• Tidak ada hasil yang ditemukan

190 SONNY MUHAMMAD IKHSAN MANGKUWINATA

Dalam dokumen Vol.15 No.2 April 2014 (Halaman 92-94)

SONNY MUHAMMAD IKHSAN MANGKUWINATA

190 SONNY MUHAMMAD IKHSAN MANGKUWINATA

donesia sebesar 8,727 dan ttabel. Pada tingkat sig-

niikansi 0,05 atau 5% adalah Sebesar 2,015. Jadi dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel atau8,727

>2,015 dengan tingkat signiikansi 0,05. Dengan demikian maka hasil pengujian menerima Hipo-

tesis alternatif (Ha) dan menolak Hipotesis nol

(H0) hal ini berarti penerimaan pajak di Indonesia (Variabel X) mempunyai pengaruh terhadap sus-

tainabilitas iskal di Indonesia (Variabel Y).

Pembahasan

Di Indonesia sebagian besar penerimaan pa-

jaknya berasal dari sumber pajak tak langsung.

Proporsi Gross Domestic Product (GDP) terhadap

pajak langsung pada negara yang sedang berkem-

bang lebih rendah dari pada pajak langsung pada negara-negara maju.Hal ini dikarenakan di Ne-

gara Indonesia lebih banyak golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Dalam perkemban-

gan akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diiringi dengan peningkatan pendapa-

tan perkapita pendudukn.

Dalam jangka panjang peranan pajak langsung akan semakin penting seiring dengan pertumbu-

han ekonomi yang semakin pesat dan ditunjang pula dengan teknologi canggih untuk menuju era globalisasi. Selain berfungsi sebagai pemer-

ataan karena struktur tarifnya bersifat progressif, perkembangan hubungan ekonomi internasional yang semakin menuju kearah liberal dan global mengharuskan pemerintah untuk menurunkan tarif impor dalam rangka peningkatan daya sa-

ing ekonomi domestikdi ekonomi dunia. Konsek-

uensinya penerimaan pajak tidak langsung akan menjadi turun. Alternatifnya adalah memobilisasi penerimaan pajak yang bertumpu pada pajak lang-

sung seperti pajak penghasilan

Rasio Penerimaan Pajak atau Tax Ratio ter-

hadap Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan pendapatan nasional. Rasio dimaksud pada dasarnya menunjukkan jumlah penerimaan pajak yang dapat dipungut dari setiap rupiah pen-

dapatan nasional (Produk Domestik Bruto). Rasio ini biasa digunakan sebagai salah satu tolok ukur atau indikator untuk melakukan penilaian terhadap

kinerja penerimaan perpajakan mengingat Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukkan out-

put nasional merupakan indicator kesejahteraan masyarakat.

Kenaikan rasio ini bisa mengindikasikan ke-

berhasilan dalam proses pemungutan pajak, ka-

rena menunjukkan semakin tingginya nilai rupiah yang dapat dipungut sebagai penerimaan pajak dari setiap rupiah output nasional mengingat pen-

erimaan perpajakan tidak sepenuhnya dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak. Tax Coverage Ratio adalah perbandingan antara besarnya pajak yang telah dipungut dibandingkan dengan besarn-

ya potensi pajak yang seharusnya dapat dipungut. Tax Coverage Ratio merupakan indicator untuk menilai tingkat keberhasilan pemungutan pajak.

Cost Tax Collection merupakan salah satu ukuran bagi tingkat eisiensi pemungutan pajak. Tingkat eisiensi proses pemungutan pajak ditun-

jukkan oleh tinggi rendahnya ratio antara nilai biaya yang dikeluarkan dengan nilai penerimaan-

nya. Semakin rendah ratio ini menunjukkanse-

makin eisiennya proses pemungutan pajak. Dalam upaya memobilisasi penerimaan pajak, aspek yang perlu diperhatikan adalah informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pen-

erimaan pajak khususnya pajak penghasilan (PPh), hal ini penting untuk dapat mengestimasi potensi penerimaan pajak pada tingkat makro.Faktor pertumbuhan perekonomian dinyatakan dengan peningkatan Gross Domestic Product (GDP) riil

pertahun.Gross Domestic Product (GDP) diukur

melalui pendekatan hasil produksi, pengeluaran dan pendapatan masyarakat secara keseluruhan.

