• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUPOKSI LPPM DI PERGURUAN TINGG

Dalam dokumen Arah Perkembangan Pendidikan TINGGI INDO (Halaman 37-40)

Pergeseran perubahan yang terjadi di era keterbukaan dan persaingan global. Kekuatan ekonomi dan bisnis menjadi tumpuan utama, dimana bisnis dan industri menjadi kekuatan sekaligus kekuasaan. Dari ciri masyarakat Kapitalis ke ciri masyarakat pengetahuan. Masyarakat pengetahuan inilah yang memegang peranan utama membentuk peradaban dunia baru.

Perguruan tinggi menyimpan segudang potensi sebagai produsen pengetahuan utama. Paradigma ini belumlah berlaku secara universal di kalangan Pendidikan tinggi Indonesia kekinian, sebab masih ada sebagian PT yang apriori (cuek), dan pesimis (tak peduli) terhadap eksistensinya sebagai institusi Pendidikan, bahkan tak mau tahu menahu tentang keadaan sekitar lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri. Aktifitas dan kegiatan PT hanya fokus pada rutinitas, formalitas dan seremoni belaka. Yang terpenting buat mereka adalah kegiatan kuliah, ujian, wisuda

Produktifitas dan kinerja penelitian di perguruan tinggi (PT) Indonesia sangat rendah, jika di telusuri akar masalah, tidak hanya berkaitan dengan minimnya dana dan political will pemerintah, tetapi juga dipengaruhi: oleh mutu penelitian dosen serta rendahnya budaya meneliti dalam masyarakat terutama kaum akademisi intelektual. Dosen sebagai salah satu komponen terpenting dalam pendidikan tinggi mempunyai peran yang sangat signifikan bagi PT untuk menjalankan fungsinya. Peran dan tugas pokok dosen telah berkembang dari yang semula lebih ditekankan pada tugas mengajar menjadi pendidik profesional dan ilmuwan.

Tugas utama dosen dalam melaksanakan Tridharma perguruan tinggi merupakan satu kesatuan dharma atau kegiatan, karena ketiga dharma tersebut hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, karena saling terkait dan mendukung satu sama lain. Dharma pendidikan dan pengajaran akan menghasilkan problematik dan konsep konsep yang dapat menggerakkan penelitian untuk menghasilkan publikasi ilmiah, sebaliknya dari penelitian dan publikasi ilmiah akan memperkaya dan memperbaharui khasanah ilmu untuk digunakan dalam pendidikan dan pengajaran.

Hasil penelitian dan publikasi akan menghasilkan bahan pengajaran yang terbaharui terus menerus dan mutakhir. Di pihak lain hasil dharma penelitian akan dapat diaplikasikan dalam dharma pengabdian kepada masyarakat serta berlaku sebaliknya, hasil dharma pengabdian kepada masyarakat akan memberikan inspirasi dan gagasan dalam penelitian. Dharma penelitian dapat memberikan sumbangan cukup besar pada dharma yang lain. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika prestasi seorang dosen dalam penelitian dan publikasi menjadi tolok ukur utama yang menggambarkan profesionalisme dosen sebagai ilmuwan.

Kebanyakan dosen masih belum memamahi arti penting melakukan penelitian untuk peningkatan kompetensi dan karir dirinya sebagai dosen profesional, untuk membangun reputasi akademik institusi pendidikannya, dan juga untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi. Kebijakan Kemenristekdikti yang mengharuskan mahasiswa S-1, S-2, dan S3 mempublikasikan karya ilmiah merupakan salah satu langkah awal menumbuhkan budaya meneliti mahasiswa dan dosen untuk menghasilkan karya tulis.

Budaya penelitian adalah cerminan nilai-nilai, cita-cita dan keyakinan tentang penelitian dalam organisasi, pada gilirannya tercermin dalam perilaku penelitian, tindakan penelitian dan simbol penelitian organisasi. Membangun budaya penelitian di PT di Indonesia kekinian, diperlukan Revolusi mental dikalangan komunitas akademik (sivitas akademika), yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas, cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang semuanya menjelma dalam perilaku dan tindakan sehari-hari.

Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi empat problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, melemahnya sendi- sendi perekonomian nasional, dan terakhir pasar bebas. Perguruan tinggi yang ditugaskan sebagai center of excellence, secara organisasi dan kelembagaan harus menggaungkan revolusi mental, membangun kesadaran kolektif dikalangan komunitas akademik sebagai bagian dari gerakan Revolusi Mental. PT harus menjadi motor penggerak dalam membangun Indonesia yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.

Revolusi mental adalah bagian dari membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa bangsa lain di dunia. Kenapa membangun jiwa bangsa yang merdeka itu penting? Kata Bung Karno, membangun suatu negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa. Dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan.

Bukan perkara mudah untuk menumbuhkan budaya meneliti termasuk didalamnya revolusi mental. Perlu konsentrasi, biaya dan waktu yang tidak sedikit. Menumbuhkan budaya meneliti perlu menjadi tanggung jawab bersama baik lembaga/organisasi maupun perseorangan: dosen, dan mahasiswa. Menumbuhkan, mengembangkan dan mewujudkan budaya meneliti di internal PT, diperlukan Komitmen dan dukungan organisasi:

1. Dukungan penuh dari pimpinan PT, yayasan penyelenggara/penggelolah dalam membangun budaya akademik meneliti dosen dan mahasiswa.

2. Dukungan sarana dan prasarana (ruangan, internet, perpustakaan, lab, fasilitas lain) 3. Dukungan pendanaan internal untuk memacu dosen melakukan riset,

4. Dukungan sistem lembaga dan insentif riset. 5. Dukungan motivasi, pengarahan dan akses.

Membangun budaya meneliti perlu menjadi tanggung jawab bersama baik lembaga/organisasi maupun perseorangan: dosen, mahasiswa. Secara organisasi kelembagaan, Perguruan Tinggi seharusya dan semestinya memiliki LPPM yang berdayaguna dan berdayasaing, memainkan perannya dalam penyelenggaraan penelitian. Secara organisasi, perguruan tinggi memiliki LPPM sebagai unit kerja penelitian dan abdimas yang memiliki tugas dan tanggung jawab pelaksanaan kegiatan dan aktifitas penelitian di internal PT. Hakikatnya, LPPM sebagai motivator, fasilitator, dinamisator dalam pembangunan dan pengembangkan budaya penelitian di internal PT.

Guna mewujudkan budaya penelitian, juga dibutuhkan kesadaran dan kerjasama dari seluruh komunitas akademik (sivitas akademika PT). LPPM harus memainkan peran dan berupaya maksimal melaksankana aktifitas dan kegiatan penelitian dengan melibatkan seluruh komunitas akademik. Walaupun disadari bersama, realitas kekinian LPPM PT tak ubahnya hanya sebagai lembaga pelayan administrasi yang menyediakan cap/stempel dan tanda tangan bagi dosen dan mahasiswa yang membutuhkan keabsahan dan legalistas dari suatu kegiatan penelitian dan abdimas. Bahkan, masih ada PT, tidak mempunyai LPPM, atau terkadang LPPM di gabung dengan unit kerja lainnya. Realitas ini menggambarkan bahwa, masih ada PT di Indonesia yang mengabaikan dharma penelitian dan abdimas sebagai bagian dari dharma pendidikan/pengajaran.

Idealnya, Fungsi dan tugas LPPM di sebuah Perguruan tinggi (PT) adalah:

1. Menyusun Rencana Induk Pengembangan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat secara terintegrasi dan berkelanjutan;

2. Mengkoordinasi, mengarahkan dan memastikan pelaksanaan dan pencapaian tujuan dari aktivitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat para dosen dan mahasiswa;

3. Mencari dan mengelola informasi hibah penelitian dan PKM dari Dikti dan pihak-pihak lainnya, lalu menginformasikan kepada para dosen.

