• Tidak ada hasil yang ditemukan

299 PENGEMBANGAN BENIH KEDELAI SISTEM JABALSIM

JABALSIM

Jalinan benih antar lapang dan antar musim (JABALSIM) adalah proses mengalirnya benih antar daerah secara dinamis berdasarkan asas keterkaitan dan ketergantungan, sehingga menjadi suatu sistem pemenuhan kebutuhan benih di suatu daerah. JABALSIM dapat terjadi karena : a) benih kedelai tidak memiliki dormansi, semakin baru semakin bagus daya tumbuhnya; b) sifat benih yang mudah rusak, penurunan daya tumbuh yang menyebabkan pada kondisi tertentu benih tidak dapat ditanam pada musim berikutnya; c) adanya perbedaan agroklimat atau musim tanam antar wilayah; dan d) adanya persamaan ekologi lahan antar wilayah. Benih yang disebarkan dengan sistem JABALSIM tetap harus melalui proses sertifikasi sesuai aturan yang berlaku (Badan Litbang Pertanian, 2007; Kementerian Pertanian, 2013).

Sistem JABALSIM secara umum terdiri atas dua model berdasarkan agroekosistem bulan basah, yaitu : a) JABALSIM model 1 di daerah dengan agroekosistem 5-6 bulan basah (gambar 1); dan b) JABALSIM model 2 di daerah dengan agroekosistem 3-4 bulan basah (gambar 2). Sedangkan alur distribusi benih vareitas komersial oleh BUMN atau swasta di sembilan provinsi sentra produksi kedelai teridentifikasi menjadi empat sistem, yaitu : a) JABALSIM 1 (kedelai nasional) yang terdapat di lima Provinsi : Aceh, Sumut, Jabar, Jateng dan Jatim (gambar 3); b) JABALSIM 2 yang terdapat di Provinsi DIY dan NTB (gambar 4); c) JABALSIM 3 yang terdapat di Provinsi Sumsel (gambar 5); dan d) JABALSIM 4 yang terdapat di Provinsi Sulsel (gambar 6) (Kementerian Pertanian, 2013).

Sumber : Kementerian Pertanian (2013)

Gambar 1. Arus benih kedelai mengikuti JABALSIM MODEL 1 di Agroekosistem 5-6 bulan basah

Sumber : Kementerian Pertanian (2013)

Gambar 2. Arus benih kedelai mengikuti JABALSIM MODEL 2 di Agroekosistem 3-4 bulan basah

Tegal (MH I) Nov-Feb Tegal (MH II) Feb-April Sawah (MK I) April-Juni Sawah (MK II) Juli-Oktober Tegal (MH I) Des-Maret Sawah (MK I) April-Juni Sawah (MK II)

|301

Sumber : Kementerian Pertanian (2013)

Gambar 3. JABALSIM 1 : NAD, Banten, Jabar, Jateng dan Jatim

Kedelai Hutan/ Lahan kering Jan-Maret Kedelai Hutan/ Lahan kering Oktober-Desember Kedelai Sawah/ MK II Juni-Sept Kedelai Sawah/ MK I April-Mei JABALSIM KEDELAI NASIONAL

Sumber : Kementerian Pertanian (2013)

Gambar 4. JABALSIM 2 : NTB, DIY

Sumber : Kementerian Pertanian (2013)

Kedelai Lahan Sawah Tadah H j Kedelai Lahan Kering Kedelai Lahan Sawah Irigasi JABALSIM BENIH KEDELAI NTB, DIY Kedelai Lahan Pasang surut Tipe genangan C Kedelai Lahan Kering/ Perkebunan Kedelai Lahan Pasang surut Tipe genangan A, JABALSIM BENIH KEDELAI SUMSEL

|303

Gambar 5. JABALSIM 3 : Sumsel

Sumber : Kementerian Pertanian (2013)

Gambar 6. JABALSIM 4 : Sulawesi Selatan

Ketersediaan Benih Kedelai di Jawa Tengah

Pada periode tahun 2012-2015 di Jawa Tengah selalu terdapat kekurangan benih kedelai. Kebutuhan dan produksi benih kedelai di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 7.

Kedelai Musim Barat Kedelai Musim Timur JABALSIM SULAWESI SELATAN

Tabel 7. Produksi dan kebutuhan benih kedelai di Jawa Tengah tahun 2012-2015 No Tahun Luas Tanam (ha) Kebutuhan Benih Kedelai (ton) Produksi Benih Kedelai (ton) Lebih/Kurang (ton) 1 2012 97.112 4.855,60 4.247,97 (607,63) 2 2013 65.278 3.263,90 1.975,01 (1.288,89) 3 2014 72.235 3.611,75 2.571,13 (1.040,62) 4 2015 71.454 3.572,70 3.290,10 (282,60) Rata-rata 76.520 3.826,00 3.021,00 (805,00)

