• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urusan Penataan Ruang

Dalam dokumen BAB IV LKPJ ATA 2014 (Halaman 103-108)

9) Program Pembinaan Jasa Konstruksi a. Pelaksanaan Program

4.1.5 Urusan Penataan Ruang

Program penataan ruang merupakan salah satu program untuk melaksanakan strategi meningkatkan proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan dan berdaya saing, dengan arah kebijakan strategis peningkatan kinerja penataan ruang. Mengacu pada indikator kinerja program penataan ruang yang ditetapkan berdasarkan standar pelayanan minimal dalam rangka peningkatan kinerja penataan ruang adalah tingkat ketersediaan pranata penataan ruang (dokumen RDTR kabupaten/kota) dan tingkat penanganan Raperda RTR Kawasan Strategis Provinsi.

Indikator tingkat ketersediaan pranata penataan ruang (dokumen RDTR kabupaten/kota) dipenuhi melalui fasilitasi pembahasan RDTR kabupaten/kota oleh Tim Evaluasi RDTR kabupaten/kota (Sekretariat di Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat) dan BKPRD Provinsi Jawa Barat (Sekretariat di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat). Indikator tingkat penanganan Raperda RTR Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dipenuhi melalui penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang dilaksanakan di Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Penyusunan RTR KSP merupakan amanat rencana rinci tata ruang yang harus disusun setelah Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 ditetapkan, yaitu sebanyak 24 (duapuluh empat) KSP. Hingga tahun 2014, kajian RTR KSP yang telah disusun kajiannya sebanyak 17 (tujuh belas) KSP.

Indikator kinerja tersebut dicapai melalui Program dan Kegiatan sebagai berikut: 1) Program Penataan Ruang

a. Pelaksanaan Program

(1) Kegiatan Penyusunan Kawasan Strategis Provinsi, yang dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 473.770.000 realisasi anggaran sebesar Rp. 467.730.000 (98,73%). Output kegiatan adalah dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP Panas Bumi Kamojang-Darajat-Papandayan). Outcome kegiatan adalah tingkat ketersediaan pranata penataan ruang Jawa Barat.

(2) Kegiatan Fasilitasi Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 500.000.000 realisasi anggaran sebesar Rp. 426.180.000 (85,24%). Output kegiatan adalah Rapat koordinasi evaluasi pegendalian pemanfaatan ruang dan pokja pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang BKPRD Provinsi Jawa Barat, Pengawasan pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota, Kajian teknis permohonan rekomendasi gubernur untuk pemanfaatan ruang KBU, pembahasan berkas permohonan masuk, Penyebaran informasi mengenai KBU, dan Fasilitasi kader mitra KBU. Outcome kegiatan adalah meningkatnya kualitas pengendalian pemanfaatan ruang Jawa Barat.

(3) Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Penataan Ruang KSP, yang dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 243.622.000 realisasi anggaran sebesar Rp. 230.872.000 (94,77%). Output kegiatan adalah dokumen Naskah Akademis dan Raperda RTR KSP Bopunjur. Outcome kegiatan adalah kesiapan pranata penataan ruang yang yang diproses melalui aspek legal formal.

(4) Kegiatan Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan Strategis di Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 4.986.312.350 realisasi anggaran sebesar Rp. 4.757.704.850 (95,42%). Output kegiatan adalah Dokumen masterplan pengembangan metropolitan Cirebon Raya (tahap I), Dokumen Masterplan Pengembangan Metropolitan Bodebek Karpur (tahap I), Dokumen Masterplan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pelabuhan Ratu, Dokumen Masterplan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Rancabuaya, Dokumen Masterplan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pangandaran, Dokumen Laporan Penyusunan Konsep Besar Pengembangan Jawa Barat.

Outcome kegiatan adalah tersedianya konsep acuan pengembangan kawasan

Metropolitan dan Pusat-Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat.

(5) Kegiatan Pengembangan Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah Bagi Pemanfaatan Ekonomi Sosial Sepanjang Koridor Tol di Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 484.275.000 realisasi anggaran sebesar Rp. 449.760.000 (92,87%). Output kegiatan adalah Dokumen Studi Potensi dan Konsep Pengembangan Wilayah Pusat-Pusat Pertumbuhan Sepanjang Koridor Tol Cileunyi-Tasikmalaya, Dokumen desain Pengembangan Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah untuk Kemanfaatan Ekonomi Sosial Tol Cisundawu. Outcome kegiatan adalah terencananya penataan ruang di koridor Jalan Tol Cisumdawu.

