• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN

Dalam dokumen prosiding semnas mipa uny 2012 (Halaman 62-65)

WRITE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMA

TEMUAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap tes awal dan tes akhir didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 1

Hasil Pengolahan Data Tes Awal dan Tas Akhir Aspek Skor

Maks

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Rata-Rata S Rata-rata S Pre Tes Memahami Masalah 8 1,80 1,49 1,36 1,14 Membuat Rencana 16 3,27 1,16 3,05 1,15 Melakukan Perhitungan 8 1,49 1,12 1,96 1,59 Memeriksa Kembali 8 1,78 1,78 2,24 1,65 Keseluruhan Aspek 50 15,68 15,68 4,46 5,32 Pos Tes Memahami Masalah 8 6,20 1,00 5,29 1,44 Membuat Rencana 16 11,93 1,84 10,30 1,90 Melakukan Perhitungan 8 5,56 1,19 4,98 1,95 Memeriksa Kembali 8 4,61 2,06 3,10 1,87 Keseluruhan Aspek 50 35,54 9,15 22,79 8,99

Asep I/Pengaruh Model Pembelajaran

M-18

Dari hasil pengolahan data menggunakan uji-t (karena data normal dan homogen) didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 2

Hasil Uji Kesamaan Dua rata-rata Data Pre Tes Aspek Kelas Eksperimen Kelas

Kontrol thitung ttabel Keterangan

Rata- rata S Rata- rata S Memahami Masalah 1,80 1,49 1,36 1,14 1,13 1,99 Tidak Terdapat perbedaan Membuat Rencana 3,27 1,16 3,05 1,15 1,57 1,99 Tidak Terdapat perbedaan Melakukan Perhitungan 1,49 1,12 1,96 1,59 1,57 1,99 Tidak Terdapat perbedaan Memeriksa Kembali 1,78 1,44 2,24 1,65 1,70 1,99 Tidak Terdapat perbedaan Keseluruhan Aspek 15,68 4,46 16,14 5,32 0,42 1,99 Tidak Terdapat perbedaan Tabel 3

Hasil Uji Kesamaan Dua rata-rata Data Pos Tes Aspek Kelas Eksperimen Kelas

Kontrol thitung ttabel Keterangan

Rata- rata S Rata- rata S Memahami Masalah 6,20 1 5,29 1,44 3,37 1,99 Tolak Ho Membuat Rencana 11,93 1,84 10,30 1,90 3,98 1,99 Tolak Ho Melakukan Perhitungan 5,56 1,19 4,98 0,95 2,42 1,99 Tolak Ho Memeriksa Kembali 4,61 2,06 3,10 1,87 3,60 1,99 Tolak Ho Keseluruhan Aspek 35,54 9,15 22,79 8,99 6,38 1,99 Tolak Ho

Berdasarkan Tabel 3, didapat hasil sebagai berikut : Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada tiap dan keseluruhan aspek siswa yang pembelajarannya menggunakan model Kooperatif tipe Think Talk Write lebih baik daripada model konvensional

PEMBAHASAN

Beberapa hal yang menyebabkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write dengan pendekatan konvensional (KV) dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis, diantaranya :

1. Dilihat dari Tahap Think (berpikir)

Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk LKS yang berisi informasi atau pun permasalahan, memungkinan siswa untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan konsep, prosedur, serta prinsip dalam metematika melalui suatu aktivitas belajar yaitu membaca. Pada tahap ini, siswa akan membaca sejumlah persoalan yang disajikan dalam LKS. Setelah membaca LKS siswa akan membuat catatan kecil berupa apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

M-19

kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Menurut Yamin dan Bansu (2008: 85) aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matemtika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan tentang apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri. Lebih Lanjut Wiederhold (Yamin dan Bansu, 2008: 85) mengatakan bahwa belajar membuat/menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca, sehingga dapat mempertinggi pengetahuan bahkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis seseorang.

Disamping itu pembelajaran kooepartif tipe TTW memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri, karena belajar sendiri mempunyai pengaruh yang baik terhadap kemampuan dalam memahami suatu konsep sebagaimana dikemukakan oleh Hudoyo (1979 : 109) “……..jika siswa aktif melibatkan dirinya di dalam menemukan suatu prinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep tersebut lebih baik, mengingat lebih lama dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konterks yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Alipandie (1981 : 92) dan Surakhmad (1986 : 149) bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar sendiri hasil eksperimen atau hasil percobaan sendiri akan tertanam dalam ingatan relative lebih lama. Lebih lanjut Johnson and Rising (Ruseffendi, 1988 : 319) mengatakan “…..kita dapat mengingat sekitar seperlima dari yang kita dengar, setengahnya dari yang kita lihat, dan tiga perempatnya dari yang kita perbuat”. Dengan demikian konsep- konsep yang secara aktif oleh siswa akan tertanam lebih lama dalam ingatan sehingga lebih lanjut diharapkan siswa mampu mentransfer konsep-konsep yang dipelajarinya ke dalam persoalan yang lebih kompleks.

Hal-hal ini yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif tipe TTW untuk memfasilitasi berkembangnya kemampaun pemecahan masalah pada diri siswa karena kegiatan-kegiatan yang diuraikan di atas merupakan indikator-indikator dari kemampuan pemecahan masalah matematis. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal inilah yang tidak difasilitasi dalam pembelajaran konvensional.

2. Dilihat Tahap Talk (Berbicara)

Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996 : 88) (Mohammadfatur.Blogspot.com) mengatakan bahwa berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan menguji ide. Intinya, pada tahap ini siswa dapat mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga mereka mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya mereka butuhkan untuk dipelajari. Lebih jauh Yamin dan Bansu (2008: 86) mengutarakan talk penting dalam matematika karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam matematika, pembentukan ide (forming ideas), meningkatkan dan menilai kualitas berpikir. Sesuai dengsn teori Vygotsky yang menekankan pada pentingnya interaksi sosial dengan orang lain, terlebih yang mempunyai pengetahuan baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik (Coob dalam Suparno, 1997 : 4)

Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal inilah yang tidak difasilitasi dalam pembelajaran konvensional

3. Dilihat dari Tahap Write (menulis)

Masingila dan Wisniowska (1996: 95) (Mohammad. Blogspot.com) mengatakan bahwa manfaat tulisan siswa untuk guru adalah (1) koneksi langsung secara tertulis dari seluruh anggota kelas, (2) informasi tentang kesalahan-kesalahan, miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari para siswa, (3) variansi konsep siswa dari ide yang sama, dan (4) bukti yang nyata dari pencapaian atau prestasi siswa. Aktivitas menulis siswa pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti),

Asep I/Pengaruh Model Pembelajaran

M-20

mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Yamin dan Bansu, 2008: 88). Pada tahap ini siswa akan belajar untuk melakukan koneksi matematika secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, siswa dimita untuk menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah diberikan. Apa yang siswa tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda dengan apa yang siswa tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal ini terjadi karena setelah siswa berdiskusi ia akan memperoleh ide baru untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal-hal inilah yang tidak difasilitasi dalam

pembelajaran konvensional.

Dalam dokumen prosiding semnas mipa uny 2012 (Halaman 62-65)

Dokumen terkait