1 BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut jenis (transversal, spiral, oblik segmental, kominutiva), lokasi (diafise, metafise, epifise), dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilinginya (terbuka atau compound dan tertutup) (Schwartz, 2000). Fraktur apabila kulit di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana), bila kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus, keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound), yang cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi (Apley & Solomon, 2010).
Fraktur yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas pada struktur tulang atau tulang rawan umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung seperti benturan pada lengan bawah yang mengakibatkan patah tulang pada radius dan ulna, namun pada trauma tidak langsung dapat pula mengakibatkan tulang patah seperti ketika jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah (Sjamsuhidajat & De Jong, 2004). Selain itu, retak dapat terjadi akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang berbaris dalam jarak jauh. Fraktur juga dapat terjadi oleh tekanan normal namun tulang tersebut lemah (misalnya oleh tumor) atau bila tulang tersebut sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget) (Apley & Solomon, 2010).
2
Indonesia didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda.
Hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stres psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI, 2011).
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang. Proses penyembuhan patah tulang ini dapat mengalami gangguan. Gangguan penyembuhan dapat disebabkan oleh imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, interposisi, dan gangguan pendarahan setempat. Infeksi di daerah patah tulang merupakan penyulit berat. Hematom merupakan media yang baik untuk kuman patologis yang menyebabkan osteomielitis di kedua ujung patah tulang sehingga proses penyembuhan sama sekali tidak dapat berlangsung. Infeksi patah tulang menyebabkan osteomielitis yang sukar sembuh dan memperlambat penyambungan dan pertautan fraktur untuk jangka waktu lama (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005).
Terapi antibiotik merupakan bagian yang diperlukan dalam terapi infeksi yang terletak di dalam atau pada infeksi yang menyebar superfisial. Antibiotik mencegah terjadinya perkembangan mikroorganisme pathogen (Wilkinson, 2006). Sering keputusan tentang obat antibiotik yang diresepkan harus dibuat secara empirik, sebelum hasil kultur dan tes resistensi tersedia. Dalam hal seperti ini, bahan contoh diwarna Gram dapat memberi informasi penting, dan bila digabung dengan gejala klinik akan membantu dalam menentukan obat yang tepat. Perubahan berikutnya dalam terapi antibiotik secara empirik akan tergantung atas (1) respon klinik, (2) hasil laporan kultur dan resistensi serta (3) adanya toksisitas atau efek samping obat (Sabiston, 1995).
3
Spektrum luas sangat dianjurkan karena penggunaan antibiotik spektrum sempit dapat menyebabkan multiresisten bakteri (Reese and Betts, 2000).
Pada penelitian yang di lakukan oleh Fauziah et al., (2011) dengan judul Hubungan Penggunaan Antibiotika Pada Terapi Empiris dengan Kepekaan
Bakteri di ICU RSUP Fatmawati Jakarta, disimpulkan bahwa Imipenem adalah
jenis antibiotika yang paling besar memberikan hasil sensitif, dan seftriakson adalah antibiotika yang paling kecil memberikan hasil sensitif dibandingkan antibiotik lainnya berdasarkan sampel penelitian yakni penggunaan sefotaksim, seftriakson, seftazidim, sefepim, imipenem, menopenem, amikasin sulfat, gentamicin, siprofloksasin, levofloksasin dan fosfomisin Na. Menurut Intensive Care Unit Empirical Antimicrobial Treatment Guidelines tahun 2010, cefazolin
merupakan antibiotika ortopedi yang digunakan dengan dosis 2g IV sebagai terapi
empiris.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan antibiotika empiris pada pasien fraktur khususnya fraktur tertutup (closed fraktur).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan antibiotika empiris pada pasien fraktur tertutup (closed fracture) di RSSA Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penggunaan antibiotika empiris pada pasien fraktur tertutup (closed fracture) di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
4
1.4 Manfaat Penelitian
a. Mengetahui pemilihan antibiotika empiris yang tepat pada pasien fraktur tertutup (closed fracture).
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam menentukan kebijakan tentang penggunaan antibiotika empiris pada kasus fraktur tertutup (closed fracture).
c. Meningkatkan kualitas pelayanan pada instalasi farmasi terutama pada kasus penggunaan antibiotika empiris pada pasien fraktur tertutup (closed fracture).
SKRIPSI
FARISA DIWI HARSIWI
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH
TULANG TERTUTUP (
CLOSED FRACTURE
)
(Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN
RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang).
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan hidayah kepada umat-Nya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun kita menuju jalan yang lurus.
