• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Restoran Bebek Pak Ndut di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Restoran Bebek Pak Ndut di Kota Bogor"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN

KONSUMEN TERHADAP RESTORAN BEBEK PAK NDUT

DI KOTA BOGOR

JUDO SATRIA H34096051

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

JUDO SATRIA. Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan Konsumen Restoran Bebek Pak Ndut Kota Bogor Jawa Barat Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan LUKMAN M. BAGA).

Kota Bogor merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Barat, berjarak 60 Km dari Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia, dan 120 Km dari Bandung sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat. Kota Bogor sering dijuluki sebagai kota hujan karena curah hujan di sini sangat tinggi sekitar 3000 hingga 4000 mm per tahun.

Disamping kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan bersahabat, Kota Bogor dalam mengembangkan perekonomian masyarakat menitik beratkan pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Terbukti dengan beragam objek wisata dan potensi lainya yang dimiliki Kota Bogor, diantaranya objek wisata ilmiah yang bertaraf internasional, wisata alam, olah raga, budaya, cinderamata, aneka makanan khas, wisata kuliner, pusat-pusat perbelanjaan serta kegiatan pariwisata dan budaya dapat disaksikan di kota Bogor.

Berkembangnya jenis restoran di Kota Bogor merupakan reaksi dari beragamnya jenis makanan yang terus berinovasi di Kota Bogor. Masyarakat sebagai konsumen yang cerdas semakin menuntut adanya pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas, terjangkau, dan praktis dari sisi penyajian maupun citarasa. Hal ini menjadi tantangan dan daya tarik tersendiri bagi para pengusaha yang bergerak di bidang kuliner dalam hal pemenuhan keinginan pelanggan. Tingginya tingkat persaingan membuat restoran Bebek Pak Ndut perlu melakukan upaya mendengar suara pelanggan atau yang disebut dengan Listening to the voice of customer. Dengan pemahaman terhadap suara konsumen maka, perumusan tingkat kepuasan pun akan mudah dijabarkan dan restoran dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kinerja untuk kemajuan, kemampuan untuk bersaing diharapkan dapat meningkatkan penjualan seiring bertambahnya konsumen.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis karakteristik konsumen di Restoran Bebek Pak Ndut, (2) Menganalisis proses keputusan pembelian produk Restoran Bebek Pak Ndut, (3) Tingkat kepuasan konsumen terhadap bauran pemasaran Restoran Bebek Pak Ndut.

Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis perilaku konsumen yang berfokus pada atribut-atribut bauran pemasaran yang terdapat pada Restoran Bebek Pak Ndut dan penilaian sikap serta tingkat kepuasan konsumen terhadap Restoran Bebek Pak Ndut.

(3)

konsumen terhadap Restoran Bebek Pak Ndut menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan hasil analisis karakteristik responden Restoran Bebek Pak Ndut berdasarkan jenis kelamin, konsumen yang lebih sering berkunjung adalah konsumen laki-laki, usia antara 17 hingga 23 tahun, berstatus belum menikah, pekerjaan responden umumnya sebagai pelajar, pendidikan terakhir adalah perguruan tinggi, dan pengeluaran pada umumnya Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000. Hasil analisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah hanya sekedar ingin mencoba dan merasakan rasa yang khas dari olahan bebek yang disajikan, sumber informasi yang diperoleh dari rekomendasi teman, berdasarkan atribut dikarenakan cita rasa makanan dan minuman yang khas, waktu kunjungan antara pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB, hari kunjungan pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) dan keputusan pembelian tergantung situasi. Atribut yang harus diperhatikan berdasarkan diagram Importance Performance Analysis (IPA) adalah : Kuadran I (Prioritas utama) : harga produk, kesigapan pramusaji, kecepatan pramusaji dalam merespon keluhan konsumen.

Hasil perhitungan kepuasan konsumen restoran Bebek Pak Ndut dapat diketahui nilai Customer Satisfaction Index (CSI) adalah sebesar 84,88, yang dapat dikategorikan sangat puas, karena skala sangat puas berkisar antara 0,76 hingga 1,00.

(4)

ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN

KONSUMEN TERHADAP RESTORAN BEBEK PAK NDUT

DI KOTA BOGOR

JUDO SATRIA H34096051

Srikpsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap

Restoran Bebek Pak Ndut di Kota Bogor

Nama : Judo Satria

NRP : H34096051

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec NIP. 19640220 198903 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Perilaku dan

Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Restoran Bebek Pak Ndut di Kota Bogor”

adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agutus 2011

Judo Satria

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 14 September 1987. Penulis

adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Widodo, SH.MH dan Ratna

Juita.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi IV Bogor pada

tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMP

Negri 6 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan di SMUN 7 Bogor

pada tahun 2005.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Diploma III

Manajemen Agribisnis melalui jalur regular dengan melakukan tes pada tahun 2006

dan diselesaikan pada tahun 2009 dan melanjutkan ke Program Sarjana Agribisnis

Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala Puji dan syukur kehadirat ALLAH S.W.T atas segala

berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Restoran Bebek Pak Ndut di Kota Bogor Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk (1)Mengidentifikasi karakteristik konsumen di

Restoran Bebek Pak Ndut, (2) Menganalisis proses keputusan pembelian produk

Restoran Bebek Pak Ndut, (3) Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap

bauran pemasaran Restoran Bebek Pak Ndut.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Diharapakan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2011

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada :

1. Ayahanda, Ibunda dan Adik-adikku tercinta untuk setiap dukungan cinta dan doa

yang diberikan.

2. Bapak Ir. Lukman M. Baga MA.Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Febriantina SE, MSc dan Ibu Ir Juniar Atmakusuma MS Sebagai dosesn

Penguji yang banyak memberikan saran, masukan maupun kritik yang baik dan

sangat membangun.

4. Pihak RestoranBebek Pak Ndut Bogor Khusnya Bapak Suherman SE, MM selaku

pemilik.

5. Teman-teman seperjuangan bimbingan Bapak Ir. Lukman M Baga MA.Ec dan

teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 7, terutama Evin atas bantuan kritik

dan sarannya selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Agustus 2011

(10)

DAFTAR ISI

2.6. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ... 16

(11)

3.4. Kepuasan Konsumen ... 28

3.4.1. Dimensi Kualitas Produk ... 29

3.4.2. Faktor-Faktor Kepuasan Konsumen ... 31

3.4.3. Pengukuran Kepuasan Konsumen ... 31

3.5. Strategi Pemasaran ... 33

3.6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

IV. METODE PENELITIAN ... 37

4.3.3. Importance Performance Analysis (IPA) ... 39

4.3.4. Customer Satisfaction Index (CSI) ... 42

6.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ... 50

6.2.1. Pengenalan Kebutuhan ... 50

6.2.2. Pencarian Informasi ... 51

6.2.3. Evaluasi Alternatif ... 52

6.2.4. Keputusan Pembelian ... 54

6.3. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Restoran Bebek Pak Ndut ... 55

6.3.1. Diagram Kartesius dari Atribut-Atribut Restoran yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Restoran Bebek Pak Ndut ... 60

6.3.2. Index Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Restoran Bebebk Pak Ndut ... 64

6.4. Implikasi Manajerial Bauran Pemasaran Restoran Bebek Pak Ndut ... 66

6.4.1. Strategi Produk ... 66

(12)

