• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok

lingkungan VI Kelurahan Pasar

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

VI.2. Analisis Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukuan Antar Umat Beragama

VI.2.1. Analisis Lingkup Primer

VI.2.1.4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok

FKUB di tingkat provinsi Sumatera Utara adalah mensosialisasikan segala bentuk peraturan perundang-undangan, regulasi, peraturan menteri, surat edaran dari kementrian agama, hasil musyawarah nasional, dan infomasi serta hal lainnya yang penting yang berkenaan dengan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Kajian peneliti dalam melakukan evaluasi kinerja dalam point ke empat ini, yaitu Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan sosialisasi oleh FKUB, kemudian Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan yang dilakukan serta

168 mengkaji keamanfaatan kegiatan yang dilakukan FKUB provinsi Sumatera Utara dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

Sosialisasi Regulasi Keagamaan

Ada problem serius mengenai kinerja FKUB Sumut dalam upayanya melakukan sosialisasi mengenai regulasi yang berhubungan dengan keagamaan kepada masyarakat, secara kuantitas, FKUB jarang melakukan sossialisasi ke masyarakat, dilain kondisi juga masih banyak lapisan masyarakat, terutama masyarakat bawah (akar Rumput) belum tahu apa itu FKUB, karena memang diakui bahwa FKUB Sumut jarang turun ke masyarakat bawah melakukan dialog, mensosialisasikan regulasi keagamaan dan pemberdayaan. Meski demikian secara kualitas, tidak terlalu sulit bagi FKUB Sumut untuk melalukan sosialisasi tersebut, karena pengetahuan, ilmu dan kompetensi pengurus FKUB Sumut sudah unggul, mereka adalah para majelis agama yang unggul di tingkat provinsi, jadi sudah pasti mereka memahami betul regulasi yang ada dan tidak susah untuk mensosialisasikannya ke masyarakat.

Pemberdayaan Masyarakat

Dari berbagai wawancara yang ada, bahwa pemberdayaan masyarakat belum maksimal dilakukan, selama ini FKUB melakukan pemberdayaan masyarakat pernah menerbitkan media kerukunan yang menanamkan pesan positif dan membuka pengertian akan pentingnya kerukunan, namun media tersebut sejak 2014 hingga hasil penelitian ini dikeluarkan mereka tidak menerbitkannnya lagi dikarenakan minimnya dana.

169 kemudian dalam melakukan fungsi pemberdayaan, maupun sosialisasi regulasi keagamaan FKUB Sumut mengandalkan kegiatan yang dilakukan instansi lain, seperti kesbangpolinmas, kanwil kemenag-SU, swasta dan pemerintah provinsi melakukan seminar, pelatihan, dan pembinaan, maka FKUB Sumut diundang menjadi narasumber, dan juga media massa yang mengundang FKUB Sumut unuk berpartisipasi dalam dialog interaktif. disinilah kesempatan FKUB Sumut dalam menyampaikan semangat akan pentingnya kerukunan di Sumautera Utara.

Kendatipun demikian belum maksimalnya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dilakukan, semata karena kendala utamanya adalah soal dana, karena dana yang minim FKUB Sumut belum mampu bergerak bebas menjangkau lapisan masyarakat, hingga ke masyarakan bawah untuk memaksimalkan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Dampak dari minimnya dana Segala program kerja FKUB Sumut tidak berjalan mulus, cukup banyak program kerja dalam upaya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat ke daerah rawan konflik tidak terealisasi, karena dana yang minim membuat FKUB Sumut tidak bisa bergerak bebas.

Kalaupun ingin bergerak mengelilingi daerah, melakukan banyak hal untuk upaya kerukunan, maka harus bersiap mengeluarkan dana pribadi untuk biaya pengeluaran yang ada. Tak jarang FKUB Sumut dalam merealisasikan program kerja harus mengeluarkan dana pribadi dengan cara patungan sesama pengurus untuk mensukseskan sebuah kegiatan, karena anggaran belanja daerah tidak kunjung cair. Jadi selain para pengurus FKUB Sumut korban ilmu, waktu dan pikiran, tetapi juga dana.

