GAMBARAN RISIKO KOMPLIKASI PASCABEDAH
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh
EUNIKE L SIREGAR 101101113
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Risiko Komplikasi PascabedahMenggunakan Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP di RSUP H. Adam Malik Medan”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang
telahmemberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Erniyati, S.Kp., MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Pihak RSUP H Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dan
membantu dalam proses pengambilan data pada saat penelitian.
4. Ikram, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, ilmu, dan saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.
7. Teristimewa kepada Ayahanda Pdt.M.Siregar, M.A dan Ibunda S.R.Tobing tercinta yang selalu mendoakan, menyayangi, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. Terimakasih juga kepada abang saya dr.Nikodemus Siregar yang telah banyak membantu selama penelitian.
8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis.Penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, 4Juni 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PRAKATA ... iii
2. Pertanyaan Penelitian ... 3
3. Tujuan ... 3
4. Manfaat ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
1.Konsep Bedah ... 5
1.1 Definisi ... 5
1.2 Fase Perawatan Bedah (Perioperatif) ... 5
1.3 Faktor Risiko Bedah ... 11
1.4 Risiko Komplikasi Pascabedah ... 14
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 18
1. Kerangka konsep ... 18
2. Definisi Operasional... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
1. Desain penelitian ... 21
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 22
5. Instrumen Penelitian... 23
6.Pengumpulan Data ... 27
7. Analisis Data ... 27
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
1. Hasil ... 28
2. Pembahasan ... 33
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 37
LAMPIRAN ... 41 1. Lembar Persetujuan Responden
2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana
4. Instrumen Penelitian 5. Surat Etika Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1. Definisi Operasional ... 19
4.1. Kelas ASA ... 24
5.1. Karakteristik demorafi responden ... 28
DAFTAR SKEMA
DAFTAR SINGKATAN
ACS NSQIP : American College of Surgeons National Surgical Quality Improvement
ProgramSurgical Risk Calculator
ASA : American Society of Anesthesiologists
ILO : Infeksi Luka Operasi
ISK : Infeksi Saluran Kemih
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik
TVP : Trombosis Vena Profunda
RSUPHAM : Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
BUN : Blood Urea Nitrogen
SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrome
WHO : World Health Organization
IMT : Indeks Massa Tubuh
PE : Pulmonal Embolism
Judul : Gambaran Risiko Komplikasi Pascabedah di RSUP H. Adam MalikMedan
Peneliti : Eunike L Siregar
NIM : 101101113
Fakultas : Keperawatan USU
Tahun : 2014
ABSTRAK
Tindakan bedah bertujuan mengobati pasien dari penyakit atau meringankannya. Pembedahan mungkin saja diikuti oleh satu atau lebih komplikasi yang pada umumnya dapat dicegah. Pasien dengan komplikasi sering membutuhkan perawatan yang tingkat ketergantungannya tinggi dan membutuhkan lama rawat yang lebih panjang, demikian juga biaya hospitalisasi yang lebih banyak. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran risiko komplikasi pascabedah. Penelitian ini bersifat deskriptif. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan carapurposive sampling sebanyak 30 orang. Data diperoleh dari status pasien dan diolah lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.Hasil penelitian mendeskripsikan risiko komplikasi pascabedah yaitu komplikasi serius, komplikasi lain, pneumonia, komplikasi jantung, infeksi luka operasi, infeksi saluran kemih, trombosis vena profunda, gagal ginjal, kematian, dan prediksi lama hari rawat inap. Persentase risiko komplikasi tertinggi yakni komplikasi serius adalah 44%, sedangkan prediksi lama hari rawat inap terlama adalah 6 hari.Mayoritas responden termasuk kelompok usia di bawah 65 tahun (96,7%). Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (63,3%).Dengan mengetahui gambaran risiko komplikasi pascabedah, perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat mengantisipasi dan menjaga status hemodinamik pasien. Peneliti merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan dengan bekerja sama dengan dokter bedah.
Title : Description of Risk of Postoperative Complications in RSUP H Adam Malik Medan
Name : Eunike L Siregar
NIM : 101101113
Faculty : Nursing Science
Academic year : 2014
ABSTRACT
Judul : Gambaran Risiko Komplikasi Pascabedah di RSUP H. Adam MalikMedan
Peneliti : Eunike L Siregar
NIM : 101101113
Fakultas : Keperawatan USU
Tahun : 2014
ABSTRAK
Tindakan bedah bertujuan mengobati pasien dari penyakit atau meringankannya. Pembedahan mungkin saja diikuti oleh satu atau lebih komplikasi yang pada umumnya dapat dicegah. Pasien dengan komplikasi sering membutuhkan perawatan yang tingkat ketergantungannya tinggi dan membutuhkan lama rawat yang lebih panjang, demikian juga biaya hospitalisasi yang lebih banyak. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran risiko komplikasi pascabedah. Penelitian ini bersifat deskriptif. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan carapurposive sampling sebanyak 30 orang. Data diperoleh dari status pasien dan diolah lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.Hasil penelitian mendeskripsikan risiko komplikasi pascabedah yaitu komplikasi serius, komplikasi lain, pneumonia, komplikasi jantung, infeksi luka operasi, infeksi saluran kemih, trombosis vena profunda, gagal ginjal, kematian, dan prediksi lama hari rawat inap. Persentase risiko komplikasi tertinggi yakni komplikasi serius adalah 44%, sedangkan prediksi lama hari rawat inap terlama adalah 6 hari.Mayoritas responden termasuk kelompok usia di bawah 65 tahun (96,7%). Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (63,3%).Dengan mengetahui gambaran risiko komplikasi pascabedah, perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat mengantisipasi dan menjaga status hemodinamik pasien. Peneliti merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan dengan bekerja sama dengan dokter bedah.
Title : Description of Risk of Postoperative Complications in RSUP H Adam Malik Medan
Name : Eunike L Siregar
NIM : 101101113
Faculty : Nursing Science
Academic year : 2014
ABSTRACT
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi adalah tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuka sayatan. Setelah bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pascabedah (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Tindakan bedah bertujuan mengobati pasien dari penyakit atau meringankannya. Pembedahan mungkin saja diikuti oleh satu atau lebih komplikasi yang pada umumnya dapat dicegah. Komplikasi menyebabkan nyeri dan penderitaan tambahan dan bahkan membuat kehidupan pasien berisiko. Pasien dengan komplikasi sering membutuhkan perawatan yang tingkat ketergantungannya tinggi dan membutuhkan lama rawat yang lebih panjang, demikian juga biaya hospitalisasi yang lebih banyak (Burkitt, dkk, 2007).
setelah pembedahan, khususnya 1-3 hari setelah pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002).
Masalah komplikasi pascabedah menjadi masalah yang sangat serius di dunia. Menurut WHO Guidelines for Safe Surgery (2009), dengan rata-rata kesulitan perioperatif yang terjadi 3% dan angka kematian global 0.5%, hampir tujuh juta pasien bedah menderita komplikasi yang signifikan setiap tahunnya, satu juta diantaranya meninggal selama dan sesaat setelah pembedahan.
PenelitianKassin, dkk (2012) di Amerika Serikat menemukan lebih dari satu dalam sepuluh pasien bedah memiliki komplikasi yang membawa mereka kembali ke rumah sakit dalam 30 hari. Akibat tingginya risiko komplikasi pascabedah maka perawat perlu melakukan upaya pencegahan komplikasi yang tepat dan akurat.
Selama periode pascabedah, proses keperawatan diarahkan pada penstabilan kembali equilibrium fisiologi pasien, menghilangkan nyeri, dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cepat dan cermat akan mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan pasien. Perawat dan klinisi yang lain perlu mengantisipasi risiko komplikasi pasien (Smeltzer & Bare, 2002).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran risiko komplikasi pascabedah pasien bedah di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran risiko komplikasi pascabedah pasien bedah di RSUP H. Adam Malik Medan?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran risiko komplikasi pascabedah pasien bedah di RSUP H. Adam Malik, Medan.
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada perawat tentang gambaran risiko komplikasi pascabedah di RSUP H Adam Malik, Medan.Setelah mengetahui gambaran risiko komplikasi pascabedah, perawat diharapkan dapat mengantisipasi risiko komplikasi dan menjaga status hemodinamik pasien.
4.2. Bagi Institusi Rumah Sakit
4.3. Bagi Penelitian Selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Bedah 1.1. Definisi Bedah
Pembedahan atau operasi adalah tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuka sayatan.Setelah bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pascabedah (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
1.2. Fase Perawatan Bedah (Perioperatif) 1.2.1. Fase Perawatan Preoperatif
1.2.1.1. Pengkajian Psikososial
Menurut Smeltzer & Bare (2002), segala bentuk prosedur pembedahan didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi tersebut jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Rasa takut dan cemas dapat terjadi terhadap penyuntikan, nyeri luka, anastesia, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini, kerja sama antara pasien, keluarga, dokter, dan perawat sangat menentukan (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
1.2.1.2. Pengkajian Fisik Umum a. Fungsi Pernapasan
Tujuan pengkajian ini adalah agar pasien dipersiapkan untuk mempunyai fungsi pernapasan yang optimal. Menurut Sjamsuhidajat & Jong (2005), semua pasien diminta untuk berhenti merokok sekurang-kurangnya satu minggu sebelum rencana pembedahan. Perawat harus mengkaji riwayat adanya dispnu, batuk, hemoptisis, asma dan masalah paru lainnya.
Pengkajian dengan masalah paru yang sudah ada sebelumnya dievaluasi dengan melakukan pemeriksaan fungsi paru dengan analisis gas darah untuk menemukan luasnya insufiensi pernapasan. Jika ditemukan infeksi pernapasan maka mungkin diresepkan dengan antibiotik (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Fungsi Kardiovaskular
nutrisi sepanjang periode perioperatif.Perawat perlu mengkaji riwayat masalah jantung, termasuk hipertensi, angina, aritmia dan miokard infark, CHF dan edema (Lewis, dkk, 2000).Hal yang sangat penting dari pasien dengan penyakit kardiovaskular adalah kebutuhan untuk menghindari perubahan posisi secara mendadak, imobilisasi berkepanjangan, hipotensi atau atau hipoksia, dan terlalu membebani sistem sirkulasi dengan cairan atau darah (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Fungsi Saraf
Pengkajian fungsi saraf adalah untuk mengkaji kemampuan pasien untuk merespons pertanyaan dan perintah.Hal penting lainnya adalah menanyakan riwayat trauma kepala, stroke, spinal cord injury, dan penyakit sistem saraf seperti multipel sklerosis, cerebral palsy, dan penyakit Parkinson (Lewis, dkk, 2000).
d. Fungsi Hati
e. Fungsi Ginjal
Ginjal terlibat dalam ekskresi obat-obat anestesi dan metabolitnya.Gangguan fungsi ginjal dikaitkan dengan perubahan-perubahan, termasuk ketidakseimbangan asam basa, koagulopati, risiko tinggi infeksi dan gangguan penyembuhan luka (Lewis, dkk, 2000).Pembedahan dikontraindikasikan bila pasien menderita nefritis akut, insufiensi renal akut dengan oliguria atau anuria, atau masalah renal akut lainnya (Smeltzer & Bare, 2002).
f. Fungsi Endokrin
Pada diabetes tidak terkontrol, bahaya pokok utama yang mengancam hidup adalah hipoglikemia, yang dapat terjadi selama anestesia atau akibat masukan karbohidrat pascabedah yang tidak adekuat atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang dapat terjadi adalah asidosis dan glukosuria (Smeltzer & Bare, 2002).
g. Fungsi Imunologi
1.2.1.3. Pengkajian Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan utama pasien mencari pengobatan.Penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi kemampuan menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2012).
1.2.1.4. Pengkajian Riwayat Pembedahan Sebelumnya
Pengalaman bedah sebelumnya dapat memperngaruhi respons fisik dan psikologis pasien terhadap prosedur pembedahan.Perawat perlu mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami pasien. Informasi ini akan membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama preoperatif dan pascaoperatif (Potter & Perry, 2012).
1.2.1.5. Pengkajian Medikasi Sebelumnya
1.2.1.6. Pengkajian Hasil Laboratorium
Tes laboratorium preoperatif dilaksanakan berdasarkan riwayat dan pengkajian fisik pasien. Tes laboratorium meliputi tes urinalisis, X-ray dada, tes darah, elektrolit, gula darah, kreatinin, BUN, elektrokardiogram, tes fungsi hati, protrombin, fungsi paru, tipe dan golongan darah untuk transfusi, dan kehamilan (Lewis, dkk, 2000).
1.2.1.7.Informed Consent
Izin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela dari pasien diperlukan sebelum suatu pembedahan dilakukan.Secara hukum pembedahan tidak boleh dilakukan sebelum pasien memahami perlunya prosedur tersebut, tahap-tahap yang harus dilalui, risiko, hasil yang diharapkan, dan terapi alternatifnya.Memberi informasi kepada pasien dan keluarga adalah tanggung jawab dokter (Potter & Perry, 2012).
Pasien secara pribadi menandatangani informed consent tersebut jika dia telah mencapai usia legal dan mampu secara mental. Bila pasien di bawah umur, tidak sadar atau tidak kompeten, izin harus didapat dari anggota keluarga yang bertanggung jawab atau wali yang sah (Smeltzer & Bare, 2002).
Fase perawatan pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.Fokus pada perawatan pascaoperatif adalah mengkaji efek dari agen anastesia, memantau fungsi vital dan mencegah komplikasi (Smeltzer & Bare, 2002).
1.2. Faktor Risiko Bedah 1.2.1. Usia
Pasien anak-anak dan lansia mempunyai risiko selama pembedahan karena status fisiologis yang belum matang atau mengalami penurunan (Potter & Perry, 2012). Risiko bedah pada usia tua berhubungan dengan perubahan penuaan fisiologis normal yang mempengaruhi fungsi organ, mengurangi kapasitas cadangan, serta membatasi kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres (Lewis, dkk, 2000).
1.2.2. Nutrisi
Perbaikan jaringan normal dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada nutrisi yang cukup. Pembedahan akan memperbesar kebutuhan nutrisi. Pasien malnutrisi cenderung mengalami penyembuhan luka yang kurang baik, penyimpanan energi berkurang, dan infeksi setelah operasi (Potter & Perry, 2012).
gastrointestinal maligna menurunkan angka komplikasi dari 40% menjadi 30% (Townsend, dkk, 2008).
1.2.3. Merokok
Pasien perokok memiliki lima kali lebih besar risiko komplikasi masalah pernapasan daripada pasien bukan perokok (Burkitt, dkk, 2007). Perokok kronik telah mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan sekresi mukus pada paru-parunya. Anestesi umum meningkatkan iritasi jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi tersebut akan dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama anestesi. Setelah pembedahan, pasien perokok mengalami kesulitan yang lebih besar dalam membersihkan jalan napasnya dari sekresi mukus (Potter & Perry, 2012).
1.2.4. Radioterapi
Pada pasien kanker, radioterapi sering diberikan untuk menurunkan ukuran tumor ganas sehingga tumor ganas tersebut dapat diangkat melalui pembedahan.Radiasi mempunyai beberapa efek pada jaringan normal yang tidak dapat dihindari, seperti penipisan lapisan kulit, penghancuran kolagen, dan gangguan vaskularisasi jaringan (Potter & Perry, 2012).
Pembedahan akan direspons oleh tubuh sebagai sebuah trauma. Akibat respons stres adrenokortikal, reaksi hormonal akan menyebabkan retensi air dan natrium serta kehilangan kalium 2-5 hari pertama setelah pembedahan. Beratnya stres akan mempengaruhi tingkat keseimbangan cairan dan elektrolit. Semakin luas pembedahan, semakin berat stres (Potter & Perry, 2012).
1.2.6. Obesitas
Obesitas adalah Pasien obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap anestesi dan bedah.Hasil ini berdasarkan atas masalah teknik karena obesitas itu sendiri dan dari meningkatnya insidensi penyakit kronis dan komplikasi perioperatif.Jika risiko dianggap terlalu besar, maka pasien dianjurkan untuk mengurangi berat badan sebelum pembedahan (Garden, dkk, 2007).Pasien obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita komplikasi infeksi luka,trombosis vena profunda, serta kesulitan untuk mobilitas (Burkitt dkk, 2007).
1.2.7. Diabetes Melitus
Penderita diabetes melitus yang mengalami pembedahan harus mendapat perhatian khusus karena kelainan homeostasis glukosa pada darah (Smeltzer & Bare, 2002).Pada pasien bedah dengan penyakit diabetes mellitus, stres karena bedah mengakibatkan peningkatan produksi hormon katabolik yang aksinya berlawanan dengan insulin.Hal ini menyebabkan kontrol diabetes menjadi lebih sulit (Burkitt, dkk, 2007).
Hipertensi yang tidak terobati meningkatkan risiko perioperatif, khususnya kejadian cerebrovaskular dan miokard infark.Risiko ini berhubungan dengan derajat elevasi dari diastolik yang lebih dari sistolik tekanan.Namun, risiko ini dapat dikurangi dengan memastikan tekanan darah pasien terkontrol secara adekuat untuk beberapa minggu sebelum pembedahan.Jika tekanan diastolik pada saat istirahat ≥110 mmHg, bedah elektif harus ditunda (Garden, dkk, 2007).
1.3. Risiko Komplikasi Pascabedah 1.3.1. Syok
Syok adalah komplikasi pascabedah yang sangat serius.Syok dapat digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan ketidakmampuan untuk mengeskresikan produk sampah metabolism. Tanda-tanda klasik syok adalah pucat, kulit dingin dan basah, pernapasan cepat, sianosis, nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah, dan urin pekat. Dua klasifikasi syok yang dapat terjadi pada bedah adalah syok hipovolemik dan syok neurogenik (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Syok Hipovolemik
hipovolemik ditandai dengan turunnya tekanan vena, naiknya resistensi perifer, dan takikardi.
b. Syok neurogenik
Syok neurogenik adalah syok yang kurang umum pada pasien bedah, namun demikian, dapat terjadi sebagai akibat penurunan tahanan arterial yang disebabkan anestesia spinal. Syok ini ditandai oleh turunnya tekanan darah akibat pengumpulan darah dalam pembuluh darah kapasitans yang berdilatasi dan aktivitas jantung meningkat dalam berespons.
1.3.2. Komplikasi Pernapasan
Komplikasi pernapasan merupakan masalah yang paling sering dan paling serius dihadapi pasien bedah.Komplikasi pernapasan yang mungkin timbul
termasuk hipoksemia yang tidak terdeteksi, atelaktasis, bronkhitis,
bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti pulmonal hipostatik, pleurisi, superinfeksi. Komplikasi bronkhopneumonia adalah komplikasi pulmonari yang paling sering terjadi (Smeltzer & Bare, 2002). Komplikasi pernapasan lain menurut Burkitt (2007) adalah kolaps paru, gagal napas, efusi pleura, Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), dan pneumotoraks.
1.3.3. Komplikasi Jantung
kemampuan jantung untuk merespons permintaan yang meningkat selama periode postoperatif. Administrasi cairan kepada pasien dengan penyakit katup aorta atau mitral jantung seharusnya dimonitor dengan hati-hati (Garden, dkk, 2007).
1.3.4. Trombosis Vena Profunda (TVP)
Trombosis Vena Profunda (TVP) adalah trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial.Dua komplikasi serius dari TVP adalah embolisme pulmonari dan sindrom pascaflebitis (Smeltzer & Bare, 2002).
Trombosis vena dalam ini lebih sering tanpa gejala, tetapi dapat menjadi penyakit yang serius. Bila trombus terlepas menjadi emboli paru, hal ini dapat mengancam nyawa atau trombus tersebut menyebabkan kerusakan katup vena dan terjadi sindrom pascatromboflebitis (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
1.3.5. Komplikasi Urinari
Komplikasi urinari dapat bermacam-macam.Komplikasi yang dapat timbul adalah retensi urin, infeksi saluran kemih (ISK), dan gagal ginjal (Garden, dkk, 2007).
1.3.6. Komplikasi Gastrointestinal
Pembedahan traktus gastrointestinal sering mengganggu proses fisiologi normal pencernaan dan penyerapan. Obstruksi intestinal adalah komplikasi yang dapat menyertai pembedahan abdomen.Komplikasi ini paling sering terjadi setelah pembedahan pada abdomen bagian bawah dan pelvis, terutama setelah pembedahan dimana pemasanan drainase diperlukan (Smeltzer & Bare, 2002).
1.3.7. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih paling sering terjadi setelah bedah urologi atau ginekologi.Kontaminasi yang terjadi yakni retensi urin dan instrumen yang digunakan adalah faktor yang berkontribusi terhadap infeksi kemih pascabedah (Garden, dkk, 2007).
1.3.8. Komplikasi Luka
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini kerangka konsepnya adalah risiko komplikasi pascabedah menggunakan kalkulator risiko bedah ACS NSQIP.
Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian
2. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah hasil dan risiko komplikasi pascabedah menggunakan kalkulator risiko bedah ACS NSQIP.
Risiko komplikasi pascabedah menggunakan kalkulator risiko bedah ACS NSQIP:
- Komplikasi serius - Komplikasi lain
- Pneumonia
- Komplikasi jantung - Infeksi luka operasi - Infeksi saluran kemih - Trombosis Vena Profunda - Gagal ginjal
- Kematian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur seperti henti jantung, infark miokard, pneumonia, insufiensi ginjal progresif, gagal ginjal akut, emboli paru, TVP, ILO, ISK, gangguan luka di RSUPHAM
-Komplikasi lain seperti ILO insisi superfisial, ILO insisi
dalam, ILOruang
organ, gangguan luka, pneumonia, intubasi tak terencana, PE, TVP, ventilator >48 jam, gagal ginjal akut, ISK, strok, serangan jantung, MCI, sepsis
sistemik di
RSUPHAM
- Komplikasi infeksi paru di RSUPHAM - Komplikasi jantung yakni henti jantung
dan MCI di
RSUPHAM
- Infeksi luka yakni ILO insisi superfisial, ILO insisi dalam atau ILO ruang organ di RSUPHAM
- Infeksi pada saluran kemih di RSUPHAM
-Trombosis vena profunda -Gagal ginjal
-Kematian
-Prediksi lama hari rawat inap
- Trombus yang baru dalam sistem vena di RSUPHAM
- Insufiensi ginjal
progresif di
RSUPHAM
- Risiko kematian akibat bedah di RSUPHAM
- Prediksi lama hari rawat inap setelah
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau hasil (Sastroasmoro, 2010).Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko komplikasi pascabedah menggunakan kalkulator risiko bedah ACS NSQIP.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi
Populasi target adalah pasien bedah berusia lebih dari 18 tahun. Populasi terjangkau adalah populasi target yang mendapatkan pelayanan di RSUP H. Adam Malik Medan selama Februari-Maret 2014. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.
2.2. Sampel
penelitian adalah antara 30 s.d. 500.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 sampel. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
1. Pasien berusia lebih dari 18 tahun.
2. Pasien yangakan menjalani prosedur bedah. 3. Bersedia menjadi responden penelitian. Sedangkan kriteria ekslusi yang digunakan adalah:
1. Pasien bedah berulang
2. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri setelah prosedur bedah.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, yakni di ruangan RB 2A dan RB 2B.Waktu penelitian adalah mulai September 2013 sampai Mei 2014.
4. Pertimbangan Etik
Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan calonresponden menjadi pesertapenelitian setelah responden mendapatkan informasi secara lengkap mengenai tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Jika calon responden
bersedia menjadi peserta penelitian maka calon responden diminta
menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP (American College of Surgeons National Surgical Quality
Improvement Program Surgical Risk Calculator).Instrumen ini dalam bahasa
Inggris, karena itu peneliti melakukan penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP terdiri atas 22 faktor risiko preoperatif dan 10 hasil dan estimasi risiko. Hasil dan estimasi risiko ditampilkan dalam bentuk persentase, kecuali prediksi lama hari rawat inap dalam satuan hari.
1. Prosedur bedah 2. Kelompok Usia
Kelompok usia dibagi menjadi empat bagian, yakni: di bawah 65 tahun, 65-74 tahun, 75-84 tahun, dan 85 tahun atau lebih.
4. Status fungsional
Status fungsional adalah status/level dalam perawatan diri yang ditunjukkan oleh pasien dalam 30 hari sebelum pembedahan.Status fungsional ini dibagi tiga, yakni: dependen total, dependen sebagian, dan independen.
5. Kasus emergensi 6. Kelas ASA
American Society of Anesthesiologists (ASA) menetapkan sistem
penilaian yang membagi status fisik pasien dalam lima kelas.
Kelas Status fisik
I
II
III
IV
V
Pasien sehat, tidak ada gangguan organik, biokimia, dan psikiatri; misalnya penderita dengan hernia inguinalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat dan bayi muda sehat.
Penyakit sistemik ringan sampai sedang yang bukan disebabkan oleh penyakit yang akan dibedah; misalnya penderita dengan obesitas, penderita bronkitis dan penderita diabetes melitus ringan yang akan menjalani apendektomi. Penyakit sistemik berat, misalnya penderita diabetes melitus
dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan apendisitis akut.
Penyakit sistemik berat/ancaman konstan terhadap kehidupan yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan; misalnya, insufiensi koroner atau infark miokard.
Sekarat/diperkirakan tidak bertahan selama bedah, pembedahan dilakukan sebagai pilihan terakhir; misalnya, penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di luar rahim yang pecah
Tabel 2.1 Kelas ASA 7. Kelas luka
b. Luka kontaminasi-bersih adalah luka bedah di mana saluran pernapasan, pencernaan, genital, atau saluran kemih dimasuki di bawah kondisi yang tidak terkontrol dan tanpa kontaminasi yang tidak lazim.
c. Luka terkontaminasi mencakup luka terbuka, baru, luka akibat kecelakaan, dan prosedur bedah dengan pelanggaran dalam teknik aseptik atau semburan banyak dari saluran gastrointestinal; termasuk dalam kategori ini adalah insisi dimana terdapat inflamasi akut, nonpurulen.
d. Luka kotor/terinfeksi adalah luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi.
8. Penggunaan steroid untuk kondisi kronik 9. Asites dalam 30 hari sebelum bedah
Adanya akumulasi cairan dalam rongga peritoneum dicatat dalam pemeriksaan fisik, ultrasound abdomen, atau CT/MRI abdominal dalam 30 hari sebelum bedah.Dokumentasi harus menyatakan riwayat penyakit hati atau tumor.
10.Sepsis sistemik dalam 48 jam sebelum bedah
Sepsis yang mengikuti terjadi dalam 48 jam sebelum pembedahan, yakni: SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome), sepsis, dan syok sepsis.
- Temperatur >38° C atau <36° C - Frekuensi jantung >90x/menit - Frekuensi pernapasan >20x/menit
- Tekanan arteri rata-rata <65 mmHg atau adanya disfungsi organ - Jumlah sel darah putih >12x109/l atau <4x109/l
Syok sepsis ditandai:
- Infeksi dengan bakteri gram negatif tetapi dapat juga dengan bakteri gram positif atau fungi
- Respons hemodinamik adalah vasodilatasi 11.Ventilator
12.Kanker yang menyebar 13.Diabetes
14.Medikasi hipertensi
15.Serangan jantung sebelumnya
16.Gagal jantung kongestif dalam 30 hari sebelum bedah 17.Dispnu
18.Perokok dalam setahun belakangan
19.Riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 20.Dialisis
21.Gagal ginjal akut
22.Kalkukasi IMT (Indeks Massa Tubuh)
6.Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data ini dimulai dengan mengurus surat ethical clearance ke Komite Etik Fakultas Keperawatan USU. Selanjutnya, peneliti akan mengajukan surat izin penelitian. Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari Fakultas Keperawatan USU dan RSUP H. Adam Malik.Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data melalui rekam medik (medical record) pasien. Pengumpulan data berlangsung dari 14 Februari 2014 sampai dengan 14 Maret 2014.
7. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka hasil penelitian dianalisis.Analisis data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden dan risiko komplikasi pascabedah.
1.2Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk kelompok usia di bawah 65 tahun (96,7%). Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (63,3%). Data demografi dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik demografi responden (N=30)
Karakteristik Demografi Frekuensi Persentase (%) Usia
Diabetes
Gagal jantung kongestif Ya
Gagal ginjal akut Ya
1.3. Risiko Komplikasi Pascabedah
Tabel 5.2 Risiko Komplikasi Pascabedah menggunakan kalkulator ACS NSQIP (N=30) No Kode
Responden
Prosedur Faktor Risiko Risiko Komplikasi Pascabedah
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10
1 01 Artrotomi Dependen parsial, kanker
menyebar
9% 10% <1% <1% 1% 1% <1% <1% <1% 1 hari
2 02 Pielolitotomi Dependen parsial, PPOK 16% 17% 1% <1% 1% 1% <1% <1% <1% 1,5 hari
3 03 TUR kandung
kemih
Dependen parsial, kanker menyebar
6% 6% <1% <1% <1% 2% <1% <1% <1% 0,5 hari
4 04 Pankreatektomi Dependen parsial,
dispnue, perokok
7 07 ORIF mandibula Dependen parsial,
perokok, BB kurang
5% 7% <1% <1% 2% <1% <1% <1% <1% 0,5 hari perokok, BB lebih
6% 7% <1% <1% <1% 1% <1% <1% <1% 0,5 hari
9 09 Laparoskopi Dependen parsial, asites,
dispnue, perokok, BB kurang
9% 12% 1% <1% 4% 1% 1% <1% <1% 2 hari
10 10 Mastektomi Dependen parsial, asites,
kanker menyebar, hipertensi
10% 12% <1% <1% 3% 1% <1% <1% <1% 1,5 hari
11 11 Mastektomi Dependen parsial, asites,
kanker menyebar
12 12 Nefrolitotomi Dependen parsial, asites, diabetes, dispnue, BB lebih
17% 21% 1% <1% 1% 2% <1% <1% 1% 2 hari
13 13 Insisi dan
drainase toraks
Dependen parsial, asites, dispnue, perokok
22% 26% 2% <1% 1% 2% 2% <1% 1% 2,5 hari
14 14 Fistulektomi Asites, perokok, BB
lebih
4% 5% <1% <1% 1% <1% <1% <1% <1% 0,5 hari
15 15 Esofagotomi Dependen parsial,
perokok
39% 44% 6% <1% 7% 1% 4% 1% 1% 6 hari
16 16 Laparoskopi Dependen parsial,
dispnue,
8% 12% 1% <1% 6% 2% 1% <1% <1% 2,5 hari
17 17 Penektomi Dependen parsial,
diabetes, dispnue, perokok
4% 7% 1% 1% 2% 1% 1% 1% 1% 0,5 hari
18 18 Prostatektomi Dependen
parsial,perokok
5% 6% <1% <1% 1% 1% <1% <1% <1% 1 hari
19 19 Pielolitotomi Dependen parsial,
obesitas
Dependen parsial, BB kurang
Dependen parsial, kanker menyebar, asites,
hipertensi, dispnue
perokok
25 25 Histerektomi Dependen parsial, kanker
menyebar, hipertensi, BB lebih
7% 9% <1% <1% 3% 3% 1% <1% <1% 2 hari
26 26 Nefrektomi Dependen parsial, asites,
kanker menyebar, dipnue, perokok, BB lebih
14% 17% 1% <1% 3% 1% 1% 1% 2% 4,5 hari
27 27 Disektomi Dependen parsial,
perokok
12% 13% 1% <1% 3% 1% 1% <1% <1% 3,5 hari
28 28 ORIF femur Dependen parsial 9% 10% 1% <1% 1% 2% <1% <1% <1% 2 hari
29 29 Closure of
enterovesical fistula
Dependen parsial 13% 17% 1% <1% 11% 2% <1% <1% <1% 3 hari
30 30 ORIF tibia Dependen parsial 5% 6% <1% <1% 2% 1% <1% <1% <1% 2 hari
Keterangan:
R1 = Komplikasi serius R7 = Trombosis vena profunda
R2 = Komplikasi lain R8 = Gagal ginjal
R3 = Pneumonia R9 = Kematian
R4 = Komplikasi jantung R10 = Prediksi lama hari rawat inap
2.Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini, karakteristik penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk kelompok usia dewasa di bawah 65 tahun (96,7%), sedangkan kelompok usia 65-74 tahun hanya 3,3%. Menurut Lewis, dkk (2000),risiko bedah pada usia tua berhubungan dengan perubahan penuaan fisiologis normal yang mempengaruhi fungsi organ, mengurangi kapasitas cadangan, serta membatasi kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres.
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini, persentase tertinggi untuk komplikasi serius adalah adalah 39% dengan prosedur bedah esofagotomi. Komplikasi serius meliputi henti jantung, infark miokard, pneumonia, insufiensi ginjal progresif, gagal ginjal akut, emboli paru (PE), TVP, ILO insisi dalam, ILOruang organ, sepsis sistemik, intubasi yang tak terencana, ISK dan gangguan luka.. Pasien dengan prosedur bedah esofagotomi dengan faktor risiko perokok dan peminum alkohol memiliki risiko komplikasi pascabedah yang lebih tinggi (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Persentase tertinggi untuk komplikasi lain adalah adalah 44% dengan prosedur bedah esofagotomi.Komplikasi lain meliputi ILO insisi superfisial, ILO insisi dalam, ILOruang organ, gangguan luka, pneumonia, intubasi tak terencana, PE, TVP, ventilator >48 jam, gagal ginjal akut, ISK, strok, serangan jantung, MCI, sepsis sistemik.
menggunakan radiologi (infiltrat, konsolidasi atau opasiti, kavitasi) dan kriteria klinik (demam, leukopenia/leukositosis, hasil kultur, gejala pasien. Tanda dan gejalanya antara lain gelisah, dispnea, hipertensi, menggigil, takikardia, diaforesis, dan sianosis (Potter & Perry, 2012).
Berdasarkan data penelitian ini, persentase tertinggi untuk komplikasi jantung adalah 1% dengan prosedur bedah penektomi dankolektomi parsial dengan anastomosis.Komplikasi jantung meliputi henti jantung dan MCI. Menurut Sjamsuhidajat & Jong (2005), mortalitas infark jantung lebih dari 50% disebabkan turunnya curah jantung atau akibat disritmia.
Persentase tertinggi untuk infeksi luka operasi pada penelitian ini adalah 11% dengan prosedur bedah kolektomi parsial dengan anastomosis. Menurut Smeltzer & Bare (2002), infeksi luka operasi adalah infeksi nasokomial kedua terbanyak di rumah sakit. Infeksi luka operasi (ILO) adalah masuknya mikroorganisme patogen ke dalam jaringan luka dalam atau superfisial. Tanda dan gejalanya antara lain hangat, kemerahan, dan nyeri pada kulit di sekitar kulit. Materi purulen dapat keluar dari drain atau dari tepi luka yang terpisah. Materi purulen ini dapat muncul dalam 3-6 hari setelah pembedahan. Infeksi luka operasi meliputi ILO insisi superfisial, ILO insisi dalam atau ILO ruang organ (Potter & Perry, 2012).
Persentase tertinggi untuk Trombosis Vena Profunda (TVP) adalah 4% dengan prosedur bedah esofagetomi. TVP adalah trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial. Menurut Sjamsuhidajat & Jong (2005), di Amerika Serikat, insiden TVP 159/100.000 penduduk atau 398.000 kasus per tahun Secara pascaoperatif, mereka yang berisiko tinggi terhadap TVP adalah pasien ortopedik, pasien urologi, pasien berusia di atas 40 tahun dengan faktor risiko malignansi, pasien ginekologi, dan pasien bedah neuro (Smeltzer & Bare, 2002)
Persentase tertinggi untuk gagal ginjal adalah 1% dengan prosedur bedah nefrektomi, kolektomi parsial dengan anastomosis, esofagotomi, dan penektomi.Menurut Garden, dkk (2007), angka mortalitas pasien dengan komplikasi gagal ginjal adalah 50%.
Persentase tertinggi untuk kematian adalah 4% dengan prosedur bedah kolektomi parsial dengan anastomosis.Menurut WHO Guidelines for Safe Surgery (2009), dengan rata-rata kesulitan perioperatif yang terjadi 3% dan angka kematian global 0.5%, hampir tujuh juta pasien bedah menderita komplikasi yang signifikan setiap tahunnya, satu juta diantaranya meninggal selama dan sesaat setelah pembedahan.Sedangkan, persentase tertinggi untuk prediksi lama hari rawat inap adalah 6 hari dengan prosedur bedah esofagotomi. Semakin tinggi komplikasi pascabedah, semakin lama hari rawat inap yang diperlukan (Kassin, dkk, 2012).
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Karakteristik penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk kelompok usia dewasa di bawah 65 tahun (96,7%). Berdasarkan jenis kelaminnya, mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (63,3%). Hasil penelitian ini mendeskripsikan sembilan risiko komplikasi pascabedah dan prediksi lama rawat inap untuk prosedur bedah dan faktor risiko yang berbeda-beda. Persentase risiko komplikasi tertinggi yakni komplikasi serius adalah 44%, sedangkan prediksi lama hari rawat inap terlama adalah 6 hari. Dengan mengetahui risiko komplikasi pascabedah, perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat mengantisipasi risiko komplikasi dan menjaga status hemodinamik pasien. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data melalui status pasien. Data pada status pasien yang dipakai tidak semuanya akurat adalah kelemahan penelitian ini.
2. Rekomendasi
2.1 Bagi penelitian selanjutnya
2.2 Bagi praktik keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Post-Operative Complications; New ACS NSQIP Surgical
Risk Calculator provides accurate surgical complication estimate.
Available from:
http://search.proquest.com/docview/1426854399?accountid=50257. (diakses 12 September 2013).
NSQIP Surgical Risk Calculator: A Decision Aid and Informed Consent Tool for Patients and Surgeons. Journal of the American College of Surgeons, Volume 217, Issue 5, Pages 833-842.e3
Available from (diakses 13 Desember 2013)
Burkitt, H.G., Clive R.G.Q., Joanna, B.R. (2007). Essential Surgery: Problem, Diagnosis and Management 4th Edition.USA: Elsevier
Dempsey, A & A. Dempsey. (2002). Riset Keperawatan; Buku Ajar & Latihan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Garden, O.J., Andrew, W.B., John, L.R.F., Rowan, W.P. (2007). Principles and Practice of Surgery 5th Edition. USA: Elsevier.
Guillamondegui, O.D., dkk. (2012). Using the National Surgical Quality Improvement Program and the Tennessee Surgical Quality Collaborative to Improve Surgical Outcomes. Journal of the American College of Surgeons.Volume 214, Issue 4, Pages 709-714, April 2012.
Available from
Hall, B.L., dkk. (2009).“Does Surgical Quality Improve in the American College of Surgeons National Surgical Quality Improvement Program.” Annals of Surgery.205 (3):363-376; Sept.2009
Available from (diakses 4 Desember 2013)
Kassin, M.T., dkk. (2012). Risk Factors for 30-Day Hospital Readmission Among General Surgery Patients. Journal of the American College of Surgeons. 2012 Sep: 215(3):322-330.
Lewis, S.M., Margareth, M.H., Shannon, R.D. (2000). Medical Surgical-Nursing fifth edition vol.1. USA: Mosby
Nursalam (2003).Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto
Polit, D.F., Beck, C.T., & Hungler, B.P. (2002). Essential of Nursing Research (5th Edition). Philadelphia: Lippincot
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2012).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Vol.2.Jakarta: EGC
Townsend, C.M., Daniel, B., Mark, E., Kenneth, L.M. (2008). Sabiston Textbook of Surgery Book 1. USA: Elsevier
Sastroasmoro, S. & Sofyan, I. (2010).Dasar-Dasar Metodologi Penelitian KlinisEdisi ke-3. Jakarta: Sagung Sedo
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu
Sjamsuhidajat, R.& Jong, D.W.(2005).Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C.& Bare, B.G. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & SuddarthEd.8 Vol.1. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya, yang bernama Eunike L Siregar/101101113 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko komplikasi pascabedah menggunakan Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas Bapak/Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.
Atas kesediaan Bapak/Ibu,saya ucapkan terima kasih.
Tanggal :
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi/siang Bapak/Ibu/Saudara/i
Nama saya Eunike L Siregar/101101113 dan akan melakukan penelitian dengan judul: Risiko Komplikasi Pascabedah Menggunakan Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko komplikasi pascabedah menggunakan Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dengan mengetahui risiko komplikasi pascabedah yang mungkin timbul perawat dapat mengantisipasi dan waspada demi mempertahankan status hemodinamik pasien. Selain itu, pasien dan keluarga pasien juga dapat lebih mempertimbangkan dengan bijaksana keputusan untuk mengikuti pembedahan atau tidak terkait dengan informed consent.
Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia mengikuti penelitian ini maka akan dilakukan pengambilan data dari rekam medik dan observasi untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Saya sangat mengharapkan keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain.
Selama penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i tidak dibebankan biaya apapun. Semua data/keterangan dari Bapak/Ibu/Saudara/i bersifat rahasia, tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, Bapak/Ibu/Saudara/i bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini, tanpa sanksi apapun.
Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat mengisi lembar persetujuan (Informed Consent).
Demikian penjelasan ini saya sampaikan, kiranya hasil penelitian ini bermanfaat.
Medan, 12 Februari 2014
Lampiran 2
JADWAL TENTATIF PENELITIAN
No Kegiatan
1 Mengajukan judul dan Acc judul proposal penelitian
2 Penyelesaian Proposal dan instrumen
3 Mengajukan Sidang Proposal
4 Sidang proposal
5 Mengajukan izin pengumpulan data
6 Pengumpulan data penelitian
7 Analisisdata
8 Penyusunan laporan penelitian
9 Mengajukan jadwal sidang skripsi
10 Seminar hasil penelitian
Lampiran 3 TAKSASI DANA
1. Persiapan Proposal
a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp100.000,00
b. Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp50.000,00
c. Perbanyak proposal : Rp50.000,00
d. Biaya internet : Rp100.000,00
e. Sidang proposal : Rp100.000,00
2. Pengumpulan Data
a. Izin penelitian : Rp500.000,00
b. Transportasi : Rp150.000,00
c. Penggandaan instrumen : Rp50.000,00
3. Analisis Data dan Penyusunan Laporan Penelitian
a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp100.000,00
b. Penjilidan : Rp100.000,00
c. Sidang skripsi : Rp100.000,00
d. Penggandaan laporan penelitian : Rp100.000,00 +
INSTRUMEN PENELITIAN Dependen total Dependen sebagian Independen
II – Penyakit sistemik ringan III - Penyakit sistemik berat
IV – Penyakit sistemik berat/ancaman konstan terhadap kehidupan V – Sekarat/diperkirakan tidak bertahan selama bedah
Kelas luka Bersih
Bersih/terkontaminasi Terkontaminasi Kotor/terinfeksi
Penggunaan steroid untuk kondisi kronik
Ya
Tidak
Asites dalam 30 hari sebelum bedah
Ya
Tidak
Kanker yang menyebar
Serangan jantung sebelumnya
Ya
Tidak
Gagal jantung kongestif dalam 30 hari sebelum bedah
Ya
Tidak Dispnue
Ada
Tidak ada
Perokok dalam setahun belakangan
Ya
Tidak
Riwayat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Ya
Tidak Dialisis
Ya
Tidak Gagal ginjal akut
Ya
Tidak Kalkukasi BMI
Surat Permohonan Izin Menggunakan dan Menerjemahkan Tool ACS NSQIP Surgical Risk Calculator
Hello,
My name is Eunike Lopian. I am a nursing student from Faculty of Nursing University of North Sumatera, Indonesia. I'm very interested in the tool ACS NSQIP Surgical Risk Calculator. Now, I'm conducting a research on the estimation of surgical risk complications. I would like to use this tool in my research, namely ACS NSQIP Surgical Risk Calculator.This research aims for education. I would like to request a permission to use and translate this tool into bahasa Indonesia (Indonesia language).
All of you prerequisites will be followed as instructed. If there is still something else that I need to do please let me know.
Thank you very much for your kind attention. Best regards, Eunike
From: eunike lopian [mailt
Sent: Monday, November 25, 2013 10:31 PM To:
Subject: Licence application
Dear Ms. Lopian,
The ACS NSQIP Risk Calculator is available for public use. You are welcome to access it via:
Best;
Gina M. Pope RN, CNOR
Business Development Representative American College of Surgeons
National Surgical Quality Improvement Program Ph: (312) 202-5607
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Eunike Lopian Siregar
Tempat/Tanggal Lahir : Belawan/18 April 1992
Alamat : Jl. Jamin Ginting, gg. Sumber No.6, Medan
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum menikah
Riwayat Pendidikan : 1998-2004 SD Sultan Hasanuddin Aek Kanopan 2004-2007 SMP Methodist Aek Nabara