6.4.3. Strategi Promosi ... 66

6.4.4. Strategi Tempat ... 67

6.4.5. Strategi Orang ... 67

6.4.6. Strategi Bukti Fisik ... 67

6.4.7. Strategi Proses ... 68

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

7.1. Kesimpulan ... 69

7.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke

Kota Bogor 2008 ……….. 2

2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor

Tahun 2004-2008 ……….. 3

3. Perkembangan Restoran & Rumah Makan di Kota Bogor Berdasarkan Jenis Hidangan Yang Disajikan Pada Tahun

2005-2008 ………. 4

4. Daftar Variabel Usaha Restoran yang Diteliti……… 38 5. Skor Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan Konsumen ………. 40 6. Kriteria Tingkat Kepuasan Pelangan .……… 43 7. Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Jenis Kelamin ……….………... 47

8. Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Kelompok Umur ……….……….. 47

9. Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Status Pernikahan ……….………. 48

10.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ………,……….………. 49

11.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Tingkat Pekerjaan Konsumen ……….……….. 49

12.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Per Bulan ……….………... 50

13.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Motivasi Pembelian ……….………. 51

14.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

(14)

15.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan Atribut Restoran apa yang menjadi pertimbangkan dalam

Membeli di Restoran Bebek Pak Ndut ………. 53

16.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Waktu Kunjungan ke Restoran Bebek Pak Ndut .………... 53

17.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Hari kunjungan ke Restoran Bebek Pak Ndut……….. 54

18.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan

Keputusan Pembelian ke Restoran Bebek Pak Ndut………... 54

19.Sebaran Jumlah dan Presentase Konsumen Berdasarkan pihak yang mempengaruhi dalam memutuskan berkunjung dan membeli sajian yang tersedia di Restoran

Bebek Pak Ndut ……….……….. 55

20.Bobot Penilaian Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap

Atribut Produk dan Atribut Pelayanan Restoran ………. 56

21.Bobot Penilaian Tingkat Kinerja Konsumen Terhadap Atribut

Produk dan Atribut Pelayanan Restoran ………. 57

22.Perhitungan Rata-Rata dari Penilaian Kinerja dan

Kepentingan Atribut Restoran Bebek Pak Ndut….………. 58

23.Perhitungan Indeks Kepuasan Konsumen Atribut Restoran

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Perilaku Keputusan Konsumen …………...……… 18

2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ………... 22

3. Kerangka Pemikiran Operasional ………... 36

4. Diagram Kartesius ……….. 41

5. Struktur Organisasi Restoran Bebek Pak Ndut ………. 45

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner ……….……….. 74

2. Karakteristik Konsumen ………. 79

3. Analisis Kepentingan ………. 83

(17)

I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kota Bogor merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Barat, berjarak 60

Km dari Jakarta sebagai Ibu kota Negara Republik Indonesia, dan 120 Km dari

Bandung sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat. Kota Bogor tempat singgah para

wisatawan baik lokal maupun asing. Selain itu banyaknya objek wisata alam yang

dimiliki Kota Bogor menjadi alasan para wisatawan untuk melakukan wisata ke

Kota Bogor, adapun objek wisata yang dimiliki oleh Kota Bogor dan dijadikan

sebagai tujuan utama para wisatawan adalah Kebun Raya Bogor, Taman Safari

Indonesia, Taman Buah Mekarsari, Taman Bunga, Istana Bogor dan lain

sebagainya.

Disamping kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan

bersahabat, Kota Bogor dalam mengembangkan perekonomian masyarakat

menitikberatkan pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang

ada. Terbukti dengan beragam objek wisata dan potensi lainya yang dimiliki Kota

Bogor, diantaranya objek wisata ilmiah yang bertaraf internasional, wisata alam,

olah raga, budaya, cinderamata dan aneka makanan khas, wisata kuliner,

pusat-pusat perbelanjaan serta kegiatan pariwisata dan budaya dapat disaksikan di kota

Bogor.

Dapat dilihat pada Tabel 1, bahwa jumlah kunjungan wisatawan baik lokal

maupun asing untuk jenis usaha objek wisata dan akomodasi mengalami

peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Tetapi baik peningkatan maupun

penurunan tidak terjadi terlalu besar. Apabila dilihat dari jenis usaha akomodasi,

jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ketahun semakin meningkat. Jenis usaha

akomodasi adalah jenis usaha yang menjual aneka ragam souvenir-souvenir,

makanan dan oleh-oleh khas Kota Bogor. Jenis usaha ini yang paling banyak

digemari oleh para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara, pada Tahun

2004 jumlah kunjungan untuk wisatawan lokal / nusantara sebesar 149.095 dan

9.472 untuk wisatawan mancanegara, tetapi pada Tahun 2008 terjadi peningkatan

yang sangat besar, dimana jumlah kunjungan untuk wisatawan lokal maupun

nusantara mencapai 1.086.374 dan untuk wisatawan asing atau mancanegara

(18)

2 mengalami penurunan. Pada tahun 2004 total jumlah kunjungan wisatawan baik

nusantara maupun mancanegara sebesar 1.412.898. Hingga tahun 2008 terus

mengalami penurunan hingga sebesar 1.204.487. Adapun rata-rata peningkatan

jumlah wisatawan dari tahun 2004 hingga 2008 untuk jenis usaha objek wisata

dan akomodasi adalah sebesar 179.978 untuk wisatawan nusantara dan 25.555

untuk wisatawan mancanegara.

Tabel 1. Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor

NO Jnis Usaha Jenis Wisatawan

Perkembangan Per Tahun

2 AKOMODASI NUSANTARA

Perkembangan industri pariwisata di Kota Bogor menciptakan lingkungan

yang kondusif bagi usaha pendukungnya. Dalam kegiatannya, industri pariwisata

dibagi menjadi lima bidang pokok, yaitu hotel dan restoran, tour and travel,

transportasi, pusat wisata dan souvenir serta bidang pendidikan kepariwisataan.

Restoran merupakan salah satu usaha pendukung industri pariwisata di Kota

Bogor yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Pada saat ini para wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor tidak hanya

mengunjungi objek-objek wisata saja tetapi juga untuk mengunjungi

tempat-tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat-tempat untuk wisata kuliner para wisatawan.

Melihat adanya perubahan pola kunjungan berwisata dari objek wisata menjadi

wisata kuliner memberikan peluang terhadap berdirinya restoran-restoran di Kota

(19)

3 Hal tersebut menimbulkan berkembangnya industri jasa boga di Kota

Bogor. Restoran merupakan salah satu industri jasa boga yang berkembang cukup

pesat di Kota Bogor. Perkembangan jumlah restoran di Kota Bogor dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

2004 192 -

2005 222 15,63

2006 248 11,71

2007 268 8,06

2008 211 -21,27

Sumber: Buku Pariwisata Kota Bogor, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, 2008

Dari Tabel 2 terlihat bahwa trend pertumbuhan setiap tahunnya cendrung

meningkat. Meskipun pada tahun 2008 jumlah restoran di Kota Bogor mengalami

penurunan yang cukup signifikan.

Berkembangnya jenis restoran di Kota Bogor merupakan reaksi dari

beragamnya jenis makanan yang terus berinovasi di Kota Bogor. Masyarakat

sebagai konsumen yang cerdas semakin menuntut adanya pemenuhan kebutuhan

pangan yang berkualitas, terjangkau, dan praktis dari sisi penyajian maupun

citarasa. Hal ini menjadi tantangan dan daya tarik tersendiri bagi para pengusaha

yang bergerak di bidang kuliner dalam hal pemenuhan keinginan pelanggan.

Jumlah restoran dan rumah makan di Kota Bogor cenderung selalu menunjukkan

hasil yang meningkat dalam hal jumlah.