(6) Kegiatan Pembuatan Peta Tutupan Lahan Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan oleh Bappeda Provinsi Jawa Barat dengan anggaran sebesar Rp. 500.000.000 realisasi anggaran sebesar Rp. 465.850.000 (93,17%). Output kegiatan adalah data geospasial tematik tutupan lahan Jawa Barat terkini, berupa Buku dan Album Peta Tutupan Lahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 hasil interpretasi Citra SPOT 6 2014 dan Citra Sekunder 2012-2014. Outcome kegiatan adalah termanfaatkannya data geospasial tematik sebagai input perencanaan dan analisis tata ruang di Jawa Barat.

(7) Penyusunan Kajian Pendukung Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat, dilaksanakan oleh Bappeda Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 200.000.000 realisasi anggaran sebesar Rp. 174.985.000 (87,49%). Output kegiatan adalah dokumen Studi Identifikasi Nilai-Nilai yang Berlaku di Masyarakat tentang Kualitas Penataan Ruang di Jawa Barat. Outcome kegiatan adalah perubahan perspektif dan paradigma perencanaan tata ruang berdasarkan kajian empiris lapangan dalam rangka mengoptimalkan kebijakan tata ruang yang telah ditetapkan.

(8) Kegiatan Fasilitasi Penyelenggaraan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi Jawa Barat dilaksanakan oleh

Bappeda Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 500.000.000 realisasi anggaran sebesar Rp. 479.603.900 (95,92%)

Output kegiatan adalah operasionalisasi BKPRD

Provinsi Jawa Barat, monitoring dan pembinaan penataan ruang kabupaten/kota di Jawa Barat, serta penyusunan naskah akademis petunjuk pelaksanaan mekanisme dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif dalam mewujudkan RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029. Peran dan fungsi BKPRD Provinsi Jawa Barat didukung operasionalisasi Anggota dan Sekretariat BKPRD Provinsi Jawa Barat yang dilengkapi dengan penyiapan standar operasional procedure (SOP) dan pengembangan Website BKPRD Provinsi Jawa Barat sebagai media informasi penyelenggaraan penataan ruang bagi pemerintah daerah dan masyarakat luas. Outcome kegiatan adalah terwujudnya sinergitas dan koordinasi penataan ruang Provinsi Jawa Barat sebagai upaya penyelenggaraan penataan ruang yang lebih intensif.

Operasionalisasi BKPRD Provinsi Jawa Barat meliputi rapat/koordinasi untuk merumuskan perencanaan tata ruang, memfasilitasi pembahasan permohonan rekomendasi Gubernur tentang pemanfaatan ruang di Provinsi Jawa Barat maupun di kabupaten/kota, serta rapat/koordinasi pembahasan pengendalian pemanfaatan ruang dalam menangani konflik penataan ruang di Provinsi Jawa

Barat. Koordinasi perencanaan tata ruang pada Tahun 2014 telah memfasilitasi Evaluasi Gubernur tentang Raperda RTRW Kabupaten Subang dan Kota Banjar, pembahasan substansi perubahan RTRW Kabupaten Bandung, pembahasan substansi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bandung, dan perumusan kedudukan substansi RTRW dan RDTR kabupaten/kota. Koordinasi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang memfasilitasi pemberian rekomendasi Gubernur untuk pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung Utara (KBU), pembahasan Rapergub RTH Abadi di KBU, dan memfasilitasi permohonan rekomendasi Gubernur untuk pemanfaatan ruang lainnya. Rekomendasi Gubernur untuk pemanfaatan ruang KBU diberikan untuk 26 pemohon rumah tinggal dan 11 pemohon non rumah tinggal, sedangkan 1 pemohon non rumah tinggal tidak mendapat rekomendasi gubernur. Keseluruhan kegiatan koordinasi penataan ruang dirangkum dalam Laporan Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat.

Monitoring dan pembinaan penataan ruang kabupaten/kota dilaksanakan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, kunjungan ke BKPRD kabupaten/kota, maupun rapat koordinasi BKPRD Provinsi Jawa Barat di 4 (empat) Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat, yang ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi BKPRD Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan koordinasi penataan ruang antar tingkat pemerintahan, pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Monitoring dan pembinaan masih perlu dilakukan, karena sangat dibutuhkan terutama dalam membina operasionalisasi BKPRD kabupaten/kota dan memberi penjelasan mengenai peraturan dan mekanisme proses persetujuan substansi rencana tata ruang, beserta permasalahan yang terjadi.

