• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dede Nurlatifah NIM : 1110015000051

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

“Menjadi guru bukanlah pengorbanan.

Menjadi guru adalah suatu kehormatan.

Ibu dan bapak guru telah memilih jalan yang terhormat,

(3)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dede Nurlatifah

NIM : 1110015000051

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Alamat : Blok Gebangmampang RT 016 RW 004 Desa Margamulya, Kec Bongas, Kab. Indramayu Jawa Barat 45255

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Konsep Diri terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Drs. H. Nurochim, MM

NIP : NIP. 19590715 198403 1 003

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 27 November 2014 Yang Menyatakan

Materai 6000

(4)

PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh: Dede Nurlatifah

NIM : 1110015000051

Di bawah Bimbingan:

Drs. H. Nurochim, MM NIP. 19590715 198403 1 003

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

Skripsi berjudul Pengaruh Konsep Diri terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa Jururan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta disusun oleh Dede Nurlatifah, NIM: 1110015000051, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 11 Desember 2014

Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing Skripsi

(6)

Pendidikan Paket C terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta”, disusun oleh Faiza Yonefri NIM: 1110015000072, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 11 Desember 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakarta, 11 Desember 2014

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal Tanda Tangan Dr. Iwan Purwanto, M.Pd ... ... NIP. 19730424 200801 1012

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)

Drs. Syaripulloh, M.Si ... ... NIP. 19670909 200701 1 033

Penguji I

Dr. Ulfah Fajarini, M.Si ... ... NIP. 19670828 199303 2 006

Penguji II

Neng Sri Nuraeni, M.Pd ... ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(7)

vi

Dede Nurlatifah. (NIM: 1110015000051). Pengaruh Konsep Diri terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif deskriptif.

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2010 sejumlah 125 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan), kuesioner (angket), wawancara. Metode observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan mendata jumlah mahasiswa pendidikan IPS. Angket digunakan untuk mengungkap pengaruh variabel konsep diri terhadap minat menjadi guru. Sedangkan wawancara digunakan untuk memperkuat metode angket dalam mengetahui jawaban mahasiswa mengenai pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi Product Moment, dan uji reliabilitas mengunakan rumus Alpha Cronbach’s dengan jumlah responden 95 orang mahasiswa. Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis penelitian ini adalah regresi linier sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri memiliki pengaruh yang cukup rendah terhadap minat menjadi guru dengan hasil 16,5% dan 83,5% dipengaruhi oleh faktor lain, yang terdiri dari faktor intern seperti faktor kepribadian individual dan faktor ekstern seperti faktor orang tua, faktor teman sebaya, faktor gender, faktor biaya dan faktor lapangan kerja.

(8)

vii

Dede Nurlatifah. (NIM: 1110015000051). The Effect of Self Concept to the Interest of Being Teachers on Student of Social Science Education Department, Faculty of Education and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Thesis. Jakarta: Social Science Education Department, Faculty of Education and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.

This study aimed to determine the effect of self-concept of Social Science Education Department Faculty of Education and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta students to the interest of being teachers. The method that used in this study is survey method with descriptive quantitative approach.

The population of the study is the student of Social Science Education Department, especially class of 2010 with amount about 125 students. Data collection techniques in this study is observation, questionnaire, and interview. Observation method is used to observe and record the number of Social Science Education Department students. The questionnaire used to reveal the effect of self-concept variable to interest of being teacher. While the interview is used to strengthen the questionnaire method in knowing the student answer about the effect of self-concept to interest of being teacher in real condition and life. The instrument of validity test this study using the Product Moment correlation and it reliability test using Cronbach's Alpha formula with the number of respondents about 95 students. The analysis prerequisite test consists of normality test and homogeneity test. It hypothesis test is a simple linear regression.

The results of the study indicates that self-concept has low enough effect to the interest of being teacher with the result 16.5% and other 83.5% influenced by other factors that consists of internal factor such as individual personality factor and eksternal factors such as parent, peers, gender, financial, and employment factors.

(9)

viii

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri Terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Maka penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D serta para pembantu dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Dan

Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si beserta seluruh staf Jurusan Pendidikan IPS yang telah mendukung dan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di Jurusan Pendidikan IPS 4. Dosen Pembimbing Skripsi, yaitu Bapak Drs. H. Nurochim, MM yang

tulus dan ikhlas memberikan bimbingan, bantuan dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.

(10)

dan akhirat, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak U. Abd. Syukur dan Ibu Eni Sukaeni, Yang telah membesarkan, membimbing dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Serta saudara-saudaraku dan seluruh keluarga besar tercinta. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang sekaligus menjadi objek

penelitian, dan teman-teman REAKSI (Rakyat Ekonomi-Akuntansi) yang saling mendukung dan memberikan semangat dalam proses penyelesaikan skrispsi ini. Khususnya “Teman-teman tercinta ”Rizka Nurazizah, Nurwakhidah, Siti Nurbaiti Nupus, Annisa Yuni Tetiyani” yang tak lelah untuk saling mengingatkan dan memberikan suport. Terima kasih teman semuanya.