Jenis restoran di Kota Bogor berdasarkan jenis hidangan yaitu restoran

dengan jenis hidangan Indonesia, hidangan daerah, hidangan internasional,

hidangan oriental dan hidangan continental. Perkembangan restoran dan rumah

(20)

4 Tabel 3. Perkembangan Restoran dan Rumah Makan di Kota Bogor Berdasarkan

Jenis Hidangan yang disajikan Pada Tahun 2005-2008.

Jenis

Hidangan

Jumlah (Unit) pada Tahun

2005 2006 2007 2008

Indonesia 45 48 51 54

Daerah 38 39 41 43

Internasional 37 38 40 41

Oriental 35 36 40 47

Kontinental 40 43 45 50

Sumber : Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2008

Restoran Bebek Pak Ndut merupakan salah satu restoran tradisional yang

berada di Kota Bogor. Restoran ini berlokasi di Jalan Pemuda no.9A (sebelum

pabrik ban "Good Year"). Restoran Bebek Pak Ndut baru berdiri sekitar awal

tahun 2010. Untuk menjawab semua harapan dan kebutuhan konsumen terhadap

restoran bebek Pak Ndut, maka restoran perlu melakukan berbagai upaya agar

konsumennya merasa puas. Oleh karena itu, penting kiranya pihak Restoran

Bebek Pak Ndut melakukan upaya mendengar suara pelanggan atau yang disebut

dengan Listening to the voice of customer. Dengan pemahaman terhadap suara

konsumen maka, perumusan tingkat kepuasan pun akan mudah dijabarkan dan

restoran dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kinerja untuk

kemajuan, kemampuan untuk bersaing sehingga diharapkan dapat meningkatkan

penjualan seiring bertambahnya konsumen.

1.2. Perumusan Masalah

Restoran yang ada di Kota Bogor beraneka ragam, mulai dari restoran

bercitarasa Indonesia hingga bercitarasa asing. Hal itu mengindikasikan bahwa

kebutuhan masyarakat akan keberadaan restoran di Kota Bogor menjadi cukup

penting. Restoran Bebek Pak Ndut sebagai salah satu restoran yang menyajikan

menu Indonesia terutama masakan tradisional berupa olahan bebek menjadi

restoran yang cukup digemari oleh para konsumennya. Tingkat persaingan yang

semakin ketat di Kota Bogor dalam hal usaha restoran yang menyajikan menu

utama bebek, hal ini dapat terlihat dari restoran yang berdiri di dekat restoran

(21)

5 keduanya hanya berjarak sekitar beberapa blok saja. Oleh karena itu, restoran

bebek Pak N’dut harus mampu memberikan pelayanan untuk memuaskan

konsumen. Dalam hal ini restoran membutuhkan riset mengenai analisis kepuasan

konsumen. Pihak pengelola restoran menyadari bahwa selain karyawan,

konsumen merupakan aset yang besar bagi kelangsungan dan pengembangan

usaha, perhatian yang baik kepada konsumen dapat dilakukan dengan melihat dan

memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen. Jika terdapat keluhan yang

disampaikan oleh konsumen, maka pihak perusahaan wajib merespon secara baik.

Bagaimanapun pelanggan harus diperlakukan secara istimewa dan didengarkan

saran maupun kritiknya.

Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa

yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil keputusan

(Sumarwan, 2002). Oleh karena itu, pihak restoran harus memahami dan memiliki

inisiatif untuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

proses keputusan pembelian serta atribut-atribut yang diinginkan konsumen.

Maka diperlukan survey kepuasan konsumen agar pihak restoran dapat

mengetahui sejauh mana atribut-atribut perusahaan memiliki kinerja yang dapat

memuaskan konsumen dan apa yang harus diperbaiki dalam kinerja yang dirasa

kurang oleh konsumen.

Pada dasarnya, usaha bisnis restoran dalam perjalanannya memiliki

strategi yang dapat ditetapkan dalam pengembangan usaha di masa yang akan

datang. Hal ini berguna untuk merumuskan strategi apa yang diharapkan mampu

untuk membantu dalam menemukan beberapa alternatif strategi yang akan

dijalankan. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik konsumen di Restoran Bebek Pak Ndut?

2. Bagaimana proses keputusan pembelian produk Restoran Bebek Pak Ndut?

3. Bagaiman tingkat kepuasan konsumen terhadap bauran pemasaran Restoran

(22)

6 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen di Restoran Bebek Pak Ndut

2. Menganalisis proses keputusan pembelian terhadap produk Restoran Bebek

Pak Ndut

3. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen dan bauran pemasaran Restoran

Bebek Pak Ndut

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak manajemen Restoran bebek Pak Ndut, hasil penelitian ini

diharapkan memberikan masukan dan pertimbangan alternatif terbaik dalam

meningkatkan kinerja perusahaan.

2. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengaplikasikan

konsep-konsep yang telah diterima selama perkuliahan dan diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan informasi mengenai strategi pemasaran restoran.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan untuk menganalisis perilaku

konsumen yang berfokus pada atribut-atribut dari bauran pemasaran yang terdapat

pada Restoran bebek Pak Ndut, penilaian sikap serta tingkat kepuasan konsumen

terhadap Restoran bebek Pak Ndut, serta memberikan rekomendasi kebijakan

yang berguna bagi Restoran bebek Pak Ndut.

(23)

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Restoran

2.1.1. Pengertian Restoran

Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di

sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan

makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya dan memenuhi ketentuan

persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan ini (Keputusan Mentri Pariwisata,

Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.95/HK.103/MPPT-87). Usaha restoran

termasuk pada pengolahan pelayanan jasa yang bersifat campuran yang dalam

pelaksanaannya mengkombinasikan produk dan jasa (Kotler, 2001). Menurut

Kotler usaha restoran merupakan suatu bentuk usaha yang dalam pelaksanaanya

mengkombinasikan antara produk dan jasa.

Restoran dalam operasinya terjadi semacam barter antara pembeli dengan

penjual, dalam hal ini antara produk dengan uang. Hubungan tersebut tidak akan

berjalan mulus apabila petugas yang akan menangani pelayanan tidak terseleksi

secara cermat, dididik dan terlatih dengan baik, diajarkan berkomunikasi serta

dikoordinasikan dengan teliti serta dipersiapkan dengan kesungguhan hati.

Restoran termasuk dalam kategori jasa. Walaupun prosesnya terkait dengan

produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan biasanya

tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi (Lovelock dan

Wright, 2005). Menurut Kotler (2002) restaurant terkait dengan orang, bukti fisik

dan proses, karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi, pelatihan dan

motivasi pegawai dapat membuat perbedaan yang besar dalam kepuasaan

pelanggan. Hal inilah yang menyebabkan bisnis ini unik karena menggabungkan

antara penjualan produk berupa makanan dan minuman dengan usaha

memberikan pelayanan jasa kepada konsumennya.

Industri restoran merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang

memiliki prospek yang baik bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Sukses usaha

dibidang pelayanan makanan & minuman ini tidak hanya ditentukan oleh jumlah

(24)

8 pelanggannya. Bisnis restoran memiliki prospek yang bagus, tetapi sangat rentan,

terutama terhadap masalah konsistensi rasa, kontrol mutu, dan pelayanannya.

Sehingga pelaku bisnis ini membutuhkan pemahaman yang kuat tentang bisnis

restoran terutama yang berkaitan dengan produk, mutu pelayanan, manajemen,

adminstrasi dan pengawasan.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis restoran.