2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. dr. Budi Rahayu MPH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Bapak Drs. Didik Hasmono.,M.S.,Apt. dan ibu Hidajah Rachmawti, S.Si.,Apt.,Sp.FRS selaku Dosen Pembimbing I dan II, disela kesibukan Bapak dan Ibu masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dra.Lilik Yusetyani.,Apt.,Ap.FRS dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt. selaku Dosen Penguji I dan II, yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Semua Dosen Farmasi Universitas Muhamadiyah Malang yang sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat berguna. 8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Tatok Mudjihardadi dan Ibu Idawati
yang tiada hentinya memotivasi dalam segala hal, dengan sabar mendoakan untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya. Terima kasih banyak atas didikan dan kerja keras untuk membuat anak-anaknya bahagia serta mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
v
terselesaikan dengan baik. Kepada Erizal Fauzan, terima kasih untuk selalu memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat waktu.
10. Sahabat seperjuangan fraktur, Randy Teja Permana, Jorinda Karyudi dan Reny Septianingsih, terima kasih atas bantuannya selama ini, atas kebersamaan yang tidak akan pernah penulis lupakan.
11. Sahabatku Rezki Maulidya dan Hervita Meivenni, terima kasih sudah selalu menemani penulis, menjadi sahabat terbaik. Penulis mohon maaf apabila selama 4 tahun bersama penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.
12. Teman-teman Farmasi 2010 khususnya sahabat-sahabat Farmasi C yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, terima kasih atas pengalaman berharga selama 4 tahun bersama.
13. Kepada semua sahabat, semua teman, semua orang yang sudah mendoakan yang terbaik untuk penulis, terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amiin.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Malang, September 2014 Penyusun
(Farisa Diwi Harsiwi)
vi
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture)
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan tulang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2011 di Indonesia didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2009, mencatat terdapat 1.305 kasus fraktur yang berada pada urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak rawat inap.
Fraktur dapat diklasifikasikan menurut jenis (transversal, spiral, oblik segmental, kominutiva), lokasi (diafise, metafise, epifise), dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilinginya (terbuka atau compound dan tertutup) . Fraktur apabila kulit di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana), bila kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus, keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound), yang cenderung mengalami kontaminasi.
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang. Proses penyembuhan patah tulang ini dapat mengalami gangguan. Gangguan penyembuhan dapat disebabkan oleh imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, interposisi, dan gangguan pendarahan setempat. Infeksi di daerah patah tulang merupakan penyulit berat. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Tujuan pemberian terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Pengetahuan mengenai mikroorganisme yang paling mungkin dalam menyebabkan infeksi pada inang sangatlah penting. Namun dalam kebanyakan situasi identifikasi morfologi organisme penginfeksi tidaklah cukup untuk menetapkan diagnosis bakteriologis yang spesifik, sehingga pemilihan antibiotik berspektrum sempit mungkin tidak tepat, terutama jika infeksinya mengancam nyawa. Oleh karena itu disarankan untuk memakai antibiotik berspektrum luas, sambil menunggu hasil isolasi dan identifikasi mikroorganisme.
vii
viii ABSTRACT
DRUG UTILIZATION STUDY OF EMPIRICAL ANTIBIOTIC IN HOSPITALIZED PATIENT CLOSED FRACTURE
(Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)
Background: Fracture when the overlying skin is intact, the condition is called a closed fracture. The purpose of empirical therapy is eradication or inhibition of growth of bacteria suspected to be the cause of infection in closed fractures because it can inhibit the healing fracture, before the results of microbiological examination was obtained.
Objectives: The study aims to determine pattern of empirical antibiotic utilization in hospitalized patients closed fracture and to examine the relationship empirical antibiotic therapy related to the dose and route of administration associated with condition of patients at the Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang.
Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling method in patients closed fracture from January 2012 to December 2013.
Result & Conclusion: This study there were 20 patients. 18 patients (90%) received antibiotic empiric single dose and 2 patients (10%) received empirical combination antibiotic. In a single empirical antibiotics received ceftriaxone (44%) at a dose of 2x1g there is 7 patients (39%) and the dose of 3x1g there is 1 patient (5%) with the iv route. A total of (56%) cefazoline given at a dose of 2x2g there is 1 patient (5%), the dose of 2x1g there is 2 patients (12%) and a dose of 3x1g there is 7 patients (39%) with the iv route. Empirical combination antibiotic there are gentamicin 80mg and ceftriaxone 2g with the iv route there is 1 patient (50%) and gentamicin 80 mg iv combain with stabactam 1g with the iv route there is 1 patient (50%).
ix ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture)
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Latar Belakang: Patah tulang atau fraktur apabila kulit di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup. Tujuan pemberian terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi pada fraktur tertutup karena dapat menghambat penyembuhan fraktur tersebut , sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Tujuan: Untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika empiris pada pasien patah tulang tertutup (closed fracture) di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dan jenis antibiotika empiris terkait dosis dan rute pemberian yang dikaitkan dengan kondisi pasien.
