• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP

6. Menjunjung tinggi prinsip anti-korupsi: pembayaran berbasis hasil yang nyata dan terukur

7. Melalui proses pengadaan yang terbuka, kompetitif dan transparan

PRISAI pada dasarnya merupakan alat esensial bagi pelaksanaan REDD+ agar melampaui Business As Usual. Karena itu, sebagai bagian dari upaya perubahan yang lebih baik, isi PRISAI tidak berhenti berbenah dan berkembang. Sejauh dimaksudkan untuk mengembangkan perubahan positif pada kebijakan pengelolaan sumber daya alam, penghargaan atas hak masyarakat dan perbaikan tata kelola, khususnya kehutanan, PRISAI akan selalu siap berubah. Meski demikian untuk menjamin kepastian dalam pelaksanaan aktivitas, siklus perubahan isi PRISAI akan ditentukan dalam kurun waktu tertentu oleh Komite Safeguards setelah mendapat masukan dari berbagai pihak.

Strategi nasional (STRAnAS) REDD+ dan PRISAI

5.

PRISAI mengacu pada kerangka umum isu yang dikembangkan dalam STRANAS. Dalam STRANAS disebutkan bahwa prinsip, kriteria dan indikator safeguards ditujukan untuk dapat memperoleh landasan hak bagi masyarakat dan kriteria lingkungan yang sesuai dengan karakter lokal yang perlu untuk diletakkan sebagai bagian dari kerangka pengaman. Penyusunan kriteria dan indikator ini setidaknya perlu memuat:

Jenis-jenis hak mendasar dari masyarakat untuk mendapatkan 1.

informasi yang mudah dipahami, berpartisipasi dan hak untuk mengajukan keberatan (sebagai bagian dari prinsip free and prior informed consent) atas keputusan publik yang berkaitan dengan proyek REDD+

Jaminan bahwa proyek atau program REDD+ melindungi dan mengakui 2.

hak masyarakat adat/lokal atas sumber daya alam yang tidak hanya berbasis pada bukti formal tetapi juga penguasaan dan klaim secara historis

Indikator yang menjamin pengakuan terhadap hak-hak dasar 3.

masyarakat adat dan lokal untuk menyatakan keputusannya atas sebuah kegiatan REDD+ di wilayah mereka

Jenis-jenis prinsip tata kelola pemerintahan dan tata administrasi yang 4.

baik (good governance), mencakup berbagai prinsip yang menjamin transparansi dan akuntabilitas publik dari pelaksana pengelolaan kehutanan

Indikator yang menjamin kesetaraan gender dan kaum rentan dalam 5.

berperan serta dalam pelaksanaan REDD+

Indikator untuk memastikan bahwa sebelum kegiatan REDD+ 6.

dilaksanakan, terdapat suatu mekanisme penyelesaian konflik apabila terdapat konflik dan untuk mengatasi apabila terjadi konflik di masa yang akan datang

Kriteria atas segala kemungkinan dampak maupun keuntungan yang 7.

akan ditimbulkan dari penerapan REDD+ termasuk jaminan atas penentuan pembagian manfaat yang akan timbul sebagai konsekuensi REDD+

Kriteria jaminan yang memastikan REDD+ tidak bertentangan dengan 8.

upaya penyelamatan keanekaragaman hayati dan standar lingkungan hidup yang berkelanjutan dan

Indikator yang menjamin adanya tindakan pemulihan bila terjadi 9.

pelanggaran atau pengabaian terhadap hak maupun standar lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Salah satu rujukan penting pengembangan safeguard sosial dan lingkungan adalah Social and Environment Standard (SES) yang dikembangkan oleh The Climate, Community & Biodiversity Alliance (CCBA) dan CARE International. Safeguard ini disusun dengan mengembangkan prinsip-prinsip sosial dan lingkungan yang diterima secara luas di tingkat internasional. Social and Environment Standard (SES) ini juga dalam konteks cakupan kegiatannya termasuk lengkap karena meliputi tahapan persiapan, pelaksanaan hingga ke monitoring hasil-hasil kegiatan. Cakupan implementasi SES juga meliputi tingkat program pada sub nasional maupun proyek. Safeguard REDD+ SES cukup fleksibel untuk diadaptasi berdasarkan konteks lokal, baik di tingkat negara maupun di tingkat provinsi. Saat ini, Lembaga Ekolabel Indonesia

bekerja sama dengan Pokja REDD+ Kaltim, didukung oleh Clinton Climate Initiative melakukan proses adaptasi safeguard REDD+ SES untuk diadopsi sesuai lokal konteks kebutuhan safeguard Provinsi Kalimantan Timur.

Tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam adaptasi, dibagi ke dalam 3 elemen:

Tahap 1. Governance, tahapan ini telah dilaksanakan di Kalimantan Timur

dengan adanya sosialisasi terhadap safeguard REDD+ SES dan safeguard lainnya (PRISAI, SIS). Di tahap ini juga telah terbentuk tim fasilitasi adaptasi safeguard di Kalimantan Timur. Tim fasilitasi akan melakukan proses kajian terhadap kebutuhan pengembangan safeguard, sebagai landasan pelaksanaan intepretasi pada tahapan selanjutnya.

Tahap 2. Intepretasi, tahapan ini diawali dengan proses penyusunan

rencana tindak lanjut adaptasi safeguard berdasarkan hasil kajian yang telah dilaksanakan oleh tim fasilitasi pada Tahap 1.

