aceh. Sedangkan pemeluk agama non Islam pada umumnya berasal dari Karo, Batak Toba, Nias Dan Dairi. Adanya berbagai suku di Sumatera Utara menyebabkan adanya corak dan identitas diri dan mempunyai corak yang unik.

Daerah pegunungan adalah daerah Provinsi Sumatera Utara yang memanjang dari karo, taput, tapteng, dan tapsel yang disebut dengan bukit barisan. Daerah ini dihuni oleh suku batak yang menurut riwayatnya berasal dar i sumatera utara kemudian bermigrasi ke tengah dan selatan. Pada waktu di utara, agama yang dianut adalah animisme atau kepercayaan lokal pelbegu. Penghuni asli batak ini sampai saat ini masih ada dan sebahagian dari mereka menyebut dirinya parmalim. Meskipun dari sudut pantangan dan tradisi yang mereka anut, mereka tetap mudah beradaptasi dengan agama-agama besar yang datang kemudian, seperti islam dan kristen.

73 Etnis karo, misalnya adalah etins Sumatera Utara yang pada umumnya menganut kristen protestan dengan gereja utama adalah GBKP. Selain itu termasuk juga ada penganut Hindu, Katolik Dan Islam. Sebahagian lagi masyarakatnya msih menganut kepercayaan tradisional yang disebut pemena. Masyarakat karo memiliki toleransi yang cukup ketara dalam menjaga perpedaan antar agama. Oleh karena itu keragaman agama yang ada bagi mereka tidak terlalu menjadi masalah.

Adanya kesan agama mayoritas dan minoritas, yang tesebar diseluruh Sumatera Utara membuat agama-agama itu membangun kelompok baru dengan membentuk ikatan, persekutuan, dan sebagainya yang tersebar diberbagai daerah.

Masyarakat simalungun sedikit agag kesulitan untuk menunjukkan identitasnya didaerah ini. Hal ini disebabkan karena semakin dominannya pengaruh dua etnis besar yaitu batak dan jawa. Hal ini terjadi karena daerah ini berbatasan dengan tanah batak toba lalu banyak orang batak yang bermigrasi ke daerah ini. lalu di simalungun tersebar perkebunan PTPN dimana sebahagian besar penghuni PTPN ini adalah orang jawa yang bermigrasi dari jawa lalu menikah dengan orang-orang simalungun. Dari segi agama umumnya masyarakat Simalungun menganut agama kristen dan grejanya GKPS. Paling tidak dari sudut pandang simalungun khususnya pematang siantar memiliki kedudukan penting karena disana terdapat sekolah tinggi teologia HKBP dan juga sebagai pusat pemerintahan, paling tidak ada tiga gereja besar selain GKPS, yaitu HKI, GKP dan HKBP. Namun meskipun begitu majemuknya masyarakat di simalungun namun masih bisa menjaga harmoni dan kerukunan agama.

74 Bagi masyarakat batak, sekalipun wilayah utamanya adalah tanah batak, yaitu tapanuli utara dan tobasa akan tetapi etnis dari wilayah ini memiliki keunikan tersendiri. Hal ini ditandai dengan mobilitas sosial mereka yang sangat tinggi antara lain dengan bermigrasi ke barbagai daerah di Indonesia bukan hanya pada masa kemerdekaan saja, tetapi jauh sebelumnya mereka telah bermigrasi. Tidak heran bahwa masyarakat batak saat ini telah tersebar di seluruh daerah di Indonesia, hal ini menjadikan orang batak tidak takut merantau kemana saja, karena memeka yakin nantinya akan menemukan disana sesama orang batak.

Masyarakat batak dikelompokkan sebagai penganut agama kristen yang dominan di nusantara yang menghimpun diri dalam HKBP. Sungguhpun agama kristen sangat mendominasi daerah ini masih ada juga kepercayaan lokal seperti parmalim yang berpusat di laguboti balige.

Daerah pantai timur adalah membentang dari langkat, Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu. Dari sudut entitas, penduduk daerah timur ini cukup beragam. Memang pada masa penjajahan penduduk daerah ini dominan disisi warga melayu. Suku batak dari Tapanuli Utara mulai bermigrasi ke Asahan, namun dengan melalui berbagai proses asimilasi banyak diatara mereka yang pindah agama menyembunyikan marga yang ia bawa dari tanah batak. Namun belakangan ini, marga-marga dari Tapanuli Utara itu telah muncul kembali,akan tetapi bahasa yang mera gunakan telah berubah cengkok, logat dan sepenuhnya menggunakan langgam Asahan. Bahkan tradisi lokalnya pun telah larut kedalam suasana melayu Asahan.

75 Masyarakat yang menghuni pantai timur sekarang sudah sangat beragam, disamping melayu, ada juga aceh, banjar, batak, mandailing dan tionghoa. Dari sudut pertimbangan yang dianut, relatif masih banyak yang menganut islam, sungguhpun sudah mulai berkembang agama kristen, budha maupun konghuchu. Sekalipun heterogen, banyak potensi konflik, akan tetapi konflik agama masih minim di daerah ini.

Di Sumatera Utara juga sering terjadi konversi atau perpindahan agama, konversi terjadi biasanya ketika masa perkawinan, pada umumnya yang paling sering adalah Islam ke Kristen atau Kristen ke Islam, orang-orang batak yang menganut agama Islam mengelompokkan diri sebagai Persatuan batak Islam, atau orang batak yang dulunya kristen tetapi setelah Islam sering meninggalkan marga dan adatnya yang semula. Disisi lain, meskipun orang batak yang sudah jadi Islam, dari segi sosial mereka masih tetap menjalin kebersamaan yaitu dengan cara dalihan natolu ( secara harifah berarti tiga tungku) yaitu sistem bangunan kekerabatan sebagai hula-hula, dongan tubu dan boru.

Tabel 9.

Peta sebaran penganut agama menurut etnis/suku di provinsi Sumut

No Agama Etnis/suku yang dominan.

1 Islam Melayu, mandailing, angkola, jawa, minang, aceh,simalungun, dll

2 Kristen Batak toba, karo, pakpak dairi, nias, simalungun, tionghoa, dll

3 Katolik Nias, karo, batak toba, dan jawa. 4 Hindu India, tamil, dll

5 Budha Tionghoa, india dll 6 Konghuchu Tionghoa, dll

76 Keragaman masyarakat dalam agama seringkali sekaligus merupakan keragaman etnis, merupakan salah satu kekayaan budaya sekaligus potensi konflik ditemukan pada kehidupan masyarakat Sumatera Utara. Oleh karena itu, dalam kehidupan keseharian masyarakat di Sumatera Utara ditemukan adanya keharmonisan disatu sisi, tetapi disisi lain ada juga terjadi pertentangan. Namun demikian, sejauh ini masyarakat Sumatera Utara dan sekitarnya memiliki mekanisme untuk meredam konflik. Salah satu mekanisme dimaksud adalah konsep dalihan natolu (tiga tungku0. Demikian juga dalam sistem kekerabatan berdasarkan marga, perkumpulan dan kegiatan pesta adat lainnya menjadikan peredaman konflik menjadi efektif.