• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Dan Karakterisasi Batako Ringan Dengan Memanfaatkan Limbah Padat Pulp Biosludge Dari PT. TPL Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Dan Karakterisasi Batako Ringan Dengan Memanfaatkan Limbah Padat Pulp Biosludge Dari PT. TPL Porsea"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PORSEA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

FARTO HUTASOIT

060801035

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: produk kerajinan dengan memanfaatkan bahan dari limbah berbentuk bangun ruang

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO

RINGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PADAT PULP BIOSLUDGE DARI PT TPL PORSEA

Kategori : SKRIPSI

Nama : FARTO HUTASOIT

Nomor Induk Mahasiswa : 060801035

Program Studi : SARJANA (SI) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 11 Januari 2011

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing Ketua

(3)

PERNYATAAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PADAT PULP BIOSLUDGE DARI PT TPL

PORSEA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, 11 Januari 2011

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan kuasa, berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul PEMBUATAN DAN

KARAKTERISASI BATAKO RINGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH

PADAT PULP (BIOSLUDGE) DARI PT TPL PORSEA yang dilaksanakan di Balai

Riset dan Standarisasi Industri sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs.Syahrul Humaidi,

M.Sc. selaku Dosen Pembimbing penulis, Bapak Drs.Herly Ginting, Ms selaku dosen

wali, Bapak Remson Saragih, Bapak Haposan Situngkir dan Ibu Rosmaida Panjaitan

selaku pembimbing lapangan di balai riset standarisasi industri tanjung morawa

medan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada kepada Ketua dan

Sekretaris jurusan Departemen Fisika Bapak Dr. Marhaposan Situmorang dan Ibu

Dra. Justinon. MSi, Dekan FMIPA USU Bapak Dr. Sutarman,MSc serta semua

Dosen dan Pegawai Departemen Fisika FMIPA USU. Tidak terlupa penulis ucapkan

terima kasih kepada kak Heni yang selalu mengasih motivasi, dan selalu

mengingatkan dalam mengerjakan skripsi saya. Ucapan terimakasih juga buat

kelompok kecil saya EFATA (Kata Ersada, Frans Lubis, Meyenny Siregar, Leo

Gultom, Oky Petrus, Rianto Nadapdap) semoga persahabatan kita tetap abadi

selamanya. Buat teman-teman saya Despaleri, Ricardo, Derlina,Trysnopensia, dan

semua mahasiswa Fisika khususnya stambuk 2006 semoga persahabatan kita tak

pernah pudar.

Akhirnya tidak terlupakan ucapan terima kasih kepada yang paling saya cintai

dan saya sayangi orang tua saya Bapak T. Hutasoit dan Ibu K. Sianturi yang telah

memberikan dukungan baik materil, moril, motivasi, dan doa. Kepada kakak saya

Sarma Hutasoit, Romauli Hutasoit, Lasria Hutasoit, Dameria Hutasoit abang saya

Manontong Hutasoit, Mangihut Hutasoit, lae Dian, lae Bunga, lae Mikael dan seluruh

keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang

telah memberikan doa, materi dan motivasi pada saya.

(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan judul Pembuatan dan Karakterisasi Batako

Ringan dengan Memanfaatkan Limbah Padat Pulp Biosludge dari PT TPL Porsea.

Dalam penelitian ini limbah padat pulp biosludge dimanfaatkan dalam pembuatan

batako ringan. Variasi komposisi limbah padat pulp biosludge terhadap pasir adalah (

0 % : 80 %, 2,5 % : 77,5% , 5 % : 75 % , 7,5 % : 72,5 %, 10 % : 70 % dan 12,5 % :

67,5) dan persentase tetap semen adalah 20 %. Pengujian yang dilakukan adalah

terdiri dari sifat fisis (densitas dan daya serap air) dan sifat mekanik (kuat tekan, kuat

patah dan kekerasan). Pengeringan sampel dilakukan selama 28 hari. Dari hasil

penellitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pada komposisi biosludge 0 %, 2,5 %

dan 5 % dapat meningkatkan kualitas batako ringan jika dibandingkan dengan batako

ringan normal. Pada komposisi biosludge 12,5 % nilai densitas batako ringan yang

diteliti dapat mengimbangi kualitas batako ringan normal.

(6)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF LIGHTWEIGHT CONCRETE BLOCKS WITH UTILIZING SOLID WATE PULP BIOSLUDGE

OF PT TPL PORSEA

ABSTRACT

The research done with the title Preparation and Characterization of

Lightweight Concrete blocks with Utilizing Solid Waste Pulp Biosludge of PT TPL

Porsea. In this study solid waste pulp biosludge utilized in the manufacture of

lightweight concrete blocks. Variations of solid waste composition of the sand is

biosludge pulp (0%: 80%, 2.5%: 77.5%, 5%: 75%, 7.5%: 72.5%, 10%: 70%, and 12,

5%: 67.5) and a fixed percentage of cement is 20%. Tests conducted is composed of

physical properties (density and water absorption) and mechanical properties

(compressive strength, fracture strength and hardness). Drying the sample conducted

for 28 days. From penellitian results show that the utilization on the composition

biosludge 0%, 2.5% and 5% can improve the quality of lightweight concrete blocks

when compared with normal light brick. On the composition of 12.5% biosludge

density values observed light brick can offset normal quality lightweight concrete

blocks.

(7)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 2

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Tempat Penelitian 3

1.7 Sistematika Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bata Beton 5

2.1.1 Pengertian Bata Beton (Batako) 5

2.1.2 Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan 10

2.2 Limbah padat pulp 11

2.3 Semen 15

2.3.1 Jenis-Jenis Semen 16

2.4 Agregat 17

2.5 Pasir 18

2.6 Air 19

(8)

2.7 Karakterisasi Bahan 20

2.7.1 Sifat Fisis

2.7.1.1 Densitas 21

2.7.1.2 Daya Serap Air 21

2.7.2 Sifat Mekanik 21

2.7.2.1 Kuat Tekan 21

2.7 2.2 Kuat Patah 22

2.7.2.3 Kekerasan 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat 24

3.1.2 Bahan 25

3.2 Diagram Alir Penelitian 26

3.3 Variabel Eksperimen

3.3.1 Variabel Penelitian 27

3.3.2 Variabel Percobaan yang Diuji 27

3.4 Prosedur Pembuatan Sampel

3.4.1 Pengeringan Limbah Padat Pulp Biosludge 27

3.4.2 Penggilingan 27

3.4.3 Pengayakan 27

3.4.4 Penimbangan 28

3.4.5 Pencampuran 28

3.4.6 Peencetakan 28

3.4.7 Pengeringan Sampel 28

3.5 Pengujian Sampel 28

3.5.1 Pengujian Densitas 29

3.5.2 Pengujian Daya Serap Air 29

3.5.3 Pengujian Kuat Tekan 29

3.5.4 Pengujian Kuat Patah 30

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Densitas 32

4.2 Pengujian Daya Serap Air 34

4.3 Pengujian Kuat Tekan 36

4.4 Pengujian Kuat Patah 38

4.5 Pengujian Kekerasan 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 42

5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal

sebagai bahan bangunan dinding menurut SNI-3-

0349-1989 7

Tabel 2.2 Komposisi limbah padat pulp biosludge 15

Tabel 2.3 Batas dan izin air untuk campuran beton 20

Tabel 4.1 Data hasil pengujian densitas 32

Tabel 4.2 Data hasil pengujian daya serap air 34

Tabel 4.3 Data hasil pengujian kuat tekan 36

Tabel 4.4 Data hasill pengujian kuat patah 38

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Batako berlubang dan batako padat 5

