• Tidak ada hasil yang ditemukan

ulma adalah semua tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya dan menimbulkan kerugian (Saputra 2011). Gulma atau tumbuhan pengganggu merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman padi, karena gulma dapat menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok (Gupta 1984). Tanaman padi bersaing dengan gulma dalam hal mendapatkan cahaya, unsur hara dan air. Gulma yang tumbuh di antara tanaman padi merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya hasil, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif (Pithantomo, 2007). Pada periode kritis, kehadiran gulma akan menyebabkan kerugian besar. Periode kritis ini terjadi saat kanopi tanaman budidaya belum menutup seluruh permukaan tanah, kira-kira sepertiga umur tanaman. Kehadiran gulma setelah periode kritis tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang berarti.

Gulma menghambat pertumbuhan tanaman. Menurut Pitoyo (2006), gulma dapat menurunkan produksi padi secara nasional hingga mencapai 15 – 42% untuk padi sawah dan 47-87% untuk padi gogo. Menurut Rijn (2000), gulma mengurangi hasil tanaman dalam persaingan mendapatkan cahaya, oksigen, CO2, dan unsur hara. Penurunan hasil tanaman tersebut diakibatkan karena gulma

G

dapat menurunkan aktivitas pertumbuhan antara lain kerdilnya pertumbuhan tanaman, terjadi klorosis, kekurangan hara, serta terjadinya pengurangan jumlah dan ukuran organ tanaman. Hasil tanaman yang tinggi dapat dicapai dengan mengurangi gangguan gulma yang terjadi selama fase pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu dengan melakukan pengendalian gulma. Fase tersebut jatuh pada saat tanaman masih dalam pertumbuhan vegetatif (Moenandir, 1981). Vergara (1990), mengemukakan bahwa hasil gabah akan menurun secara drastis apabila gulma tidak dikendalikan pada stadia awal pertumbuhan tanaman padi.

Penyiangan gulma dengan demikian menjadi salah satu kegiatan dalam budidaya tanaman padi sawah yang penting. Penyiangan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan terjadinya kompetisi antara tanaman padi dengan tumbuhan liar (gulma) dalam memperebutkan faktor-faktor tumbuh. Penyiangan gulma tidak harus dilakukan sepanjang masa pertanaman tetapi cukup pada waktu tertentu, terutama pada periode kritis (Purwono dan Purnawati, 2011). Kegiatan pengendalian gulma merupakan salah satu tahapan dalam budidaya tanaman padi yang memerlukan biaya yang cukup besar untuk upah tenaga kerja. Pada usahatani padi, biaya tenaga kerja pengendalian gulma dapat mencapai 50% dari total biaya produksi (IRRI, 1992).

TEKNIK PENGENDALIAN GULMA

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu; a) secara kultur teknis dengan (pengolahan tanah sempurna, dan penggenangan air), b) secara teknis dengan (penyiangan dengan menggunakan tenaga manusia/manual dan cara semi mekanis dengan bantuan alat, dan c) secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida.

1. Pengolahan tanah sempurna. Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula

|163

keras menjadi gembur dan melumpur untuk lahan sawah. Pengolahan tanah yang ideal harus dilakukan dua kali, yaitu pembajakan dan penggaruan. Tujuan dari pembajakan adalah untuk membalikkan tanah, sedangkan penggaruan dilakukan untuk menghancurkan bongkahan tanah agar menjadi lebih halus dan siap ditanami (Siregar, 1981). Pengolahan tanah sedalam 15-20 cm disertai penggenangan dapat menghambat pertumbuhan gulma dan hal ini dapat melindungi tanaman padi dari persaingan dengan gulma pada awal pertumbuhannya di sawah (Purwono dan Purnawati, 2011).

2. Penggenangan air di petakan sawah. Penggenangan air dapat berfungsi membunuh beberapa jenis gulma (Siregar, 1981). Sedangkan menurut Sudarmo (1990) penggenangan air dapat menekan pertumbuhan jenis gulma tertentu. Penggenangan dapat diatur atau disesuaikan dengan stadia pertumbuhan tanaman.