Metode: Penelitian ini bersifat observational yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling pada pasien patah tulang tertutup (closed fracture) periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013.
Hasil & Kesimpulan: Data yang didapatkan dari rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 20 pasien. Antibiotika empiris digunakan secara tunggal pada pasien patah tulang tertutup (closed fracture) sebanyak 18 pasien (90%) dan digunakan secara kombinasi sebanyak 2 pasien (10%). Pada antibiotika empiris tunggal diberikan seftriakson (44%) dengan dosis 2 kali 1g sebanyak 7 pasien (39%) dan dosis 3 kali 1g sebanyak 1 pasien (5%) dengan rute iv. Sebanyak (56%) diberikan sefazolin dengan dosis 2 kali 2g sebanyak 1 pasien (5%), dosis 2 kali 1g sebanyak 2 pasien (12%) dan dosis 3 kali 1g sebanyak 7 pasien (39%). Antibiotika empiris kombinasi diberikan gentamisin 80mg rute iv dengan seftriakson 2g iv sebanyak 1 pasien (50%) dan gentamisin 80mg rute iv dengan stabactam 1g rute iv sebanyak 1 pasien (50%).
x ABSTRACT
DRUG UTILIZATION STUDY OF EMPIRICAL ANTIBIOTIC IN HOSPITALIZED PATIENT CLOSED FRACTURE
(Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)
Background: Fracture when the overlying skin is intact, the condition is called a closed fracture. The purpose of empirical therapy is eradication or inhibition of growth of bacteria suspected to be the cause of infection in closed fractures because it can inhibit the healing fracture, before the results of microbiological examination was obtained.
Objectives: The study aims to determine pattern of empirical antibiotic utilization in hospitalized patients closed fracture and to examine the relationship empirical antibiotic therapy related to the dose and route of administration associated with condition of patients at the Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang.
Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling method in patients closed fracture from January 2012 to December 2013.
Result & Conclusion: This study there were 20 patients. 18 patients (90%) received antibiotic empiric single dose and 2 patients (10%) received empirical combination antibiotic. In a single empirical antibiotics received ceftriaxone (44%) at a dose of 2x1g there is 7 patients (39%) and the dose of 3x1g there is 1 patient (5%) with the iv route. A total of (56%) cefazoline given at a dose of 2x2g there is 1 patient (5%), the dose of 2x1g there is 2 patients (12%) and a dose of 3x1g there is 7 patients (39%) with the iv route. Empirical combination antibiotic there are gentamicin 80mg and ceftriaxone 2g with the iv route there is 1 patient (50%) and gentamicin 80 mg iv combain with stabactam 1g with the iv route there is 1 patient (50%).
xi ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture)
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Latar Belakang: Patah tulang atau fraktur apabila kulit di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup. Tujuan pemberian terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi pada fraktur tertutup karena dapat menghambat penyembuhan fraktur tersebut , sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Tujuan: Untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika empiris pada pasien patah tulang tertutup (closed fracture) di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dan jenis antibiotika empiris terkait dosis dan rute pemberian yang dikaitkan dengan kondisi pasien.
Metode: Penelitian ini bersifat observational yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling pada pasien patah tulang tertutup (closed fracture) periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013.
Hasil & Kesimpulan: Data yang didapatkan dari rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 20 pasien. Antibiotika empiris digunakan secara tunggal pada pasien patah tulang tertutup (closed fracture) sebanyak 18 pasien (90%) dan digunakan secara kombinasi sebanyak 2 pasien (10%). Pada antibiotika empiris tunggal diberikan seftriakson (44%) dengan dosis 2 kali 1g sebanyak 7 pasien (39%) dan dosis 3 kali 1g sebanyak 1 pasien (5%) dengan rute iv. Sebanyak (56%) diberikan sefazolin dengan dosis 2 kali 2g sebanyak 1 pasien (5%), dosis 2 kali 1g sebanyak 2 pasien (12%) dan dosis 3 kali 1g sebanyak 7 pasien (39%). Antibiotika empiris kombinasi diberikan gentamisin 80mg rute iv dengan seftriakson 2g iv sebanyak 1 pasien (50%) dan gentamisin 80mg rute iv dengan stabactam 1g rute iv sebanyak 1 pasien (50%).
xii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...i
LEMBAR PENGUJIAN……….. ii
KATA PENGANTAR……… iii
RINGKASAN………..……….. v
ABSTRACT………. vii
ABSTRAK……… viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN………...