Gambar 2.2 Batako trass/putih 6

Gambar 2.3 Batako semen 7

Gambar 2.4 Bata beton (batako) ringan 10

Gambar 2.5 Serbuk limbah padat pulp dreg 13

Gambar 2.6 Serbuk limbah padat pulp grit 14

Gambar 2.7 Serbuk limbah padat pulp biosludge 14

Gambar 2.8 Skematis pengujian kuat patah 23

Gambar 4.1 Grafik densitas pada batako ringan terhadap variasi

persentase limbah padat pulp biosludge 33

Gambar 4.2 Grafik daya serap air pada batako ringan terhadap

variasi persentase limbah padat pulp biosludge 35

Gambar 4.3 Grafik kuat tekan pada batako ringan terhadap variasi

persentase limbah padat pulp biosludge 37

Gambar 4.4 Grafik kuat patah pada batako ringan terhadap variasi

persentase limbah padat pulp biosludge 39

Gambar 4.5 Grafik kekerasan pada batako ringan terhadap variasi

(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan judul Pembuatan dan Karakterisasi Batako

Ringan dengan Memanfaatkan Limbah Padat Pulp Biosludge dari PT TPL Porsea.

Dalam penelitian ini limbah padat pulp biosludge dimanfaatkan dalam pembuatan

batako ringan. Variasi komposisi limbah padat pulp biosludge terhadap pasir adalah (

0 % : 80 %, 2,5 % : 77,5% , 5 % : 75 % , 7,5 % : 72,5 %, 10 % : 70 % dan 12,5 % :

67,5) dan persentase tetap semen adalah 20 %. Pengujian yang dilakukan adalah

terdiri dari sifat fisis (densitas dan daya serap air) dan sifat mekanik (kuat tekan, kuat

patah dan kekerasan). Pengeringan sampel dilakukan selama 28 hari. Dari hasil

penellitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pada komposisi biosludge 0 %, 2,5 %

dan 5 % dapat meningkatkan kualitas batako ringan jika dibandingkan dengan batako

ringan normal. Pada komposisi biosludge 12,5 % nilai densitas batako ringan yang

diteliti dapat mengimbangi kualitas batako ringan normal.

(13)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF LIGHTWEIGHT CONCRETE BLOCKS WITH UTILIZING SOLID WATE PULP BIOSLUDGE

OF PT TPL PORSEA

ABSTRACT

The research done with the title Preparation and Characterization of

Lightweight Concrete blocks with Utilizing Solid Waste Pulp Biosludge of PT TPL

Porsea. In this study solid waste pulp biosludge utilized in the manufacture of

lightweight concrete blocks. Variations of solid waste composition of the sand is

biosludge pulp (0%: 80%, 2.5%: 77.5%, 5%: 75%, 7.5%: 72.5%, 10%: 70%, and 12,

5%: 67.5) and a fixed percentage of cement is 20%. Tests conducted is composed of

physical properties (density and water absorption) and mechanical properties

(compressive strength, fracture strength and hardness). Drying the sample conducted

for 28 days. From penellitian results show that the utilization on the composition

biosludge 0%, 2.5% and 5% can improve the quality of lightweight concrete blocks

when compared with normal light brick. On the composition of 12.5% biosludge

density values observed light brick can offset normal quality lightweight concrete

blocks.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Meningkatnya perkembangan industri pulp dan kertas di Indonesia telah membawa

dampak terhadap meningkatnya permasalahan lingkungan yang di sebabkan oleh

pencemaran limbah terutama biosludge industri pulp. Oleh karenanya dalam upaya

terpeliharanya kualitas lingkungan industri pulp harus meingkatkan pengelolaan

limbahnya melalui pengolahan yg lebih efektif dan kemungkinannya untuk

dimanfaatkan menjadi material lainnya. (Syamsudin, 2007).

Limbah padat biosludge industri pulp dan kertas mempunyai karakteristik

yang tergantung dari bahan baku, sumber proses dan produk yang dihasilkan dari

sumber tersebut. Limbah padat biosludge yang dihasilkan industri pulp dan kertas

berasal dari proses pencucian / penyaringan bubur pulp (reject screen) dan hasil

instalasi pengolahan limbah.

P.T. Toba Pulp Lestari berlokasi di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Toba

Samosir, Indonesia yang memiliki kinerja produksi perusahaan pulp 0,2 juta ton pulp

pada tahun 2008 (APKI, 2008). Limbah padat biosludge adalah limbah padat serat

pendek yang masih memilki kadar serat tinggi yang selama ini limbah padat biosludge

tersebut belum optimal pemanfaatannya, sebagian kecil dimanfaatkan menjadi bahan

bakar alternatif sebagai pengganti batu bara dan sebagai landfill pada area yang telah

disediakan, sedangkan sisanya ditimbun begitu saja. Apabila keadaan ini dibiarkan

terus semakin lama pabrik akan kekurangan lahan untuk penimbunan limbah sehingga

terjadi pencemaran lingkungan. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasi

permasalahan tersebut, salah satu alternatif adalah dengan memanfatkan limbah padat

(15)

Dengan memanfaatkan limbah padat pulp biosludge dalam pembuatan batako

ringan diharapkan mampu menghasilkan bata kontruksi dengan kualitas yang baik dan

dapat digunakan dalam bangunan seperti batako yang terbuat dari bahan dasarnya

tanpa ada campuran limbah. Maka dari itu, peneliti mengambil judul “ Pembuatan dan

Karakterisasi Batako Ringan dengan Memanfaatkan Limbah Padat Pulp Biosludge

dari PT TPL Porsea” sebagai penelitian.

1.2 PERMASALAHAN

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh pemanfaatan limbah padat pulp (biosludge) terhadap

sifat fisik dan mekanik batako ringan.

1.3 BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini :

a. Bahan campuran yang digunakan adalah pasir dengan persentase

komposisi yang berbeda yaitu : ( 80 %, 77,5 %, 75 %, 72,5 %, 70 %,

67,5 % ) biosludge 0 %, 2,5 %, 5 %, 7,5 %, 10 %, 12,5 % dan semen

dengan persentase tetap 20 %.

b. Melakukan pengujian sifat fisis dan mekanik terhadap batako ringan

meliputi:

1. Sifat fisis : densitas dan daya serap air

2. Sifat mekanik : kuat tekan, kuat patah dan kekerasan

1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memanfaatkan limbah padat pulp biosludge sebagai bahan

(16)

b. Untuk mengetahui pengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik yang

divariasikan komposisi semen Portland, pasir dan limbah padat pulp

(biosludge)

c. Untuk mengurangi massa dari batako.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif konstruksi bangunan yang

dapat memanfaatkan limbah padat pulp (biosludge) dalam pembuatan batako ringan

dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pengembangan dan

pemanfaatan limbah padat pulp biosludge dari P.T. TPL Porsea.

1.6 TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri, Tanjung

Morawa, Medan.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan masalah

yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan

untuk proses pengambilan data, analisa data serta pembahasan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian,

diagram alir penelitian, prosedur penelitian, pengujian sampel.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa data

(17)

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bata Beton

2.1.1 Pengertian Bata Beton (Batako)

Bata beton (batako) salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang

pengerasannya tidak dibakar dengan bahan campuran yang berupa pasir, semen, air

dan dalam pembuatan tambahan lainnya dapat ditambahkan dengan bahan lainnya

(aditive). Pembuatan batako dilakukan pencetakan sehingga menjadi bentuk balok,

silinder, atau yang lainnya dengan ukuran tertentu dimana proses pengerasannya tanpa

melalui tanpa pembakaran yang digunakan sebagai bahan pasangan untuk dinding.

