• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.5. Mekanisasi dan Modrenisasi Pertanian

3.5.2. Pupuk

Pupuk adalah merupakan bahan yang mengandung suatu unsur atau unsur unsur hara dalam konsentrasi yang cukup besar kemudian mengandung bahan yang dapat memperbaiki struktur tanah, kandungan ini kemudian dapat meningkatkan kesuburan kimiawi atau fisik tanah dan langsung·memperbaiki pertumbuhan vegetatif maupun generatif suatu tanaman. Dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui Program Bimas di Simalungun, Presiden

129 Ibid.

130 Ibid.

Indonesia melalui kepala daerah Tingkat I menerapkan program-program pemasaran pupuk sejak Pelita I sampai dengan 1 Desember 1988 yaitu dengan memperlakukan dua pembagian pupuk untuk dipakai masyarakat yaitu pupuk bersubsidi yang dibantu pemerintah dan pupuk non subsidi.131

Pemberian subsidi merupakan suatu upaya pengamanan program peningkatan produksi pertanian, dengan pelayanan penyediaan pupuk kepada petani sehingga dapat dicapai dengan tepat mulai dari jenis, jumlah, waktu penggunaan, tempat dan harga. Tujuannya tentu agar program ini berguna sebagai sarana pembinaan dan pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) agar dapat memegang peranan utama kegiatan perekonomian di pedesaan.

Beberapa KUD yang tersebar di kecamatan tepatnya di kebupaten Simalungun, wajib melaksanakan amanat yang diberikan oleh pemerintah pusat Termasuk barang dagangan dalam hal pupuk juga harus berdasarkan ketetpan pemerintah. Para pengecer atau pedagang pupuk yang bertugas sebagai agen-agen pedagang selain KUD atau saat ini sering disebut sebagai UD (Usaha Dagang) harus benar-benar terdaftar secara resmi oleh pemerintah. Tujuannya adalah untuk menjaga kestabilan harga pupuk itu sendiri.

Hal ini sesuai dengan keputusan pemerintah melalui departemen perdagangan yang menjelaskan bahwa pada pelaksanaan Bimas musim tanam 1970/1971 maka importir sarana produksi yang berfungsi sebagai distributor bertanggung jawab atas penyaluran sarana produksi sampai ke desa-desa.132 Khusus Simalungun penyalur-penyalur ini sangat berpengaruh dengan daya beli

131Departemen Pertanian, 2002, Op.Cit. Hlm. 170-175

132 Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas No.380/KPTS/UM/7/1970.

Pasal 5 ayat 1 - 2

masyarakat terhadap pupuk. Masyarakat kec. Bandar misalnya untuk mendapatkan pupuk di wilayah ini tentu sangat mudah karena dekat dengan wilayah Perdagangan kec. Bandar. Sedangkan untuk wilayah-wilayah yang jauh dari pemukiman biasanya terdapat KUD yang siap menjual kebutuhan pertanian tersebut.

Pemerintah terus menjamin ketersediaan dan penyaluran produksi di tiap-tiap desa di Simalungun, maka Gubernur Sumut/ketua badan pembinan Bimas memberikan petunjuk atau arahan kepada penyalur tentang importir produksi apa yang harus di jual. Tujuannya supaya seluruh areal Bimas terisi sarana produksinya. Kemudian sebagai perwujudan semangat kompetisi terjamin dari kepentingan petani, maka setidaknya harus ada stimulir dalam usaha pupuk haruslah lebih dari satu penyalur di setiap kabupaten. Penyalur di Simalungun misalnya PN. Pertani telah mempuai aparat penyalur yang lengkap dan terdapat disemua kecamatan. PN. Pertani juga memiliki stock sarana produksi yang lengkap (pupuk Urea, TSP dan Pestisida). Maka PN. Pertani melayani penyaluran sarana produksi di semua wilayah dan harus mempertanggung jawabkan secara teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.133

Tabel 7. Daftar Perincian kredit anrjer-anrjer rencana Bimas Masa Tanam 1970/1971

7 Tambahan Biaya Ekstensifikasi

- 3.500,- - 3.500,-

14.012,- 10.086;-

Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas No.380/KPTS/UM/7/1970. Lampiran 2

Pupuk yang pernah di subsidi adalah antara lain adalah urea, TSP/ISP 36, ZA dan KCI. Khusus untuk pupuk KCl subsidinya berlaku sampai dengan 5 Oktober 1993 namun mulai 28 Juli 1998 disubsidi kembali untuk pertanian tanaman pangan, sedangkan untuk pupuk Urea, SP-36TSP dan ZA. Mulai 4 Mei 1998 subsidinya hanya diberlakukan untuk petani tanaman pangan, perkebunan rakyat, peternakan rakyat dan perikanan rakyat. Sedangkan untuk perkebunan besar (PBS dan PTPN) tidak diisubsidi.