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 ...
atar Belakang ... 1.2 ...
umusan Masalah ... 1.3 ...
ujuan Penelitian………...… 1.3.1 Tujuan Umum………... 1.3.2 Tujuan Khusus………..
1.4 ... anfaat Penelitian ...
1 3 3 3 3 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ... raktur ...
2.1.1 Definisi Fraktur………. 2.1.2 Klasifikasi Fraktur……….
2.1.2.1 Berdasarkan Lengkap Atau Tidak Lengkapnya
Patahan……….
2.1.2.2 Berdasarkan Hubungannya Antara Fragmen
Tulang Dengan Dunia Luar……… 2.1.2.3 Berdasarkan Jumlah Garis Patah……….. 2.1.2.4 Berdasarkan Bergeser Atau Tidaknya Patahan…. 2.1.2.5 Berdasarkan Sudut Patahnya Patahnya…………
xiii
2.1.3 Etiologi Fraktur….……….
2.1.4 Patofisiologi Fraktur……….
2.1.5 Penatalaksanaan Fraktur………. 2.1.6 Manifestasi Klinik Fraktur……….
2.2 ...
enggunaan Antibiotika ...
2.2.1 Klasifikasi Antibiotika……….. 2.2.2 Antibiotika Empris……….
2.2.2.1 Antibiotika Golongan β-Laktam………. 2.2.2.1.1 Mekanisme Kerja Antibiotika Turunan
β-Laktam …………..……….
2.2.2.1.2 Antibiotika Golongan Sefalosporin….. 2.2.2.1.3 Antibiotika Golongan β-Laktam
Lainnya . …………..……….
2.2.2.2 Antibiotika Golongan Aminoglikosida………… 2.2.2.3 Antibiotika Golongan Kuinolon……….…
2.2.2.4 Antibiotika Golongan Lain-Lain……….…. 2.2.2.4.1 Vankomisin……….
2.2.2.5 Pemilihan Antibiotika Empiris….……….….
9 11 12 13 13 14 15 16 16 19 20 21 21 21 22
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 24
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 ... ancangan Penelitian ... 4.2 ...
opulasi dan Sampel Penelitian ...
4.2.1 Populasi Penelitian………
4.2.2 Sampel Penelitian………..
4.2.3 Kriteria Data Inklusi………. 4.2.4 Kriteria Data Eksklusi………...
4.3 ...
ahan Penelitian………
4.4 ...
nstrumen Penelitian….……….
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian………. 4.6 Definisi Operasional………..
4.7 Prosedur Pengumpulan Data………. 4.8 Analisis Data……….
BAB V HASIL PENELITIAN.
5.1 ...
xiv
Jumlah Sampel Penelitian ... 5.2 ...
Data Demografi Pasien ...
5.2.1 Jenis Kelamin…...………
5.2.2 Usia Pasien………...
5.3 Penyebab Pasien Terdiagnosis Patah Tulang Tertutup……….. 5.4. Profil Penggunaan Terapi Patah Tulang Tertutup………. 5.4.1 Profil Penggunaan Antibiotika Empiris……… 5.5 Terapi yang Diberikan Pada Pasien Patah Tulang Tertutup….. 5.6 Lama Rawat Inap Pasien Patah Tulang Tertutup……… 5.7 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien Patah Tulang
Tertutup……….
BAB VI PEMBAHASAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan………
7.2 Saran………..
33 33 35 37 37
38
45 45 45
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 Klasifikasi Fraktur Berdasarkan Sudut Patahnya ... 8
2.2 Patofisiologi Fraktur ... 10
2.3 Patofisiologi Terjadi Infeksi Pada Fraktur ... 11
2.4 Perbedaan Struktur Kimia Sefalosporin Generasi Pertama Pada Rantai R1 Dan R2... 17
2.5 Perbedaan Struktur Kimia Sefalosporin Generasi Pertama Pada Rantai R1 Dan R2... 18
2.6 Perbedaan Struktur Kimia Sefalosporin Generasi Pertama Pada Rantai R1 Dan R2... 18
2.7 Struktur Kimia Imipenem ... 19
2.8 Struktur Kimia Vankomisin ... 21
3.1 Skema Kerangka Konseptual Fraktur Tertutup... 25
3.2 Skema Kerangka Operasional ... 26
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
II.1 V.1 V.2 V.3 V.4 V.5 V.6 V.7 V.8 V.9 V.10
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Empiris … ... Jenis Kelamin Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed
Fracture)………..