Penyusunan naskah akademis Rapergub tentang petunjuk pelaksanaan mekanisme dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif dalam mewujudkan RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029, menyelesaikan substansi untuk pemberian insentif dan disinsentif perwujudan ruang ketahanan pangan. Penyusunan substansi dilakukan melalui 6 (enam) kali focus group discussion (FGD), yang melibatkan narasumber dalam bidang penataan ruang, pertanian dan hukum. Muatan Petunjuk Pelaksanaan, meliputi definisi operasional ketahanan pangan, insentif dan disinsentif, Kriteria dan Indikator Pemberian Insentif dan Disinsentif Perwujudan Ruang Ketahanan Pangan, Objek pemberian Insentif dan Disinsentif Perwujudan Ruang Ketahanan Pangan, Jenis Insentif dan Disinsentif, serta Mekanisme pemberian Insentif dan Disinsentif Perwujudan Ruang Ketahanan Pangan.

b. Permasalahan dan Solusi a) Permasalahan:

(a) Dalam kegiatan Pembuatan Peta Tutupan Lahan Provinsi Jawa Barat adalah terkait ketersediaan raw data citra satelit resolusi tinggi (SPOT 6) gratis yang disediakan LAPAN, ternyata belum dapat meng-cover seluruh Jawa Barat.

(b) Dalam Kegiatan Penyusunan Kajian Pendukung Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat adalah terkait metodologi sampling responden, yang seringkali masih berorientasi pada studi kuantitatif padahal basis studi ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

(c) Koordinasi perencanaan tata ruang dipenuhi oleh tugas memfasilitasi pembahasan rencana tata ruang kabupaten/kota. Fasilitasi RTRW kabupaten/kota mencapai 92,6%, dengan status 25 (duapuluh lima) RTRW kabupaten/kota sudah ditetapkan dalam peraturan daerah, sedangkan RTRW Depok yang masih dalam proses Evaluasi Gubernur, dan RTRW Kabupaten Pangandaran yang belum menyampaikan permohonan rekomendasi gubernur. RDTR kabupaten/kota belum satupun yang sudah ditetapkan, karena proses penyiapan dan sinkronisasi substansi yang memerlukan waktu dan terkendala dalam pemenuhan persyaratan evaluasi. Fasilitasi permohonan rekomendasi gubernur juga dilaksanakan untuk perubahan RTRW Kabupaten Bandung, yang mengalami kendala dalam sinkronisasi substansi.

(d) Pedoman penyusunan peninjauan kembali RTRW belum ada.

(e) Pedoman penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi (KSP) belum ditetapkan.

(f) Pemahaman terhadap proses dan prosedur rekomendasi pemanfaatan ruang masih rendah.

(g) Pedoman pemberian Insentif dan Disinsentif belum ditetapkan b) Solusi

(a) menyediakan raw citra satelit seluruh Jawa Barat adalah mengumpulkan dan mempergunakan citra satelit sekunder dengan resolusi yang kurang lebih sama, dengan Tahun perekaman berkisar dari Tahun 2012 s.d. Tahun 2014

(b) Berkomunikasi dengan narasumber yang memang pakar di bidang studi kualitatif, sehingga didapatkan cara dan perspektif praktis untuk menggali informasi dari tiap responden sebagai bahan dasar analisis.Meningkatkan sinergi penataan ruang antar tingkat pemerintahan, antar wilayah dan

antar sektor.

(c) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi substansi pada setiap tahap perencanaan.

(d) Menyempurnakan mekanisme persetujuan substansi rencana RRTR kabupaten/kota dalam rangka percepatan penetapan RRTR.

(e) menyusun RTR KSP mengacu pada pedoman penyusunan RTRWP dengan fokus substansi pada isu penanganan KSP.

(f) menyusun SOP BKPRD Provinsi Jawa Barat.

(g) Melaksanakan monitoring dan pembinaan kepada BKPRD kabupaten/kota. (h) Melengkapi pranata pengendalian pemanfaatan ruang KBU, terutama

tentang pengaturan penyediaan dan penetapan Ruang Terbuka Hijau Abadi di KBU.

Dalam dokumen BAB IV LKPJ ATA 2014 (Halaman 103-108)