KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGG
TKBK Elder dan
Paul Berfikir yang tidak direfleksikan Berfikir yang menantang Berfikir permulaan Berfikir latihan Berfikir lanjut Hasil Penjenjangan TKBK TKBK 0 (Tidak kritis) TKBK 1 (Kurang kritis) TKBK 2 (Cukup kritis) TKBK 3 (Kritis) Elemen Bernalar Tujuan Pertanyaan Informasi Kesimpulan Konsep dan Ide Asumsi Implikasi Sudut Pandang
Gambar 1. Model berfikir kritis Elder-Paul Diterapka Untuk Mengembang kan Standar Intelektual Bernalar Kejelasan Ketepatan Ketelitian Relevansi Kedalaman Keluasan Logis Ciri-Ciri Intelektual Rendah hati Mandiri Jujur Berani Tekun Empati Integritas Percaya diri
65 Constructive Controversy merupakan salah satu model pemelajaran kolaboratif yang mana Menurut (Hosnan, 2014) “Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis…”
Menurut (Bickford, 2011) ada enam tahapan model pembelajaran Constructive Controversy, yaitu :
1. Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang akan dibahas sedangkan siswa mengkaji sumber belajar untuk mencari informasi.
2. Siswa dibagi dalam kelompok
3. Siswa menggunakan bukti dan logika untuk mempresentasikan kepada kelompok oposisi, begitu juga kelompok oposisi menyatakan perspektif mereka sehingga masing- masing kelompok menyatakan persepsi mereka.
4. Siswa saling membahas masalah tersebut dengan menyajikan bagaimana perspektif mereka menggunkan bukti dan logika.
5. Siswa menyajikan perspektif kelompok lawan sehingga memudahkan siswa untuk memahami perspektif lain diluar perspektif awal mereka.
6. Siswa merekonseptualisasi masalah dan mengidentifikasi kesamaan antara dua perspektif kemudian membuat kesimpulan.
Sedangkan menurut (Hosnan, 2014) Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru dengan mempraktekkan model Pembelajaran Kolaboratif tipe Constructive Controversy yaitu :
1. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri;
2. Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis; 3. Kelompok mendemonstrasikan;
meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban- jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri;
4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap;
5. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan persentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut dan menanggapi;
6. Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi terhadap laporan yang akan dikumpulkan;
7. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun per kelompok kolaboratif; 8. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari,
dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
(Hosnan, 2014) memaparkan kelemahan dan kelebihan dari model Pembelajaran Constructive Controversy sebagai berikut: a. Kelebihan; (1) Siswa belajar
bermusyawarah. (2) Siswa belajar menghargai pendapat orang lain. (3) Siswa dapat mengembangkan cara berfikir kritis dan rasional. (4) Siswa dapat memupuk rasa kerja sama. (5) Adanya persaingan yang sehat.
b. Kelemahan; (1) Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan. (2) Membutuhkan waktu yang cukup banyak.
Menurut (Pratiwi, 2014) tujuan utama dari pembelajaran Constructive Controversy adalah untuk mengeksplorasi setiap argumen dari perspektif yang berbeda dan mengintegrasikan informasi yang berbeda untuk menarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Constructive Controversy merupakan suatu model pembelajaran yang dalam penerapannya dapat melatih kemampuan berfikir kritis siswadi dalam kelas dengan cara membentuk sebuah kelompok diskusi yang nantinya Kelompok diskusi tersebut akan bekerja sama untuk memecahkan masalah dan saling mengandalkan kemampuan mereka
66 masing-masing sehingga tercapai suatu kesepkatan bersama.Oleh karena itu model pembelajaran Construcive Controversy memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis mereka. Secara empirik, hal ini pernah dikemukakan dalam penelitian (Ucep Saifulloh, 2015) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran Construcive Controversymemiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berfikir kritis siswa, besar taraf signifikansinya adalah 0,95.
Simpulan dan Saran Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengembangkan kemampuan berfikir kritis melalui pendekatan Constructive Controversysangat cocok untuk diterapkan karena melihat dari tujuan dan langkah-langkah dari model pembelajaran
Constructive Controversyyang lebih
mengutamakan kemampuan berfikir kritis dalam kegiatan pembelajarannya.
Saran
Perlu adanya suatukreativitas guru dalam memilih pendekatan, model pembelajaran yang akan digunakan dikelas, agar kegiatan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Daftar Rujukan
Bickford III. 2011. A Comparative Analysis of Two Methods for Guiding Discussions
Surrounding Controversial and
Unrevolved Topic. Eastern Education Journal, 40(1), 33-47.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogkarta: Gava media.
Dewi Pratiwi, Rosa. 2014. Penerapan Constructive Controversy dan Modified
Free Inquiry Terhadap HOTS
Mahasiswa Pendidikan Biologi. Jurnal Formatif 4(2): 100-111, 2014. ISSN: 2088-351X.
Elder, L & Paul, R. 2008. Critical Thinking development : A Stage Theory with Implications for Instruction.[Online]. http://www.critichalthinking.org/. Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia
Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Fisher, Alec. 2009. Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Frijters S,. Geert ten D., & Gert R. 2008. Effects of Dialogic Learning on Value- Loaded Critical Thingking. Elsevier Learning and Instruction, 18, pp 66-82.
Haryani, Desti. 2012. Membentuk Siswa Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran
Matematika. Makalah Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, 2012. Hosnan, Muhammad. 2014. Pendekatan
Scientific dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalib Indonesia.
Rini Chandrasari, Titis. 2015. Analisis Pendekatan Conflict Resolution dan
Constructive Controversy dalam
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan dan Pameran Produk Akademik FKIP Universitas Jember 30-31 Mei 2015. Tilaar, H.A.R., dkk. 2011. Pedagogik Kritis-
Perkembangan, Substansi, dan
Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Saifullah , Ucep. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Acc Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis
Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan.
67