• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan tentang Pelayanan Kesehatan

KEBUDAYAAN ETNIK KAILI DA’A

2.4. Organisasi Sosial Dan Kemasyarakatan 1. Sistem Kekerabatan

2.5.5. Pengetahuan tentang Pelayanan Kesehatan

Gambar 2.13.

Daun-daunan untuk pengobatan tradisional Sumber: Dokumentasi Peneliti

Selain meminum ramuan tradisional, sebagian

masyarakat juga ada yang mengobati sendiri dengan meminum obat-obatan yang dijual di warung. Beberapa obat (pakuli) yang biasa mereka konsumsi adalah obat antibiotik seperti obat merk Am dan Amp. Obat tersebut mereka dapatkan tanpa resep dokter dan manfaat dari obat tersebut mereka ketahui dari mulut ke mulut. Sebagai contoh obat Am dan Amp mereka gunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Obat tersebut ditumbuk halus dan kemudian ditempelkan pada luka agar segera sembuh.

2.5.5. Pengetahuan tentang Pelayanan Kesehatan

Sebagian masyarakat Kaili Da’a Wulai ketika sakit akan melakukan pengobatan sendiri terlebih dahulu. Jika belum sembuh (nalino) mereka akan meminta bantuan topo tawui. Jika sudah ditolong topo tawui penyakit belum sembuh juga biasanya mereka akan mencari topo tawui yang lainnya yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit mereka. Jika mereka sudah meminta bantuan beberapa orang topo tawui namun penyakit

tidak kunjung sembuh barulah mereka meminta bantuan tenaga kesehatan seperti bidan, seperti pernyataan informan RI berikut ini:

“Ada penyakit yang bisa diobati oleh topotawui ada penyakit yang bisa diobati oleh bidan kesehatan. Seumpamanya ditiup tidak bisa kita butuh pertolongan bidan. Kalau dulu orang patah cuma diurut atau ditiup saja bisa sembuh.”

Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang jika sudah melakukan pengobatan sendiri seperti meminum ramuan tradisional atau membeli obat di warung namun penyakitnya tidak sembuh, mereka langsung pergi ke Poskesdes tanpa meminta bantuan topo tawui, seperti diungkapkan informan SK berikut ini:

“Kalo cuma sakit-sakit perut ya pake obat kampung. Ujung daun jambu itu disiram saja pake air panas. Banyak juga daun pana. Terserah dari kita mau berapa lembar tapi kasih ganjil. Kalo tidak sembuh baru dibawa ke bidan.”

Selain meminta bantuan topo tawui atau berobat ke bidan kesehatan, orang yang sakit juga ada yang melakukan pergumulan. Pergumulan adalah berdoa kepada Tuhan untuk memohon petunjuk mengenai penyebab penyakit yang dideritanya. Jika penyakit disebabkan karena guna-guna maka setelah pergumulan orang yang bergumul akan memimpikan orang yang mengirimkan guna-guna. Pergumulan dilakukan dengan cara melakukan puasa selama tiga hari tiga malam, tidak makan dan minum setelah jam 12 malam dan tidak boleh kena asap rokok. Namun menurut pendeta ME, pergumulan sebenarnya tidak dianjurkan karena terkadang mimpi yang

datang bukan petunjuk dari Tuhan melainkan dari iblis atau setan, seperti pernyataannya berikut ini:

“Contohnya saya berteman dgn seseorang dan saya memimpikan seseorang tersebut dan di dalam mimpi tsb saya lihat seseorang itu yang mengguna-guna saya. Belum tentu kan mimpi itu benar.”

Biasanya masyarakat yang langsung berobat ke bidan adalah yang tinggal di Dusun Watubete dimana letak rumah mereka tidak terlalu jauh dengan Poskesdes. Bagi mereka yang letak rumahnya cukup jauh dari Poskesdes seperti di Dusun Saluwu atau perkampungan Pinora’a mereka lebih memilih ditolong topo tawui jika mereka sakit karena rumah topo tawui lebih dekat. Disamping itu mereka juga beranggapan jika sakit ditolong topo tawui lebih cepat sembuh dibanding ditolong bidan, seperti pernyataan informan PW yang lebih memilih berobat ke topo tawui. Menurutnya jika berobat ke topo tawui penyakit akan lebih cepat kambuh dibandingkan berobat ke bidan, berikut pernyataannya:

“Kalo di-tawui kadang satu jam itu sudah bisa sembuh, cuman karena sering kembali itu penyakit. Mungkin kalo seperti kayu itu ada akarnya ketinggalan. kalo berobat di bidan, kalo ibaratkan kayu atau rumput tercabut semua itu akarnya. Jadi walaupun pelan-pelan dia sehat itu sembuh caranya lebih bagus lagi kalo ke bidan. Tapi agak lama baru sembuh.”

Disamping itu adanya larangan dari pihak Gereja Bala Keselamatan agar tidak berobat ke topo tawui membuat sebagian masyarakat Wulai sembunyi-sembunyi jika meminta bantuan topo tawui. Mereka tidak mau jika mereka berobat ke

topo tawui diketahui oleh pendeta. Masyarakat yang seperti ini

Keselamatan seperti di Dusun Watubete, Wulai Satu dan Sinjanga. Adanya larangan ini juga membuat masyarakat di ketiga dusun tersebut lebih banyak yang berobat ke bidan kesehatan dibandingkan dengan di Dusun Saluwu dimana pendeta tidak melarang masyarakat berobat ke topo tawui karena gerejanya adalah Gereja Toraja Mamasa.

Pendeta dari Gereja Bala Keselamatan selalu mengarahkan masyarakat agar berobat ke bidan bukan ke topo

tawui. Pengobatan yang dilakukan topo tawui menurut pendeta

tidak sesuai dengan ajaran agama karena sama saja dengan menduakan Tuhan. Menurut pendeta pengobatan yang dilakukan

topo tawui tidak bersumber dari Tuhan tetapi dari ilmu hitam,

seperti penjelasan informan ME berikut ini yang bertugas sebagai pendeta di salah satu dusun di Desa Wulai:

“Saya tekankan kepada Jamaat agar kalo datang sama hamba Tuhan jangan bercabang. Maksudnya jika sudah berobat ke bidan atau dokter jangan berobat ke dukun tiup. Orang yang bertiup itu pakai ilmu hitam, jarang ke gereja.”

Adapun alasan lain yang membuat sebagian masyarakat enggan berobat ke Poskesdes adalah karena pada jam-jam tertentu jika berobat ke Poskesdes dikenakan biaya. Pelayanan di Poskesdes pada pukul tujuh pagi sampai pukul dua siang gratis jika memiliki kartu Jamkesmas. Namun jika lewat dari jam dua siang dikenakan biaya walaupun punya kartu Jamkesmas. Biaya yang dikenakan tergantung dari obat yang diberikan oleh bidan. Menurut keterangan bidan yang bertugas di Poskesdes, ia menarik biaya karena obat-obatan yang diberikan tidak semuanya berasal dari Puskesmas Randomayang, beberapa obat ada yang dibeli sendiri oleh bidan. Jika pasien yang datang tidak membawa kartu Jamkesmas kan dikenakan tarif umum yaitu sekitar Rp. 15.000,- - Rp 20.000,-. Adanya tarif pengobatan ini

dikeluhkan oleh masyarakat karena tidak semua masyarakat memiliki kartu Jamkesmas.