Mutu batako sangat dipengaruhi oleh komposisi dari penyususn-penyusunnya

disamping itu dipengaruhi oleh cara pembuatannya yaitu melalui proses manual (cetak

tangan) dan pres mesin. Perbedaan dari proses pembuatan ini dapat dilihat dari

kapadatan permukaannya. Batako terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Istilah

batako berhubungan dengan bentuk persegi panjang yang digunakan untuk dinding

beton. Batako dapat digolongkan menjadi dua kelompok :

Batako padat Batako berlubang

Gambar 2.1 Batako berlubang dan batako padat

Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako

padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang

(19)

dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat

untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu

keunggulan lain batako berlubang adalah tahan terhadap panas dan suara.

Batako merupakan batu cetak yang tidak dibakar, berdasarkan bahan bakunya

batako dibedakan menjadi 3 yaitu: batako tras/putih, batako semen, batako ringan.

1. Batako trass/putih

Batako putih terbuat dari campuran trass, batu kapur, dan air, sehingga sering

juga disebut batu cetak kapur trass. Trass merupakan jenis tanah yang berasal dari

lapukan batu-batu yang berasal dari gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada

juga yang putih kecokelatan. Ukuran batako trass yang biasa beredar di pasaran

memiliki panjang 20cm–30cm, tebal 8cm–10cm, dan tinggi 14cm–18cm.

Gambar 2.2 Batako trass / putih

2.Batako semen

Batako semen dibuat dari campuran semen dan pasir. Ukuran dan model lebih

beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako ini biasanya menggunakan dua

lubang atau tiga lubang disisinya untuk diisi oleh adukan pengikat. Nama lain dari

batako semen adalah batako pres, yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pres

mesin dan pres tangan..

Di pasaran ukuran batako semen yang biasa ditemui memiliki panjang 36cm–

40cm, tinggi 18cm–20cm dan tebal 8cm–10cm. (Susanta,G. 2007).

Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (1982) pasal 6,

(20)

lembab”. Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock (concrete block) atau batu cetak

beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau

pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak

sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk

pasangan dinding”. Sedangkan Frick Heinz dan Koesmartadi berpendapat bahwa: ”

Batu-batuan yang tidak dibakar, dikenal dengan nama batako (bata yang dibuat secara

pemadatan dari trass, kapur, air)”.

Gambar 2.3 Batako semen

Berdasarkan SNI-3-0349-1989, persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai

bahan bangunan dinding dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan

dinding menurut SNI-3-0349-1989

Mutu Kuat Tekan minimum (MPa)

I 9,7

II 6,7

III 3,7

IV 2

Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton (batako), persyaratan nilai

penyerapan air maksimum adalah 25%.(Sumaryanto, D. Satyarno,I. &

Tjokrodimulyo,K. 2009).

3. Batako ringan

Teknik bata beton ringan pertama kali dikembangkan oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943. Melalui produk Hebel, bata beton ringan pun mendapat

(21)

kapur, pasir, silika, semen, air berikut bahan pengembangan yang dicampur dalam

proses “Steam Curing”, yaitu sintesa kimiawi gas hidrogen yang menciptakan

pori-pori kecil pada cetakan adonan bata beton ringan. Meski berbasis beton, namun justru

memiliki berat jenis lebih ringan ketimbang material baja, beton bertulang, batu bata,

batako, bahkan kayu. Bila beton ringan digunakan sebagai elemen non-struktur seperti

dinding partisi, maka beban yang diterima elemen struktural seperti plat, justru dapat

mengurangi massa total struktur yang menyebabkan beban menjadi lebih kecil

sehingga desain akan menjadi lebih ringan. Selain itu material ini juga memiliki

karakter sebagai isolator kebisingan maupun panas yang baik sehingga tidak mudah

terbakar sampai lebih dari 3jam.

Ketahanan bata beton ringan terhadap gaya vertikal dan horizontal gempa

setidaknya baru-baru ini berhasil diujikan oleh staff pengajar Rekayasa Struktur

Fakultas Teknik Sipil (ITB). Melalui pengujian perilaku panel dinding dan lantai

Hebel berikut diagframa sambungan terhadap efek lentur, terbukti bahwa panel panel

beton ringan sangup menyalurkan beban lentur dan geser gempa.

Keunggulan Hebel (Bata beton Ringan) adalah :

a. Kuat

b. Ringan

c. Ekonomis

d. Ukuran akurat

e. Kedap Suara

f. Tahan Lama

g. Tahan Panas dan Api

h. Hemat Energi

i. Mudah Pengerjaan

j. Ramah Lingkungan

Spesifikasi produk Hebel, terdiri atas :

1. Blok Hebel (Beton ringan dan kuat pengganti batu bata.

Memberikan keakuratan, kekuatan, ekonomis, kemudahan dan

kecepatan pemasangan, serta kerapian dalam membangun rumah

(22)

2. Blok Jumbo (Beton ringan pengganti batu bata dengan ukuran

jumbo Memastikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai).

3. Panel Lantai (yang masif dan bertulang merupakan produk

pengganti plat lantai beton yang praktis, cepat, dan efisien dan

berfungsi sebagai lantai. Tanpa proses pengecoran yang

memungkinkan adanya aktifitas di ruang bawah sewaktu pekerjaan

berlangsung, keramik pun juga dapat langsung dipasang diatasnya).

4. Panel Dinding (memberikan banyak keuntungan untuk pemakaian

dinding internal maupun eksternal. Dengan pemasangan yang

efisien dan hemat).

5. Anak Tangga (berfungsi sebagai pijakan penghubung antar lantai

bawah dan lantai atas. Bentuk yang solid dan akurat memudahkan

penyusunan dengan tingkat kerapian tinggi serta keragaman

penyusunan anak tangga sesuai keinginan dan keterbatasan ruang.

Tidak memerlukan balok tangga dan pondasi, cukup menumpu di

atas blok Hebel).

6. Lintel Hebel (balok horizontal berupa beton ringan yang solid,

mudah dipasang serta mempunyai kemampuan memikul beban,

terletak di atas area bukaan dinding seperti pintu, jendela, atau

diantara dua kolom).

7. Modular Panel (berukuran seluas modul struktur bidang dinding

sangat sesuai untuk fasad dinding bangunan tingkat tinggi,

perumahan, komersial maupun untuk sound barrier wall dan

dinding pagar. Beratnya yang ringan, hanya 1/3 dari beton pracetak

konvensional sehingga mengurangi beban terhadap struktur utama).

Ciri – ciri Blok Hebel adalah :

a. Ukuran akurat

b. Bentuk lurus, tidak lengkung

c. Sudut-sudut blok siku

d. Permukaan lebih halus, pori-pori lebih rapat.

e. Tiga sisi tepi blok tidak bersisik/ rata (sisi atas, bawah, depan)

(23)

g. Berat per blok lebih ringan

h. Produk lebih varian (blok, jumbo blok, panel, lintel, anak tangga, modular

panel)

i. Terdapat logo embos Hebel

j. Mengapung bila diletakkan di air

Contoh bata beton ringan dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Gambar bata beton (batako) ringan

(http://winnerfirmansyah.wordpress.com/2010/01/03/beton-ringan-support-material/)

2.1.2 Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan.

Di Indonesia (1982) pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan

mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”. Menurut SNI 03-0349-1989,

“Conblock (concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang

dibuat dari campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan

tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan

dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”. Sedangkan Frick Heinz dan

Koesmartadi (1999: 96) berpendapat bahwa: ” Batu-batuan yang tidak dibakar,

dikenal dengan nama batako (bata yang dibuat secara pemadatan dari trass, kapur,

air)”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian

(24)

pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,

semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan limbah padat industri

pulp dreg dan grit dengan campuran bottom ash sebagai bahan pengisi antara

campuran tersebut atau bahan tambah lainnya (aditive). Kemudian dicetak melalui

proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan

dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya

ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau

hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat

dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.