170 VI.2.1.5. Eksistensi Internal Eksternal dan FKUB Provinsi Sumatera Utara

A. Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara

Kualitas internal mempengarui kualitas eksternal suatu organisasi, dari aspek internal peneliti ingin melihat awal proses pemilihan nama-nama yang duduk di FKUB sumut, dinamika dan proses aktivitas organiasi yang terjadi di internal FKUB Sumatera Utara, ketika terjadi hubungan kerja yang harmonis atara sesama pengurus FKUB maka akan berpengaruh terhadap hasil kerja, terutama dalam upaya mereka menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan tinjauan lapangan, baik melauli wawancara dan observasi terlihat adanya hubungan yang harmonis di internal FKUB Sumut, semua anggota terlihat saling mengenal dan selalu bertemu setiap minggu dalam kegiatan rapat rutin ataupun dialog sesama pengurus, meskipun secara proporsional jumlah perwakilan agama yang menjadi pengurus didalamnya tidak seimbang, namun hal tersebut tidak menghalangi mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya, baik berdasarkan komposisi jabatan dalam rapat-rapat organisasi tidak terjadi percekcokan, semua berjalan dengan musyawarah dan mufakat.

Mengenali komposisi jabatan di Internal FKUB juga terjalin musyawarah dan terbentuk variasi dalam pimpinan FKUB Sumut, dari Badan pengurus Harian (BPH) yang berjumlah 8 orang, semua BPH telah mewakili masing-masing agama, kemudian komposisi ketua umum, bendahara umum dan sekretaris umum juga berasal dari perwakilan agama yang berbeda, sehingga komposisi seperti ini telah dianggap tepat dan efektif, karena pertama BPH ini bertindak sebagain pimpinan rapat dan karena variasi yang terjadi di BPH menjadikan proses pengambilan keputusan terjalin secara musyawarah dan mufakat, serta yang kedua

171 menghilangkan rasa saling sikut-sikutan atau bertindak meloloskan atau mengedepankan kepentingan agamanya atau umat seagamanya. Tetapi berdasarkan wawancara yang ada, indikasi seperti itu tidak terjadi di internal FKUB.

B. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara

Eksistensi eksternal FKUB Sumut memiliki fariatif yang luas, hal ini dikarenakan keberadaan FKUB sebagai forum strategis yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah daerah, majelis agama, media massa, dewan penasehat, dan lapisan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, peneliti hanya mengkaji lingkup sekunder yang nota bene lebih dekat dengan aktivitas FKUB selama ini, yakni dewan penasehat, majelis agama, FKUB daerah, media massa dan masyarakat umum.

Dengan demikian eksistensi eksternal FKUB Sumut memiliki fariatif yang paradoks, di lingkungan masyarakat atas, baik di jajaran pemerintah daerah provinsi, di dewan penasehat FKUB Sumut , majelis tinggi agama, media massa, dan FKUB kabupaten/Kota, komunikasi, koordinasi kerja, dan hubungan kerja berjalan dengan baik, harmonis dan dekat, dan diantaranya sering saling bekerja sama untuk mensukseskan kegiatan. Namun demikian eksintensi FKUB Sumatera Utara belum banyak dikenal di masyarakat bawah, baik masyarakat umum, mahasiswa, dan lapisan masyarakat yang masuk kategoti awam, belum mengenal keberadaan FKUB Sumut ini, ini adalah sesungguhnya tugas FKUB Sumut kedepan agar lebih banyak mengarahkan posisi kerja ke seluruh lapisan masyarakat yang ada di Sumatera Utara, minimal mereka mengenal apa itu FKUB

172 dan mereka paham apa tugas FKUB, sehingga masyarakat juga bisa memanfaatkan FKUB untuk peningkatan kerukunan antar umat beragama di daerahnya masing-masing.

Di aspek lain juga bahwa FKUB Sumut posisi strategisnya merupakan tingkatan tertinggi dalam ranah provinsi, artinya posisi strategisnya memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang besar dan luas, sebagaimana tingkat provinsi seyogyanya merupakan kewenangan dekonsentrasi atas FKUB yang ada di daerah kabupaten/kota. FKUB Sumut adalah tumpuan informasi dari daerah, pastilah FKUB Provinsi mengetahui perkembangan kasus yang terjadi diberbagai daerah, lalu kalaupun mengetahui sebaiknya tindak lanjutnya adalah penanganan kasus, lakukan dialog bersama, mediasi sehingga permasalahan daerah tersalurkan kepada pemerintah.

