• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM DAN SALURAN DISTRIBUSI BENIH PADI LINGKUP PERDESAAN

|89 SISTEM PRODUKSI DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA

SISTEM DAN SALURAN DISTRIBUSI BENIH PADI LINGKUP PERDESAAN

Sistem Distribusi Benih

Produsen benih harus mempunyai obsesi agar produk yang dihasilkan dapat diterima dan dimanfaatkan oleh petani dengan tingkat harga yang dapat memberikan keuntungan yang memadai. Berkaitan dengan hal itu, setiap produsen benih sudah harus melakukan perencanaan kegiatan sebelum produk didistribusikan (Adiningrat, 2008). Pemasaran benih padi memerlukan manajemen penetapan harga, promosi, dan distribusi. Kegiatan tersebut akan menimbulkan pertukaran sehingga akan dapat memenuhi kebutuhan individu atau organisasi sebagai konsumen benih. Melalui benih yang dapat didistribusikan, produsen dapat memperoleh pendapatan atau mengembangkan usahanya secara berkelanjutan.

Sistem distribusi benih padi adalah suatu kegiatan yang mepunyai fungsi melancarkan aliran benih sampai kepada konsumen akhir sesuai dengan kebutuhan pengguna yaitu petani. Ada tiga sistem distribusi yang banyak dilakukan terhadap perdagangan benih padi yaitu (1) sistem distribusi langsung, (2) sistem distribusi melalui pedagang, (3) sistem distribusi perantara yaitu melalui agen/distributor. Sistem distribusi langsung adalah dari produsen langsung kepada petani sebagai konsumen akhir. Produsen benih akan melakukan fungsi mengendalikan langsung sampai dibeli oleh konsumen akhir. Sistem distribusi melalui

|101

pedagang (pedagang besar atau pengecer) adalah menjual langsung kepada pedagang, sehingga benih tersebut menjadi milik pedagang, kemudian pedagang menjual kepada konsumen akhir. Pedagang sendiri yang akan menyampaikan benih tersebutkepada pembeli. Sistem distribusi melalui distributor atau agen, yaitu sistem pemasaran yang berfungsi untuk memperlancar pergerakan benih padi melalui sistem perantara. Mereka tidak mempunyai hak memiliki produk, agen perantara terdiri dari broker (pialang, agen penjualan, dan perwakilan pabrik).

Sebagai produsen benih, selalu berusaha untuk berkembang, oleh karena itu kegiatan distribusi benih merupakan suatu kebutuhan utama dalam industri perbenihan. Penetuan harga dan distribusi harus dikelola secara profesional, sehingga kebutuhan konsumen akan segera terpenuhi dan terpuaskan (Sudiyono, 2004). Konsumen bagi produsen benih dapat dikatagorikan sebagai himpunan anggota, artinya bahwa para anggota atau petani dapatmenggunakan terus menerus benih yang dihasilkan untuk sarana produksi setiap kali tanam. Kebutuhan tersebut sudah selayaknya dilayani agar para konsumen loyal terhadap usahanya. Mempertahankan kepuasan konsumen dari waktu ke waktu, merupakan salah satu cara membina hubungan (Prasetyo, 2015).

Saluran Distribusi Benih

Di antara produsen benih dan konsumen akhir yaitu terdapat sejumlah pelaku yang menjalankan berbagai fungsi agar benih sampai kepada petani. Dalam pengertian distribusi, pelaku tersebut sering disebut sebagai perantara. Panjang pendeknya saluran distribusi tergantung dari tingkat perantara yang digunakan. Sebagai contoh adalah saluran distribusi benih padi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sido Makmur di Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut:(1) Saluran distribusi langsung, dimana produsen langsung menjual kepada petani; (2) Saluran distribusi melalui kios