2.2 Limbah Padat Pulp

Limbah padat pulp adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur

atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari

kegiatan industri dan domestik. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit

tiruan, plastik, gelas/kaca dan lain-lain. Sumber-sumber dari limbah padat meliputi

seperti pabrik gula, pulp, kertas, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging.

Secara garis besar limbah padat terdiri dari:

a. Limbah padat yang mudah terbakar.

b. Limbah padat yang sukar terbakar.

c. Limbah padat yang mudah membusuk.

d. Limbah padat yang dapat di daur ulang.

e. Limbah radioaktif.

f. Lumpur.

(www.scribd.com/doc//pengertian limbah padat)

Pulp (bubur kertas) adalah hasil pemisahan serat selulosa dari bahan

pencampur (lignin dan pentosan) pelepasan bentuk bulk menjadi serat atau kumulan

(25)

Limbah padat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan

berbentuk padatan atau semi padatan. Limbah padat merupakan campuran dari

berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang

berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang berasal dari industri.

(Ricki M, Mulia, 2005)

Pulp adalah produk utama kayu. Pulp merupakan kumpulan serat-serat yang

diambil dari bagian tanaman yang digunakan untuk pembuatan kertas. Kayu sebagai

bahan dasar industri kertas mengandung beberapa komponen antara lain:

a. Selulosa, tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang yang

merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas karena

panjang dan kuat.

b. Hemiselulosa, tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang.

Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam

proses pulping.

c. Lignin, jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat

selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan

menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selulosa secara signifikan.

d. Ekstraktif, meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain.

Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah

toksik akut dalam efluen industri kertas.(Rini,D.S 2002 Minimasi Limbah

Dalam Industri Pulp and paper (http://www.terranet.or.id/tulisan detil php

id=1036).

Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan proses mekanis, kimia,

dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan

dengan menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal

diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Pada pembuatan

pulp dengan cara mekanis kekuatan dan derajat putih kertas tidak diutamakan

sehingga cocok pada pembuatan koran dan tisu.

Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses

kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan

(26)

dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih

banyak (lignin, ekstraktif, dan mineral). Pembuatan pulp dengan cara kimia kekuatan

dan derajat putih kertas lebih diutamakan, cocok untuk kertas tulis (HVS).

Limbah padat pulp adalah limbah yang diperoleh dari sisa-sisa pengolahan

industri pulp. Limbah tersebut dalam bentuk padat yang disebut dengan dreg, grit dan

biosludge.

1. Dreg

Dreg adalah material padat yang berwarna kehitaman merupakan bahan

endapan dari green liquor yaitu smelt yang dilarutkan dengan weak wash dari lime

mud washer. Kandungannya silica dan residu organik yang tidak sempat terbakar

dalam boiler. Bahan ini kaya akan karbon karena tidak bereaksi. Dreg mempunyai

berat jenis 1,92 g/cm2 . Dreg yang digunakan dalam penelitian adalah dalam bentuk

serbuk lolos 100 mesh.dapat dilihat bentuk serbuk lolos 100 mesh.

Gambar 2.5. Serbuk limbah padat pulp dreg

2. Grit

Grit berasal dari proses recoustisizing, yang tidak bereaksi antara green liquor

dan kapur tohor, berwarna abu abu, kandungan utamanya adalah bata dan pasir yang

mengandung hidroksida. Grit mempunyai berat jenis 1,88 g/cm2. Grit yang digunakan

peneliti dalam penelitian adalah dalam bentuk serbuk lolos 100 mesh, dapat kita lihat

(27)

Gambar.2.6. Serbuk limbah padat pulp Grit

3. Biosludge

Biosludge merupakan limbah dari proses pembuatan pulp yang berupa

campuran dari endapan limbah cair, berwarna coklat kehitaman, kandungan utamanya

adalah selulosa dan bakteri yang mati. Biosludge mempunyai berat jenis 1,65 g/cm2.

(28)

Komposisi kimia dari biosludge dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini

Tabel. 2.2. Komposisi limbah padat pulp biosludge

No Komponen Kimia Komposisi (%)

1 C 41

2 Na2O 0,21

3 MgO 2,8

4 Al2O3 1,8

5 SiO2 3,8

6 P2O5 0,28

7 SO3 0,84

8 Cl 0,16

9 K2O 0,17

10 CaO 48

11 TiO2 0,073

12 MnO 0,23

13 Fe2O3 0,98

14 NiO 0,008

15 ZnO 0,015

16 As2O3 0,004

17 Rb2O 0,002

18 SrO 0,043

19 ZrO2 0,012

(Sumber : Perdinan Sinuhaji) Limbah Padat pulp yang digunakan peneliti adalah Biosludge.

2.3 Semen

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta

susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

semen non hidrolik dan semen hidrolik.

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan

tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur.

(29)

dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen

terak, semen alam, semen Portland, semen Portland pozzolan, semen Portland terak

tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. (Tri Mulyono, 2004)

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan bnyak digunakan dalam

pembangunan fisik desektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi

pasta semen. Jika ditambah agregas halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika

digababungkan dengan agregat kasar akan menjadi beton keras (concrete).

2.3.1 Jenis-Jenis Semen

1. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu

kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi

yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan berkuat tekan tinggi. Bahan utama

pembentuk semen portland adalah : kapur (CaO), silika (SiO3), alumina

(Al2O3), magnesium oksida (MgO) dan besi oksida (Fe2O3). Semen ini biasa

digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan

persentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I-V.

a. Tipe I (Ordinary Portland Cmennt)

Semen jenis ini merupakan semen hidrolis yang dipergunakan secara

luas untuk konstruksi umum, seperti bangunan perumahan, jembatan jalan

raya dan lain-lain.

b. Tipe II (Moderate heat Portland Cement)

Semen ini mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi

sedang. MIsalnya untuk bangunann dipinggir laut, tanah rawa, bendungan

dan saluran imigrasi.

c. Tipe III (High Early Strenght Portlang cement)

Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk

memenuhi kebutuhan bangunann yang memerlukan kekuatan tekan awal

yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan

penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan

jalan rayam bangunan tingkat tinggi dan Bandar udara.

d. Tipe IV (Low heat Portland Cement)

Semen ini merupakan semen dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis

(30)

seendah-rendahnya. Jenis ini digunakan untuk bangunan beton massa

seperti bendungan-bendungan.

e. Tipe V (Shulphato Resistant Portland Cement)

Semen jenis ini dipakai untuk kontruksi bangunan-bangunan tanah/air

yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi

pengolahan limbah pabrik, kobntruksi dalam air, terowongan, pelabuhan.

2 Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu

yang digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing)m atau pengisi.

Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

3. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang

digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat

maupun di lepas pantai.

4. Mixed dan fly ash adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly

ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran

batubara yang mengandung amorphoussilika,aluminium oksida, besi oksisda

dan oksida lainnnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan

sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

2.4 Agregat

Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan

besar ukurannya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80% volume

agregat. Jenis agregat dibedakan atas: agregat kasar (kerikil dan batu pecah) dan

agregat halus (pasir alami dan buatan). ( Nawy, Edward.G, 1998)

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan

lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahan terhadap benturan, yang dapat

mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan

air yang mempengruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin

dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.

Agregat yang banyak digunakan karena sifatnya yang ekonomis adalah pasir

(31)

dasar sungai-sungai maupun sebagai peninggalan ketika es mencair. Agregat

merupakan komponen beton atau bata beton yang mempunyai pengaruh terhadap

ketahanan bata konstruksi. . (Murdock, L.J & Brook, K.M, 1991).

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam dan

agregat buatan. Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya , yaitu,

agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar

berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,

dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80

mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregrat kasar adalah batuan

yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm) dan agregat halus adalah

batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar

dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua : yang berdiameter antara 4.80-40 mm disebut

kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil

dari 40mm. Agregat yang ukurannnya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk

pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tangul-tanggul penahan tanah,

bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus dinamakan pasir dan agregat

kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah dan lainnya. (Mulyono, 2004).

2.5 Pasir

Pasir merupakan agregat halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 mm -5

mm, diperoleh dari batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya

(artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat terjadinya. Pasir alam

dapat dibedakan atas pasir galian, pasir sungai dan pasir laut.

Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk

pembuatan bata konstruksi. Pasir ini terbentuk ketika batu-batu dibawa arus sungai

dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat juga digali dari laut asalkan

pengotoran serta garam-garamnya (khlorida) dibersihkan dan kulit kerang disisihkan.

(32)

a. Pasir gunungan, pasir ini ditemukan di daerah-daerah yang terletak

agak tinggi. Banyak mengandung kerikil.

b. Pasir sungai, jenis pasir ini yang mempunyai butiran yang tak merata.

Pasir ini sangat baik untuk membuat mortel (adukan) karena

unsure-unsur pengikatnya dapat mencekal dengan baik pada permukaan kasar

butiran tersebut.

c. Pasir laut, jenis pasir ini banyak mengandung kapur karena sisa-sisa

kulit kerang.

d. Pasir gunungan tepi pantai, pasir ini juga sama dengan pasir laut

banyak mengandung kapur. Pasir gunungan tepi pantai adalah apsir

yang terbawa angin. Pembulatan butir-butir disebabkan oleh arus laut

dan terpaan ombak.

e. Pasir perak, pasir ini banyak menamakkan kilapan. Ini banyak

digunakan sebagai penghias pada dinding dan langit-langit.

f. Pasir lembek, jenis pasir ini merupakan pasir halus dengan butiran

bulat, yang sedikit mengandung tanah liat namun banyak mengandung

lumpur, dan mengandung air.

g. Pasir timah, Pasir ini merupakan pasir yang dihanyutkan oleh air hujan

dan sisa-sisa humus berwarna abu-abu timah..

2.6 Air

Air yang diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi

semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Air

yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang

mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar gatram, minyak gula,

aytau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan

kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan. Air yang

berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,

sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai

seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton. Untuk air yang tidak

(33)

kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air

standar/suling. (Mulyono, 2004)

Air yang digunakan dapat berupa air tawar, air laut maupun air limbah, asalkan

memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat,

klorida dan bahan lainnya yang dapat merusak beton. Sebaiknya digunakan

air yang dapat diminum.

2. Air yang keruh sebelum digunakan harus diendapkan selama minimal 24

jam atau jika bisa, disaring terlebih dahulu.

Tabel. 2.3 Batas dan Izin Air Untuk Campuran Beton Kandungan air Batas yang diizinkan

pH 4,5-8,5

Bahan Padat 2000 ppm

Bahan Terlarut 2000 ppm

Bahan Organic 2000 ppm

Minyak 2 % berat semen

Sulfur 10000 ppm

Chlor (Cl) 10000 ppm

(Sumber : Khairul Lakum 2009)

Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga sebagai

bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras. Oleh karena

itu, air sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengerjaan bahan. Tanpa air, konstruksi

bahan tidak akan terlaksana dengan baik dan sempurna.

2.7 Karakterisasi Bahan

Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka perlu

(34)

penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (densitas dan daya serap air),

pengujian sifat mekanis (kuat tekan, kekerasan dan kuat patah).

2.7.1 Sifat Fisis 2.7.1.1 Densitas

Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering

didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (v).

Secara matematis densitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana: = Densitas (gram/cm3)

m = Massa sampel (gram)

v = Volume sampel (cm3)

2.7.1.2Daya Serap Air

Besar kecilnya penyerapan air pada sampel sangat dipengaruhi oleh pori-pori

atau rongga. Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam sampel maka akan

semakin besar pula penyerapan airnya sehingga ketahanannya akan berkurang.

Pengukuran daya serap air merupakan persentase perbandingan antara selisih massa

basah dengan massa kering. Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :

Di mana : mb = massa basah benda uji (gr)

mk = massa kering benda uji (gr)

2.7.2 Sifat Mekanik 2.7.2.1 Kuat Tekan

Kuat tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam

(35)

kuat tekan dapat dilihat pada gambar 2.2. Bentuk sampel uji biasanya berbentuk

silinder.

Persamaan untuk pengujian kuat tekan dengan menggunakan Universal Testing

Machine adalah sebagai berikut:

Dimana :

F = Beban maksimum (N).

A = Luas bidang permukaan (m2) = 4 π

(d)2

d = diameter silinder (m).

2.7.2.2. Kuat Patah (Bending Strength)

Pengukuran kuat patah (bending strength) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut : (Sijabat K, 2007):

σ

f= 2

2 3

bh PL

2.42.4 2.42.4

Di mana:

σ

f = Kuat Patah (N/cm

2 )

P = Beban maksimum yang diberikan (kgf)

L = Jarak kedua titik tumpu (cm)

(36)

Skematis pengujian kuat patah dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Skematis pengujian kuat patah 2.7.2.3. Kekerasan

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties)

dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk

material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force).

Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban

identasi atau penetrasi (penekanan). Di dunia teknik, umumnya pengujian kekerasan

menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni: Brinnel, Rockwell,

Vickers dan Micro Hardness (jarang sekali dipakai).

Pengujian kekerasan yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Brinnel

yang bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan

material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji

tersebut (speciment). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukkan bagi material yang

memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dari nilai tersebut maka

disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers.

Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk material

bukan besi lama pengujian adalah 30 detik. Kekerasan menyatakan ketahanan suatu

bahan untuk menahan beban atau penetrasi penekanan.

Pada metoda Brinnel, sebuah peluru baja ditekankan pada permukaan benda

uji yang licin dengan suatu gaya tertentu. Metode Brinnel tidak dapat dipakai untuk

bahan-bahan yang sangat keras, oleh karena peluru baja yang dikeraskan itu terlalu

banyak berubah bentuknya, yang memberikan hasil yang tidak dapat diandalkan.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Alat Penggiling Crusibel

Berfungsi untuk pembutiran biosludge

2. Mixer

Berfungsi untuk mengaduk semua bahan agar bersifat homogen

3. Cetakan kubus dan silinder

Cetakan kubus (panjang = 11,15 cm dan lebar = 2,35 cm)

Cetakan silinder (diameter = 5 cm)

Berfungsi sebagai tempat untuk mencetak sampel batako

4. Jangka sorong

Berfungsi untuk mengukur diameter, panjang, lebar, dan tinggi sampel

batako

5. Neraca analitis

Berfungsi untuk menimbang bahan/sampel batako

6. Ayakan 100 mesh

Berfungsi untuk menghaluskan bahan biosludge dan pasir

7. Wadah

Berfungsi sebagai tempat pengolahan sampel batako

8. Alat Uji Kuat Patah

Berfungsi untuk menguji kekuatan patah sampel

9. Alat Uji Kekerasan (Equtip Hardness Tester zurich switzerland SN

716-0915)

Berfungsi untuk menguji kekerasan sampel batako

10. Alat Uji Kuat Tekan (Universal Testing Machine)

(38)

11. Alat Pengepresan (150 kgf)

Berfungsi untuk menekan sampel batako yang berada dalam cetakan

agar menjadi lebih padat.

3.1.2 Bahan

1. Limbah padat pulp biosludge yang diperoleh dari P.T. TPL Porsea

2. Semen Portland

3. Pasir sungai

(39)

3.2 Diagran alir Penelitian

Pasir diayak dengan ayakan 100

mesh

Semen Portland

Air Biosludge digiling

dengan mesin penggiling Crusibel

Hasil dan analisa data

Pengujian Pengeringan 28 hari

Pencetakan Di ayak dengan ayakan 100 mesh

Penimbangan

Pencampuran

Pengujian Fisis:

Densitas Daya serap air

Pengujian Mekanik:

Kuat Tekan Kuat Patah Kekerasan

(40)

3.3 Variabel Eksperimen 3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian dalam pembuatan batako ringan ini adalah komposisi

biosludge terhadap pasir : (0 : 80) ; (2.5 : 77.5) ; (5 : 75) ; (7.5 : 72.5) ; (10: 70) ;

(100 : 0). Komposisi semen sebagai penguat konstan, yaitu 20 % dari berat sampel

dengan perbandingan semen dan agregat (pasir dan biosludge) adalah 1 : 4.

3.3.2 Percobaan yang Diuji a. Sifat Fisis

1. Densitas (Density)

2. Daya serap air (Water absorbtion)

b. Sifat Mekanik

1. Kuat Tekan (Compressive Strength)

2. Kekerasan (Hardness Strength)

3. Kuat Patah (Bending Strength)

3.4 Prosedur Pembuatan Sampel

3.4.1 Pengeringan limbah padat pulp biosludge

Limbah padat pulp yang diperoleh dari PT TPL Porsea berupa biosludge

terlebih dulu dikeringkan dengan bantuan sinar matahari sampai tidak mengandung

air, agar bentuk padatan limbah ini mudah digiling atau dijadikan serbuk.

3.4.2 Penggilingan

Biosludge yang sudah kering kemudian digiling dengan menggunakan alat

crusibel dengan tujuan menghasilkan butiran halus .

3.4.3 Pengayakan

Biosludge yang sudah digiling diayak dengan menggunakan alat ayakan jenis

Retsch Test Sieve A Smell 150 micron, untuk memisahkan butiran kasar dan halus

dari hasil gilingan. Kemudian butiran halus ini lah yang akan digunakan untuk

(41)

3.4.4 Penimbangan

Semua bahan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Komposisi

pasir dan limbah padat biosludge ditimbang dengan variasi berbeda-beda dari

komposisi 1 sampai dengan komposisi 6. Pada komposisi 1 80 % pasir dan 0 %

biosludge, komposisi 2 77.5 % pasir dan 2,5 % biosludge begitu seterusnya sampai

dengan komposisi 6. Begitu juga semen ditimbang 20% untuk semua sampel

3.4.5 Pencampuran

Bahan-bahan yang telah ditimbang, dilakukan pencampuran dengan komposisi

yang telah divariasikan, kemudian diaduk, dengan tujuan agar bahan yang telah

dicampur menjadi merata dengan bahan lain. Setelah bahan ini sudah tercampur rata,

ditambahkan air secukupnya untuk merekatkan bahan supaya saling mengikat.

Penambahan air disini sangatlah berpengaruh pada proses pencetakan sampel.

3.4.6 Pencetakan

Bahan yang telah dicampur, kemudian dituang kedalam dua bentuk cetakan,

yaitu cetakan silinder dan kubus. Cetakan silinder dengan diameter 5 cm digunakan

pada pengujian penyerapan air, densitas, kekerasan dan kuat tekan, dimana masing –

masing pengujian digunakan 3 buah sample. Contoh sampel dalam bentuk silinder

dapat dilihat pada lampiran 3.2 .

Cetakan kubus digunakan untuk pengujian kuat patah. Dalam pengujan kuat

patah sampel yang digunakan sebanyak 3 buah. Sampel berbentuk kubus yang sudah

dicetak dapat dilihat pada lampiran 3.3.

3.4.7 Pengeringan sampel

Sample yang telah dicetak, dikeringkan pada suhu ruangan (27 oC) dan

terhindar dari sinar matahari secara langsung untuk menghindari penguapan yang

relative cepat, atau dengan kata lain mengurangi kecepatan penguapan sehingga

mencegah keretakan pada sampel. Pengeringan sampel dilakukan selama 28 hari.

3.5 Pengujian sampel

Setelah pengeringan sample selama 28 hari dilakukan pengujian fisis (densitas

(42)

3.5.1 Pengukuran Densitas

Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Pengukuran

densitas dilakukan menggunakan sampel bentuk silinder dengan membandingkan

massa sampel dan volume sampel. Pengujian dilakukan setelah batako dikeringkan

selama 28 hari. jumlah bata yang diuji terdiri dari : 3 buah batako dengan 0%

biosludge, 3 buah bata dengan campuran 2.5% biosludge, 3 buah bata dengan

campuran 5% biosludge, 3 buah bata dengan campuran 7.5% biosludge, 3 buah bata

dengan campuran 10% biosludge dan 3 buah bata dengan campuran 12.5% biosludge.

Pengujiannya dilakukan dengan menimbang massa benda kering dengan

neraca analitis dan mengukur volume sampel dengan mengukur diameter dan tebal

sampel menggunakan jangka sorong, lalu dihitung densitasnya dengan menggunakan

persamaan 2.1.

3.5.2 Pengukuran Daya Serap Air

Uji penyerapan air dilakukan untuk mengetahui persen penyerapan air dari

benda uji setelah direndan selama 24 jam. Uji penyerapan air menggunakan sampel

berbentuk silinder. Pengujian dilakukan setelah bata dikeringkan selama 28 hari.

jumlah bata yang diuji terdiri dari : 3 buah batako dengan 0% biosludge, 3 buah

batako dengan campuran 2.5% biosludge, 3 buah batako dengan campuran 5%

biosludge, 3 buah batako dengan campuran 7.5% biosludge, 3 buah batako dengan

campuran 10% biosludge dan 3 buah batako dengan campuran 12.5% biosludge.

Pengujiannya dilakukan dengan menimbang massanya yang merupakan

massa kering dan kemudian direndam selama 24 jam lalu ditimbang massa basahnya

dengan menggunakan neraca analitis. Kemudian dihitung daya serap airnya dengan

menggunakan persamaan 2.2.

3.5.3 Pengujian Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan batako dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur

sampel yang diuji. Pengujian dilakukan setelah bata dikeringkan selama 28 hari.

jumlah bata yang diuji terdiri dari : 3 buah bata dengan 0% biosludge, 3 buah batako

(43)

buah bata dengan campuran 7.5% biosludge, 3 buah batako dengan campuran 10%

biosludge dan 3 buah batako dengan campuran 12.5% biosludge.

Pengujian tekanan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing

Machine kapasitas 5000 kg (gambar 3.5). Sampel yang akan diuji diukur diamaternya,

sehingga dapat dihitung luas permukaannya. Jarum penunjuk pada alat diatur sehingga

menunjukkan angka nol. Beban diletakkan di atas sampel yang berbentuk silinder

sehingga pada alat tertera beban maksimal yang dapat ditahan benda sampai sampel

retak. Kemudian dihitung kuat tekannya dengan menggunakan persamaan 2.3.

3.5.4 Pengujian Kuat Patah

Pengujian kuat patah batako dilakukan untuk mengetahui kuat patah sampel

yang diuji. Pengujian kuat patah menggunakan sampel berbentuk balok Pengujian

dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 hari. jumlah batako yang diuji terdiri

dari : 3 buah bata dengan 0% biosludge, 3 buah batako dengan campuran 2.5%

biosludge, 3 buah batako dengan campuran 5% biosludge, 3 buah bata dengan

campuran 7.5% biosludge, 3 buah batako dengan campuran 10% biosludge dan 3 buah

batako dengan campuran 12.5% biosludge.

Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing

Machine kapasitas 5000 kg (gambar 3.5). Sampel yang akan diuji diukur diamaternya,

sehingga dapat dihitung luas permukaannya. Jarum penunjuk pada alat diatur sehingga

menunjukkan angka nol. Beban diletakkan di atas sampel yang berbentuk balok

sehingga pada alat tertera beban maksimal yang dapat ditahan benda sampai sampel

patah. Kemudian dihitung kuat patahnya dengan menggunakan persamaan 2.3.

3.5.5 Pengukuran Kekerasan

Kekerasan dapat juga didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap

penetrasi pada permukaan. Pengujian kekerasan menggunakan sampel berbentuk

silinder. Pengujian dilakukan setelah bata dikeringkan selama 28 hari. Jumlah batako

yang diuji terdiri dari : 3 buah bata dengan 0% biosludge, 3 buah batako dengan

campuran 2.5% biosludge, 3 buah batako dengan campuran 5% biosludge, 3 buah bata

dengan campuran 7.5% biosludge, 3 buah batako dengan campuran 10% biosludge

dan 3 buah batako dengan campuran 12.5% biosludge.Pengujian kekerasan dilakukan

(44)

langsung dibaca dan diperoleh dalam satuan HB (Hardness of Brinnel).

Masing-masing sampel diukur sampai tiga kali dan diambil rata-ratanya. Kekerasan

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Densitas

Tabel 4.1 Data hasil Pengujian densitas Variasi campuran

7. Batako ringan normal

99,00

(46)

Dari tabel 4.1 maka dapat dibuat grafik hubungan antara nilai densitas

terhadap perubahan komposisi bahan seperti gambar 4.1.

1,92

Gambar 4.1 Grafik Densitas batako ringan terhadap komposisi bahan

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa variasi limbah padap pulp biosludge berbanding

terbalik dengan densitas bata konstruksi, semakin bertambah variasi limbah padat pulp

biosludge maka densitas dari batako semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan

limbah biosludge lebih ringan daripada pasir dimana pasir lebih padat dari biosludge,

sehingga massa batako semakin ringan dengan variasi limbah padat pulp biosludge

yang semakin besar. Pengujian densitas ini dilakukan setelah batako mengalami masa

pengeringan selama 28 hari. Densitas batako untuk variasi komposisi 0%, 2,5%, 5%,

7,5%, 10% dan 12,5% limbah padat pulp biosludge, berturut-turut adalah 1,92 gr/cm3,

1,79 gr/cm3, 1,66 gr/cm3, 1,57 gr/cm3, 1,50 gr/cm3 dan 1,29 gr/cm3. Sedangkan pada

batako ringan normal memiliki densitas sebesar 1,30 gr/cm3.

Jadi kualitas batako

ringan pada komposisi 12,5 % dapat digunakan sebagai pengganti batako ringan

(47)

4.2 Pengujian Daya Serap Air

Tabel 4.2 Data hasil Pengujian daya serap air Variasi campuran

7. Batako ringan normal

116,5

(48)

Dari tabel 4.2 maka dapat dibuat grafik hubungan antara nilai daya serap air

terhadap perubahan komposisi bahan seperti gambar 4.2.

9,52 11,29

Gambar 4.2 Grafik daya serap air batako ringan terhadap komposisi bahan

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa variasi limbah biosludge berbanding lurus

dengan daya serap air bata konstruksi. Semakin besar persen komposisi biosludge

maka daya serap airnya semakin besar. Hal tersebut diakibatkan oleh butiran

biosludge memiliki banyak pori-pori sehingga semakin bertambahnya komposisi

biosludge bila dilakukan pencampuran dengan semen dan pasir maka pori-pori pada

sampel batako akan semakin semakin bertambah sehingga daya serap air semakin

besar. Pengujian daya serap air setelah batako mengalami masa pengeringan selama

28 hari. Nilai daya serap air batakountuk variasi komposisi 0 %, 2,5 %, 5%, 7,5 %, 10

% dan 12,5 % limbah biosludge, berturut-turut adalah 9,52 %, 11,29 %, 17,67 %,

19,29 %, 25,99 % dan 40,87 %. Sedangkan daya serap air untuk batako ringan normal

sebesar 18,14 %. Jadi kualitas batako ringan pada komposisi 0 %, 2,5 % dan 5 %

(49)

4.3 Pengujian Kuat Tekan

Tabel 4.3 Data hasil pengujian kuat tekan Variasi campuran

7. Batako ringan normal

5,0

(50)

Dari tabel 4.3 maka dapat dibuat grafik hubungan antara nilai kuat tekan

terhadap perubahan komposisi bahan seperti gambar 4.3.

7,99

Gambar 4.3 Grafik kuat tekan batako ringan terhadap komposisi bahan

Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa variasi limbah biosludge berbanding

terbalik dengan kuat tekan batako, semakin bertambah variasi limbah padat pulp

biosludge maka kuat tekan dari bata konstruksi semakin menurun. Hal tersebut

diakibatkan oleh butiran biosludge memiliki banyak pori-pori sehingga semakin

bertambahnya komposisi biosludge bila dilakukan pencampuran dengan semen dan

pasir maka pori-pori pada sampel batako akan semakin semakin bertambah bila

dilakukan penekanan pada batako tersebut makan kuat tekannya akan semakin

menurun. Pengujian kuat tekan ini dilakukan setelah batako mengalami masa

pengeringan selama 28 hari. Kuat tekan batako untuk variasi komposisi 0%, 2,5%,

5%, 7,5%, 10% dan 12,5% limbah padat pulp biosludge berturut-turut adalah 7,99

MPa, 5,29 MPa, 1,99MPa, 1,50MPa, 1,19MPa dan 0,89 MPa. Sedangkan kuat tekan

pada batako ringan normal sebesar 2,44 Mpa. Jadi kualitas batako ringan dengan

(51)

4.4 Pengujian Kuat Patah

Tabel 4.4 Data hasil pengujian kuat patah

*Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing

Variasi campuran

7. Batako ringan normal

(52)

Dari tabel 4.4 maka dapat dibuat grafik hubungan antara kuat patah terhadap

perubahan komposisi bahan seperti gambar 4.4.

16,38

Gambar 4.4 Grafik kuat patah batako ringan terhadap komposisi bahan

Dari gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa variasi limbah padat pulp

biosludge berbanding terbalik dengan kuat patah bata konstruksi, semakin bertambah

variasi limbah padat pulp biosludge maka kuat patah dari bata konstruksi semakin

menurun. Hal tersebut diakibatkan oleh butiran biosludge memiliki banyak pori-pori

sehingga semakin bertambahnya komposisi biosludge bila dilakukan pencampuran

dengan semen dan pasir maka pori-pori pada sampel batako akan semakin semakin

bertambah, sehingga kuat patahnya akan semakin menurun. Pengujian kuat patah ini

dilakukan setelah batako mengalami masa pengeringan selama 28 hari. Kuat patah

bata konstruksi untuk variasi komposisi 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan 12,5% limbah

padat pulp biosludge berturut-turut adalah 16,38x105 N/m2, 7,30x105 N/m2, 5,15x105

N/m2, 4,19x105 N/m2, 3,17x105 N/m2 dan 2,53x105 N/m2. Sedangkan kuat patah pada

batako ringan normal sebesar 4,73 x105 N/m2. Jadi kualitas batako ringan pada

komposisi 0 %, 2,5 % dan 5 % dapat digunakan sebagai pengganti batako ringan

(53)

4.5 Pengujian Kekerasan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka nilai kekerasan dari sampel uji

dapat ditentukan nilai kekerasannya dengan menggunakan alat digital Equotip

Hardness Tester. Data hasil pengujian dapat diperlihatkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data hasil pengujian kekerasan Variasi campuran

7. Batako ringan normal

(54)

Dari tabel 4.5 maka dapat dibuat grafik hubungan antara nilai kekerasan

terhadap perubahan komposisi bahan seperti gambar 4.5.