Setidaknya pengaturan-pengaturan yang dibuat oleh pemerintah diharapkan dapat menekan harga pupuk itu sendiri. Para distributor importir juga merasakan dampak yang sama yaitu dengan menetapkan berbagai importir yang dapat menyalurkan pupuk ini. Pembagiannya wilayah kerjanya biasanya berdasarkan wilayah kepulaun atau berdasarkan provinsi masing-masing.

Tabel 8. Daftar Importir – Distributor Sarana Produksi Masa Tanam 1970/71

NO PROVINSI IMPORTIR-DISTRIBUTOR

1 D.K.I Jakarta PN. Pertani, PT. Pusri

2 Jawa Barat PN. Pertani, PT. Pusri, Tjipta Niaga, Aneka Niaga Djaya Niaga 3 Jawa Tengah PN. Pertani, PT. Pusri, Tjipta Niaga, Djaya Niaga

4 D.I. Yogyakarta PN. Pertani, PT. Pusri, Aneka Niaga, Fa. Lamtoro Agung, PN, Pertamina

5 Jawa Timur PN. Pertani, PT. Pusri

6 Aceh PN. Pertani, PT. Pusri, Tjipta Niaga, Fa, Samudra 7 Sumatera Utara PN. Pertani, PT. Pusri

8 Suamtera Barat PN. Pertani, PT. Pusri

9 Riau PN. Pertani,

10 Dll* PN. Pertani

* Provinsi lain di Indonesia di bawah naungan PN. Pertani atau PT. Pusri

Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas No.380/KPTS/UM/7/1970. Lampiran 3

Sejak bulan Agustus 1998 marak terdengar isu tentang adanya kelangkaan pupuk di lapangan. Hal ini disinyalir karena adanya perbedaan harga yang sangat

mencolok antara pupuk yang bersubsidi dan non subsidi sehingga terjadi perembesan pupuk khususnya dari tanaman pangan ke perkebunan besar. Isi tersebut diperkuat dari data penyaluran oleh PT Pusri di mana penyaluran pupuk khususnya pupuk urea untuk tanaman pangan pada bulan Nopember 1998 mencapai 116 % sedangkan untuk perkebunan hanya mencapai 36% dari rencana kebutuhan. Kelangkaan pupuk SP-36/TSP, ZA dan KCl tersebut akibat merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sehingga harga pupuk impor menjadi terlalu tinggi, dilain pihak, harga tersebut tidak mampu bersaing dengan pupuk subsidi.134 Atas dasar pertimbangan kondisi tersebut Pemerintah menetapkan suatu paket kebijaksanaan sejak 1 Desember 1998 sebagai berikut.:

 mencabut subsidi pupuk dan membebaskan tala niaganya, kecuali untuk

daerah yang sulit dijangkau, dibantu biaya distribusinya dan pelayanannya ditugaskan kepada PT Pusri.

 menurunkan suku bunga KUT dari 14 % per tahun menjadi 10,5 % pertahun dan menambah plafon KUT per-Ha.

 meningkatkan harga dasar gabah dari Rp. 1.000/k:g GKG menjadi Rp.

1.400 s/d Rp. 1.500/k:g GKG berdasarkan wilayahnya. Scmentara itu, disamping penggunaan pupuk urea, SP 36/TSP, ZA dan KCI, Pemerintah mendorong penggunaan pupuk alternatif. Sarnpai Desember 1999 telah ada 593 merk pupuk yang beredar dipasaran yang berasal dari 315 perusahaan.135

Dengan berlakunya sistem ini, maka pemerintah akan senantiasa memantau setiap perkembangan yang terjadi pada industri pertanian. Begitu pula

134 Departemen Pertanian Op.cit. Hlm. 169

135Ibid

dengan masyarakat segala sesuatunya tentu menjadi terasa lebih meminimalisir pengeluaran untuk biaya pertanian dengan adanya subsidi ini. Beberapa kejadian yang diangap nakal biasanya terlihat saat pupuk subsidi dijual kepada agen-agen atau petani yang tidak pada tepatnya. Terkadang perusahaan perkebunan sekalipun ingin mencari cela menggunakan pupuk subsidi agar menekan biaya pengeluaran yang lebih besar.

Meskipun terdapat berbagai jenis pupuk kimia yang beredar di Simalungun, namun penggunaan pupuk kandang sampai awal 1980-an masih tetap digunakan oleh petani mencapai sekitar 20 ribu Kg dan lebih banyak digunakan dari pada pupuk anorganik (lihat tabel 9). Artinya daya tarik pupuk anorganik sebenarnya belum terlalu diminati oleh petani Simalungun. Bahkan jika melihat hasil produksi panen padi. Pembahasan selanjutnya, hasil panen padi pada kurun tersebut ternyata masih dinggap setabil.

Tabel 9. Penggunaan Pupuk untuk Luas Tanaman 52.337 Hektar di Simalungun Tahun 1981

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama, memberantas penyakit dan memberantas rerumputan, serta mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman. Berdasarkan jasad yang menjadi sasaran pemberantasan, maka pestisida