8. Keluarga besar HMJ Pendidikan IPS, “M. Faishal Ramdhan, Ardi Muhammad Arsyad, Pupuy Fauziah, Faiza Yonefri, Usniah, Dine Ayu Ertanti, Destia Loveacna, Yustia Umamah, Dara Rahmita Dewi, Deli Wani Utami, Dini Sugiarti dan adik-adik HMJ Pendidikan IPS.

9. Tendi, S.Pd, ST yang senantiasa memberikan semangat tiada henti dan bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu penulis. Semoga kita dipersatukan dalam rahmat dan ridho-Nya.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang khususnya telah membabntu terwujudnya penelitian ini.

Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dan rahmat dari Allah SWT. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT. meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Jakarta, 27 November 2014

(11)

x

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Pembatasan Masalah ... 14

D. Perumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik ... 17

1. Konsep Diri... 17

a) Pengertian Konsep Diri ... 17

b) Dimensi-dimensi Konsep Diri ... 21

c) Aspek-aspek Konsep Diri ... 23

d) Peranan Konsep Diri ... 23

(12)

2. Minat ... 26

a) Pengertian Minat... 26

b) Unsur-unsur Minat ... 28

c) Faktor-faktor yang Menimbilkan Minat ... 29

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat... 30

e) Dasar Pengukuran Minat ... 31

3. Guru ... 32

a) Pengertian Guru ... 32

b) Kompetensi Guru ... 35

c) Peran Guru ... 36

d) Ayat Al-Qur’an yang Menerangkan Guru ... 36

4. Minat Menjadi Guru ... 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode Penelitian... 46

C. Desain Penelitian ... 47

D. Populasi dan Sampel ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Data Primer ... 49

2. Data sekunder ... 49

a) Observasi (Pengamatan)... 49

b) Kuesioner (Angket) ... 49

c) Wawancara ... 50

F. Teknik Pengolahan Data ... 50

1. Editing ... 50

2. Codeting/Skoring ... 51

(13)

G. Variabel Penelitian ... 51

1. Definisi Konseptual ... 51

2. Definisi Operasional... 52

H. Instrumen Penelitian... 52

I. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 55

1. Uji Validitas ... 55

2. Uji Reliabilitas ... 56

J. Teknik Analisis Data ... 60

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 60

a) Uji Normalitas ... 60

b) Uji Homogenitas ... 60

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 60

a) Persamaan Regresi ... 60

b) Uji Signifikansi Regresi ... 61

c) Uni Linearitas Regresi... 61

K. Hipotesis Statistik ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Jurusan P. IPS FITK UIN Jakarta ... 63

B. Deskripsi Data ... 64

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 64

2. Deskripsi Masing-masing Variabel Penelitian ... 64

3. Kategori variabel Penelitian ... 65

a) Konsep Diri ... 65

b) Minat Menjadi Guru ... 67

C. Hasil Uji Prasyarat Penelitian ... 69

1. Uji Normalitas ... 69

2. Uji Homogenitas ... 72

D. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 72

1. Analisis Koefisien Regresi ... 72

(14)

3. Hasil Wawancara ... 76 E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78 F. Keterbatasan Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 83 B. Saran ... 84

(15)

xiv

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 46

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian ... 48

Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Responden ... 51

Tabel 3.4 Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert ... 53

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Konsep Diri ... 54

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Minat Menjadi Guru ... 54

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Terbuka... 55

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X ... 58

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y ... 59

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 65

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Konsep Diri ... 66

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Minat Menjadi Guru ... 68

Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) ... 71

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas ... 72

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R) Variabel X dan Y ... 73

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik) ... 73

(16)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Konteks Belajar ... 7

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Konsep Diri ... 67

Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Minat Menjadi Guru ... 69

Grafik 4.3 Hasil Residu Standar Menggunakan Histogram ... 70

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Uji Referensi

Lampiran 2. Data Mahasiswa Angkatan 2010

Lampiran 3. Angket Penelitian Konsep Diri dengan Minat Menjadi Guru Lampiran 4. Pedoman Wawancara

Lampiran 5. Hasil Wawancara

Lampiran 6. Data Mentah Validitas dan Reliabilitas Variabel X Lampiran 7. Data Mentah Validitas dan Reliabilitas Variabel Y Lampiran 8. Hasil Uji Validitas Variabel X (Konsep Diri) Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Konsep Diri)

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas Variabel Y (Minat Menjadi Guru) Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Minat Menjadi Guru) Lampiran 12. Data Mentah Skor Hasil Variabel X (Konsep Diri)

Lampiran 13. Data Mentah Skor Hasil Variabel Y (Minat Menjadi Guru) Lampiran 14. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Lampiran 15. Distribusi Frekuensi Variabel Konsep Diri

Lampiran 16. Distribusi Frekuensi Variabel Minat Menjadi Guru

Lampiran 17. Hasil Uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) dan Hasil Uji Homogenitas Lampiran 18. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistik)

Lampiran 19. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R) Variabel X dan Y Lampiran 20. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik) Lampiran 21. Tabel r Product Moment Pada Sig.0,05

(19)

1 A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, pendidikan sangat penting kedudukannya untuk kemajuan dan perkembangan negara serta masyarakatnya. Pendidikan merupakan media atau perantara menuju persaingan tingkat dunia. Dengan pendidikan, seseorang akan merasa memiliki bekal berupa ilmu pengetahuan yang tentu sangat berguna bagi kehidupannya kelak. Manfaat bekal kehidupan yang bernama pendidikan itu bisa dirasakan dalam banyak hal, mulai dari proses sosialisasi bersama masyarakat, pencarian kerja, sampai ke persaingan akademik.