Usia Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed Fracture)…... Penyebab Pasien Terdiagnosa Patah Tulang Tertutup
(Closed Fracture)………...….
Profil Penggunaan Antibiotika Empiris Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed Fracture)………... Profil Penggunaan Antibiotika Empiris Tunggal Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed Fracture)………... Profil Penggunaan Antibiotika Empiris Kombinasi Pada Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed Fracture)…...….... Golongan Terapi Yang Diberikan Pada Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed Fracture) ……….... Jenis Obat Yang Diberikan Pada Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed Fracture)………... Lama Rawat Inap Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed
Fracture)………..
Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien Patah Tulang Tertutup (Closed Fracture)……….
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup ... 49
2. Surat Pernyataan ... 50
3. Keterangan Kelayakan Etik ... 51
4. Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ... 52
5. Lembar Pengumpul Data ... 53
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. 104 Antibiotic Prophylaxis In Surgery. A National Clinical Guideline. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Elliot House 8-10 Hillside Crescent, Edinburg
Anonim, 2010. Intensive Care Unit Empirical Antimicrobial Treatment Guidelines. Quality Use of Antimicobical in Intensive Care.
Appley, AG and Solomon, L., 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur system Appley, 7th Ed, Jakarta: Widya Medika, hal: 238
Chambers, H.F., 2008. Senyawa Antimikroba. In: Molinoff, P.B., and Ruddon, R.W. (editor). Goodman & Gilman’s Dasar Farmakologi dan Terapi edisi 10th volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteram ECG.hal 1117-1145
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : ECG.
Depkes RI, 2011. Insidens Fraktur. http://www.depkes.go.id
Diana, D., 2011. Studi Kasus Closed Neglected Femur Fracture. Skripsi Universitas Sumatra Utara
Baughman, Diane C. 2002. Keperawatan Medical Bedah: Buku Saku Untuk Brunner Dan Suddarth. Ahli Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Fauziyah, S.,Radji, M.,A.Nurgani, 2011. Hubungan Penggunaan Antibiotika Pada Terapi Empiris Dengan Kepekaan Bakteri di ICU RSUP Fatmawati Jakarta. Jurnal Farmasi Indonesia.Vol.5.No.3.Januari 2011:150-158
Gillespie, WJ and Walenkamp,GHIM, 2010. Antibiotic prophylaxis for surgery for proximal femoral andother closed long bone fractures. Cochrane Database of Systematic Reviews 2010, Issue 3. Page: 4
Joyce L Kee. and Hayes, ER.,1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Hal 324
Katzung, B.G., 2006. Basic And Clinical Pharmacology. Edisi ke-10, San Francisco : McGraw-Lange, section 7
xix
Lane NE., 2001. Osteoporosis, Rapuh Tulang : Petunjuk untuk Penderita dan Langkah-Langkah Pengamanan untuk Keluarga. Terjemahan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Lestari,W., Almahdy,A., Zubir,N., Darwin,D., 2011. Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR.M.Djamil Padang, hal: 2
Munckhof W., 2005. Antibiotics for surgical prophylaxis. Australian Prescriber, Vol. 28 No. 2. P. 38 – 40
Neal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 80-84
Reese, E, Richard, Betts, F, Robert., Gumustop, Bora, 2000. Handbook of Antibiolics, 3rd Edition, Lippncott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I, (Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Sabiston, D.C., 1995. Buku Ajar Bedah (Essentials of Surgery). Bagian 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sachdeva R.K., 1996. Catatan Ilmu Bedah. Ed 5, Jakarta: Hipocrates, hal 245-249
Schwartz S, Shires G, Spencer F., 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery). Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran E
Sjamsuhidajat,R. and De Jong,Wim, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Smeltzer, S, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer C. Suzanne. Bare G. Brenda, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth’s. Volume 2. Edisi 8, Jakarta: EGC
SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RS Umum Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosa dan Terapi UPF Ilmu Bedah 1994
Soekardjo B., Hardjono, S., dan Sondakh, R., 2000. Hubungan Struktur Aktivitas Obat Antibiotika. In: Siswandono, dan Soekardjo, B. Kimia Medisinal, hal.110-153
xx
Whitehouse,DJ.,Friedman,MD.,et all, 2002. The Impact of Surgical‐Site Infections Following Orthopedic Surgery at a Community Hospital and a University Hospital: Adverse Quality of Life, Excess Length of Stay, and Extra Cost. Infection Control and Hospital Epidemiology, Vol. 23, No. 4, pp. 183-189
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta