• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANTANGAN PENDIDIKAN TINGG

Dalam dokumen Arah Perkembangan Pendidikan TINGGI INDO (Halaman 63-65)

Permulaan Abad 21 ditandai dengan bergantinya tahun dari tahun 2000 menuju tahun 2001, yang disebut dengan Millenium ke 3 (tiga) atau biasa disebut sebagai abad 21. Banyak hal yang kemudian berubah di abad 21 ini, percepatan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem komunikasi seperti mudahnya akses internet menjadi salah satu ciri abad 21, dunia seakan-akan menjadi kecil dan berada dalam genggaman, apa yang terjadi di ujung dunia sana, akan dengan mudah diketahui oleh orang yang berada di ujung dunia yang lain, dalam waktu yang bersamaan, berbagai teknologi canggih yang pada intinya untuk mempermudah segala macam urusan manusia ditemukan, dikembangkan, dibuat dan dipakai oleh banyak orang dengan biaya yang sangat terjangkau.

Namun di sisi yang berbeda, perubahan zaman menjadi abad 21 ini, juga secara nyata membawa dampak diseluruh aspek kehidupan salah satunya adalah pendidikan. Gerakan pembaharuan pendidikan dengan perubahan masyarakat modern telah menjadikan standarisasi suatu pendidikan yang merupakan suatu kebutuhan bahkan suatu keharusan. Menurut Tilaar (2012) di abadi 21 ini peradaban sudah semakin maju, demikian pula adanya dengan pendidikan; dunia semakin terbuka, kegiatan semakin modern bahkan menuju kearah globalisasi. Kehidupan juga semakin materialistis dan masyarakat semakin konsumtif serta menghargai hal-hal yang bersifat duniawi.

Kehidupan di era millnium sudah semakin luas dan terbuka; manusia hidup di dalam dunia tanpa batas (Tilaar: 2012). Orang dapat saja menjadi pekerja di negara-negara yang lain bahkan berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghargaan material yang lebih menggiurkan. Menurut Tilaar (2012) kualitas sumber daya manusia yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan adalah merupakan kebutuhan dari manusia di abad ini. Di era ini, pendidikan adalah suatu yang dipaksakan dan merupakan suatu ranah bisnis, masyarakat berupaya mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dalam rangka menghimpun materi, namun tetap berupaya meningkatkan kualiats pendidikan melalui sekolah yang dididirikannya. Hal ini tentu juga masih sesuai dengan tuntutan reformasi pendidikan yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Jacques Delors selaku Ketua Komisis Internasional tentang Pendidikan untuk abad 21 dari Persekutuan Bangsa-Bangsa, dalam kaporannya: ―learning: the teasure within‖(1996), mengemukakan tujuh macam ketegangan yang akan terjadi serta menjadi ciri dan tantangan pendidikan abad 21, sebagai berikut: 1. Ketegangan antara global dengan lokal;

Orang secara berangsur-angsur perlu menjadi warga Negara dunia tanpa tercabutnya akar-akar budaya mereka dan karenanya turut serta berperan aktif sebagai bagian dalam kehidupan mereka berbangsa dan bermasyarakat di tempat mereka tinggal.

2. Ketegangan antara universal dengan individual;

Kebudayaan pasti menjadi bersifat global, tetapi hanya besifaat sebagian-sebagian. Kita tidak dapat mengabaikan harapan-harapan yang dijanjikan oleh proses globalisasi dan juga resiki-resikonya, serta tak sedikitpun melupaan sifat unik manusia sebagai individu; dengan demikian resiko mereka, harus memilih masa depan mereka sendiri dan berhasil mencapai sepenuhnya kamampuan mereka dalam khazanah kekayaan tradisi-tradisi budaya mereka yang terawat dengan baik dan budaya mereka sendiri dapat terancam oleh perkembangan mutakhir apabila tidak mereka sendiri yang merawatnya.

3. Ketegangan antara tradisi dengan kemoderenan;

Bagaimana tradisi dapat menyesuaikan diri pada perubahan tanpa hrus kembali kemasa lampau, bagaimana otonomi atau kemandirian dapat dicapai seiring dengan perkembangan kebebasan orang lain, dan bagaimana kemajuan ilmiah dapat diterima dalam masyarakat? Hal ini merupakan semangat yang diperlukan untuk menghindari tantangan-tantangan yang datang dari teknologi-teknologi informasi yang baru.

4. Ketegangan antara pertumbuhan-pertumbuhan jangka panjang dengan jangka pendek;

Hal ini selalu ada, tetapi dewasa ini hal tersebut didukung oleh keperkasaan dari kesementaraan dan kesesaatan, dalam sebuah dunia yang sangat dilimpahi oleh informasi yang singgah sebentar dan emosi-emosi terus-menerus tertuju pada masalah-masalah yang memerlukan pemecahan segera. Pendapat umum meneriakkan perlunya jawaban-jawaban dan pemecahan masalah yang segera, padahal banyak masalah memerlukan strategi perbaikan keadaan yang harus dilaksanakan dengan sabar terencana, bermusywarah. Strategi tersebut adalah sangat tepat digunakan dalam kasus dengan penentuan kebijaksanaan pendidikan.

5. Ketegangan antara perlunya kompetisi dengan kesamaan kesempatan;

Hal ini merupakan masalah klasik, yang telah dihadapi baik oleh para pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dan sosial maupun para pengambil keputusan dalam bidang pendidikan sejak awal abad 20. Pemecahan masala tersebut kadang-kadang telah diusulkan, tetapi tidak pernah tahan uji dalam waktu. Sekarang ini, komisi berani menyatakan bahwa tekanan yang datang dari kempetisilah yang menyebabkan banyak dari para pengambil keputusan berada dalam posisi kewenangan yang kehilangan misinya, sehingga menyebabkan setiap orang menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari setiap kesempatan yang ada. Dalam rangka laporan ini, hal tersebut mendorong kita untuk meninjau kembali dan memperbaiki konsep-konsep tentang pendidikan seumur hidup yang tertuju pada pemanduan tiga macam tenaga, yaitu: kompetisi, yang memberikan kepada kita dorongan-dorongan; korelasi, yang memberi kita kepada kita kekuatan; dan solidaritas, yang memberi kepada kita persatuan.

6. Ketegangan antara perluasan pengetahuan yang berlimpah ruah dengan kemampuan manusia untuk mencernakannya;

Komisi tidak dapat menentang terhadap golongan yang berkeinginan untuk menambah mata pelajaran baru, seperti pengetahuan tentang diri sendiri, cara-cara mencapai keseimbangan fisik dan psikologis atau cara-cara memahami perbaikan lingkungan alam dan melestarikannya secara lebih baik. Oleh karena hal ini telah menambah tekanan terhadap kurikulum, maka setiap strategi perbaikan yang dirumuskan dengan jelas harus berkenaan dengan penentuan pilihan-pilihan yang selalu mengutamakan pada hal-hal yang pokok dari suatu pendidikan dasar yang yang mengajarkan peserta bagaimana membenahi hidup mereka melalui penguasaan pengetahuan, melalui eksperimen dan melalui pengembangan budaya-budaya mereka sendiri harus dijamin.

7. Akhirnya, factor abadi lainnya adalah ketegangan antara spiritual dengan material;

Sering tanpa menyadari, dunia mempunyai suatu keinginan yang sering tidak terungkapkan, yang berupa suatu cita-cita dan nilai-nilai yang akan kita sebut ―moral‖. Adalah tugas mulia pendidikan untuk mendorong setiap orang bertindak berdasarkan tradisi-tradisi dan pendirian-pendirian mereka membarikan penghargaan penuh terhadap pluralism, untuk meningkatkan pikiran dan spirit mereka mencapai tingkat universal dan berdasrkan ukuran tertentu, mentransendenkan diri mereka. Tidaklah berlebih-lebihan apabila komisi menyatkan bahwa kelangsungan hidup manusia tergantung pada bagaimana tugas mulia pendidikan diupayakan. (Delors, 1996: 17-18).

Implikasi Bagi Pendidikan Tinggi Indonesia

1. Landasan Futuralistik

Indonesia sebagai anggota perserikatan bangsa-bangsa sudah sepantasnya apabila hasil komisi internasional tentang pendidikan untuk abad 21 menjadi bahan kajian utama dalam rangka pembangunan pendidikan Indonesia di abad 21. Dengan demikian hasil-hasil komisi tersebut merupakan salah satu landasan futuralistik pendidikan Indonesia di abad 21.

2. Tujuan Pengkajian

Menangkap situasi internasional yang telah terjadi dalam abad 21; mengkaji visi, prinsip-prinsip, dan perkembangan pendidikan untuk menilainya secara cermat dan mengadopsinya hal-hal yang dapat dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan nasional Indonesia, yang sesuai dengan cita-cita dan kondisi nasional Indonesia.

3. Bentuk dan Sifat Pengkajian

 Pengkajian merupakan pengkajian kebijaksanaan pendidikan.

 Pengkajian bersifat menemukan alternatif-alternatif untuk meningkatkan impelementasi pendidikan nasional yang berstandar internasional, dan menguatkan usaha-usaha hubungan internasional dalam bidang pendidikan yang saling menguntungkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

 Pengkajian merupakan upaya pemanduan antara cita-cita internasional atau global dengan cita- cita dan kondisi nasional dalam bidang pendidikan. Dengan demikian pembangunan pendidikan Indonesia diharapkan dapat memasuki globalisasi yang ditandai era keterbukaan dan pasar bebas.

Dalam dokumen Arah Perkembangan Pendidikan TINGGI INDO (Halaman 63-65)