Menurut Hasbullah, secara sederhana ”pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan”.1

Melalui pendidikan seseorang akan belajar mengenai kehidupan bermasyarakat dan membina kedewasaan diri agar mampu mempraktikkan nilai-nilai kebudayaan dalam bermasyarakat.

Menurut Zurizal Z. dan Wahdi Sayuti, ”Pendidikan dalam pengetian sempit, dimaknai sekolah. Pendidikan merupakan pengaruh yang diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap anak dan remaja agar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka”.2 Pendidikan dalam arti sempit ini bermuara pada sekolah, tempat dimana pendidikan diselenggarakan dan diinternalisasikan pada para peserta didik.

1

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Ed. 5, h. 1

2

(20)

Sedangkan pendidikan dalam arti luas, diartikan bahwa ”pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang”.3 Pendidikan dalam arti luas, merupakan pengalaman belajar seseorang selama hidupnya yang mempengaruhi proses tumbuh kembangnya dari sejak lahir hingga meninggal di kemudian hari nanti. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu pengajaran yang mengembangkan tingkat pemikiran dan kedewasaan seseorang melalui sebuah pemberian ilmu pengetahuan.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, ayat 1, yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.4

Pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Dengan adanya pendidikan, peserta didik akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat dikembangkan. Selain itu, pendidikan juga sebagai proses pembentukan pribadi peserta didik.

Menurut M. Ngalim Purwanto yang mengutip pendapat Dewey, “tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik”.5 Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimanapun, kemajuan suatu bangsa didasari oleh tingkat pendidikan warga negaranya. Dilaksanakannya sistem pendidikan adalah untuk meningkatkan kehidupan agar lebih bermutu dan bergerak ke arah yang lebih baik.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu bangsa dan negara. Pembangunan dalam bidang pendidikan

(21)

menekankan amanat untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan isi UUD 1945, yaitu “…Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta menertibkan dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”.

Menurut Hasan Langgulung, “pendidikan bukan hanya berarti pewarisan nilai-nilai budaya berupa kecerdasan dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda, tetapi juga berarti pengembangan potensi-potensi individu untuk kegunaan individu itu sendiri dan selanjutnya untuk kebahagiaan masyarakat”.6 Pengembangan potensi ini, sangat penting dan perlu diperhatikan. Karena potensi yang ada dalam manusia merupakan jalan berkembangnya manusia itu sendiri. Oleh karena itu, potensi manusia perlu dikembangkan oleh pendidikan.

Salah satu unsur dalam pendidikan, selain adanya yang dididik atau terdidik maka adanya unsur terpenting dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan yaitu pendidik/ guru yang akan mendidik peserta didik. Pendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan.

Menurut Hasbullah “pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai dewasa susila”.7 Sedangkan menurut Ahmad D, Marimba yang dikutip oleh Hasbullah, “pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik”.8

Maka pendidikan dan pendidik merupakan suatu simbiosis mutualisme, dimana antara pendidikan dan pendidik saling berkaitan. Pendidikan sendiri adalah suatu lembaga atau institusi sebagai suatu tempat melaksanakan pengajaran. Sedangkan pendidik adalah

6

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, (Jakartta: PT Al Husna Zikra, 1995), Cet. III, h. 261

7

Hasbullah, op. cit., h. 5 8

(22)

seseorang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan dan memberikan pengajaran.

Pendidikan memiliki komponen penting yaitu sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini, diantaranya adalah guru dan peserta didik. Guru memiliki kedudukan penting dalam menjalankan pendidikan. Guru merupakan sumber daya manusia yang paling berperan dalam perkembangan pendidikan dan proses pembelajaran yang kemudian akan mengembangkan kualitas peserta didik. Hal ini dikarenakan guru merupakan orang yang akan mengajarkan segala pengetahuan kepada peserta didik di sekolah dengan keterampilan mengajar dan pemahaman ilmu yang dimilikinya. Selain itu, guru juga merupakan panutan atau teladan bagi peserta didiknya.

Pendidikan dan manusia ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Begitupun sebaliknya, pendidikan membutuhkan manusia sebagai subjek (pengajar) sekaligus objek (yang diajar) yang akan menjalankan segala fungsi dan peran pendidikan.

Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan tuhan yang dibekali akal dan memiliki kemampuan untuk belajar. Sebelum manusia akan menjadi seorang guru, maka akan melalui tahap belajar yang akan mempelajari bagaimana cara mengajar. Hal ini lah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia akan belajar agar menjadi seorang guru yang mampu mengajarkan ilmu dan pengetahuan kepada peserta didiknya.

Menurut Andrias Harefa, manusia bermuara pada tiga tugas yaitu merupakan tanggung jawab dan panggilan universal bagi seluruh orang (manusia) yaitu menjadi seorang pembelajar, menjadi seorang pemimpin dan menjadi seorang guru.9 Manusia akan berusaha memahami tentang dirinya dan

9

(23)

potensi/bakat yang dimilikinya. Sedangkan dalam Islam tugas seorang guru yang pertama dan terpenting adalah pengajar. Seperti yang terkandung dalam Firman Allah surat Ar-Rahman ayat 1– 4.