VI.2.2. Analisis Lingkup Sekunder 1. Majelis agama

Keanggotaan FKUB Sumut merupakan perwakilan dari majelis-majelis agama se tingkat provinsi di Sumatera Utara, kemudian dalam menjalankan tugasnya FKUB Sumut dapat meminta usul atau meyampaikan usul, saran dan pendapat kepada majelis-majelis agama dalam rangka pemeliharaan hubungan/kerukunan antarumat beragama dan majelis-majelis agama dapat mengajukan pertanyaan, saran dan pendapat tentang pelaksanaan tugas FKUB.

FKUB Sumut dalam menjalankan peran strategisnya tentu sangat membutuhkan keberadaan para majelis agama untuk memaksimalkan program kerjanya, dari tinjauan lapangan dan tinjauan kepustakaan yang telah dilakukan,

173 sinergitas FKUB Sumut dengan para pemuka agama di tingkat provinsi berjalan dengan baik dan harmonis. Baik kegiatan tukar pikiran, saling memberi saran dan pendapat telah berlangsung dengan baik, tidak hanya berdasarkan kelembagaan tetapi secara pribadi juga erat. Sinergitas ini dianggap strategis karena para pemuka agama tersebut notabene dekat dengan umatnya, apabila FKUB Sumut mengadakan pertemuan, sosialisasi atau pemberdayaan, kepada para majelis agama sepeti yang telah dilakukan kunjungan kerja atau silaturahmi ke MUI-Sumut, Uskup Agung Medan, dewan Konghuchu MUI-Sumut, PGI-MUI-Sumut, Walubi-Su dan PHDI-Su, dan organisasi agama lainnya seperti FPI (Front Pembela Islam) dari organisasi Islam dan GPP (Gereja Protestan Persekutuan) dari organisasi Kristen, pertemuan tersebut selama ini telah dilakukan, dan diharapkan hasil pertemuan tersebut disampaikan ke umatnya masing-masing, hal ini dianggap mampu membangun deteksi dini potensi konflik yang mungkin terjadi diantara para umat dibawah tuntunan majeis tinggi agama masing-masing. Apabila ada potensi konflik yang terjadi diantara para umat ini, majelis agama ini telah mudah membangun komunikasi dengan FKUB Sumut, kemudian antara FKUB Sumut dan majelis agama intens untuk saling menghadiri kegiatan-kegiatan hari besar keagamaan dan kegiatan lainnya yang berkenaan dengan kerukunan. hal inilah yang membuat sinergitas FKUB Sumut dan para majelis agama di tingkat provinsi telah berjalan dengan baik hingga saat ini.

Sebagai tindak lanjut hubungan kerja dan proses pembinaan para pemuka agama se Sumatera Utara, FKUB Sumut bekerja sama dengan majelis agama se sumatera Utara, telah mengadakan simposium di Gedung Walubi Sumut dengan tema menyoroti peran pemangku moral dan tokoh agama, hal ini penting untuk

174 membuka refleksi sudah bagaimana para pemangku moral dan tokoh agama di Sumatera Utara ini bisa menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat. Sebaiknya harus sesering mungkin FKUB Sumut bekerjasama dengan para pemuka agama se-Sumut mengadakan kegiatan seperti ini supaya pembinaan umat, baik secara langsung-maupun tidak langsung bisa efektif dilaksanakan.

2. Dewan penasehat

Posisi Dewan penasehat FKUB Sumut diketuai oleh wakil Gubernur Sumatera Utara, wakil ketua yakni kepala kandepag-SU dan sekretaris yakni kepala Kesbangpolinmas-SU, fungsinya dewan penasehat ialah sebagai fasilitator dan mitra pengurus FKUB Sumut dalam upayanya membangun, memelihara dan memberdayakan kerukunan umat beragama. Kemudian dewan penasehat bertanggungjawab untuk menyediakan anggaran bagi kelangsungan program kerja FKUB Sumut.