Potensi penerimaan pajak suatu negara tergan-

tung pada tingkat pendapatan perkapita,struktur perekonomian, distribusi pendapatan, keadaan social politik dan administrasi pendapatan. Pen-

ingkatan pendapatan perkapita akan memperluas basis pajak, yaitu obyek dan subyek pajak lang-

sung dan tak langsung. Peningkatan basis pajak langsung terjadi disebabkan pajak langsung baru dikenakan bila melewati tingkat pendapatan tert-

entu atau penghasilan tidak kena pajak.

Peningkatan pendapatan perkapitakan menin-

gkakan jumlah wajib pajak perorangan maupun badan. Pertumbuhan sektor riil selama proses pembangunan ekonomi diikuti oleh pertumbu-

Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 2, April 2014 191

han sektor moneter. Bersamaan dengan proses industrialisasi dan peningkatan disektor moneter disamping mencerminkan peningkatan surplus obyek pajak, juga mendukung kemudahan dalam pengumpulan pajak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di-

lakukan, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pajak merupakan sumber penerimaan ne-

gara yang strategis disamping penerimaan dari sumber migas dan non migas dan harus dikelola dengan baik agar keuangan negara da-

pat berjalan denganlancar danbaik.

2. Sustainabilitas (Kesinambungan) iskal akan terjadi jika nilai sekarang (presentvalue) dari

kendala pengeluaran (expenditure constraint)

yang akan datang dapat dipenuhi tanpa harus melakukan koreksi atau penyesuaian iskal. 3. Koeisien regresi dari penerimaan pajak di

Indonesia (variabel X) sebesar 7.844 artinya bahwa bila penerimaan pajak di Indonesia meningkat satu persen maka berdampak terha-

dap peningkatan sustainabilitas iskal di Indo-

nesia (Variabel Y) yaitu sebesar 7.844%. 4. Koeisien determinasi (R2) sebesar 0,938 art-

inya bahwa sebesar 93,80% perubahan-peru-

bahan yang terjadi pada variabel terikat (sus-

tainabilitas iskal di Indonesia) dipengaruhi oleh variabel bebas (penerimaan pajak di In-

donesia). Sedangkan selebihnya yaitu 6,20% dijelaskan oleh indikator dan faktor lain diluar

penelitian ini.

5. Berdasarkan hasil pengujian data output SPSS 20 maka diperoleh Fhitung sebesar76,163 sedan-

gkan Ftabel pada tingkat signiikansi 5% atau

0,05 adalah sebesar 6,61. Hal ini menujukkan bahwa Fhitung > dari Ftabel atau76,163 > 6,61den-

gan tingkat signiikansi 0,05. Dari hasil pen-

gujian ini maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian menerima Hipotesis alternatif (Ha)

dan menolak Hipotesis nol (H0) artinya bahwa

penerimaan pajak di Indonesia (Variabel X) mempunyai pengaruh terhadap sustainabilitas iskal di Indonesia (Variabel Y).

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka yang menjadi saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi Pemerintah untuk dapat mengeisiensikan pemanfaatan sumber-sum-

ber penerimaan pajak negara untuk mewu-

judkan ketahanan iskal dan kesinambungan iskal dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

2. Diharapkan bagi direktorat perpajakan untuk dapat menetapkan administrasi perpajakan dengan baik sehingga manajemen tentang per-

pajakan dapat dilaksanakan secara akurat. 3. Diharapkan bagi wajib pajak untuk dapat

menjalankan aturan perpajakan yang telah ditetapkan berdasarkan perundang-undangan perpajakan negara untuk terciptanya sumber penerimaan pajak negara yang relatif tinggi dan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara.

4. Diharapkan bagi instansi terkait untuk dapat memperhatikan hasil pengelolaan perpajakan negara dan penggarapan sumber perpajakan yang baru sehingga dapat meningkatkan pe- nerimaan pajak negara.

Dalam dokumen Vol.15 No.2 April 2014 (Halaman 92-94)