Keterangan Jumlah Saham Nilai Nominal %
Modal Dasar
- Saham Seri A Dwiwarna 1 459
- Saham Biasa Atas Nama Seri B 29.999.999.999 13.769.999.999.541
Jumlah Modal Dasar 30.000.000.000 13.770.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Saham Seri A Dwiwarna:
Negara Republik Indonesia 1 459 0,000
Saham Biasa Atas Nama Seri B:
- Negara Republik Indonesia 15.653.127.999 7.184.785.751.541 69,1362
- Credit Suisse AG Singapore TR AC CL PT Trans Airways 2.466.965.725 1.132.337.267.775 10,8960
- Credit Suisse AG Singapore Trust A/C Clients 462.691.000 212.375.169.000 2,0436
Dewan Komisaris:
- Wendy Aritenang Yazid 231.534 106.274.106
Direksi:
- Emirsyah Satar 1.904.369 874.105.371 0,0084
- Handrito Hardjono 97.118 44.557.162 0,0004
- Faik Fahmi 166.094 76.237.146 0,0007
- Heriyanto Agung Putra 181.829 83.459.511 0,0008
- Batara Silaban 285.207 130.910.013 0,0013
- Novijanto Herupratomo 123.816 56.831.544 0,0005
Masyarakat dengan kepemilikan di bawah 2% 4.055.221.308 1.861.346.580.372 17,9111
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 22.640.996.000 10.392.217.164.000 100,0000
Jumlah Saham Dalam Portepel 7.359.004.000 3.377.782.836.000
Kemampuan Membayar Utang
Debt Financial to Equity Ratio (DER) Perusahaan tahun 2013 adalah sebesar 0,71x atau mengalami kenaikan sebesar 30,9% dibandingkan tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh kenaikan total liabilitas terkait dengan program ekspansi dan revitalisasi armada untuk memenuhi pertumbuhan pasar yang pesat. Hingga saat ini pembayaran utang Perusahaan masih dikategorikan lancar.
Tingkat solvensi (solvency ratio) Perusahaan, yang dihitung dengan membagi jumlah laba bersih dan penyusutan dengan jumlah liabilitas jangka pendek dan jangka panjang mengalami penurunan dari 17,2% di tahun 2012 menjadi 9,4% di akhir tahun 2013. Penurunan ini disebabkan oleh
Kolektibilitas Piutang Usaha
Kolektibilitas adalah pengukuran piutang yang dapat ditagih oleh Perusahaan kepada customer/debitur sebagai akibat dari transaksi penjualan secara kredit dan atau bentuk kerjasama lainnya dimana penyelesaian kewajiban debitur ditentukan dengan jangka waktu jatuh tempo tertentu sesuai kesepakatan.
Penggolongan piutang berdasarkan kolektibilitas sebagai aset produktif adalah klasifikasi piutang berdasarkan kelancaran atau ketidaklancaran penyelesaian piutang, dengan penggolongan kolektibilitas sebagai berikut:
Lancar, piutang belum jatuh tempo dan tidak terdapat
•
tunggakan;
Laporan Keuangan Konsolidasian
Data Perusahaan
Tinjauan Keuangan
Kurang Lancar, piutang telah jatuh tempo melampaui
•
6 bulan dan belum ada pelunasan serta terdapat tunggakan. Upaya penyelesaian piutang masih dilakukan melalui proses negosisasi dengan debitur;
Macet, piutang telah jatuh tempo melampaui jangka
•
waktu 12 bulan dan belum ada pelunasan serta terdapat tunggakan. Upaya penyelesaian diserahkan kepada pihak pengadilan negeri (pihak berwajib lainnya) atau diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi.
Rata-rata periode kolektibilitas piutang merupakan jumlah piutang usaha dibagi dengan pendapatan dikali 365 hari.
Periode kolektitibilitas rata-rata selama tahun 2013 adalah 14 sampai dengan 26 hari.
Restrukturisasi Utang
Restrukturisasi utang Perusahaan telah selesai
ditandatangani pada akhir tahun 2010, tetapi hal tersebut merupakan awal dari babak baru dimana Perusahaan harus tetap membayar cicilan pokok utangnya secara teratur.
Dalam tahun 2013, seluruh pembayaran bunga dan pokok utang kepada tiap kreditur dapat dilaksanakan pada waktunya. Pembayaran bunga selama tahun 2013 adalah sebesar USD 5,230,250 dan pokok sebesar USD 85,012,270. Hal ini mengakibatkan saldo pokok utang yang direstrukturisasi berkurang menjadi USD 151,689,143.
Sumber dana pembayaran bunga dan utang pokok pada tahun 2013 berasal dari pendapatan operasional Perusahaan.
Fasilitas Utang di Tahun 2013
Pada tahun 2013, Perusahaan telah memperoleh fasilitas utang baru dengan total sebesar USD 350 juta dari Sindikasi Citibank, Permata Bank, BRI, Panin Bank dan Sindikasi BCA.
Fasilitas ini digunakan untuk membiayai pengembangan armada. Pinjaman ini adalah pinjaman tanpa agunan, dengan bunga cukup rendah, yang sekaligus membuktikan kepercayaan perbankan kepada Perusahaan semakin kuat.
Pada awal bulan Juli 2013, Perusahaan telah menerbitkan surat utang jangka panjang berbentuk Obligasi sebesar Rp 2 triliun berjangka waktu 5 tahun dengan tingkat bunga kupon 9,25% per tahun. Obligasi ini akan jatuh tempo pada tanggal 5 Juli 2018. Hasil pemeringkatan atas obligasi ini adalah A(idn) (Single A) yang diberikan oleh Lembaga Pemeringkat Efek PT Fitch Ratings Indonesia.
Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi Perusahaan di tahun 2013 adalah menjaga capital expenditure agar tidak melebihi anggaran secara keseluruhan, kendati terdapat kebutuhan untuk melakukan investasi.
Kebijakan Dividen
Dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku, kondisi keuangan Perusahaan serta kewajiban Perusahaan terhadap para kreditur termasuk kreditur ECA, manajemen Perusahaan merencanakan kebijakan pembagian dividen tunai maksimum 50,0% dari laba bersih Perusahaan untuk setiap tahunnya dengan ketentuan:
(i) terdapat kelebihan kas (excess cash) Perusahaan di tahun yang bersangkutan sebagaimana disyaratkan dalam Restrukturisasi Utang tanggal 21 Desember 2010, (ii) tidak ada saldo yang jatuh tempo dan belum dibayar atas perjanjian sewa dan tidak ada saldo lainnya yang jatuh tempo dan belum dibayar atas peminjaman utang lainnya, dan (iii) tidak ada kejadian sehubungan dengan pailit dan ketidakmampuan membayar kewajiban yang ada.
Berdasarkan hal tersebut diatas, manajemen Perusahaan berencana untuk membagikan dividen setidaknya sekali setahun kecuali diputuskan lain dalam RUPS.
Pendanaan Penambahan Armada
Selama tahun 2013 Garuda Indonesia mendatangkan 26 pesawat dan Citilink mendatangkan 10 pesawat. Skema pendanaan untuk penambahan armada ini adalah sebagai berikut:
Sale & Lease Back Operating Lease EDC Financing Total
Garuda Indonesia
Boeing 777-300ER 4 4
Airbus A330-300 3 3
Boeing 737-800NG 1 9 10
Bombardier CRJ1000 5 2 7
ATR72-600 2 2
Citilink
Asuransi Armada Pesawat
Peningkatan exposures Asuransi Pesawat karena pertumbuhan jumlah armada yang cukup besar
menimbulkan dampak positif, sehingga pada tahun 2013 Perusahaan berhasil memperoleh penurunan premi yang signifikan. Penurunan premi ini juga disebabkan oleh menurunnya Loss Ratio 5 tahunan secara signifikan. Selain penurunan premi, pada tahun 2013 Perusahaan berhasil mendapat penyelesaian klaim atas pesawat Boeing 737-300 dan Boeing 737-500 dengan registrasi GGN dan PK-GGA. Tetap dipertahankannya Sertifikat IOSA juga semakin meningkatkan kepercayaan underwriter di pasar asuransi dunia. Kinerja asuransi di atas telah membawa Perusahaan hampir mendekati rate asuransi maskapai penerbangan lain yang setara di industri penerbangan internasional khususnya Asia Pasifik. Pada tahun-tahun mendatang Perusahaan akan terus berupaya menurunkan rate asuransi agar sejajar dengan perusahaan penerbangan international yang setara.
Asuransi Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011
Sepanjang tahun 2013, Perusahaan telah melaksanakan Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara sebagai kepatuhan terhadap Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 tahun 2011 jo Peraturan Menteri Perhubungan No. 92 tahun 2011. Penanganan kompensasi atas kerugian penumpang akibat kecelakaan, ketidaknyamanan perjalanan, kerugian atas bagasi dan kargo secara baik telah mendudukkan Perusahaan pada posisi yang comply (sangat patuh) pada penerapan Peraturan Menteri dimaksud.
Cash Management
Untuk mendukung aktivitas Cash Management, Perusahaan telah melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk Pooling Operational Bank Account di seluruh kantor cabang domestik yang mendorong kemampuan Finance Manager kantor cabang melakukan internet banking, pembayaran e-tax dan efisiensi rekening di kantor cabang. Selain itu untuk pengelolaan kas dan rekening bank yang optimal telah dikembangkan Sistem Automatisasi Daily Report dan Sistem Proxy Management. Perusahaan juga tetap memonitor pengembangan cash management yang sebelumnya telah dilakukan seperti Virtual Account untuk efisiensi jumlah rekening, Weekly Transfer Fund dengan Branch Office Domestik, Automatic Payment yaitu pembayaran menggunakan data yang telah diposting di SAP langsung ke server Bank serta Automatic Posting MT940 dari Bank ke server SAP.
Kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca
Tidak ada kejadian penting yang mempunyai dampak cukup material terhadap keadaan keuangan konsolidasian dan hasil usaha Perusahaan, yang terjadi setelah tanggal Laporan Auditor Independen tertanggal 30 Januari 2014 atas Laporan Keuangan Konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited) dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
Transaksi Benturan Kepentingan
Sepanjang tahun 2013, Perusahaan tidak melakukan transaksi yang dapat digolongkan sebagai transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
Transaksi dengan Pihak Berelasi
Dalam kegiatan usahanya, Perusahaan dan entitas anak melakukan transaksi dengan pihak berelasi, yang didefinisikan sebagai pihak atau entitas dimana Pemerintah Republik Indonesia memiliki pengaruh signifikan
berdasarkan kepemilikan atau pengendalian manajemen.
Pemerintah Republik Indonesia adalah pemegang saham mayoritas di Perusahaan.
Nama-nama pihak yang berelasi, serta bentuk dan jumlah transaksi dengan masing-masing pihak berelasi tersebut diungkapkan secara terinci pada Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian.
Pengaruh Perubahan Peraturan Pemerintah Tidak ada perubahan peraturan perundangundangan yang berpengaruh signifikan terhadap Perusahaan dan berdampak langsung terhadap laporan keuangan.
Pengaruh Perubahan Kebijakan Akuntansi
Tidak terdapat perubahan kebijakan akuntansi sampai dengan 31 Desember 2013.
Laporan Keuangan Konsolidasian Data Perusahaan