• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Masukan dan Produktivitas Usahatani Komoditas Utama Aplikasi teknologi tidak hanya mencakup jumlah input yang digunakan Aplikasi teknologi tidak hanya mencakup jumlah input yang digunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

5.5.3. Penggunaan Masukan dan Produktivitas Usahatani Komoditas Utama Aplikasi teknologi tidak hanya mencakup jumlah input yang digunakan Aplikasi teknologi tidak hanya mencakup jumlah input yang digunakan

tetapi juga kualitas, bahkan cara bagaimana memperlakukan input tersebut dalam budidaya pertanian. Analisis ini hanya difokuskan pada tingkat penggunaan input utama yakni benih, pupuk, tenaga kerja, dan pengelolaan irigasi di level usahatani.

Berdasarkan data lapang yang dikumpulkan dari survey, terdapat 5 jenis komoditas yang dominan yaitu padi, jagung dan kedele, kacang tanah, dan kacang hijau. Penggunaan input dan produktivitas usahatani ketiga jenis komoditi tersebut per musim tanam dapat disimak pada Tabel 18.

Produktivitas usahatani padi pada MT I (MH), MT II (MK-1), dan MT III (MK-2) masing-masing adalah 56.5, 55 dan 53 kuintal gabah kering panen (GKP) per hektar. Jika dibandingkan dengan produktivitas usahatani padi di Subang dan Sidrap pada tahun 1998/1999 angka-angka tersebut lebih tinggi, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas yang dicapai di Cianjur (Sumaryanto, 2001). Dalam bentuk gabah kering giling (GKG) angka-angka tersebut setara dengan 47.5, 46.7, dan 45.2 kuintal GKG/hektar. Dengan demikian lebih tinggi daripada produktivitas rata-rata nasional (42 – 44 kuintal/hektar ataupun rata-rata Asia pada tahun 1996 (38.7 kuintal/hektar) sebagaimana

dilaporkan dalam Kasryno et al, 2001. Tingkat produktivitas usahatani padi di DAS Brantas tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas yang dicapai RRC (63 kuintal/hektar), apalagi jika dibandingkan dengan produktivitas yang dicapai di salah satu wilayah irigasi paling produktif di negeri itu yakni di Zhanghe Irrigation System yang rata-rata mampu mencapai 78 kuintal/hektar (Hong et al, 2001).

Tabel 18. Produksi dan penggunaan input per hektar usahatani padi dan palawija di pesawahan DAS Brantas, 1999/2000

Padi Jagung Kedele Kacang

tanah

Kacang hijau MT I MT II MT III MT II MT III MT II MT III MT III MT III

Produktivitas (ku/ha) *) 56.5 54.9 53.2 56.0 54.6 13.2 13.1 14.3 8.6 Sarana Produksi: 1. Benih (Kg) 58.2 60.3 57.4 23.3 23.8 57.9 52.4 101.9 32.3 2. Pupuk Urea (Kg) 360.1 370.5 381.6 301.0 248.5 59.5 40.8 22.8 6.4 3. Pupuk ZA 117.7 117.7 160.9 38.0 44.9 0.0 32.6 0.0 0.0 4. Pupuk TSP 63.8 61.7 55.3 61.2 50.7 23.8 12.5 13.9 7.3 5. pupuk SP-36 39.5 43.3 50.7 6.7 10.2 0.0 3.6 3.5 3.5 6. Pupuk KCl 35.7 36.8 53.2 16.1 18.6 0.0 16.4 6.9 0.0 7. Pestisida (Rp.000) 121.1 130.4 212.6 23.5 31.9 121.4 179.9 48.9 115.4 8. Lainnya (Rp.000) 20.2 18.4 45.8 86.1 84.4 0.0 39.4 0.0 66.6 Tenaga Kerja (Jam kerja):

1. Laki-laki 900.9 903.8 1145.2 643.9 669.3 881.9 633.2 818.4 403.8 2. Perempuan 487.9 479.1 443.6 424.7 376.2 240.6 250.1 368.3 208.4 3. Ternak kerja 3.9 3.9 0.0 6.4 1.6 0.0 0.0 2.8 0.0 4. Traktor 29.2 27.7 46.4 29.2 20.7 3.0 4.6 11.5 0.0 Total (setara pria) 1625.1 1603.8 2010.5 1325.4 1203.5 1107.1 884.3 997.1 570.5

Jumlah petani (n) 471 386 52 50 162 3 126 8 22

*): kuintal Gabah Kering Panen (GKP)