Artinya:”(Tuhan) Yang Maha Pemurah (1) Yang telah mengajarkan Al-Quran (2) Dia menciptakan manusia (3) Mengajarkannya pandai berbicara (4).” (Q.S. Ar-Rahman ayat 1–4)

Dalam Ar-Rahman ayat 1–4, menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia untuk saling mengajarkan sesuai dengan kemampuannya. Guru merupakan perkerjaan yang diharuskan memiliki tanggung jawab dan amanah baik terhadap Allah, sekolah, maupun orang tua peserta didik serta perkembangan peserta didik. Untuk menjadi guru juga diharuskan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan attitude yang baik agar menjadi tauladan bagi peserta didiknya.

Guru adalah pendidik di sekolah yang menjalankan tugasnya karena suatu jabatan. Profesi guru tidak dapat dipegang oleh sembarang orang yang tidak memenuhi syarat profesi tersebut. Artinya, untuk melakukan profesi guru maka perlu adanya identitas dan latar belakang yang sesuai dengan pekerjaan yang diembannya.

Dalam buku yang berjudul Sekolahnya Manusia, Munif Chatib menguraikan bahwa terdapat sejumlah syarat mendasar untuk menjadi seorang multiple intelligences teacher, yang tidak lain adalah gurunya manusia. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bersedia untuk selalu belajar

2. Secara teratur membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar 3. Bersedia diobservasi

4. Selalu tertantang untuk meningkatkan kreativitas 5. Punya karakter yang baik.10

10

(24)

Dengan demikian, jelas bahwa profesi guru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Namun, merupakan suatu profesi yang membutuhkan kemampuan dan keahlian tertentu. Menjadi seorang guru adalah profesi yang menuntut individu untuk tidak berhenti belajar karena bagaimanapun juga ilmu pengetahuan itu bersifat dinamis. Ilmu pengetahuan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan manusia.

Ahmad Tafsir mengutip pernyataan Soejono, bahwa syarat guru adalah sebagai berikut:

1. Tentang umur, harus sudah dewasa

2. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani 3. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli 4. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.11

Melihat syarat menjadi seorang guru, dalam melaksanakan tugasnya maka dianjurkan seorang guru harus bertanggungjawab, sehat jasmani dan rohani, dan mempunyai kemampuan dalam mengajar sehingga mampu menyelenggarakan pendidikan bagi anak didiknya.

Untuk mengimbangi perkembangan dan kebutuhan manusia itulah maka seorang guru diharuskan untuk terus belajar. Karena belajar adalah kunci untuk tiga hal yang penting bagi profesi guru, yaitu paradigma, cara, dan komitmen. Berikut adalah grafik yang menggambarkan proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:

11

(25)

Grafik 1.1 Konteks Belajar

Sumber: Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara12

Dari tiga komponen tersebut, komponen yang paling utama adalah paradigma/pandangan mengenai proses belajar mengajar, dimana seorang guru harus memiliki pengetahuan mendalam, maka seorang guru akan memahami pula kompetensi dan perilaku ketika mengajar nanti.

Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya dalam institusi atau lembaga pendidikan. Tanpa guru, pendidikan hanya sebuah slogan yang tidak mempunyai peran dan fungsi. Maka, dengan adanya guru proses pendidikan akan berjalan dengan baik. Pihak yang paling utama untuk menjalankan program lembaga pendidikan adalah guru.

Banyak institusi/lembaga perguruan tinggi yang memberikan pengajaran berupa ilmu keguruan, salah satunya adalah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Kehadiran fakultas yang membidani bidang pendidikan dan keguruan tersebut

12

Munif Chatib, loc. cit.

BELAJAR Paradigma

Komitmen

Cara Perilaku

Kompetensi

(26)

berguna untuk membentuk guru-guru yang berkualitas dan professional dengan menguasai teori dan metode yang telah diajarkan.

Lembaga pendidikan ilmu keguruan dibangun sebagai bentuk kepedulian sosial untuk memenuhi kebutuhan guru di tingkat SD, SMP dan SMA, dengan menciptakan lulusan profesi guru yang berkualitas dan profesional setelah mengemban pendidikan di perguruan tinggi. Bagi mahasiswa keguruan, lembaga pendidikan tinggi tersebut merupakan pintu gerbang menuju dunia kerja yang sesungguhnya dan kehidupan sosial yang nyata.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan adalah salah satu fakultas yang berada di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki beberapa jurusan atau program studi, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Manajeman Pendidikan (MP), Pendidikan IPS, Pendidikan Biologi, Pendidikan Kimia, Pendidikan Fisika. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan bertujuan untuk mencetak tenaga pendidik yang professional di bidangnya.