Menurut Siahan (2008), keberhasilan operasional restoran dapat dilihat dari lima

hal yang disebut G-factors. yaitu:

1. Good Food (G-1)

Dimana makanan yang disajikan kepada tamu dalam keadaan segar dan

sistem pengelolaan yang baik, penyimpanan bahan baik, peralatan dan

perlengkapan berkualitas tinggi dan higienis, cita rasa makanan baik dan sesuai

dengan selera konsumen.

2. Good Location & Parking Facilities (G-2)

Lokasi restaurant harus strategis, dimana lokasi merupakan pedoman

dalam mendirikan restoran. Luas tempat parkir juga menentukan kenyamanan

konsumen. Oleh Karena itu, restoran harus mudah terlihat dan dijumpai, memiliki

daya tarik dengan pemilihan warna atau ornamen khusus serta letaknya tidak

terlalu jauh dari pusat keramaian.

3. Good Atmosphere (G-3)

Suasana yang nyaman dan menyenangkan perlu diciptakan demi kepuasan

konsumen melalui penampilan interior yang seimbang, dekorasi yang digunakan,

pemilihan warna dan fasilitas lengkap seperti toilet, kursi dan meja serta table set

up yang lengkap.

4. Good Reputation (G-4)

Reputasi yang baik harus dimiliki oleh sebuah restoran meliputi

pelayanan, pengelolaan dan prestasi sehingga membentuk suatu kesan yang baik

(25)

9

5. Good Pleasant & Courteous Service (G-5)

Perlakuan tata saji dilakukan dengan begitu mengesankan, menyenangkan

dan memuaskan. Pramusaji harus mampu memberikan masukan bagi para tamu

yang kurang memahami keinginannya dan menyajikan makanan dengan tata saji

yang berkualitas, sopan dan ramah.

2.1.2 Karakteristik Restoran

Karakteristik produk yang dijual restoran adalah produk yang siap hidang,

bukan lagi bahan mentah maupun bahan setengah jadi. Dalam restoran juga terjadi

proses produksi dari bahan mentah untuk diolah menjadi makanan yang siap saji.

Sedangkan dilihat dari tempatnya, usaha restoran cendrung menetap dan tidak

berpindah-pindah (nomaden). Sehingga pelanggan dapat berkunjung pada jam

operasional restoran tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan kepada

pengunjung.

Adapun Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang peraturan usaha rumah makan, dalam

peraturan ini yang dimaksud dengan usaha Jasa Pangan adalah suatu usaha yang

menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara

komersial.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 304/Menkes/Per/89 tentang

persyaratan rumah makan maka yang dimaksud rumah makan adalah satu jenis

usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang

permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,

penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat

usahanya.

Klasifikasi restoran berdasarkan pengelolaannya dan sistem penyajian

dibagi menjadi tiga, yaitu (Nugraha 2004 dalam Annisya 2006) :

1. Restoran Formal yaitu restoran yang dikelola secara komersil dan professional

dengan pelayanan yang eksklusif.

2. Restoran Informal seperti halnya restoran formal hanya lebih mengutamakan

kecepatan pelayanan dan umumnya dengan harga yang lebih murah.

3. Specialist restoran, yaitu restoran yang menyajikan makanan dengan sistem

(26)

10 Restoran juga dapat dilihat sebagai bentuk usaha yang sudah

menggunakan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaannya. Klasifikasi

restoran berdasarkan jenis makanan yang ditawarkan adalah :

1. Restoran Indonesia, menyajikan berbagai jenis makanan yang biasa menjadi

menu makanan orang Indonesia.

2. Restoran Tradisional, menyajikan masakan yang berasal dari suatu daerah yang

berada di Indonesia.

3. Restoran Oriental menyajikan masakan Negara Asia Timur.

4. Restoran Kontinental menyajikan masakan ala Eropa.

5. Restoran Internasional menyajikan masakan yang secara umum dikonsumsi

oleh masyarakat dunia.

Makanan tradisional menurut Hadisantoso (1993) yaitu makanan yang

dikonsumsi oleh golongan suku dan wilayah yang spesifik. Diolah berdasarkan

resep secara turun menurun dan bahan yang digunakan berasal dari daerah

setempat dan makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat

setempat.

2.2. Jenis-Jenis Restoran

Usaha restoran terbagi ke dalam beberapa jenis yang disesuaikan dengan

target pasar sasaran, tujuan, lokasi, dekorasi tempat serta jenis menu yang

ditawarkan. Soekrisno (2001) membagi jenis restoran ke dalam sepuluh jenis

restoran yang ada saat ini sebagai berikut :

1. Family Conventional

Restoran yang ditujukan dengan target pada tradisi keluarga. Prioritas

utamanya menyediakan menu makanan dan minuman yang enak, suasana yang

nyaman, dan harga yang bersahabat. Restoran ini menawarkan pelayanan dan

dekorasi yang sederhana.

2. Specially Restaurants

Restoran ini menyajikan menu yang khas, berkualitas, dan menarik

perhatian. Pada jenis restoran ini memiliki harga yang relatif mahal, tempat dan

lokasinya jauh dari tempat keramaian yang tujuannya ditujukan untuk wisatawan

atau orang-orang mentraktir teman bisnis, atau keluarga dalam suasana yang unik

(27)

11 3. Fast Food

Restoran ini lebih menekankan pada kecepatan penyajian. Makanan dan

minuman yang dipesan akan segera tersedia dalam waktu yang relatif cepat. Jenis

menu relatif terbatas dan harga yang ditawarkan relatif tidak terlalu mahal. Lebih

mengutamakan banyaknya pelanggan. Dekorasi tempat dengan warna utama dan

terang. Restoran jenis ini erat kaitannya dengan eat-in (makan di restoran) dan

take-out (dibawa keluar). Restoran jenis ini lebih mengutamakan turnover yang

tinggi dari para pengunjung.

4. Kafetaria

Jenis restoran ini dapat dilihat dengan jelas dari tempatnya berada.

Biasanya restoran ini berada di pusat perbelanjaan, perkantoran, sekitar sekolah,

dan pabrik-pabrik. Target utama kafetaria sesuai dengan lingkungan berada. Menu

terbatas, harga murah dan berganti-ganti menu setiap hari seperti halnya dirumah.

5. Coffe Shop

Ciri khas dari jenis restoran ini adalah tempat duduk yang berganti-ganti

dengan cepat yang menandakan suasana tidak formal. Pelayanan pesanan

makanan yang cepat, lokasi dan tempat utama berada di sekitar gedung

perkantoran, pabrik-pabrik, dan pusat perbelanjaan dengan traffic pejalan yang

tinggi. Menu utama yang tersedia biasanya untuk coffee break.

6. Gourmet

Restoran ini memiliki suasana yang sangat nyaman dengan dekorasi

tempat yang bergaya artistik. Restoran ini termasuk restoran yang berkelas dan

ditunjukan untuk konsumen yang menuntut standar penyajian yang tinggi dan

bergengsi. Biasanya restoran ini membidik target pasar dengan sstandar prestise

yang tinggi.

7. Etnik

Restoran ini dicirikan dengan menyajikan menu makanan yang berasal

dari daerah tertentu yang spesifik. Pakaian seragam pelayan disesuaikan dengan

asal daerah menu yang disediakan. Dekorasi tempat dan ruangan menggambarkan

(28)

12 8. Snack Bar

Restoran ini ditujukan untuk orang-orang yang ingin jajan dan

menyediakan makanan ringan. Banyak menawarkan pesanan take-out. Dekorasi

tempat ini sederhana serta ukuran kecil hanya untuk beberapa orang.