Produktivitas tersebut dicapai melalui aplikasi penggunaan pupuk kimia yang sangat intensif. Sebagai ilustrasi, rata-rata penggunaan pupuk N lebih dari 400 Kg/hektar dengan rincian rata-rata pupuk Urea mencapai 360 – 380 Kg/hektar dan ZA lebih dari 100 Kg/hektar. Rata-rata penggunaan pupuk P (TSP dan atau SP-36) lebih dari 100 Kg/hektar. Dibandingkan dosis pemupukan 'anjuran' angka-angka tersebut terlalu besar sehingga dapat diinterpretasikan "over intensif". Apakah hal itu disebabkan oleh: kecenderungan petani untuk menerapkan pemupukan berlebih (efek psikologis), kebutuhan pupuk an organik yang semakin tinggi karena menurunnya kesuburan fisik tanah akibat defisiensi bahan organik,

ataukah disebabkan oleh turunnya kualitas pupuk dan atau cara penggunaannya masih perlu kajian lebih lanjut.

Penggunaan tenaga kerja mencakup tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja upahan (buruh tani). Dalam pengolahan tanah, penggunaan tenaga kerja ternak semakin tidak populer dan sebagian besar mengandalkan tenaga mekanis terutama traktor roda dua.

Pada penggunaan benih, petani biasanya menyemai benih lebih banyak daripada yang sesungguhnya ditanam. Selain untuk mengatasi kekurangan akibat viablitas (daya tumbuh) benih yang tidak pernah mencapai angka di atas 95 persen, hal itu juga dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan bibit untuk penyulaman. Dalam kasus-kasus tertentu dimana bibit yang mereka semai sendiri tidak cukup maka petani tersebut membeli atau meminjam bibit dari petani lainnya. Pada tahun 1999/2000, varietas padi yang paling banyak ditanam petani adalah IR-64. Menurut informasi yang diperoleh dari sebagian besar petani, IR-64 merupakan salah satu varietas padi berdaya hasil tinggi dan rasanya banyak disukai sehingga sangat populer. Faktanya, IR-64 merupakan varietas padi yang durasi edarnya paling lama.

Aplikasi irigasi pompa ditujukan untuk mengatasi kekurangan air pada fase-fase pertumbuhan tertentu (musim kemarau). Sebagian petani memiliki pompa irigasi sendiri, sedangkan yang tidak memiliki menyewa jasa pemompaan dari pengusaha pompa irigasi atau petani lain yang memiliki pompa irigasi.

Meskipun pada musim hujan ada pula petani yang mengusahakan tanaman jagung di lahan sawah irigasi teknis di DAS Brantas akan tetapi jumlahnya sangat sedikit – bahkan untuk kedele hampir tak ada. Oleh sebab itu yang dibahas hanya usahatani komoditas tersebut pada musim kemarau.

Secara agregat, produktivitas usahatani jagung pada MT II (MK-1) adalah sekitar 56 kuintal pipilan kering/hektar, sedangkan pada MT III (MK-2) sedikit lebih rendah (54.6 kuintal/hektar). Khusus untuk jagung hibrida, produksi per hektar luas garapan yang dicapai petani di lokasi penelitian adalah sekitar 60.5 kuintal pipilan kering dengan kisaran 48 – 82 kuintal; sedangkan untuk varietas komposit sekitar 48 kuintal dengan kisaran 32 – 65 kuintal.

Jagung hibrida telah banyak diusahakan terutama di Sub DAS Tengah dan Hilir. Selain ditunjang oleh kemudahan petani memperoleh benih tersebut di kios-kios saprodi setempat, perkembangan aplikasi benih hibrida di lokasi ini juga terdukung oleh pola kemitraan dengan industri benih dan industri pakan. Serupa dengan kinerja pada usahatani padi, aplikasi teknologi dalam usahatani jagung juga termasuk intensif.

Sejak puluhan tahun yang lalu wilayah pesawahan DAS Brantas merupakan salah sentra produksi kedele di Indonesia. Produktivitas usahatani kedele pada tahun 1999/2000 adalah sekitar 13 kuintal kedele ose/hektar dengan kisaran 9 – 19 kuintal/hektar. Variasi produktivitas antar petani dalam usahatani kedele ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan variasi produktivitas usahatani padi maupun kedele. Ini dapat disebabkan risiko usahatani kedele lebih tinggi daripada kedua komoditas tersebut.

Produktivitas usahatani Kacang Tanah dan Kacang Hijau masing-masing adalah 14.3 dan 8.6 kuintal ose/hektar. Angka ini lebih tinggi daripada rata-rata nasional, akan tetapi untuk rataan Pulau Jawa termasuk angka tersebut termasuk kategori sedang. Kedua jenis komoditas tersebut umumnya diusahakan pada MT III (MK-2). Pada MT II (MK-1), partisipasi petani yang mengusahakannya lebih kecil dibandingkan petani yang mengusahakan jagung maupun padi.