4. Mengkoordinasikan penelitian dan PKM antar program studi;

5. Memfasilitasi pelatihan dan pengembangan strategi menyusun proposal dan melakukan penelitian kepada para dosen dengan mengundang pihak-pihak yang kompeten;

6. Mendorong terbentuknya pusat-pusat studi untuk menghimpun minat meneliti para dosen pada bidang-bidang tertentu.

7. Memberikan skema dana hibah penelitian dari institusi untuk memotivasi minat dan kemampuan para dosen melakukan penelitianpenelitian awal.

Langkah yang dibutuhkan untuk membangun dan mengembangkan budaya meneliti di perguruan tinggi adalah membangun komitmen bersama di kalangan komunitas akademik (dosen, mahasiswa) tentang pentingnya kegiatan penelitian di PT, meliputi:

1. Membangkitkan minat, tekad, kecintaan dan semangat untuk melakukan suatu penelitian.

2. Menspesialisasikan keahlian pada suatu bidang ilmu tertentu sesuai dengan rekam jejak pendidikan dan pengajaran akademik yang telah dilakukan.

3. Rajin mencari sumber-sumber informasi penawaran skim hibah penelitian dari Dikti/Kopertis.

4. Mempelajari ketentuan atau syarat-syarat dari suatu skim hibah penelitian yang relevan, lalu strategi penulisan proposal seperti yang disyaratkan.

5. Mengumpulkan dan mempelajari sumber-sumber pustaka yang relevan sesuai spesialisasi bidang ilmu dan kompetensi riset yang akan dibangun;

6. Sebaiknya mengajak rekan yang memiliki ketertarikan pada bidang ilmu yang sama untuk menjadi rekan atau tim peneliti.

7. Bagi para dosen calon peneliti pemula, sebaiknya juga ―berguru‖ pada dosen-dosen yang sudah berpengalaman dalam mendapatkan hibah penelitian dari Dikti, Kopertis atau lainnya yang memiliki persyaratan dan tingkat kompetisi yang tinggi.

8. Jangan pernah menyerah apabila mengalami kegagalan dalam pengajuan proposal hibah penelitian. Pelajari penyebab kegagalan dan lakukan perbaikan proposal untuk diajukan pada tahap berikutnya.

9. Teruslah meningkatkan pengetahuan dan kompetensi pada suatu bidang ilmu tertentu yang spesifik atau unik dengan mempelajari literatur terbaru dan amati femonena sosial, alam, Iptek, dan lainnya yang relevan.

Komitmen tersebut akan melahirkan semangat dan keyakinan di kalangan komunitas akademik (dosen, mahasiswa), bahwa penelitian memberikan manfaat bagi masyarakat, dan ilmu pengetahuan kini atau di masa depan, karena masih banyak fakta yang masih menunggu untuk diungkapkan melalui penelitian ilmiah. Dengan penelitian, akan menghasilkan pengetahuan baru yang memunculkan fakta baru yang berbeda dari ―kebenaran‟ yang diyakini saat ini di tempat ini. Melakukan kegiatan penelitian adalah bagian dari berolah intelektual, berbagi pengetahuan dengan orang lain, yang memungkinkan komunitas akademik memperkaya pengetahuan yang telah dimiliknya, dan membebaskan diri dari keterkaitan yang kaku pada suatu konsep atau teori tertentu.

Terbangunnya budaya penelitian di PT dengan baik, akan memberikan efek positif bagi komunitas akademik. Budaya akademik, keilmuan dan ilmiah akan tumbuh dan berkembang dengan baik, lahirnya temuan temuan baru yang diperoleh secara ilmiah, gagasan akademik atau intelektual, kritik dan saran yang bersifat membangun dan terbuka bagi semua, menghargai prestasi orang lain, memiliki semangat belajar inovatif, dan memiliki orientasi yang kuat ke masa depan.

Dalam dokumen Arah Perkembangan Pendidikan TINGGI INDO (Halaman 37-40)