FITK sebagai lembaga yang mencetak profesi guru. Untuk mencapai tujuan FITK, maka sasaran yang ingin dicapai oleh FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai pendidik, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi professional, dan kompetensi sosial, menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan keterampilan bahasa Inggris, Arab, dan bahasa asing lainnya, menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan keterampilan kerja berbasis ICT (Informatics and communication technology), menghasilkan lulusan yang mampu mengintegrasikan nilai keilmuan, keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan.13

FITK sebagai LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan), dimana LPTK sendiri sebagai penyelenggara pendidikan dan bertugas menghasilkan para calon guru SD, SMP dan SMA. Saat ini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan memiliki mahasiswa-mahasiswi yang paling banyak

13

(27)

diantara fakultas-fakultas lainnya yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Minat untuk memasuki Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pun begitu tinggi. Hal itu terbukti dengan terus meningkatnya peminat fakultas ini dari tahun ke tahun. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa banyak lulusan sekolah menengah atas yang berminat menjadi guru.

Menurut Slameto, ”minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang”.14 Artinya, tekad seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atas dasar rasa senang dan ketertarikan terhadap sesuatu. Ingin menjadi guru juga termasuk pada minat seseorang untuk mencapai sebuah profesi. Termasuk minat mahasiswa-mahasisiwi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk mencapai profesi guru. Minat menjadi guru, merupakan dimana seseorang memiliki perhatian lebih terhadap profesi guru. Mahasiswa yang ingin menjadi guru maka akan mencari informasi lebih mengenai profesi guru.

Tetapi pada kenyataannya, minat untuk menjadi mahasiswa fakultas keguruan itu tidak hanya didasarkan pada kemauan diri sendiri untuk melayani masyarakat saja. Namun juga bisa dikarenakan oleh sejumlah faktor lain yang memang menarik minat orang itu untuk menjadi guru, seperti jaminan ekonomi dari profesi guru yang berupa sertifikasi guru atau dalam bentuk tunjangan dan lain-lain, atau bisa juga dikarenakan oleh keinginan maupun tuntutan orang tua yang sangat mendambakan anaknya agar menjadi salah seorang pendidik generasi penerus bangsa.

Atas dasar latar belakang seseorang untuk masuk menjadi mahasiswa fakultas pendidikan UIN Jakarta yang beragam di atas, maka perlu diadakan suatu studi lebih lanjut yang mengkaji secara khusus minat mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk menjadi guru. Hal itu

14

(28)

perlu dilakukan agar kita bisa mengetahui secara jelas dan benar mengenai alasan yang sebenarnya dari minat menjadi seorang guru tersebut. Mengetahui minat yang hakiki dari para mahasiswa ini adalah suatu kebutuhan yang begitu penting, terutama bagi mahasiswa jurusan Pendidikan IPS yang mempelajari berbagai macam aspek kemasyarakatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengemban pendidikan di bidang keguruan bukan hanya mengikuti kurikulum-kurikulum yang akan dipelajari. Akan tetapi, adanya konsep diri yang diterapkan mengingat bahwa bidang keguruan bukan hanya mempelajari teori-teori semata, tetapi juga bagaimana mempelajari cara mengajar, metode pembelajaran sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik sebagai seorang guru ketika praktik lapangannya. Karena menjadi seorang guru tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, profesi itu menuntut sejumlah kemampuan dan keahlian yang tentu saja perlu dipelajari dan didalami.

Hal tersebut, dilakukan agar terjadi keselarasan antara siswa dan guru. Dengan begitu, guru bisa menjadi pembimbing sekaligus teman bagi peserta didik, dan karenanya guru dapat memberikan segala pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa dengan baik dan mudah.

“Para ahli psikologi dan pendidik telah lama menyadari bahwa “konsep diri merupakan salah satu faktor non-intelektual yang sangat penting dalam menentukan prestasi atau masa depan seseorang”.15 Seorang individu akan memahami betul pentingnya ilmu bagi dirinya. Maka dari itu sebagai penjunjang hal tersebut, adannya faktor non-intelektual atau penerapan konsep diri sebagai dasar seseorang untuk mengenal dirinya dalam mengemban pendidikan dan mencapai cita-cita.

15

Sri Fatmawati, Konsep Diri (Self Concept) Mahasiswa Calon Guru Fisika terhadap Kemampuan Akademik Program Studi Tadris Fisika STAIN Palangka Raya Tahun 2014,

(29)

Menurut Syamsul Bachri Thalib, “konsep diri sebagai pandangan yang dimiliki setiap orang mengenai dirinya sendiri yang terbentuk, baik melalui pengalaman maupun pengamatan terhadap diri sendiri, baik konsep diri secara umum maupun konsep diri secara spesifik termasuk konsep diri dalam kaitannya dengan bidang akademik, karier, atletik, kemampuan artistik, dan fisik”.16 Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa konsep diri adalah gambaran atau persepsi tentang diri sendiri dan penilaian diri, baik di bidang akademik maupun di bidang non-akademik.

Konsep diri merupakan proses pembentukan dan perkembangan diri dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik. Konsep diri memiliki pengertian yang sama dengan skema diri. Artinya, konsep diri merupakan bentuk pembenahan diri dan penilaian diri menjadi lebih baik. Pengertian lebih baik ini berupa merancang atau menyusun kegiatan atau target diri yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, termasuk minat menjadi guru. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

Sebagaimana kita ketahui secara umum, pemilihan jurusan dan perguruan tinggi turut pula mempengaruhi karier seseorang. Dengan begitu, perlu adanya konsep diri yang menjadi dasar pembenahan dan penilaian diri. Konsep diri ini sebagai presentasi diri yang akan dilakukan setelah konsep diri dengan minat diri mencapai hasil yang berkaitan dan seimbang.

Misalnya, seseorang memilih masuk perguruan tinggi di bidang keguruan artinya seseorang tersebut telah mempertimbangkan kemampuan dan potensi dirinya dalam bidang yang ia ambil tersebut. Hal ini berarti bahwa seseorang tersebut telah siap untuk menjadi guru dan telah mengkonsepkan dirinya sesuai dengan minat yang diinginkan demi masa depan yang akan ia capai.

16

(30)

Dalam hal ini, Al-Quran menyiratkan pentingnya penanaman konsep diri dalam diri seorang individu. Termasuk penanaman konsep diri dalam proses pembelajaran untuk menjadi calon guru. Dalam Islam, penanaman konsep diri dapat dilakukan dengan cara melakukan sholat malam, sholat istikharah dalam memilih dan menentukan karier dan dengan cara lainnya. Hal ini tentunya akan menguatkan konsep diri seseorang bahwa apa yang yang dicita-citakan bukanlah hal yang tidak mungkin. Bahwasannya Allah selalu menekankan "

ك

في

ْ

ك"

artinya “Jadilah! maka terjadilah ia”.

Ayat Al-Quran yang menerangkan tentang konsep diri manusia, terlebih dalam proses belajar. Salah satunya adalah apa yang terkandung dalam QS Al-Mujadalah ayat 11:

اذإ ْمكل هّلا حسْفي ا حسْفاف سلاج ْلا يف ا حسفت ْمكل ليق اذإ ا مآ ي لا ا يأ اي

ْمك م ا مآ ي لا هّلا عفْ ي ا زش اف ا زش ا ليق

هّلا تاج د مّْعْلا ا ت أ ي لا

يبخ ّ ْعت ا ب

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadalah:

11)

Dalam ayat di atas, menjelaskan bahwa Allah menganjurkan untuk saling mengajarkan dan memberi ilmu pengetahuan, maka Allah pun akan memberikan beberapa derajat dari apa yang kamu kerjakan. Jelas bahwa ketika seseorang bersungguh-sungguh artinya seseorang tersebut telah mempunyai konsep untuk dirinya sehingga ketika melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru pun akan bersungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab.

(31)

yang mengajar di sekolah, tetapi tidak benar-benar menjadi guru. Karena ia tidak memiliki bakat, minat dan kemampuan untuk menjadi guru. Hal ini pun sejalan dengan pendapat Sukmadinata yang dikutip oleh Jejen Musfah bahwa ”mutu pendidikan belum begitu baik seperti yang diharapkan, selain karena masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar, faktor guru pun belum berjalan secara optimal. Pertama, guru belum bekerja dengan sungguh-sungguh. Kedua, kemampuan profesional guru masih kurang”.17

Pengamatan terhadap minat menjadi guru menunjukkan adanya indikasi kepemilikan konsep diri yang rendah. Hal ini terbukti, dengan adanya fakta yang menunjukkan bahwa tidak semua lulusan keguruan bekerja sesuai dengan bidangnya, melainkan bekerja di bidang-bidang lainnya. Padahal, ketersediaan guru-guru yang mampu menciptakan dan mengembangkan anak bangsa yang aktif dan kreatif itu begitu penting. Terlihat bahwa konsep diri merupakan hal penting dalam proses pembentukan diri, baik dalam hal kemampuan, karier, bidang akademik dan bidang lainnya.

Melihat fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Guru adalah salah satu penggerak kemajuan bangsa dan negara dengan menciptakan dan mengembangkan anak bangsa yang aktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini tergantung pada kemampuan dan potensi mengajar guru. Tetapi, kualitas guru terkadang tidak banyak diperhatikan, selain itu tidak

17

(32)

adanya konsep diri dalam seorang guru untuk melaksanakan pembangunan pendidikan atas dasar minat turut pula menjadi salah satu masalah yang sangat penting untuk dikaji.

2. Konsep diri sebagai dasar gambaran dan pandangan tentang diri sendiri, untuk merealisasikan pendidikan dan menciptakan guru yang berkualitas dan professional maka perlu penanaman konsep diri dimulai dari para calon guru. Tetapi, pada kenyataannya konsep diri tidak banyak digunakan oleh seseorang sebagai landasan gambaran untuk dirinya. 3. Tidak adanya peninjauan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

mahasiswa Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memilih dibidang keguruan serta menjadi seorang guru.