9. Buffet

Ciri utama restoran jenis ini adalah berlakunya satu harga untuk makanan

sepuasnya yang disajikan oleh buffet. Produk yang tersedia berupa wine, linquor,

dan bir yang dapat dipesan secara khusus. Display makanan cukup memegang

peranan penting dalam hal promosi.

10. Drive in Drve Thru or Parking

Restoran ini melayani pembelian pesan antar hingga sampai ke pelanggan,

pelayanan untuk eat in atau take away dengan kemasan makanan yang dibungkus

dengan praktis.

2.3. Cara Pelayanan restoran

Mukhtar (2004) mengklasifikasikan sistematika pelayanan di sebuah

restoran dapat dibedakan dalam empat kategori penyajian, yaitu :

1. Table service, merupakan sebuah system penyajian pelayanan makanan di atas meja yang disajikan oleh waiter atau quick service. Penyajian table service

dapat dibedakan atas 4 jenis, yaitu :

a) American Service, yaitu sistem pelayanan yang bersifat sederhana, tidak

resmi, cepat dan pemorsian makanan dilakukan di dapur. Sistem pelayanan

disebut juga dengan ready plate service atau quick service. Penggunaannya

diterapkan di coffee shop, kafetaria dan semacamnya

b) English Service (family style service), yaitu sistem pelayanan di mana

makanan datang dari dapur, diletakkan diatas platter yang besar dan

dioperasikan dari tamu yang satu dengan tamu yang lainnya. Atau platter itu

dioperasikan dari tamu yang satu ke tamu yang lainnya. Atau platter itu

diletakkan ditengah meja dan tamu mengambil sendiri makanan tersebut.

c) Russian Service (Platter Service), yaitu makanan dibawa dengan

menggunakan platter dan dipindahkan ke piring tamu dengan menggunakan

(29)

13 diterapkan pada restoran utama, seperti Grill Room, Dining Room, Super

Restaurant dan jamuan-jamuan yang bersifat resmi.

d) French Service (Gueridon service), yaitu pelayanan yang biasanya

dilaksanakan oleh dua orang pramusaji yang bertugas sebagai chef de rang

(captain) dan commis de Rang (waiter) serta menggunakan alat bantu, yakni

geridon atau meja atau kereta dorong.

2. Counter service, merupakan suatu teknik pelayanan dengan menyajikan makanan dan minuman diletakkan diatas counter. Counter adalah meja

panjang yang membatasi ruang restoran ruang dapur.

3. Self Service (Buffet Service), yaitu suatu sistem pelayanan dimana pengunjung dapat mengambil langsung makanan yang diingnkannya yang telah tersedia di

meja buffet, sedangkan untuk minuman panas biasanya disajikan oleh pelayan.

4. Carry out Service (Take Out Service), satu sistem pelayanan dimana pengunjung datang untuk memebeli makanan yang telah disiapkan

sebelumnya, kemudian dibungkus dalam kotak dan dibawa pulang oleh

pengunjung untuk dimakan di luar restoran. Pengunjung tidak makan di tempat

atau dalam ruang restoran.

2.4. Faktor-Faktor dalam Bisnis Restoran

Faktor-faktor sukses sebuah bisnis restoran dapat dijabarkan menjadi lima

kategori utama (Torsina, 2000), yaitu :

1. Kemampuan Manajemen

Untuk dapat melancarkan semua fungsi dan operasi bisnis restoran demi

mencapai efisiensi dan efektifitas pertumbuhan konsumen. Dalam hal ini

termasuk kontrol keuangan, arus barang, proses produksi, promosi dan

lain-lain.

2. Kemampuan Problem Solving

Kemampuan dalam menangani segala maalah yang timbul, sehingga tiap

bagian restoran dapat melaksanakan semua tugas dan fungsi dengan baik.

(30)

14 Terdapat tiga tipe peluang yang dapat diaktifkan untuk mencapai sukses, yaitu

O-spotting (memergok atau dipergok peluang), O-seeking (menyidik peluang)

dan O-Building (membangun peluang).

4. Jeli Waktu dan Ruang

Faktor ini menyangkut waktu dan ruang. Tidak jarang kategori ini dinamakan

sebagai bagian dari “hoky” atau “business luck”. Termasuk di dalamnya penetapan timing yang bernilai dan pemilihan ruang (lokasi) restoran yang

tepat. Khusus untuk ruang, business luck dapat dijabarkan dalam empat tempat,

yaitu memperoleh ruang atau bangunan, lokasi, sistem pemilikan ruang atau

bangunan dan harga yang tepat.

5. Perubahan strategi

Perubahan dalam gaya hidup masa kini secara langsung mempengaruhi selera

dan gaya konsumen, maka selanjutnya akan menuntut perubahan dalam strategi

usaha restoran.

2.5. Penelitian Terdahulu

Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan informasi tentang penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Penelitian terdahulu dapat dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik

penelitian yang sedang dilakukan. Misalnya : Pratikto (2005), Annisya (2006),

Lestari (2008), Noviatni (2009), Partogi (2010).

Penelitian Pratikto (2005) mengenai kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pelanggan di Restoran family Resto Cibubur, menyimpulkan bahwa mutu

pelayanan dari sebuah perusahaan ditentukan oleh dimensi mutu, yaitu realibility,

assurance, tangibles, emphaty dan responsiveness. Metode yang digunakan untuk

menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan responden terhadap mutu

pelayanan restoran Famili Resto Cibubur adalah metode Performance and

Importance Analysis. Hubungan antara tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan

responden dianalisa menggunakan uji korelasi chi-square. Analisis digunakan

terhadap 20 atribut mutu. Atribut mutu yang dinilai responden paling memuaskan

pada setiap dimensi mutu yaitu, ketersediaan menu yang dipesan untuk diensi

mutu realibility, kesesuaian antara rasa dan penampakan menu untuk dimensi

(31)

15 kesediaan penyaji untuk menghargai dan melayani pelanggan atau tamu untuk

dimensi emphaty serta kecepatan penyaji sesuai pesananan tambahan disebut

responsiveness.

Penelitian Annisya (2006) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat loyalitas konsumen Macaroni Panggang yang bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana nilai bagi pelanggan dan loyalitas konsumen Macaroni Panggang.

Model nilai bagi pelanggan dan loyalitas konsumen dengan berlandaskan pada

teori menurut Kotler (2000) yang menyatakan bahwa yang mempengaruhi nilai

pelanggan total dan loyalitas konsumen adalah produk, pelayanan, karyawan dan

citra. Faktor lain yang dapat mempengaruhi loyalitas seperti pengalaman

konsumen dan kinerja pesaing.

Lestari (2008), penelitian yang dilakukan mengenai “Analisis Strategi

Promosi Death By Chocolate & Spagety Restaurant”. Berdasarkan analisis AHP,

tujuan yang ingin dicapai oleh DBC 4 Spagety Restaurant dalam menjalankan

kegiatan promosinya adalah meningkatkan penjualan serta memperkenalkan

produk dan lokasi usahanya.

Noviatni (2009), penelitian mengenai “Analisis Keuntungan dan Strategi

Pengembangan Usaha Ayam Goreng Waralaba dan Non Waralaba (Kasus :

Restoran Kentucky Fried Chicken(KFC) Taman Topi dan Rahat Café di Bogor”

yaitu menganalisis sejauh mana faktor internal dan eksternal seperti mengetahui

kekuatan, peluang dan cara untuk menghindari ancaman serta menutupi

kelemahan yang ada. Metode analisis yang dipakai terdiri dari data primer dan

data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuatitatif, menghitung keuntungan

usaha dengan EBIT, EBT, EAT, rasio pofitabilitas, rentabilitas, matriks IFE dan

EFE, analisis IE, analisis SWOT serta QSPM.