85,33

Gambar 4.5 Grafik kekerasan pada batako ringan terhadap komposisi bahan

Dari gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa variasi limbah padat pulp

biosludge berbanding terbalik dengan kekerasan batako, semakin bertambah variasi

limbah padat pulp biosludge maka kekerasan dari bata konstruksi pun semakin

menurun., maka kekerasannya akan semakin menurun. Hal tersebut diakibatkan oleh

butiran biosludge memiliki banyak pori-pori sehingga semakin bertambahnya

komposisi biosludge bila dilakukan pencampuran dengan semen dan pasir maka

pori-pori pada sampel batako akan semakin semakin bertambah sehingga kekerasannya

akan menurun. Pengujian kekerasan ini dilakukan setelah bata konstruksi mengalami

masa pengeringan selama 28 hari. Kekerasan rata-rata untuk bata konstruksi dengan

campuran 0% biosludge sebesar 85,33 HB, kekerasan rata-rata untuk bata konstruksi

dengan campuran 2,5% biosludge sebesar 81,00 HB, kekerasan rata-rata untuk bata

konstruksi dengan campuran 5% biosludge 77,00 HB, kekerasan rata-rata untuk bata

konstruksi dengan campuran 7,5% biosludge sebesar 74,33 HB, kekerasan rata-rata

untuk bata konstruksi dengan campuran 10% biosludge sebesar 72,00 HB dan

kekerasan rata-rata untuk bata konstruksi dengan campuran 12,5% biosludge sebesar

70,00 HB. Sedangkan pada batako ringan normal memiliki kekerasan sebesar 76,66

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel pembuatan

batako ringan dengan memanfaatkan limbah padat pulp biosludge dari P.T. TPL

Porsea maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada pembuatan batako ringan dengan memanfaatkan limbah padat pulp

biosludge berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat juga digunakan

sebagai bahan campuran dalam pembuatan batako ringan selain pasir dan

semen. Jika dibandingkan dengan kualitas batako normal, batako yang

menggunakan bahan campuran biosludge mampu mengimbangi kualitasnya.

2. Jika dilihat dari kualitas dari sifat fisik dan mekaniknya batako ringan yang

dapat digunakan sebagai pengganti batako ringan normal adalah pada

komposisi biosludge 0 %, 2,5 % dan 5 %.

3. Jika dilihat dari sifat fisisnya yaitu pada densitas pada komposisi 0%, 2,5 %, 5

%, 7,5 %, 19 %, dan 12,5 % nilai densitasnya berturut-turut adalah 1,92

gr/cm3, 1,79 gr/cm3, 1,66 gr/cm3, 1,57 gr/cm3, 1,50 gr/cm3 dan 1,29 gr/cm3.

Dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya komposisi bahan biosludge

dapat mengurangi massa dari batako.

5.2 Saran

1. Sebaiknya masyarakat dapat memanfaatkan limbah padat pulp biosludge dari

P.T TPL Porsea dalam pembuatan batako ringan karena dapat menggantikan

batako normal yang dijual dipasaran.

2. Sebaiknya dalam pencampuran bahan harus merata dan juga dalam

penambahan air harus secukupnya karena dapat mempengaruhi sifat fisis dan

mekanik batako juga.

3. Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengujian

(56)

Aisyah,Siti, 2009, Pembuatan Dan Karakterisasi Bata Konstruksi Dengan

Memanfaatkan Limbah Padat Pulp Dan Semen. Skripsi, USU Medan.

Arnol,Hotman, 2009, Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Dregs Sebagai Pengisi Batako

Dengan Perekat Tepung Tapioka. Tesis, Universitas Sumatera Utara Medan

Daryanto, 1994, Pengetahuan Tehnik Bangunan, Penerbit PT. Gramedia Rineka Cipta , Jakarta.

Kwantes, J., 1997, Ilmu Bangunan, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.

Lakum, Khairul. C., 2009, Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Campuran untuk

Pengganti Sebagai Semen dalam Pembuatan Beton. Skripsi, USU Medan.

Mulyono, T., 2004, Teknologi Beton, ANDI, Yogyakarta.

Murdock,L.J.,L.M.Brock., 1991, Bahan dan Praktek Beton, Terjemahan oleh

Stephanus Hendarko, Erlangga, Jakarta.

Nawy,Edward.G., 1990, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Terjemahan oleh

Bambang Suryoatmono, PT.Eresco, Bandung.

Perdinan Sinuhaji, 2010, Interaksi Serat Limbah Industri Pulp dengan Serat Nanas,

Pisang dan Rami Pada Pembuatan Karton. Disertasi, USU Medan.

Sagel,R. dan H.Kesuma,Gideon., 1997, Pedoman Pengerjaan Beton, Cetakan Kelima,

Erlangga, Jakarta.

Sumaryanto, 2009, Pembuatan dan karakterisasi batako dengan menggunakan abu

tandan kosong, Skripsi, Medan

Surdia,T., 1999, Pengetahuan Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.

Syamsudin, 2007, Pemanfaatan Campuran Limbah Padat Dengan Lindi Hitam dari

Industri Pulp dan Kertas Sebagai Bahan Biobriket. Bandung

Vlack,V., 1981, Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi kelima, Terjemahan Sriati Djaprie,

Erlangga, Jakarta.

Waluhu, David, 2009, Pengaruh Penggantian Sebagian Agregat Pasir dengan

Agregat dari Limbah Plastik dalam Pembuatan Batako Terhadap

Karakteristik dan Kuat Tekan Batako dengan Metode Pressing. Skripsi,

Gambar

Gambar 2.1 Batako berlubang dan batako padat
Gambar 2.2 Batako trass / putih
Gambar 2.3 Batako semen
Gambar 2.4 Gambar bata beton (batako) ringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabung adalah suatu bangun ruang berbentuk prisma tegak beraturan yang alas dan tutupnya berupa lingkarant.

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di www.zenius.net dengan memasukkan kode 2044 ke menu search. Waktu paruh dari suatu partikel adalah 4

Kendala yuridis dalam pengenaan BPHTB dan PPh Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi BOT adalah dalam ketentuan Pasal 85 ayat (1) dan ayat (2) UU PDRD

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pelayanan apakah berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen Pondok Lesehan Sari Raos dan untuk

Gambar pertama merupakan gambar perempuan muda penderita crouzon’s dan gambar kedua menunjukkan gambaran setelah hasil perawatan dari orbital hypertelorism, mandibula

Yah kalo ibu dapat penyakit ini ya mungkin ya kedekatan kita kepada Yang Kuasa, itu aja dan anak-anak ini lebih..lebih bisa kitakan jadi ngertilah udah tujuh tahun udah nggak

berada kategori netral, dan tidak subjek yang berada pada kategori negatif.. Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009. b) Secara

Sejalan dengan hal tersebut, secara umum wanita desa memiliki tingkt pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan yang rendah yang akan mempengaruhi penyesuaian perceraiannya..