• Tidak ada hasil yang ditemukan

186 SONNY MUHAMMAD IKHSAN MANGKUWINATA

Dalam dokumen Vol.15 No.2 April 2014 (Halaman 88-90)

SONNY MUHAMMAD IKHSAN MANGKUWINATA

186 SONNY MUHAMMAD IKHSAN MANGKUWINATA

Jenis-Jenis Pajak

Menurut Pudyatmoko (2009:34), pada um-

umnya pajak dapat dikelompokkan menjadi: 1. Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang

pada akhirnya dapat dibebankan atau dil-

impahkan kepada orang lain. Contoh: Pa-

jak Pertambahan nilai. 2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang ber-

pangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpang-

kal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan un-

tuk membiayai rumah tangga negara. Con-

toh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertamba-

han Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan. Asas-asas pemungutan pajak yang dikemuka-

kan oleh Pudyatmoko (2009:4) bahwa pungutan pajak didasarkan pada :

1. Equalityadalah pungutan pajak yang adil dan merata.

2. Certainty adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenang-wewenang.

3. Conveinance adalah pembayaran pajak sebai-

knya sesuai dengan saat yang tidak menyulit-

kan wajib pajak.

4. Economy adalah biaya pungutan dan biaya

pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak ditetapkan seminimum mungkin.

Fungsi Pajak

MenurutUndang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara per-

pajakan, fungsi pajak meliputi:

1. Fungsi penerimaan (budgetair), yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperun-

tukkan bagi pembiayaan pengeluaran-penge- luaran pemerintah.

2. Fungsi pengaturan (regulator), yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

3. Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

4. Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan pendapatan.

Sedangkan menurut Pudyatmoko (2009:39), secara umum fungsi pajak adalah sebagai berikut: 1. Fungsi penerimaan (budgetair), yaitu pajak

berfungsi sebagai sumber dana yang diperun-

tukkan bagi pembiayaan pengeluaran-penge-

luaran pemerintah. Contoh : Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi pengaturan (regulator), yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras. 3. Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai

sumber pembiayaan pembangunan.

4. Fungsi distribusi, yang disebut pula seba-

gai alat pemerataan pendapatan. Wajib pajak harus membayar pajak, pajak tersebut diguna-

kan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang.

Pengertian Fiskal

Menurut Sukirno (2000:26) iskal merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan ter-

batas pada sumber-sumber penerimaan dan aloka-

si pengeluaran negara yang tercantung di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Sedangkan Brata (2004:174) iskal merupakan

Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 2, April 2014 187

kebijakan yang menyangkut kuantitas pengelu-

aran pemerintah serta eisiensi dari pengeluaran pemerintah dan dampak dari cara pemerintah dalam membiayai pengeluarannya terhadap per-

tumbuhan ekonomi.

Selanjutnya Nordhaus (2003:26) mengatakan iskal merupakan kebijakan belanja pemerintah yang didasarkan atas prinsip efesiensi tanpa men-

gurangi kuantitas pelayanan keapada masyarakat dengan mengutamakan belanja pembangunan un-

tuk sektor-sektor strategis yang berdampak pada perkembangan perekonomian nasional.

Pengeluaran pemerintah dapat dipandang se-

bagi pembelajaraan otonomi karena pendapatan nasional bukanlah merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi kepetusan pemerintah untuk mengatur anggaran pembelanjaan.

Menurut Sukirno (2000:27) Pada dasarnya ada tiga faktor yang menentukan pengeluaran pemer-

intah yaitu sebagi berikut:

1. Pajak yang diharapkan akan diterima 2. Pertimbangan-pertimbangan politik

3. Persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi Fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam mengatur pengeluaran dan mengalokasi-

kan penerimaan dari sumber-sumber pajak untuk pembiayaan sektor-sektor produktif yang dapat mengembangkan perekonomian nasional untuk kesejahteraan masyarakat.Dalam mengalokasi-

kan sumber penerimaan dengan sektor utamanya adalah bersumber dari pajak yaitu bersumber dari tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Kebijakan Fiskal

Kebijakan iskal yang sering juga disebut poli-

tik iskal atau iscal policy, diartikan sebagai tinda-

kan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya parekonomian. Olehka-

rena anggaran belanja negara terdiri dari peneri-

maan berupa hasil pungutan pajak dan pengelu-

aran pemerintah yang dapat berupa government expenditure, maka sering pula dikatakan bahwa kebijakan iskal meliputi semua tindakan pemer-

intah yang berupa tindakan memperbesar atau

memperkecil jumlah pungutan pajak dan memper-

besar atau memperkecil pengeluaran pemerintah. Instrument yang penting dalam mempengaruhi kebijakan iskal adalah pajak dan pengeluaran pemerintah.

Menurut Samuelson (2003:126), Kebijakan iskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pe-

merintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerin-

tah untuk membelalanjakan dananya tersebut da-

lam rangka melaksanakan pembangunan. Kebija-

kan iskal merupakan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran negara.

Sedangkan menurut Ana (2003:112), kebija-

kan iskal merupakan kebijakan yang mengatur tentang penerimaan dan pengeluaran negara, pen-

erimaan tersebut bersumber dari pajak, peneri-

maan bukan pajak dan bahkan penerimaan yang berasal dari pinjaman maupun pinjaman dari luar negeri yang dimasukkan dalam Anggaran Penda-

patan dan Belanja Negara (APBN) yang dipergu-

nakan untuk pengeluaran pembangunan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kebijakan iskal adalah untuk memperoleh penambahan sumber dana atau penerimaan negara dalam upaya meningkatkan pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemban-

gunan. Penerimaan yang dimaksud adalah baik bersumber dari sektor pajak maupun non pajak dalam rangka penyusunan Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah di suatu negara.

Dengan kata lain kebijakan iskal merupakan kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi ekonomi untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan pengeluaran dana pemerintah. Kebijakan iskal sama halnya dengan kebijakan moneter yang mengatur tentang jumlah uang yang beredar, namun kebijakan iskal lebih mengarah pada pengaturan pendapatan dan be-

lanja daerah.

Sustainabilitas (Kesinambungan) Fiskal

Menurut Mankiw (2006:108) Sustainabilitas (Kesinambungan) iskal adalah upaya pemerin-

tah dalam mengimbangi besarnya pembiayaan pengeluaran berdasarkan berdasarkan besarnya penerimaan dari sektor pajak untuk menganti-

Dalam dokumen Vol.15 No.2 April 2014 (Halaman 88-90)