Tahap 3. Assessment, tahapan ini akan menyusun kerangka pelaporan

dalam implementasi safeguard.

Dari 3 elemen tersebut, kegiatan yang mengawali proses adaptasi safeguard REDD+ SES di Kalimantan Timur dimulai dengan beberapa workshop, di mana pada workshop terakhir pada 18 Desember 2012, dihasilkan tim fasilitasi dan rekomendasi untuk ditindaklanjuti sebagai berikut:

Pokja REDD+ Kaltim bersama-sama dengan LEI akan mengawal 1.

proses ujicoba dan pembelajaran PRISAI dan REDD+ SES serta implementasinya dalam SIS dengan kemungkinan-kemungkinan pengintegrasian prinsip, kriteria, indikator sesuai kebutuhan dan kondisi lokal.

Melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan pengembangan 2.

safeguards.

Melakukan proses penerjemahan SIS (Sistem Informasi Safeguard) 3.

sebagai bagian dari pengembangan safeguard pada level provinsi. Menyusun dokumen hasil pembelajaran proses ujicoba

4. safeguard

yang telah dilaksanakan dan melakukan integrasi hasil ujicoba kepada prinsip kriteria indikator yang diadaptasi.

Tabel 4. PRISAI Sosial dan Lingkungan 10 PRISAI Sosial dan Lingkungan

1. Memastikan status hak atas tanah dan wilayah

2. Melengkapi atau konsisten dengan target pengurangan emisi, konvensi dan kesepakatan internasional terkait

3. Memperbaiki tata kelola kehutanan

4. Menghormati dan memberdayakan pengetahuan dan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal

5. Partisipasi para pemangku kepentingan secara penuh dan efektif dan mempertimbangkan keadilan gender

6. Memperkuat konservasi hutan alam, keanekaragaman hayati, jasa ekosistem 7. Aksi untuk menangani resiko-balik (reversals)

8. Aksi untuk mengurangi pengalihan emisi

9. Manfaat REDD dibagi secara adil ke semua pemegang hak dan pemangku kepentingan yang relevan

10. Menjamin Informasi yang transparan, akuntabel dan terlembagakan

unsur-unsur uji Coba PRISAI

6.

Dalam proses pengujian PRISAI, tim UKP4 telah menyiapkan matrik yang berisikan unsur-unsur dari penjabaran PRISAI, yang terdiri dari prinsip, kriteria, indikator, penjelasan tambahan, lokasi uji, verifikasi, referensi dan temuan, unsur-unsur tersebut mengandung pengertian sebagai berikut:

Prinsip adalah nilai-nilai dasar yang harus dipatuhi oleh pelaksana 1.

proyek REDD+ agar proyek tersebut tidak keluar dari tujuannya sebagai upaya REDD+. Prinsip-prinsip dalam PRISAI diambil dari asas-asas hukum internasional, nasional maupun kebiasaan yang berlaku dan diterima sebagai pedoman yang digunakan oleh banyak pihak. Selain itu, Prinsip juga diambil dari proses diskusi maupun konsultasi publik yang dilakukan atas draft PRISAI. Secara metodologis, Prinsip adalah nilai fundamental yang tidak diverifikasi tetapi diterima sebagai sesuatu yang benar tak terbantahkan.

Kriteria adalah turunan nilai obyektif dari prinsip yang berisi kondisi 2.

atau keadaan yang merupakan ukuran-ukuran untuk menunjukkan telah tercapainya prinsip tertentu. Karena itu, kriteria adalah ukuran untuk menunjukkan bahwa prinsip berjalan dalam praktek. Kriteria bisa diperbaiki sejauh berkaitan dengan upaya membuat prinsip bisa diterapkan.

Indikator adalah situasi atau kondisi teknis yang memberikan 3.

ukuran lebih lanjut agar sebuah kriteria terpenuhi. Indikator berisi tahapan atau proses yang diperlukan untuk melaksanakan kriteria. Indikator juga merupakan kategori yang terukur dan lebih lanjut akan dikembangkan ke dalam alat verifikasi. Alat ini tidak dikembangkan

dalam matriks ini tetapi akan disusun secara terpisah dalam panduan pelaksanaan PRISAI. Verifikasi antara lain langsung merujuk ke jumlah kegiatan, waktu, representasi dan ukuran-ukuran kuantitatif lainnya. Verifikasi ini diharapkan akan muncul dalam uji coba pelaksanaan indikator PRISAI.

Penjelasan tambahan adalah penjelasan atas konsep yang masih 4.

perlu diejawantahkan dalam uraian yang lebih mudah dimengerti. Selain itu, penjelasan juga berkaitan dengan opsi metodologis untuk melaksanakan suatu indikator.

Lokasi uji coba adalah tempat di mana PRISAI diuji baik secara 5.

administratif, fisik maupun berdasarkan status dan fungsi kawasan. Karakter lokasi akan menentukan efektif dan efisiensi waktu maupun verifikasi suatu indikator. Misalnya, lokasi kawasan hutan produksi akan berkaitan dengan kerangka legal di hutan produksi. Demikian halnya dengan hutan konservasi maupun lindung.

Verifikasi adalah alat ukur yang menjadi bukti bahwa indikator atau 6.

upaya mewujudkan suatu indikator telah berjalan. Misalnya, indikator 1.1.1 alat ukurnya adalah peta partisipatif, dokumen kesepakatan semua pihak mengenai tenure dan seterusnya.

Referensi adalah standar atau