(pedagang), kemudian dari kios didistribusikan ke petani;(3) Saluran distribusi melalui dinas terkait sebagai benih bersubsidi atau bantuan langsung benih unggul (BLBU), selanjutnya didistribusikan oleh BPP ke petani. Contoh lain adalah saluran distribusi yang dilakukan oleh produsen benih (PB) Wos Nusantara di Kabupaten Klaten yang menerapkan dua saluran distribusi yaitu (1) Saluran distribusi langsung kepada petani dan (2) Saluran tidak langsung, dengan cara menjual benih kepada BUMN, kemudian dari BUMN dijual ke Dinas sebagai BLBU kepada petani, seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Saluran distribusi benih padi di Desa Pucungrejo, Kabupaten Kendal

Gambar 3. Saluran distribusi benih di Desa Sidowayah, Kabupaten Klaten

PRODUSEN KIOS BPP DINAS P E T A N I PRODUSEN BUMN P E T A N I DINAS

|103

Contoh lainnya adalah saluran distribusi benih padi yang dilakukan oleh pemuda tani Agro Asyifa di Kabupaten Magelang yaitu menerapkan tiga saluran distribusi yaitu distribusi langsung dimana produsen langsung menjual kepada petani di wilayahnya, dan saluran distribusi melalui Kios (pedagang), kemudian dari kios didistribusikan kepada petani, atau dari produsen disalurkan melalui BPP sebagai benih bersubsidi atau bantuan langsung benih unggul (BLBU), selanjutnya dari BPP disalurkan kepada petani, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Dengan dinamika sistem pemasaran yang semakin komplek, tentunya saluran distribusi benih padi, juga akan semakin rumit. Jalinan kerjasama dalam distribusi dan diseminasi antara produsen benih pemerintah, swasta maupun BUMN benih (PT SHS, dan PT Pertani), serta pedagang besar dan kios-kios saprodi sebagai pengecer benih perlu dibangun dengan pola kemitraan yang saling menguntungkan (Prasetyo, 2015; PT Sang Hyang Seri, 2015).

Gambar 4. Saluran distribusi benih padi di Desa Ngasinan, Kabupaten Magelang KIOS P E T A N I PRODUSEN BPP PENUTUP

Secara konseptual Desa Mandiri Benih Padi dapat dibangun apabila sistem produksi dan strategi penyediaannya dipenuhi secara konsisten. Namun demikian, dalam operasionalnya seringkali dihadapkan pada kendala keterbatasan modal, perencanaan yang kurang cermat, dan kurangnya komitmen serta kebijakan yang mendukung. Permodalan menjadi kendala karena hasil panen tidak dapat segera menghasilkan uang tunai, tetapi perlu melalui serangkaian proses persertifikasian sampai menjadi benih dan terjual. Dana alokasi khusus dari pemerintah pusat yang selama ini untuk pembiayaan pemerintah kabupaten/kota, dapat juga sebagian digunakan dalam pembelian benih yang dihasilkan oleh produsen benih tingkat desa, yang kemudian dapat disalurkan dalam bentuk BLBU kepada petani di wilayahnya.

Perencanaan kurang cermat karena kemampuan memprediksi kebutuhan benih dan penguasaan pasar terbatas. Sinergi antara produsen benih yaitu pemerintah, BUMN, swasta, dan produsen benih tingkat desa dalam bentuk kerjasama kemitraan merupakan implikasi kebijakan yang memungkinkan untuk dapat diterapkan. Tanpa adanya sinergi dan upaya kemitraan dengan pihak-pihak yang berkompeten, tujuan dari membangun desa mandiri benih akan sulit dicapai. Dalam jangka panjang disarankan agar para petani dapat memperoleh pembinaan untuk menjadi pemulia mandiri, sehingga dapat menghasilkan benih sumber yang sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dan tidak tergantung dari pihak luar.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningrat, E.D. 2008. Permasalahan dalam Membangun Industri Perbenihan. Disampaikan dalam Integrated Workshop: “Konsolidasi Sumberdaya Iptek Pangan Untuk Mencapai Kemandirian Benih dan Bibit Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan 2015. BPPT. Jakarta. 15 p.

|105

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2015. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Mandiri Benih. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Draft III. Jakarta

Balai Besar Pengkajian dan Pengambangan Teknologi Pertanian, 2011. Petunjuk Pelaksanaan Unit Pengelola Benih Sumber, BBP2TP, Badan Penelitian Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian, Bogor.

Ernawati, N. 2016. Evaluasi Perbenihan di Jawa Tengah. Materi disampaikan pada acara Pertemuan Forum Perbenihan Tanaman Pangan Jawa Tengah, pada tanggal 20 April 2016 Bertempat di Pusdiklat UNS, Surakarta, Jawa Tengah

Irianto, S.G., 2015. Pengembangan Alsintan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan. Disampaikan Pada Acara: Seminar Nasional “ Pencapaian Kedaulatan Pangan Melalui Optimalisasi Prasarana dan Sarana Pertanian” Diselenggarakan oleh Koordinator Kementerian Ekonomi pada tanggal 19 Oktober 2015 di Yogyakarta

Prasetyo, T. 2015 . Posisi Benih Padi dalam Kerangka Kebijakan Swasembada Beras Berkelanjutan. Pendampingan Untuk Pemberdayaan Menuju Daulat Pangan. Badan Penelitian dan Pengembanga Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta Prasetyo, T., Cahyati Setiani, Sodiq Jauhari, 2015. Penerapan

Mekanisasi Pada Usahatani Padi dalam Rangka Mengatasi Kelangkaan Tenaga Kerja dan Mendukung Tanam Serempak di Jawa Tengah. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Temu Teknologi Padi 6 Agustus 2015 di Balai Besar Penelitian Padi . Sukamandi . Jawa Barat.

Prasetyo,T., dan Cahyati Setiani, 2016. Model UsahaPenyediaan Benih Padi Menuju Desa Mandiri Benih di Jawa Tengah. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Dalam Rangka

Dies Natalis Universitas Negeri Sebelas Maret ke 40 Fakultas Pertanian “Membangun Good Governance Menuju Desa Mandiri Pangan dan Energi Pada Era MEA. pada tanggal 28 April 2016, di Surakarta.

PT Sang Hyang Seri, 2015. Kemandirian Benih Basis Kedaulatan. Materi disampaikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan, Kementerian Koordinator Ekonomi dan IndustriRepublik Indonesia, Yogyakarta 19 November 2015.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2010. Pedoman Umum Produksi Benih Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Bogor

Satoto, 2013. Pengenalan Varietas Padi. Materi Workshop Penguatan Kapasitas Pengelola Benih Sumber (UPBS), 17-23 November 2013, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.

Sembiring, H, 2010. Ketersediaan Inovasi Teknologi Unggulan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Menunjang Swasembada dan Ekspor. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Padi. Inovasi Teknologi Padiuntuk Mempertahankan Swasembadadan Mendorong Ekspor Beras.Balai Besar Penelitian Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sukamandi.

Simatupang, P. 2008. Menjembatani Penelitiandan Kebijakan Pembangunan Pertanian. Disampaikan pada Koordinasi Kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 22 Oktober 2008.: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijaksanaan Pertanian, Bogor.

|107

Soekartawi.1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Universitas Brawijaya, Malang. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. PT. Raja Grafika Persada, Jakarta

Sofyan, I.B., 2003. Studi Kelayaan Bisnis. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Widodo, S. 2008. Campur Sari Agro Ekonomi. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Udin S. N., S. Wahyuni., M. Y. Samalulah dan A. Ruskandar., 2008. Sistem Perbenihan Padi dalam Buku 2. Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Hal. 91-122. Penerbit LIPI Press, Jakarta.

Wahyuni, S., 2013. Pengantar Produksi Benih. Materi Workshop UPBS, 17-23 November 2013, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.

|109

STRATEGI PENGENDALIAN