Hubungan kerja FKUB Sumut dengan dewan penasehatnya berjalan dengan intens. Banyak kegiatan kerja yang dilakukan dan telah disukseskan karena kerjasama yang intens dan erat dengan para dewan penasehatnya, baik program kerja yang dilakukan di kantor kesbangpollinmas, kantor wilayah kemenag, kantor gubsu dan kantor FKUB Sumut. Setiap program kerja yang dilakukan seperti seminar, dialog dan kunjungan kerja FKUB Sumut selalu didampingi oleh dewan penasehatnya. Hal ini mendukung pembuktian juga bahwa keberadaan dewan penasehat sebagai mitra kerja FKUB Sumut telah terjalin erat.

175 Keberadaan dewan penasehat sebagai fasilitator FKUB Sumut juga telah dianggap mampu mensukseskan program kerja FKUB Sumut, koordinasi kerja baik FKUB Sumut dengan kandepang-Su dan kesbangpolinmas-Su sedikitnya sebulan sekali intens dilakukan setidaknya hanya bertemu, menanyakan perkembangan, apakah ada masalah atau ada kendala sehinga dilakukan upaya bersama untuk menangani kendala tersebut. Keberadaan dewan penasehat sebagai fasilitator FKUB Sumut adalah misalnya FKUB Sumut ingin mengadakan pertemuan kerja, seminar atau menyambut kunjungan kerja dari FKUB provinsi lain, apabila tida memungkinkan atau tidak memadainya dilakukan di kantor FKUB Sumut maka bisa memakai aula atau gedung yang ada di kesbangpolinmas, kandepag, dan kantor gubsu. Kemudian dalam menjalankan tugasnya FKUB Sumut selalu didampingi oleh dewan penasehatnya.

Namun Keberadaan Dewan Penasehat belum berfungsi secara maksimal di sektor lain, seperti Kurangnya waktu bagi wakil gubernur Sumatera Utara selaku ketua dewan penasehat untuk memberikan perhatian dan monitoring langsung bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan program FKUB Sumut, seolah hanya melimpahkan semua pekerjaan dewan penasehat kepada wakil ketua dewan penasehat dan anggota dewan penasehat lainnya, memang secara kewenangan regulasi, hal ini sah-sah saja dilakukan mengingat banyaknya kegiatan kerja yang harus diemban wakil gubernur Sumatera Utara.

Kemudian dilain kondisi Ketua, wakil dan sekretaris dewan penasehat kurang memiliki kekuatan otoritatif dalam menentukan pemberian anggaran FKUB. Hal ini berdampak buruk bagi FKUB Sumut, bahwa sangat minim dana APBD maupun APBN yang turun dari dewan penasehatnya, hal ini terjadi karena

176 berbagai alasan mulai dari penghematan anggaran hingga tidak menetapnya jumlah anggaran akan dialokasikan. sehingga karena minimnya dana membuat banyak kegiatan kerja FKUB Sumut tidak terlaksana.

Dengan demikian keberadaan secara organisasional fungsi dewan penasehat FKUB Sumut sebagai fasilitator dan mitra kerja FKUB Sumut terjalin erat, namun masih cukup pelit dalam memberi dukungan alokasi anggaran untuk keberlangsungan dan kelancaran kinerja FKUB Sumut.

3. konsultatif FKUB Provinsi dan FKUB Kabupaten/Kota

Hubungan FKUB provinsi dengan FKUB kabupaten/kota tidaklah bersifat struktural yang memiliki garis instruktif, melainkan hubungan yang bersifat konsultatif. Posisi FKUB Provinsi bukanlah atasan dari FKUB kabupaten kota, ataupun sebaliknya. Seperti diketahui, FKUB bukanlah organisasi massa yang memiliki jenjang kepengurusan terstruktur dari pusat hingga daerah. FKUB dibentuk dengan semangat kebersamaan antar umat beragama untuk menyelesaikan masalah-masalah keagamaan di wilayahnya. Maka, hubungan dengan FKUB di level lainnya hanyalah bersifat konsultatif. Fungsi konsultatif diperlukan agar adanya kerjasama antar FKUB tingkat I dan tingkat II dalam penanganan masalah-masalah yang terjadi di daerah.

FKUB Sumut adalah tumpuan informasi dari seluruh daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara, pastilah FKUB Sumut mengetahui mengenai hal apa yang terjadi didaerah, FKUB daerah dapat berkonsultasi dengan FKUB provinsi. Perkembangan komunikasi dan hubungan kerja antara FKUB daerah