Sumber : Ernawati, 2013; Efendi, 2015

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa dengan luas tanam yang cenderung menurun pada periode tahun 2012-2015 maka kebutuhan benih kedelai juga menurun. Namun pada periode yang sama produksi benih kedelai belum dapat mencukupi kebutuhan benih kedelai di Jawa Tengah. Pada periode tahun 2012-2015, rata-rata kebutuhan benih kedelai di Jawa Tengah sebesar 3.826,00 ton/tahun dengan rata-rata produksi benih kedelai sebesar 3.021,00 ton/tahun, sehingga terdapat kekurangan benih kedelai rata-rata sebesar 805,00 ton/tahun. Pada periode yang sama terdapat kekurangan benih kedelai berlabel berkisar antara 7,91%-39,49%, dengan rata-rata kekurangan benih kedelai sebanyak 21,04%/tahun. Produsen benih kedelai di Jawa Tengah jauh lebih sedikit dibandingkan produsen benih padi. Produsen benih padi lebih dari 300 sedangkan produsen benih kedelai sekitar 40, namun yang aktif melakukan sertifikasi benih kedelai sekitar separuhnya. Pada tahun 2013, produsen benih yang melakukan sertifikasi benih kedelai sebanyak 19, sedangkan pada tahun 2014 produsen yang melakukan sertifikasi benih kedelai sebanyak 21. Berdasarkan kapasitas produksi benih kedelai, produsen benih kedelai dengan produksi benih kedelai lima tertinggi yaitu UD Sujinah-Grobogan, diikuti CV. Mekar Mulyo Sari-Sukoharjo, PB. Trusbus Lestari-

|305

Sukoharjo, PB. Utama-Purworejo dan PB. Sri Unggul-Kebumen (Efendi, 2015). Profil produsen benih kedelai di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Profil produsen kedelai di Jawa Tengah tahun 2014

Nama Produsen Alamat (kabupaten/kota) Lama berusaha (tahun) Kapasitas produksi (ton) Status Kepemilikan

BB Sukoharjo Purbalingga 34 1 Dinas

KBP Kalicacing Banjarnegara 31 3 Dinas

BB Padi dan Palawija

Banyumas 31 1 Dinas

LPPM Unsoed Purwokerto 5 1 Dinas

KP Batang Batang 12 153 Dinas

KBP Harjosari Tegal 22 1 Dinas

KT Sumber Rahayu Grobogan 1 10 Swasta

KT Rukun Tani Grobogan 1 20 Swasta

PB Agro Lestari Grobogan 5 36 Swasta

Rumah Kedelai Grobogan

Grobogan 1 13 Dinas

UD Sujinah Grobogan 9 2.500 Swasta

KBP Kalinyamat Jepara 32 1 Dinas

PB Karya Tani Sejahtera

Rembang 4 2 Swasta

KP Padi Winong II Pati 30 1 Dinas

KBH Sidokerto Pati 22 1 Dinas

KBP Rondole Pati 10 1 Dinas

KT Pucung Kebumen 1 5 Swasta

PB Selfyka Tani Kebumen 8 37 Swasta

PB Sri Unggul Kebumen 10 16 Swasta

PB Tuwuh Subur Kebumen 20 1 Swasta

Gapoktan Akur Tani Purworejo 1 25 Swasta

PB Utama Purworejo 9 460 Swasta

CV Lancar Rizki Klaten 1 1 Swasta

KT Sedyo Mulyo Klaten 1 1 Swasta

CV Mekar Mulyo Sari

Sukoharjo 6 300 Swasta

PB Trubus Lestari Sukoharjo 4 250 Swasta

KBP Bujomartani Wonogiri 32 4 Dinas

PP Kerja Boyolali 34 1 Swasta

J u m l a h 3.846

Sumber : Direktorat Akabi, 2016.

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa jumlah produsen benih kedelai yang terdaftar di BPSB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 sebanyak 28 produsen dengan status kepemilikan pemerintah (dinas) sebanyak 12 produsen dan swasta (perorangan) sebanyak 16 produsen. Jumlah kapasitas produksi benih kedelai (dengan asumsi semua produsen memproduksi benih kedelai sesuai dengan kapasitasnya) sebanyak 3.846 ton. Sebagian besar produksi kedelai diproduksi oleh produsen swasta dengan kapasitas produksi sebanyak 3.665 ton (95,29%), sisanya diproduksi oleh produsen benih milik dinas dengan kapasitas produksi sebanyak 181 ton (4,71%). Namun dalam kenyataannya dalam satu tahun tidak semua produsen benih memproduksi benih kedelai dan dari produsen yang memproduksi benih kedelai tidak memproduksi benih sesuai kapasitasnya, dalam hal ini memproduksi di bawah kapasitas produksinya. Sehingga dalam satu tahun jumlah produksi benih kedelai pada umumnya kurang dari kapasitas produksinya.

Berdasarkan Tabel 8 juga diketahui bahwa produsen benih, terutama produsen swasta yang memiliki kapasitas produksi besar hanya terdapat di beberapa kabupaten di Jawa Tengah, yaitu di Kabupaten Grobogan, Sukoharjo, Purworejo dan Kebumen. Sehingga produksi dan distribusi benih kedelai untuk mencukupi kebutuhan benih kedelai di semua kabupaten/kota di Jawa Tengah menjadi masalah yang harus dipecahkan agar kriteria enam tepat dapat terpenuhi.

Strategi Pengembangan Benih Kedelai Sistem JABALSIM di Jawa Tengah

Jawa Tengah sejak tahun 1992 ditetapkan sebagai salah satu prioritas wilayah pengembangan kedelai di Indonesia oleh

|307

Puslitbangtan dengan agroekosistem pengembangan kedelai meliputi : a) lahan sawah irigasi; b) lahan sawah tadah hujan; dan c) lahan kering/tegalan (Manwan dan Sumarno, 1996). Dengan adanya tiga agroekosistem pengembangan kedelai di Jawa Tengah, maka pertanaman kedelai terdapat di setiap musim tanam, yaitu : a) musim tanam (MT) I atau musim hujan; b) MT II atau musim kemarau (MK) I; dan c) MT III atau MK II. Pada MT I kedelai pada umumnya ditanam di lahan kering dengan pola tanam kedelai – padi gogo/jagung atau lahan sawah tadah hujan dengan pola tanam kedelai-padi gogo-jagung. Pada MT II kedelai pada umumnya ditanam di lahan sawah tadah hujan dengan pola tanam jagung-kedelai-jagung/kacang tanah/kacang hijau. Sedangkan pada MT III kedelai pada umumnya ditanam di lahan sawah irigasi dengan pola tanam padi-padi-kedelai.

Dengan kondisi bahwa setiap tahun di Jawa Tengah selalu terjadi defisit benih kedelai (Tabel 7), maka perlu adanya upaya pemenuhan benih sendiri dalam provinsi. Strategi yang ditempuh adalah dengan pengembangan benih kedelai sistem JABALSIM. Hal ini karena di Jawa Tengah terdapat tiga musim tanam kedelai, sehingga sistem JABALSIM dapat dikembangkan dengan baik untuk memproduksi benih kedelai sesuai aturan perbenihan kedelai yang berlaku. Berdasarkan kriteria Kementerian Pertanian (2013), Jawa Tengah termasuk dalam kategori JABALSIM 1 (gambar 3), namun dalam praktek di lapangan pada umumnya termasuk dalam kategori JABALSIM 2 (gambar 4) dengan tiga musim tanam, yaitu MT I, MT II dan MT III (komunikasi pribadi dengan Sujinah, 2016). Strategi pengembangan benih kedelai sistem JABALSIM dilakukan melalui tahapan : a) pemetaan luas tanam per musim tanam kedelai; b) optimasi kelembagaan perbenihan penyedia benih sumber kedelai; c) produksi benih sebar kedelai sesuai kebutuhan per musim tanam melalui proses sertifikasi sesuai aturan yang berlaku; dan d) distribusi benih kedelai.

Pemetaan luas tanam per musim tanam kedelai

Luas tanam kedelai di Jawa Tengah menurut musim tanam dan kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa di Jawa Tengah kedelai ditanam dalam tiga kali musim tanam. Dengan asumsi luas tanam 80.143 ha, maka kedelai terluas ditanam pada MT III seluas 39.402 ha (49,16%), diikuti MT I seluas 24.652 ha (30,76%) dan MT II seluas 16.089 ha (20,08%). Kondisi ini sangat menguntungkan terkait dengan penyediaan benih kedelai karena sifat benih kedelai yang harus segera ditanam (tidak ada masa dormansi) dan cepat mengalami penurunan daya tumbuh. Sehingga penyediaan benih kedelai dapat dilakukan dengan sistem JABALSIM, dalam hal ini kedelai yang ditanam di lokasi tertentu pada MT I merupakan sumber benih untuk kedelai yang ditanam di lokasi lain pada MT II, kedelai yang ditanam di lokasi tertentu pada MT II merupakan sumber benih untuk kedelai yang ditanam di lokasi lain pada MT III, dan kedelai yang ditanam di lokasi tertentu pada MT III merupakan sumber benih untuk kedelai yang ditanam di lokasi lain pada MT I.

Untuk lokasi (kabupaten) yang mempunyai tiga kali musim tanam kedelai, JABALSIM dapat dilakukan antar desa dalam kecamatan dan antar kecamatan dalam kabupaten. Sedangkan kabupaten yang mempunyai satu atau dua kali musim tanam kedelai, JABALSIM dapat dilakukan antar kecamatan dalam kabupaten dan antar kabupaten. Terdapat 13 kabupeten yang memiliki tiga kali musim tanam kedelai, yaitu : Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Boytolali, Sukoharjo, Wonogiri, Grobogan, Blora, Rembang, Semarang, Kendal dan Pekalongan. Sedangkan kabupaten yang memiliki satu atau dua kali musim tanam kedelai sebanyak 15 kabupaten, yaitu :

|309

Kabupaten Purworejo, Karanganyar, Sragen, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Temanggung, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes dan Kota Surakarta.