4. Tidak adanya peninjauan mengenai latar belakang pemilihan jurusan dalam hal penentuan karier mahasiswa.

5. Belum ada tulisan yang mengkaji tentang konsep diri yang mempengaruhi minat menjadi guru.

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga, dan biaya. Serta untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini dan juga untuk menjaga agar penelitian lebih fokus dan terarah, dan tidak menimbulkan keraguan dalam penafsiran, maka perlu adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi yaitu sebagai berikut “Konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

D. Perumusan Masalah

(33)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini menyampaikan tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS UIN syarif Hidayatullah

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Konsep diri merupakan gambaran tentang diri untuk membentuk dirinya sesuai dengan bakat dan minat. Minat menjadi guru juga perlu adanya ketertarikan dan kemampuan agar dalam pelaksanaan atau praktik menjadi guru dilapangan seseorang akan senantiasa menjalankan tugasnya dengan baik dan tanggungjawab, maka untuk menerapkan minat seseorang harus mempunyai dasar yang menguatkan dirinya yaitu konsep diri sebagai dasar gambaran dan arahan dirinya dalam proses perkembangan, pendidikan dan karier. Maka manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan konsep diri terhadap minat

menjadi guru

b. Memberikan informasi terkait dengan apakah konsep diri dapat mempengaruhi minat mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS menjadi guru

c. Dapat menjadi dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan terkait

2. Manfaat Praktis

a) Bagi pemerintah, Memberikan kontribusi dalam meningkatkan efektifitas dan menciptakan tenaga kependidikan/guru professional. b) Bagi Lembaga pendidikan UIN Syarif Hidayatullah, penelitian ini

(34)

perkembangan pendidikan, terutama dalam penerapan konsep diri kepada para mahasiswa sebagai calon guru.

c) Bagi jurusan pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan arahan mengenai pentingnya penanaman konsep diri pada mahasiswa-mahasiswi pendidikan IPS terhadap minat menjadi guru untuk menghadapi pendidikan dan pengajaran di lapangan.

d) Bagi mahasiswa-mahasiswi pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah, penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan arahan mengenai kesadaran pentingnya konsep diri untuk menjadi guru.

(35)

17 A. Deskripsi Teoretik

1. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri

Menurut kamus besar bahasa Indonesia ”konsep adalah rencana yang dituangkan dalam kertas, rancangan dan sebagainya”.1 Sedangkan ”diri adalah keyakinan yang kita pegang tentang diri kita sendiri”.2 Dari pengertian antara konsep dan diri, maka dapat dikatakan konsep diri adalah rencana atau seperangkat rancangan yang diyakini tentang diri kita sendiri. Menurut Danny I. Yatim dan Irwanto, ” konsep diri pada umumnya didefinikan sebagai sikap, pandangan, atau keyakinan seseorang terhadap keseluruhan dirinya”.3

Konsep diri adalah bagian penting dalam pengembangan kepribadian diri seseorang. Konsep diri menggambarkan bagaimana seseorang akan mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuannya. Syamsul Bachri Thalib mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Rogers dalam Hall & Lindzey bahwa konsep kepribadian yang paling utama adalah diri. Diri berisi ide-ide, persepsi, dan nilai-nilai yang mencakup tentang diri sendiri. Konsep diri merupakan representasi diri yang mencakup identitas diri yakni karakteristik personal, pengalaman, peran, dan status sosial.4

Konsep diri merupakan suatu usaha untuk mengenal diri pribadi. Pada dasarnya konsep diri bukan merupakan sesuatu yang ada dari bawaannya atau ada sejak lahir. Tetapi, muncul melalui pengalaman dan pengetahuannya. Maka seseorang akan lebih memahami karakteristik-karakteristik, pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya.

1

Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), Cet. V, h. 323

2

Shelley E. Taylor, dkk., Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed. 12, Cet. I, h. 119 3

Danny I. Yatim dan Irwanto (peny.), Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: injauan Sosial-Psikologi, (Jakarta, Penerbit Arcan, 1986), h. 25

4

(36)

Slameto mengutip pendapat Burns, mengatakan bahwa ”the self concept refers to the connection of attitudes and beliefs we hold about

ourselves”.5

Konsep diri mengacu pada hubungan sikap dan keyakinan yang dimiliki tentang diri kita sendiri. Konsep diri akan muncul melalui kontak dan interaksi sosial yang terjadi pada seorang individu baik dengan individu lain maupun dengan lingkungan sekitarnya yang berpengaruh dalam kehidupannya.

Pengertian lain, yaitu menurut Desmita yang mengutip pendapat Atwater menyebutkan bahwa ”konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya”.6 Dapat diartikan bahwa bagaimana orang lain akan memandang tentang dirinya, harapan dan cita-citanya, dan kesadaran akan dirinya sendiri.

Menurut Hendrianti Agustiani, ”konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya”.7

Konsep diri bukan hanya timbul dari faktor bawaan, melainkan seorang individu akan mengkonsepkan dirinya dari pengalaman-pengalaman sebagai pelajaran yang dapat diambil untuk pertimbangan ketika melakukan suatu kegiatan atau keputusan.

Dengan konsep diri, maka seseorang akan memahami makna hidupnya, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Seorang individu diharuskan saling berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungan, dengan begitu ia dapat

5

Slameto, op. cit., h. 182 6

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, SMA, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. II, h. 163

7

(37)

menyesuaikan dirinya dengan seseorang dan situasi yang berbeda. Seseorang yang telah memahami tentang dirinya baik itu persepsi dari diri sendiri maupun persepsi dari orang lain, maka ia dapat mengendalikan sikap dan tingkah lakunya karena telah mengetahui gambaran tentang dirinya.