Partogi (2010), penelitian yang dilakukan mengenai “Analisis Strategi

Bauran Pemasaran Studi Kasus : Liefde Cafe & Restaurant” yaitu mengenai (1)

Analisis strategi bauran pemasaran, (2) Menganalisis kondisi lingkungan eksternal

yang dihadapi oleh Liefde Café & Restaurant, (3) Merumuskan alternatif strategi

(32)

16 2.6. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu.

Penelitian yang berjudulAnalisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap

Restoran Bebek Pak Ndut di Kota Bogor “ ini memiliki perbedaan dan persamaan

dengan penelitian terdahulu. Persamaan dari penelitian ini yaitu dengan alat

analisis dan perumusan kepuassan konsumen beserta pelayanan dalam memilih

alternatif yang paling tepat. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu

(33)

17

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka Pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal

dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab

berikut.

3.1.1.Definisi Konsumen dan Perilaku Konsumen

Menurut Kotler (2000), konsumen didefinisikan sebagai individu atau

kelompok yang berusaha memenuhi dan mendapatkan barang atau jasa yang

dipengaruhi untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen merupakan

target akhir dalam suatu perdagangan yang memanfaatkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhannya.

Sciffman (1994) menyatakan bahwa perilaku yang diperhatikan oleh

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan

menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhannya.

Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam mencari,

menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap

akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana

konsumen mau mengeluarkan sumberdayanya yang terbatas seperti uang, waktu,

tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Analisis tentang

berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen menjadi dasar dalam

pengembangan strategi pemasaran. Pemasar wajib memahami konsumen, seperti

apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil

keputusan.

Perilaku konsumen menurut Engel dkk (1994) adalah tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk

dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Menurut Engel dkk (1994), model perilaku konsumen dalam pengambilan

keputusan pembelian dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, perbedaan individu

(34)

18 Gambar 1. Model Perilaku Keputusan Konsumen

Sumber : Engel dkk (1994)

3.1.2. Faktor-Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan memiliki peran cukup besar terhadap perilaku

konsumen. Informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi perilaku konsumen memberikan masukan yang sangat berarti

terhadap strategi pemasaran sebuah perusahaan. Faktor-faktor lingkungan ini

terdiri atas (Engel dkk, 1994):

1. Budaya

Budaya dalam studi perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan,

sikap dan simbol lain yang membantu manusia untuk berkomunikasi, menafsirkan

dan mengevaluasi dirinya sebagai anggota masyarakat. Tiga pengaruh utama dari

budaya adalah pengaruhnya terhadap struktur konsumsi dalam penciptaan dan

komunikasi makna di dalam produk.

(35)

19 2. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian di masyarakat yang terdiri dari

individu-individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama. Mereka dibedakan atas

perbedaan status sosial ekonomi yang berurut dari yang terendah hingga yang

tertinggi. Status sosial terkadang sering menghasilkan bentuk-bentuk perilaku

konsumen yang berbeda. Perbedaan kelas sosial sering dijadikan variabel utama

dalam menjelaskan perbedaan konsumen dalam studi mengenai perilaku

konsumen.

3. Pengaruh pribadi

Pengaruh konsumen sering dipengaruhi oleh pribadi konsumen sendiri, hal

ini ditunjukkan baik melalui kelompok acuan maupun komunikasi lisan.

Kelompok acuan terdiri dari kelompok primer, yang merupakan agresi sosial yang

cukup kecil seperti keluarga, tetangga dan teman. Dimana pribadi konsumen terus

menerus berinteraksi dan sifatnya cendrung non formal.

4. Keluarga

Keluarga terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan darah,

perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Dibandingkan kelompok lain,

keluarga mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap dan perilaku

individu.

5. Situasi

Perilaku individu akan berubah apabila situasi berubah, yang terkadang

perubahannya tidak dapat diramalkan. Sehingga situasi memberikan pengaruh

yang cukup kuat dalam perilaku konsumen

3.1.3. Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor intern yang menggerakkan dan

mempengaruhi perilaku individu.

Terdapat lima determinan yang membedakan individu konsumen, yaitu :

1. Sumber Daya Konsumen

Tiga sumber daya utama yang dimiliki konsumen yaitu ekonomi,

temporan dan kognitif, yang berarti para pemasar harus berusaha mendapatkan

(36)

20 tersedia menjadi hal penting dalam keputusan pembelian. Hal ini disebabkan oleh

pengaruh kesediaan untuk menggunakan uang dan waktu.

2. Motivasi dan Keterlibatan

Kebutuhan dapat diartikan sebagai perbedaan antara kedaan ideal dan

keadaan sebenarnya yang dapat mengaktifkan perilaku. Munculnya kebutuhan

akan menimbulkan suatu motivasi dalam diri seseorang untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan.

3. Pengetahuan

Pengetahuan didefinisikan sebagai kumpulan informasi dalam ingatan

konsumen yang terdiri atas : pengetahuan produk, pembelian dan pemakaian.

Pengetahuan produk mencakup kesadaran terhadap kategori dan merek produk,

terminology produk, atribut atau ciri produk serta kepercayaan tentang kategori

produk secara umum dan mengenai merek spesifik.

Pengetahuan pembelian meliputi informasi yang dimiliki konsumen yang

berhubungan dengan perolehan produk. Pengetahuan ini melibatkan informasi

yang dimiliki konsumen yang berhubungan dengan keputusan tentang dimana

produk harus dibeli dan kapan pembelian dilakukan.

Pengetahuan pemakaian meliputi informasi yang terekam diingatan

mengenai bagaiman suatu produk digunakan dan apa yang dibutuhkan untuk

menggunakannya. Apabila konsumen memiliki pengetahuan produk dengan jelas,

besar kemungkinan konsumen akan memilih produk tersebut.

4. Sikap

Sikap memainkan peran utama dalam membentuk perilaku, karena

dipandang sebagai keseluruhan evaluasi yang memungkinkan berpengaruh untuk

memberi rangsangan lingkungan yang dapat membimbing tingkah laku orang

tersebut.

5. Kepribadian

Karakteristik masing-masing individu salah satu variabelnya adalah

kepribadian yang diartikan sebagai respon konsisten terhadap stimulus

(37)

21 menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup ialah fungsi motivasi konsumen dan

pembelajaran sebelumnya, kelas sosial dan demografi.

3.1.4. Proses Psikologis

Proses Psikologis adalah suatu proses yang dialami oleh seseorang yang

dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Pengolahan Informasi

Pengolahan informasi mengacu pada proses dengan suatu stimulus

diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan belakangan diambil kembali.

Proses informasi dapat dirinci menjadi lima tahap dasar, yaitu : (1) Pemaparan, (2)

Perhatian, (3) Pemahaman, (4) Penerimaan, dan (5) Retensi.

2. Pembelajaran

Pembelajaran dapat dipandang sebagai proses dimana pengalaman

menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku. Hubungan

antara pembelajaran dengan pemasaran sangat positif, penguasaan mengenai

pengetahuan akan produk dapat membantu pemasar dalam mempengaruhi

konsumen untuk memakai produk.

3. Perubahan Sikap Perilaku

Mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah salah satu dari tugas

paling mendasar dan menantang yang harus dihadapi oleh pemasar. Keberhasilan

dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen merupakan salah satu

keterampilan berharga yang dimiliki pemasar.

