B. Pengertian, Perkembangan dan Konsep Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pengertian dan Perkembangan Anak Usia Dini
Islam telah menegaskan bahwa memelihara anak, merupakan salah satu amanah yang wajib dilakukan orang tua kepada anak-anaknya.
Dalam surah at-Tahrim ayat 6 diterangkan tentang kewajiban orang
47 Said Agil Husin Al-munawwar, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, cet.
2; Ciputat: MSCC, 2005), h. 70.
48 Hamzah al-Mal³b±r³, al-Muw±zanah bain al-Mutaqaddim³n wa al-Muta’akhkhir³n f³ Ta¡¥³¥ al-A¥±d³£ wa Ta‘l³lih± (Cet. II; t.t.: t.p., 1422 H./2001 M.), h. 22.
49‘Abd ¦aq ibn Saif D³n ibn Sa‘dull±h Dahlaw³, Muqaddimah f³ U¡µl
al-¦ad³£ (Cet. II; Beirut: D±r al-Basy±ir al-Isl±miyah, 1986), h. 56-57.
tua untuk mendidik keluarga mereka, agar anak-anak mereka terhindar dari api neraka:
ُساَّلنٱ اَهُدوُقَو اٗراَن ۡمُكيِلۡهَأَو ۡمُكَسُفنَأ ْآوُق ْاوُنَماَء َنيِ َّلٱ اَهُّيَأٰٓ َي
ۡمُهَرَمَأ ٓاَم َ َّللٱ َنو ُصۡعَي َّل ٞداَدِش ٞظ َلِغ ٌةَكِئٰٓ َلَم اَهۡيَلَع ُةَراَجِۡلٱَو
َنوُرَمۡؤُي اَم َنوُلَعۡفَيَو
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Pemeliharaan ini diberikan pada pundak orang tua karena merekalah yang merupakan orang yang terdekat bagi anaknya, merekalah yang berperan besar dalam membentuk karakter anak. Dalam penafsiran ayat di atas Ibnu Katsir mengutip apa yang dijelaskan oleh Ali Ra.
dari Sufyan bni al-Syuuri bahwa kalimat “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” bermakna “didiklah mereka dan ajarkan mereka tentang sopan santun” artinya bahwa untuk menjaga diri dan keluarga, hal utama yang harus dilakukan adalah dengan mendidik keluarga dengan ilmu pengetahuan dan adab sopan santun. Hampir sama dengan apa yang dikemukakan di atas, oleh Ibnu Abbas seperti yang dikutip oleh Ibnu Katsir dan al-Qurthubi, ia menafsirkan bahwa kalimat ini bermakna perintah untuk senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, dan dengan sering mengingatkan keluarga pada Tuhan dan juga dengan jalan mendoakan mereka. Kemudian menurut al-Dhahhak dan Muqatil seperti yang dikutip dalam Ibnu Katsir bahwa tanggung jawab mendidik ini merupakan kewajiban utama pada ayah sebagai kepala rumah tangga untuk tidak hanya menjaga dirinya dari azab api neraka, tapi ia juga diperintahkan untuk menjadi pelindung bagi keluarganya (istri, anak, dan orang yang berada di rumahnya seperti pembantunya).50
50 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir. h. ttp://quran.al-islam.com/Page.aspx?
pageid=221&BookID=11&Page=560 (4 Februari 2016), h 560
Selanjutnya Qurthubi dalam kitab tafsirnya menegaskan bahwa kewajiban memberikan pendidikan dan penjagaan bagi keluarga (di antaranya anak) menjadi tanggung jawab ayah selaku kepala rumah tangga dengan mengutip hadis dari Abdullah bni Umar yang menyatakan “Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan bertanggungjawab terhadap apa yang kamu pimpin” jelas dari pernyataan nabi ini bahwa mereka yang ditunjuk jadi pemimpin/kepala rumah tangga akan dimintai tanggung jawab terhadap siapa yang dipimpinya. Hal ini sejalan dengan hadis lain yang menyatakan bahwa
“seorang ayah wajib memberi nama anaknya dengan nama yang baik, mengajarkan al-Quran, dan menikahkan mereka”. 51
Berdasarkan dua penafsiran di atas didapat 2 kesimpulan utama, yaitu bahwa kewajiban pendidikan bagi anak dibebankan pada orang tua, dengan ayah yang menjadi motor utama, kedua bahwa penjagaan dari api neraka itu tidak hanya dalam bentuk mengingatkan pada ketaatan dan menjauhi kemungkaran semata, tapi yang tak kalah pentingnya yaitu dengan mempersenjatai mereka dengan ilmu pengetahuan dan dengan pendidikan karakter, dan yang tak kalah pentingnya yaitu dengan senantiasa mendoakan mereka dalam kebaikan.
Anak-anak dalam ajaran Islam dilukiskan bagaikan kertas putih, yang suci tanpa noda, ia akan terwarnai berdasarkan warna orang tuanya atau mereka yang mengasuhnya. Oleh sebab itu, anak-anak itu sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan yang ada di sekelilingnya. Tatkala ia berada dalam lingkungan yang memiliki dan menjaga karakter-karakter positif maka otomatis anak itu akan tumbuh secara baik dan berkarakter positif. Sebaliknya jika ia tumbuh pada lingkungan yang bobrok maka anak itu pun mungkin saja akan tumbuh menjadi anak yang berperilaku negatif. Sebagaimana dipaparkan dalam hadis nabi yang berbunyi:
ْنِإَو ًّفَوَـتُم ٍدوُلْوَم ِّلُك ىَلَع ىَّلَصُي ٍباَهِش ُنْبا َلاَق ٌبْيَعُش اَنَرَـبْخَأ ِناَمَيْلا وُبَأ اَنَـثَّدَح
ًةَّصاَخ ُهوُبَأ ْوَأ َم َلْسِْلا ُهاَوَـبَأ يِعَّدَي ِم َلْسِْلا ِةَرْطِف ىَلَع َدِلُو ُهَّنَأ ِلْجَأ ْنِم ٍةَّيَغِل َناَك ىَلَع ىَّلَصُي َلَو ِهْيَلَع َيِّلُص اًخِراَص َّلَهَـتْسا اَذِإ ِم َلْسِْلا ِْيَغ ىَلَع ُهُّمُأ ْتَناَك ْنِإَو
َلاَق ُثِّدَُي َناَك ُهْنَع ُهَّللا َيِضَر َةَرْـيَرُه اَبَأ َّنِإَف ٌطْقِس ُهَّنَأ ِلْجَأ ْنِم ُّلِهَتْسَي َل ْنَم
51 Tafsir Al-Qurthubi. http://quran.al-islam.com/Page.aspx?pageid=221&BookID=
14&Page=560 (2 Februari 2016), h. 560.
ْوَأ ِهِناَدِّوَهُـي ُهاَوَـبَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي َّلِإ ٍدوُلْوَم ْنِم اَم َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ُِّبَّنلا
َءاَعْدَج ْنِم اَهيِف َنوُّسُِت ْلَه َءاَعَْج ًةَميَِب ُةَميِهَبْلا ُجَتْنُـت اَمَك ِهِناَسِّجَُي ْوَأ ِهِناَرِّصَنُـي
52َةَي ْلا }اَهْـيَلَع َساَّنلا َرَطَف ِتَّلا ِهَّللا َةَرْطِف{ ُهْنَع ُهَّللا َيِضَر َةَرْـيَرُه وُبَأ ُلوُقَـي َُّث
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib berkata, Ibnu Syihab: “Setiap anak yang wafat wajib dishalatkan sekalipun anak hasil zina karena dia dilahirkan dalam keadaan fithrah Islam, jika kedua orangnya mengaku beragama Islam atau hanya bapaknya yang mengaku beragama Islam meskipun ibunya tidak beragama Islam selama anak itu ketika dilahirkan mengeluarkan suara (menangis) dan tidak dishalatkan bila ketika dilahirkan anak itu tidak sempat mengeluarkan suara (menangis) karena dianggap keguguran sebelum sempurna, berdasarkan perkataan Abu Hurairah radliallahu ‘anhu yang menceritakan bahwa Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”. Kemudian Abu Hurairah radliallahu
‘anhu berkata, (mengutip firman Allah QS Ar-Ruum: 30 yang artinya: (‘Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”).53
Penegasan hadis di atas sejalan juga dengan pandangan Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1827), seorang ahli pendidikan di kota Swiss, yang mengemukakan bahwa setiap anak memiliki potensi karakter yang positif. Potensi ini akan hilang jika tidak dibina dan dikembangkan. Masa awal kehidupan seorang anak merupakan sesuatu
52 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, dalam Ensiklopedi Hadits/
CDHAK9I [CD ROM], Lidwa Pustaka, t.th. hadis no. 1270, 1271, 1296, 4402, dan 6110. Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi, Al-Jami’
ash-Shahih, dalam Ensiklopedi Hadits/ CDHAK9I [CD ROM], Lidwa Pustaka, t.th.
hadis no. 4804, 4805, dan 4806. Tirmizi, Abu Dawud, Malik, dan Ahmad.
53 Tim Lidwa Pustaka, Ensiklopedi Hadits/CDHAK9I {{[CD ROM], Lidwa Pustaka, t.th.
yang sangat berharga, ia akan menentukan kehidupannya di masa datang. Karena itu, proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini tersebut harus dijaga kesinambungannya. Setiap tahapan dan level harus dikembangkan secara baik, optimal, dan sistematis, agar terjadi proses berkesinambungan dalam menjaga pembawaan yang positif tadi. Pada dasarnya setiap tahapan akan memberikan pengaruh dalam proses tahapan selanjutnya. Oleh sebab itu, menurut Pestalozzi bahwa anak didorong untuk aktif dalam menolong dan mendidik dirinya sendiri.54
Walaupun Islam telah menegaskan pentingnya pendidikan bagi anak, hanya saja kajian yang berkaitan dengan proses dan pelaksanaan pendidikan dan pembinaan tersebut tidak berkembang secara baik.
Proses dan pembinaan pada anak usia dini cenderung dipersamakan dengan pendidikan dan pembinaan bagi manusia secara umum baik bagi anak maupun dewasa, padahal karakteristik anak berbeda dengan orang dewasa bahkan anak pra baligh sekalipun (usia mumayyiz).
Karena itu, mestinya kajian tentang pendidikan anak harus dimulai dengan pemahaman terhadap konsep anak sebagai landasan dalam memperlakukan, dan mengembangkan potensi mereka.
Pengertian anak dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan sebagai keturunan kedua, atau tingkatan dibawah setelah orang tua.
Anak juga diartikan sebagai manusia yang masih kecil.55 Istilah anak usia dini sendiri tidak menjadi terminologi tersendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal ini mengindikasikan bahwa anak usia dini yang dikenal dalam istilah pendidikan anak-anak, belum dianggap sesuatu yang berbeda dengan anak-anak yang lain pada umumnya.
Karena itu, berbicara tentang makna dan pengertian anak usia dini lebih tepat jika dikaji lewat dunia pendidikan. Dalam undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah dijelaskan pengertian anak usia dini secara jelas bahwa anak usia dini adalah mereka berada pada masa usia 0-6 tahun. Kemudian dalam Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini dijelaskan lebih lanjut bahwa Anak
54 Imam Makruf, dkk., Modul Guru Kelas Raudhatul Athfal (Jakarta: Kemenag, 2015), h. 4.
55 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 56.
usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya.56 Walaupun dalam literatur internasional rentang anak usia dini lebih diperluas pada usia 0-8 tahun seperti yang dikemukakan oleh The National for Education for Young Children (NAECY) 57.
Memang berbicara tentang hakekat anak usia dini memang tidak bisa lepas dari hakekatnya sebagai manusia itu sendiri, dalam al-Qur’an ia dinyatakan sebagai makhluk tuhan yang ditunjuk sebagai seorang khalifah (perwakilanNya). Sebagai seorang perwakilan di muka bumi, pastilah manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kemampuan untuk hidup di dunia dengan baik, Allah swt. berfirman:
58
ۖ ٗةَفيِلَخ ِضرۡ لٱ ِف ٞلِعاَج ِّنِإ ِةَكِئٰٓ َلَمۡلِل َكُّبَر َلاَق ۡذوَإِ َۡ
Terjemahannya:
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Karena itu, tidaklah salah jika semenjak usia dini manusia telah dibekali dengan akal yang jauh lebih sempurna dibanding makhluk Tuhan yang lain. Dengan kemampuan akal yang dimiliki, manusia dapat mengembangkan potensi, dan menjalankan fungsinya sebagai perwakilan Tuhan. Menurut ahli neoro-sains (syaraf) bahwa manusia saat dilahirkan pertama kali ia akan dibekali dengan sel-sel otak yang berjumlah sekitar 100 milyar sel. Saat itu sel-sel sebanyak itu belum terhubung secara baik (sinap) antara satu sel dengan sel yang lain. Hanya sel-sel utama yang berkaitan dengan pengendalian detak jantung, pernapasan, gerak refleks, pendengaran dan naluri hidup yang sudah mulai terhubung. Kemudian saat anak baru lahir ini menginjak usia 3 tahun sel otak akan membentuk sekitar 1000 triliun jaringan koneksi/sinapsis. Saat inilah posisi sel otak manusia berada dalam puncaknya, hingga menurut teori neoro, bahwa sel otak yang dimiliki
56 Pusat Kurikulum-Balitbang Depdiknas, Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2007), h. 2.
57 Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, h. 82.
58 Surat al-Baqarah ayat 30.
anak saat usia 3 tahun 2 kali lebih besar kemampuannya dibanding usia dewasa.59 Yang perlu diketahui di sini bahwa bahwa tingkat kecerdasan seseorang tidak diukur dari banyaknya sel otak yang dimiliki tapi sebanyak dan serumit apa jaringan (sinaps) sel otak yang mereka miliki, makin banyak dan rumit itulah yang dianggap lebih cerdas60. Puncak kematangan otak saat berumur tiga tahun ini bisa dianggap sebagai fitrah anak yang memang telah dijelaskan dalam hadis dia atas, yaitu semua anak-anak akan mencapai level ke-fitrah-annya yaitu dalam kondisi puncak positifnya.
Saat sinapsis atau jaringan sel otak yang telah terbentuk tadi telah berada dalam puncak kemampuannya, maka secara teori akan terjadi proses penyesuaian dan adaptasi. Sinaps yang jarang digunakan atau bahkan tidak digunakan maka dia otomatis melemah hingga mati.
Sebaliknya sinaps yang sering difungsikan maka ia akan semakin kuat dan permanen.61 Untuk memperkuat dan mempermanenkan jaringan otak tersebut maka bisa dilakukan dengan memberikan banyak rangsangan atau stimulasi yang akan membantu anak untuk sering menggunakan sinaps yang telah mereka miliki.
Berdasarkan teori di atas disimpulkan bahwa otak itu tumbuh dan berkembang saat anak dilahirkan hingga umur 3 tahun, saat itu otak akan berada pada puncak pertumbuhannya. Setelah itu dia akan tetap pada kemampuan puncaknya, atau ia akan melemah berdasarkan sejauhmana kemampuan otak itu dipelihara dan dijaga, proses untuk pemeliharaan dan penjagaannya bisa dilakukan dengan memberikan ransangan dan stimulus yang dibutuhkan guna memelihara jaringan otak yang telah dimiliki tadi. Tidak salah jika salah seorang ahli PAUD dari Jepang yaitu Ibuka yang mengatakan bahwa kunci perkembangan intelegensia tergantung pengalaman anak saat ia menginjak usia tiga tahun yaitu selama masa perkembangan otaknya. Pada dasarnya tidak ada anak bodoh atau cerdas saat ia dilahirkan, yang ada adalah sejauhmana anak-anak tersebut mendapatkan rangsangan sel otak
59 Suyadi, M.Pd.I, dan Maulida Ulfah, M.Pd., I. Konsep Dasar PAUD, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung), 2013, h. 3.
60 Dr. Nusa Putra, S. Fil. Dan Ninin Dwilestari, S.Pd., Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012), h. 3.
61 Suyadi, M.Pd.I, dan Maulida Ulfah, M.Pd., I. Konsep Dasar PAUD, h. 3-4.
yang mereka miliki.62
Demikian pula dengan apa yang dikemukakan Amstrong yang mengutip beberapa ahli, yang berpendapat bahwa periode perkembangan otak di usia dini menjadi penentu yang akan membantu menstimulusi perkembangannya. Melalui proses metaforis, imajinatif, sintesis dan magic saat anak-anak tersebut melihat dunianya, maka saat itu level neoron akan bergerak aktif untuk lebih permanen. Menurut Marian Diamond seorang peneliti otak, bahwa secara struktual dan fungsional otak anak usia dini berbeda, energy yang mereka gunakan saat anak usia 2 tahun akan sama dengan orang dewasa dan saat beranjak ke usia 3 tahun ia akan lebih aktif, 2 kali dari energy orang dewasa miliki. Kemudian energy ini akan terus bekerja, mereview, dan bersinaps, hingga di usia 9 dan 10 tahun. Saat itu metabolism yang dimiliki akan menurun dan mencapai tahap dewasa di saat umur 18 tahun. Secara bersamaan pula saat anak berumur di usia dini akan ada proses pengurangan dan penguatan sel dan jaringan otak. Bagi yang sering disimulasi atau diaktifkan maka ia akan semakin kuat dan permanen, sedangkan yang tidak dirangsang atau diaktifkan maka otomatis dia lambat laun akan melemah hingga mati. 63 Faktor sosial dan emosional di sekitar anak merupakan beberapa aspek yang sangat mempengaruhi proses perkembangan otaknya.
Berdasarkan fakta dan fenomena yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan betapa pentingnya fase pertumbuhan otak anak, yaitu periode saat otak anak mulai tumbuh berkembang yaitu di usia 0-3 tahun, kemudian dilanjutkan dengan fase penguatan sel dan jaringan otak yang dimiliki, saat anak berumur 3-9 atau 10 tahun. Pada usia-usia tersebut dianggap sebagai masa ideal, krusial, dan kritis untuk memberikan banyak pendidikan dalam bentuk rangsangan, stimulus, perhatian, aktifitas yang tepat dan bermakna bagi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan otak mereka.
Dari sini akhirnya para pendidik melahirkan konsep pendidikan anak usia (PAUD), yang pada hakekatnya bertujuan untuk menyediakan
62 Dr. Nusa Putra, S. Fil. Dan Ninin Dwilestari, S.Pd., Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, h. 4.
63 Dr. Nusa Putra, S. Fil. Dan Ninin Dwilestari, S.Pd., Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, h. 4-5.
sarana dan fasilitas untuk pemenuhan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, baik itu fisik maupun kepribadian mereka.
Karena itu, pendidikan anak usia dini itu diharapkan dapat menjadi sarana untuk pengembangan seluruh aspek yang dimiliki sang anak usia dini tersebut, yang terdiri atas aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik. Dalam pendidikan tersebut akan diberikan berbagai kegiatan bermain yang beragam, dengan harapan ia akan mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat menstimulus dan merangsang jaringan sel otaknya, sehingga lebih kuat dan baik, yang nantinya akan berimplikasi pada pengembangan potensi yang dimiliki anak untuk lebih positif dan proporsional.
Adapun konsep pendidikan dasar yang diatur dalam undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan dalam pasal 28 bahwa (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/
atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat,(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Dan untuk pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah yang dinyatakan pada pasal (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Juga dijelaskan dalam Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini bahwa kegiatan pendidikan anak usia dini yang diharapkan dilakukan adalah dengan melakukan peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif yang harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada di sekitar anak, dengan adanya lingkungan kondusif ini maka diharapkan anak tersebut memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya. Adapun potensi anak yang diharapkan untuk dapat
dikembangkan pada usia dini itu, meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.
Senada penjelasan di atas, Maria Montessori (1870-1952), seorang dokter dari Italia yang turut memberikan perhatian pada pendidikan anak usia dini, menegaskan bahwa kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada pengembangan secara optimal pada anak usia dini. Lingkungan yang kondusif dan penuh kasih sayang akan bisa memunculkan anak yang bisa memaksimalkan potensi positif yang mereka miliki. Menurutnya, pemahaman anak pada dunia atau lingkungan yang ia diami akan menjadi dari bagi ilmu pengetahuan baginya. Indera merupakan media awal mereka dalam memahami lingkungannya, karena itu dalam merancang materi pembelajaran perlu pengoptimalan indera yang mereka miliki sehingga anak bisa lebih berkembang. Materi itu juga menjadi sarana untuk mengkoreksi diri, sehingga anak menjadi sadar dalam menghadapi berbagai macam rangsangan yang nantinya akan menjadi susunan/
bangunan ilmu pengetahuan dalam pikirannya. Kemudian menurut Montessori perlu dikembangkan alat belajar yang memungkinkan anak dapat mengeksplorasi lingkungannya. Baik yang berkaitan dengan pendidikan jasmani, berkebun dan belajar tentang alam. 64
Lebih lanjut dijelaskan dalam Standar Isi PAUD tersebut bahwa untuk mengoptimalkan perkembangan awal pendidikan anak dapat dilakukan dengan menggunakan sarana bermain, karena secara alami anak itu senang bermain, sehingga mereka tidak merasa kehilangan masa bermain dengan adanya pendidikan yang mereka harus jalani.
Pendidikan melalui permainan akan jauh lebih menyenangkan bagi anak, sehingga ia bisa mengenal diri dan lingkunganya. Melalui permainan tersebut anak dapat berkreasi, bereksplorasi, menemukan, dan mengekspresikan rasa yang mereka miliki.65
Anak-anak pada umumnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena itu pola interaksi yang seharusnya diberikan kepada mereka juga mempunyai pola dan model tertentu.
64 Imam Makruf dkk., Modul Guru Kelas Raudhatul Athfal, h. 5.
65 Pusat Kurikulum-Balitbang Depdiknas, Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini, h. 3.
Diantara karakteristik unik yang dimiliki oleh anak usia dini itu yaitu, adanya rasa ingin tahu yang jauh lebih besar pada segala yang ada di sekitarnya, juga dalam pergerakan yang dilakukannya itu cenderung cepat, dalam artian bahwa anak usia dini itu dapat bergerak ke sana ke mari, demikian pula dengan kegemarannya untuk senantiasa bermain tanpa kenal lelah.66
Anak usia dini juga adalah pribadi yang unik, yang berbeda, dan memiliki karakteristik tersendiri, berdasarkan pencapaian dari usia yang dimilikinya. Usia anak dini juga dinyatakan sebagai masa “golden age” yaitu sebagai masa keemasan dalam proses perkembangan selanjutnya. Semua pendidik mengakui bahwa pada masa itu adalah masa penting bagi dalam proses kehidupannya.
Dianggap penting karena secara teori pertumbuhan otak seseorang saat masa golden key mengalami proses pencapaian yang lebih pesat dibanding rentang kehidupan lainnya. Karena pentingnya masa usia dini ini (direntang 0-6 tahun atau 8 tahun) maka sangat dianjurkan untuk lebih memberikan banyak rangsangan-rangsangan positif guna mendorong pencapaian perkembangan otak yang lebih optimal melalui intervensi pada potensi yang mereka miliki, yaitu potensi pada aspek moral, agama, social, emosi, bahasa, kognitif, motorik/fisik, dan seni.67