Gambar 2.14. Poskesdes Wulai Sumber: Dokumentasi Peneliti

Sarana fasilitas kesehatan yang ada di Desa Wulai adalah Poskesdes yang terletak di Dusun Watubete. Pada awalnya Poskesdes ini adalah Puskesmas pembantu (pustu) yang dibangun pada tahun 2000. Pustu dibangun pada tahun 2000 namun pada saat itu belum ada petugas kesehatan yang tinggal menetap di desa. Pada tahun 2005 sudah ada bidan desa yang tinggal menetap di Pustu sampai sekarang. Selain Poskesdes, sebelumnya sempat ada klinik milik gereja dimana ada perawat yang tinggal menetap dan melakukan pengobatan kepada masyarakat. Saat ini klinik tersebut tidak berfungsi karena tidak ada petugasnya.

Tenaga kesehatan yang bertugas di Desa Wulai ada dua orang yaitu bidan yang sudah PNS yang telah tinggal di Desa Wulai sejak tahun 2005 dan satu orang bidan PTT yang bertugas

sejak Januari 2014 namun tidak tinggal di desa. Bidan PTT tidak setiap hari datang ke Poskesdes Wulai. Hal ini dikarenakan jika hujan turun terus menerus air sungai akan meluap dan akses jalan masuk ke Desa Wulai terputus. Biasanya asisten bidan datang hari Senin sampai Jumat dari pukul sepuluh pagi sampai jam dua siang. Bidan di Desa Wulai lebih banyak melayani

pengobatan umum dibandingkan melakukan pelayanan

kesehatan ibu dan anak.

Adapun penyakit yang paling banyak diderita pasien Poskesdes Wulai pada bulan Mei 2014 adalah sakit kepala. Pada bulan Juni 2014 penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit infeksi saluran pernafasan. Berikut data kunjungan pasien Poskesdes Wulai selama bulan Mei-Juni 2014 secara lengkap:

Tabel 2.2. Data Kunjungan Pasien Poskesdes Wulai Mei-Juni 2014

Nama Penyakit Jumlah Penderita Mei 2014 Jumlah Penderita Juni 2014 Sakit Kepala 21 - Alergi 15 10 Demam 13 6 Rematik 8 - Batuk 7 - UHS 6 11 Diare 3 6 Suspect Malaria 3 7 ISPA 2 20 Hipertensi 2 8 Asma 2 - Anemia - 12 Disentri - 4 Lain-lain - 20 Total 82 104

Selain Poskesdes Wulai, masyarakat Wulai juga ada yang langsung mendatangi Puskesmas Kecamatan Bambalamotu yang bernama Puskesmas Randomayang yang terletak di pinggir jalan Trans Sulawesi Randomayang. Penduduk Desa Wulai yang tinggal di Dusun Ujung Baru jika sakit lebih banyak yang datang ke Puskesmas Randomayang dibandingkan ke Poskesdes Wulai karena jarak Puskesmas Randomayang lebih dekat. Bagi penduduk yang tinggal di dusun lain seperti di Dusun Watubete, Saluwu atau Sinjanga untuk menuju Puskesmas Randomayang cukup sulit karena harus melewati dua sungai yang apabila hujan turun terus menerus air sungainya akan meluap. Pasien yang berobat ke Puskesmas Randomayang tidak dikenakan biaya jika memiliki kartu Jamkesmas. Jika pasien tidak memiliki kartu Jamkesmas dikenakan biaya Rp 5000.

Gambar 2.15. Puskesmas Randomayang Sumber: Dokumentasi Peneliti

Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Randomayang terdiri dari perawat dan bidan. Tidak ada dokter

yang bertugas di Puskesmas ini karena dokter PTT sebelumnya telah habis masa tugasnya dan belum ada penggantinya. Berikut tabel tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Randomayang secara lengkap:

Tabel 2.3. Tenaga Kesehatan Puskesmas Randomayang

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Perawat PNS 8 2 Perawat PTT 4 3 Perawat Gigi 1 4 SKM 2 5 Bidan PNS 2 6 Bidan PTT 6 7 Farmasi 2 8 Gizi 1 9 Sanitarian 1 Jumlah Tenaga 27

Sumber: Data Profil Puskesmas Randomayang