3.1.5. Proses Keputusan Pembelian

Proses yang dilakukan konsumen dalam keputusan pembelian terdiri dari

lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

pembelian dan hasil. Dapat dilihat pada Gambar 2.

Menurut Simamora (2002) pengenalan kebutuhan yaitu proses dimulai saat

pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli akan merasakan

(38)

22 Gambar 2. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian

Sumber : Angel (1994)

3.1.6. Pengenalan Kebutuhan

Engel dkk (1994) menyatakan bahwa pengenalan kebutuhan adalah suatu

persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual

yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses kebutuhan. Ketika

ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun

dikenali. Namun, seandainya ketidaksesuaian itu ada di bawah tingkat ambang,

maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi.

Menurut Simamora (2002) pengenalan kebutuhan yaitu proses dimulai saat

pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembelian merasakan adanya

perbedaan antara yang nyata dan yang diinginkan.

3.1.7.Pencarian Informasi

Engel dkk (1994) menyatakan bahwa pencarian informasi adalah sebagai

aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan atau

pemerolehan informasi dari lingkungan. Pencarian yang dilakukan dapat bersifat

internal yang melibatkan mendapatkan kembali pengetahuan dari ingatan atau

pencarian dapat bersifat eksternal yang terdiri atas pengumpulan informasi yang

memadai, maka pencarian eksternal tidak lagi dibutuhkan. Tetapi jika pencarian

internal tidak memadai, maka dibutuhkan pencarian eksternal. Ada beberapa fakor

yang mempengaruhi pencarian informasi, meliputi :

1. Determinasi Situasi adalah cara dimana kekuatan situasi mempengaruhi

pengambilan keputusan konsumen. Tekanan waktu merupakan sumber

pengaruh situasi. Situasi mendesak mengakibatkan konsumen hanya

mempunyai sedikit waktu untuk melakukan pencarian dengan seksama dan

teliti.

2. Determinasi produk diantaranya adalah ciri produk, tingkat diferensiasi

produk, harga produk serta stabilitas kategori produk.

Hasil

(39)

23 3. Determinasi eceran, jarak diantara pesaing eceran dapat menentukan

banyaknya tempat belanja konsumen selama pengambilan keputusan.

Pencarian lebih mungkin terjadi ketika konsumen melihat perbedaan yang

penting diantara pengecer.

4. Determinasi konsumen, karakteristik konsumen yang dilihat adalah

pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap serta karakteristik

demografi.

Kotler (1997) menyatakan bahwa konsumen yang tergugah kebutuhannya

akan mendorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian

informasi dibagi menjadi dua tingkatan :

1. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian yang

menguat, pada tingkat ini konsumen lebih peka terhadap informasi produk.

2. Situasi pencarian aktif informasi, pada tingkat ini konsumen aktif mencari

sumber-sumber informasi seperti mencari bahan bacaan, menelepon teman

dan mengunjungi tempat belanja untuk mempelajari produk.

Sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan

pengaruh relatif tiap sumber terhadap keputusan pembelian, maka sumber

informasi konsumen digolongkan ke dalam 4 kelompok, yaitu :

1. Sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga dan kenalan.

2. Sumber komersial seperti iklan, wiraniaga, penyaluran, kemasan dan pajangan

di toko

3. Sumber publik seperti media massa dan organisasi penentu peringkat

konsumen

4. Sumber pengalaman seperti penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.

3.1.8. Evaluasi Alternatif

Engel dkk (1994) menyatakan bahwa evaluasi alternatif dapat

didefinisikan sebagai proses, dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih

untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini ada empat dasar proses

alternatif, yaitu :

1. Menentukan kriteria informasi yang akan digunakan dalam menilai

alternatif-alternatif

(40)

24 3. Menilai kinerja dan alternatif yang dipertimbangkan

4. Memilih dan menerapkan kaidah keputusan membuat suatu pilihan akhir

Kriteria alternatif tidak lebih dari pada dimensi atau atribut tertentu yang

digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Determinan dalam kriteria

evaluasi yang sering digunakan antara lain : harga, nama merek, Negara asal dan

kriteria evaluasi yang bersifat hedonic (prestise, status). Kriteria evaluasi tertentu

yang digunakan oleh konsumen selama pengambilan keputusan akan bergantung

pada beberapa faktor diantaranya adalah pengaruh situasi, kesamaan

alternatif-alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan dan pengetahuan.

Kotler (1997) menyatakan bahwa beberapa konsep dasar dalam proses

evaluasi, yaitu :

1. Konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan

2. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk

3. Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut

dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang

digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

3.1.9. Pembelian

Engel dkk (1994) menyatakan bahwa pada tahap ini harus mengambil tiga

keputusan, yaitu : 1) Kapan membeli, 2) Dimana membeli (tempat pembelian

dilakukan), 3) Bagaimana membayar.

Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan yaitu niat pembelian

dan pengaruh lingkungan. Niat pembelian adalah penting untuk memperhatikan

bahwa suatu pembelian dapat direncanakan terdiri dari dua kategori, yaitu produk

dan kelas produk. Sedangkan pengaruh lingkungan terdiri dari lingkungan

informasi dan waktu yang tersedia untuk pengambilan keputusan.

Konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan

pilihan dan membentuk niat untuk membeli produk yang paling diminati. Namun,

ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian,

yaitu faktor pertama adalah sikap orang lain seperti intensitas sikap negatif orang

lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk

menuruti keinginan orang lain, faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak

(41)

25 3.1.10. Hasil

Engel dkk (1994) menyatakan bahwa tahap ini dtugas pemasaran tidak

berhenti begitu penjualan terjadi, karena pembeli akan mengevaluasi alternatof

sesudah pembelian seperti halnya sebelum pembelian. Jika keterlibatan tinggi,

bukan tidak mungkin pembeli mengalami periode yang seketika dan sementara

berupa keraguan sesudah keputusan. Ini dapat menimbulkan dampak pada apakah

pembeli yang berseangkutan puas atau tidak puas dengan transaksinya. Keyakinan

dan sikap yang terbentuk pada tahap ini akan langsung mempengaruhi niat

pembeli pada masa yang akan datang.

3.2 Proses Pengambilan Keputusan

Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut, yaitu

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian, dan perilaku pasca-pembelian. Secara perinci tahap-tahap tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengenalan masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah

kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya

dan kondisi yang diinginkannya.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk

mencari informasi lebih banyak. Hal tersebut dapat dibedakan menjadi dua

tingkatan, yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja

hingga menari tahu secara menyeluruh dengan melihat iklan hingga menghubungi

teman yang telah mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.

3. Evaluasi alternatif

Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari

proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu memandang konsumen

sebagai pembentuk penilaian terhadap suatu produk terutama berdasarkan pada

(42)

26 4. Keputusan Pembelian

Tujuan pembelian dipengaruhi oleh keadaan yang tidak terduga.

Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti :

pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat

produk yang diharapkan.

3.3. Atribut dan Dimensi Kualitas

Pengertian atribut menurut Simamora (2004) ada dua, yang pertama yaitu

atribut sebagai karakteristik yang membedakan merek atau produk yang lain dan

atribut sebagai faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil

keputusan pembelian suatu merek atau produk, yang melekat pada produk itu

sendiri. Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan karakteristik

atau ciri atribut dari produk tersebut.

Restoran adalah suatu usaha yang dalam pelaksanaannya

mengkombinasikan produk dan jasa. Kelompok dari atribut-atribut yang saling

berkaitan erat disebut dimensi atau komponen atau faktor. Dimensi kualitas dapat

dibagi menjadi dua bagian, yaitu dimensi kualitas jasa dan dimensi kualitas

produk.

3.3.1 Dimensi Kualitas Jasa

Kualitas jasa akan dinilai oleh konsumen, oleh karena itu perusahaan

hendaknya menentukan tolak ukur rencana kualitas produk dari setiap dimensi

kualitasnya. Mowen dan Minor (1998) mengemukaan bahwa dimensi kualitas jasa

dapat dibagi kedalam lima dimensi sebagai SERVQUAL.

1. Tangibles

Dimensi ini mencakup kondisi fisik fasilitas, peralatan serta penampilan

pekerja. Jasa tidak dapat diamati secara langsung, maka konsumen seringkali

berpedoman pada kondisi yang terlihat mengenai jasa melalui evaluasi.

2. Reliability

Dimensi ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan secara akurat, andal, dapat dipercaya dan bertanggungjawab atas apa

(43)

27 memenuhi janjinya. Secara umum dimensi reliabilitas merefleksikan konsistensi

dan keandalan.

3. Responsiveness

Dimensi ini mencakup keinginan untuk membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat. Dimensi ketanggapan ini

merefleksikan komitmen perusahaan untuk memberikan pelayanan yang tepat

pada waktunya. Dimensi ini berkaitan dengan keinginan dan kesiapan pekerja

untuk melayani.

4. Assurance

Dimensi ini mencakup pengetahuan dan kesopanan pekerja serta

kemampuan untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan. Dimensi ini

merefleksikan kompetensi perusahaan, keramahan kepada pelanggan, dan

keamanan operasinya. Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan jasa.

5. Emphaty

Dimensi ini menunjukkan derajat perhatian yang diberikan kepada setiap

pelanggan. Dimensi ini merefleksikan kemampuan pekerja untuk menyelami

perasaan sebagaimana jika pekerja itu sendiri mengalaminya.

3.3.2. Dimensi kualitas produk

Selain dimensi yang berkaitan dengan kualitas jasa, kita juga dapat

menentukan dimensi kualitas yang berkaitan dengan produk. Irawan (2004)

mengemukakan beberapa dimensi mengenai kualitas produk :

1. Peformance

Dimensi yang menunjukkan kepuasan atas karakteristik utama

beroperasinya produk.

2. Features

Dimensi yang menunjukkan karakteristik sekunder yang melengkapi

fungsi dasar produk.

3. Reliability

Dimensi yang menunjukkan kemungkinan produk gagal atau tidak

(44)

28

4. Confomance

Dimensi yang menunjukkan seberapa dekat kesesuaian antara desain dan

operasi produk sebagaimana spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya atau haran

produk.

5. Durability

Dimensi yang menunjukkan jumlah manfaat yang diperoleh dari produk

sebelum produk itu secara fisik memburuk atau menjadi tidak terpakai.

6. Serviceability

Dimensi yang menunjukkan kecepatan, keramahan, kompetensi dan

kemudahan direparasi.

7. Aesthetics

Dimensi yang menunjukkan unsur penilaian subyektif pribadi mengenai

bagaimana suatu produk terlihat.

8. Reputation

Dimensi yang menunjukkan citra dan reputasi umum perusahaan.

3.4. Kepuasan Konsumen

Menurut Irawan (2007), kepuasan konsumen atau satisfaction adalah kata

dari bahasa latin yaitu satis yang berarti enough atau cukup dan focere yang

berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang dapat memuaskan

adalah produk atau jasa yang sanggup memberikan suatu yang dicari oleh

konsumen pada tingkat yang cukup tinggi. Kepuasan juga dapat didefinisikan dari

perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan suatu

produk atau jasa.

Sedangkan menurut Engel dkk (1994), kepuasan pelanggan merupakan

evaluasi purna beli termasuk alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau

melampaui harapan atau ekspektasi pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul

apabila hasil tidak memenuhi harapan pelanggan. Kotler (2000) menyatakan

kepuasan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja suatu produk dengan

(45)

29 1.Jika kinerja berada di bawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas.

2.Jika kinerja sama dengan harapan maka konsumen akan puas.

3.Jika kinerja melampaui harapan maka akan sangat puas atau sangat senang.

3.4.1. Konsep Kepuasan Konsumen

Kotler (2005) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau

kecewa seseorang sebagai hasil perbandingan antara prestasi atau produk yang

dirasakan dan yang diharapkan. Menurut Engel, Blackward dan Miniard (1994),

kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih

setidaknya memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Sedangkan ketidakpuasan

adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif. Menurut Simamora

(2004), sesudah terjadinya pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan

mengalami kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen mendasarkan harapannya

kepada yang diterima oleh produk. Jika konsumen mendapatkan kenyataan yang

ternyata berbeda dengan harapannya, maka konsumen akan merasa tidak puas.

Sebaliknya, jika produk tersebut memenuhi harapan, maka konsumen akan puas.

Perusahaan menciptakan produk sebagai tanggapan dari adanya kebutuhan

dan keinginan konsumen akan suatu produk. Harapan-harapan dari pelanggan

akan produk untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya direspon oleh

perusahaan dengan menambahkan nilai-nilai tertentu pada produk tersebut yang

bertujuan untuk menberikan produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan

namun juga bernilai bagi pelanggan.

Dalam menilai tingkat kepuasan konsumen. Oliver dalam Engel,

Blackwell, dan Miniard (1994) membagi bentuk penilaian yang berbeda, yaitu :

1. Pengakuan Positif

Pengakuan positif menggambarkan prestasi yang telah dijalankan oleh

perusahaan lebih baik dari apa yang diharapkan konsumen.

2. Pengakuan Sederhana

Situasi ini menunjukkan bahwa prestasi perusahaan sama dengan apa yang

diharapkan konsumen. Pengakuan sederhana akan memberikan kepuasan kepada

Gambar

Tabel 1. Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor
Gambar 1. Model Perilaku Keputusan Konsumen
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 4. Diagram Kartesius
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bayi Paus Beluga berwarna gelap seperti lautan Arktik yang biru kelam, sehingga aman dari pemangsa. Saat dewasa warnanya putih sebagai alat penyamaran di tempat tinggalnya

KJPP yang kantor perwakilannya telah ditutup dan dinyatakan tidak berlaku tetap dapat mengajukan permohonan pembukaan kantor perwakilan dengan memenuhi ketentuan

Guru menugaskan peserta didik supaya memperlihatkan rubrik “Insya Allah Aku Bisa” dalam buku teks kepada orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf (halaman terakhir

bahwa guna optimalisasi pendapatan daerah di bidang retribusi jasa usaha khususnya retribusi tempat khusus parkir melalui pemungutan jasa parkir dengan sistim parkir

Perencanaan pembangunan masjid Jami Tuhfaturroghibin dilaksanakan untuk membantu masyarakat di lingkungan masjid, Alalak Tengah, agar renovasi atau pembangunan masjid

Demikian pula ada tujuh kemampuan generik sains yang dikembangkan, yaitu pengamatan langsung (PL), pengamatan tak langsung (PTL), kesadaran tentang skala besaran

Java bukan turunan langsung dari bahasa pemrograman manapun, juga sama sekali tidak kompetibel dengan semuanya.. Java memiliki keseimbangan menyediakan mekanisme

Buton Utara surat izin belajar/pernyataan mengikuti studi lanjut 365 15201002710242 DARWIS SDN 5 Wakorumba Utara Kab... Peserta Nama Peserta