3. Penyiangan secara manual. Penyiangan gulma secara manual dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan (hand weeding) dengan atau tanpa alat bantu. Penyiangan cara manual ini membutuhkan banyak tenaga kerja, waktu, dan biaya. Berdasarkan survei kebutuhan tenaga penyiangan untuk penyiangan pertama sebesar 129 HOK/ha dan penyiangan kedua sebesar 236 HOK/ha (Pitoyo, 2006). Menurut Saragih (2013) penyiangan secara manual efektif untuk gulma - gulma semusim atau dua musim. Sebaliknya untuk gulma tahunan pencabutan dengan tangan mengakibatkan terpotongnya bagian tanaman (rhizoma, stolon, dan umbi akar) yang tertinggal di dalam tanah. Sisa organ tumbuhan tersebut efektif sebagai sumber perbanyakan vegetatif. Penyiangan dengan tangan menjadi sulit bila dilakukan pada spesies gulma tertentu yang daunnya dapat melukai anggota badan, seperti Leersia

hexandra atau Scleria spp., atau gulma yang dapat

menyebabkan iritasi, seperti Rottboellia exaltata. Menurut Sudarmo (1990), penyiangan secara manual efektif terhadap gulma muda, khususnya gulma yang tumbuh di dalam rumpun dan di antara barisan tanaman padi. Namun demikian cara ini membutuhkan tenaga yang cukup banyak. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh IRRI, kapasitas penyiangan dengan tangan adalah 120 jam/ha/orang. Salah satu contoh pengendalian gulma secara manual di Kabupaten Sragen memerlukan tenaga kerja antara 25-30 orang/ha/hari (Suhendrata et al., 2015).

Sumber gambar : Dok. Pramono (kiri), Dok.Suhendrata (kanan)

Gambar 1. Gulma tanaman padi sebelum penyiangan (kiri) dan penyiangan gulma secara manual (kanan)

4. Penyiangan secara semi mekanis. Penyiangan cara semi mekanis yaitu penyiangan menggunakan peralatan bantu seperti garok atau landak sudah banyak digunakan di beberapa wilayah, hanya saja masih dijumpai kendala kapasitas yang rendah (40 - 50 HOK/ha) serta kejerihan kerja cukup tinggi (Pitoyo 2006). Menurut Saragih (2013) cara penyiangan semimekanis membutuhkan waktu pengerjaan

|165

yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara penyiangan dengan tangan. Penggunaan alat penyiang memekanis berisiko merugikan pertumbuhan tanaman, karena alat tersebut sering menimbulkan kerusakan mekanis pada akar maupun batang tananam padi, terutama pada jarak tanam yang rapat. Penyiangan menggunakan gasrok di Kabupaten Sragen memerlukan tenaga kerja 6-8 orang/hari/0,33 ha, kinerja tersebut dipengaruhi oleh kondisi gulma dan lahan sawah.

Keuntungan penyiangan menggunakan alat gasrok atau landak adalah (1) Ramah lingkungan (tidak menggunakan bahan kimia), (2) Lebih ekonomis, hemat tenaga kerja dibandingkan dengan penyiangan manual dengan tangan, (3) Meningkatkan aerasi udara di zona perakaran dan merangsang pertumbuhan akar padi lebih baik, (4) Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah, sehingga pemberian pupuk menjadi lebih efisien. Pengendalian gulma cara semi mekanis menggunakan gasrok atau landak sangat dianjurkan, namun cara ini hanya efektif dilakukan apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air (Balitbangtan, 2007).

Sumber gambar : Dok. Eko BP-kiri dan Dok. Suhendrata-kanan

Gambar 2. Pengendalian gulma menggunakan gasrok/landak

5. Penyiangan cara kimia. Pengendalian gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma menggunakan herbisida. Pengendalian ini lebih mudah dan efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Namun perlu diingat, penggunaan herbisida perlu cermat dan bijaksana, karena cara ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama tanah dan air serta sifat toksik terhadap tanaman. Berdasarakan cara kerjanya, herbisida terbagi ke dalam herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak hanya mematikan bagian gulma yang terkena larutan, sedangkan bagian yang berada di bawah tanah tidak mati. Herbisida yang bekerja sistemik (masuk ke dalam jaringan tanaman) efektif untuk membunuh gulma yang mempunyai stolon, rimpang, atau umbi yang terpendam dalam tanah.

Ada 3 jenis herbisida berdasarkan waktu penggunaannya, seperti herbisida pra tanam, pra tumbuh, dan pasca tumbuh. Herbisida pra tanam digunakan sebelum tanaman ditanam untuk mematikan gulma di lahan. Herbisida pra tumbuh digunakan saat tanaman dan gulma belum berkecambah. Penggunaan herbisida pasca tumbuh harus selektif, tergantung jenis tanaman budidaya yang ditanam dan jenis gulma yang dikendalikan. Aplikasinya pun tidak bisa terlalu awal karena tanaman muda (berdaun 2-3 atau 4-5 helai) cenderung lebih rentan terhadap keracunan herbisida (Purwono dan Purnawati, 2011). Menurut Saragih (2013), faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada saat mengaplikasikan herbisida di lapangan adalah (1) Jenis herbisida yang akan dipakai sesuai dengan gulma sasaran, (2) Dosis pemberian herbisida tepat dan sesuai dengan kalibrasi yang sudah dilakukan, (3) Waktu aplikasi tepat dan benar sesuai dengan pola aksi

|167

herbisida (pratanam, pratumbuh, awal pascatumbuh, dan pascatumbuh), dan (4) Waktu aplikasi/ penyemprotan yang tepat.

MESIN PENYIANG GULMA PADI SAWAH

Mesin penyiang gulma (power weeder) padi sawah merupakan salah satu alternatif cara penyiangan gulma disamping cara-cara penyiangan yang lain (cabut langsung dengan tangan, alat landak, gasrok, herbisida). Di samping itu, penggunaan mesin penyiang bermotor memiliki keunggulan sebagai berikut: (1) Kapasitas kerja yang lebih besar, (2) Menekan biaya penyiangan, (3) Mengurangi waktu kerja sehingga kelelahan kerja dapat dihindari, dan (4) Mudah dan ringan, sehingga dapat dioperasikan oleh satu orang.

Power weeder berfungsi untuk mencabut atau membenamkan

rumput (gulma) yang tumbuh diantara tanaman padi sawah, tanpa merusak tanaman padi atau menurunkan produksi. Alat ini mampu mengurangi waktu kerja, jumlah tenaga kerja dan biaya penyiangan.

Beberapa persyaratan dalam pengoperasian mesin ini yaitu (1) lahan : kondisi lahan tergenang macak-macak dengan ketinggian air 1-5 cm dan kedalaman lumpur sawah maksimal 20 cm, dan (2) tanaman padi: jarak tanam antar baris harus lurus dan tetap (penyiangan satu arah), apabila diinginkan penyiangan dua arah membujur dan melintang maka jarak tanam baik antar baris maupun dalam baris harus lurus dan tetap (dua arah lurus) dan umur tanaman padi antara 15 – 40 hari setelah tanam. Pada umumnya, tanam bibit padi sawah baik secara manual menggunakan alat bantu blak maupun secara mekanis menggunakan rice transplanter hanya memiliki jarak tanam antar baris yang tetap dan lurus sedangkan jarak tanam dalam baris tidak dapat tetap sehingga penyiangan secara mekanis menggunakan

power weeder umumnya hanya dilakukan dalam satu arah.

Ada beberapa tipe mesin penyiang gulma (power weeder) yang telah tersedia di pasaran, yaitu :

Mesin Penyiang Gulma (Power Weeder) Satu Roda

Mesin penyiang gulma ini menggunakan sistem satu roda sehingga lebih memudahkan untuk penyiangan gulma yang berada diantara tanaman padi dengan jarak tanam padi yang kurang teratur dan tidak lurus. Disamping itu mampu bekerja disegala jenis lahan, baik lahan dalam, becek maupun lembek. Kapasitas kerja 16 Jam/ha dengan lebar penggaruk/cakar penyiang 15 cm.

Sumber gambar : www.matohtech.com, 2015

Gambar 3. Mesin penyiang gulma satu roda