Menurut Agoes Dariyo, ”konsep diri yakni gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian diri dengan orang lain”.8

Aspek fisiologis meliputi aspek fisik yang dimilikinya seperti: postur tubuh, tinggi badan, warna kulit, dan lain-lain sebagainya. Sedangkan aspek psikologis meliputi kebiasaan, kepribadian, watak dan sifat, minat-bakat, dan kemampuan. proses penerimaan kekurangan dan kelebihan tentang dirinya sangat mempengaruhi dalam pembentukan konsep diri.

Sarlito dan Eko mengutip definisi yang dikemukakan oleh Deaux, Dane, & Wrightsman, ”konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenal dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya”.9

Seseorang akan meyakini dirinya bahwa ia mempunyai bakat dan kemampuan yang ia miliki dan mampu untuk mengembangkannya.

Menurut Sarlito W. Sarwono dan Eko A., ”konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisir mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk menginterprestasikan pengalaman”.10 Dengan demikian, konsep diri adalah skema diri yang berupa keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri baik terhadap minat, bakat, kemampuan dan lain sebagainya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka ia akan

8

(38)

merealisasikan sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memperoleh sebuah pengalaman.

Menurut Higgins yang telah dikutip oleh Sarlito dan Eko, bahwa ada tiga jenis konsep/ skema diri, yaitu sebagai berikut:

1) Actual self, yaitu bagaimana diri kita saat ini 2) Ideal self, yaitu bagaimana diri yang kita inginkan 3) Ought self, yaitu bagaimana diri kita seharusnya.11

Dari ketiga konsep ini, seorang individu akan mengetahui bagaimana dirinya saat ini, bagaimana yang diinginkan dan bagaimana seharusnya yang dilakukan untuk dirinya yang sesuai dengan yang diinginkan.

Menurut Desmita, ”konsep diri akan masuk ke pikiran bawah sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan”.12

Konsep diri terlahir bagaimana seseorang akan menyadari dan memandang dirinya. Dengan hal tersebut, seorang individu akan membenahi dirinya ke arah yang lebih baik dengan tujuan mencapai apa yang diinginkannya. Apabila konsep diri baik dan positif, maka semakin mudah ia mencapai keberhasilan, begitupun dengan sebaliknya. Karena konsep diri yang baik dan positif seseorang akan bersikap optimis, percaya diri dan berani melakukan tugasnya, baik akan gagal maupun akan berhasil.

Menurut Wasty Soemanto, ”konsep diri adalah pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku”.13

Dan menurut Desmita, ”konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukkan tingkah laku seseorang.

(39)

Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan tingkah laku”.14

Apabila ia memandang dirinya tidak cukup kemampuannya dalam melakukan kegiatan dan melaksanakan tugasnya, maka ia akan menunjukkan ketidakmampuannya dalam besikap dan bertingkah laku. Artinya, konsep dirinya pun rendah, karena kurangnya percaya diri, menganggap dirinya negatif dan tidak mampu.

Dapat disimpulkan bahwa, konsep diri adalah rencana atau rancangan tentang keyakinan diri sendiri yang berasal dari suatu persepsi tentang gambaran diri baik dalam hal minat, bakat, kemampuan, ataupun aspek lainnya yang tergambar melalui pengalaman-pengalaman yang berpengaruh pada dirinya dalam pembentukkan jati diri.

b. Dimensi-Dimensi Dalam Konsep Diri

Hendrianti Agustiani mengutip pernyataan dari Fitts, ”membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal”.15 Dimensi internal yaitu penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu:

1) Diri identitas (Identity self). Merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri. Hal ini mengacu pada pertanyaan ”Siapakah aku?”, pertanyaan ini tercakup pada label atau simbol-simbol tentang diri untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.

2) Diri pelaku (Behavioral self). Diri merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan dirinya. Diri perilaku erat kaitannya dengan diri identitas. Karena diri identitas akan menggambarkan diri pelaku, maka keduanya memiliki keserasian sehingga mengenali dan menerima baik diri sebagai identitas ataupun diri sebagai pelaku.

14

Desmita, op. cit., h. 169 15

(40)

3) Diri Penerimaan/Penilai (Judging self). Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. kedudukannya adalah sebagai perantara antara diri identitas dan diri pelaku.

Sedangkan dimensi eksternal, seorang individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianut dan hal yang di luar dirinya. Dimensi ini terdiri dari lima bentuk yaitu sebagai berikut:

1) Diri fisik (Physical self). Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik.

2) Diri etik-moral (moral-etical self). Merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika.

3) Diri Pribadi (personal self). Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

4) Diri Keluarga (family self). Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga 5) Diri Sosial (social self). Bagian ini merupakan penilaian individu

terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya.

(41)

baik itu secara fisik, sifat dan lain-lain. Hal ini timbul akibat adanya interaksi dengan orang lain dan lingkungan.

c. Aspek-aspek Konsep Diri

Syamsul Bachri Thalib mengutip pernyataan Song dan Hattie bahwa aspek-aspek konsep diri dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri akademis dan konsep diri non-akademis. ”Konsep diri non-akademis dibedakan menjadi konsep diri sosial dan konsep diri penampilan diri. Jadi, pada dasarnya konsep diri mencakup aspek konsep diri akademis, konsep diri sosial dan penampilan diri”.16

Konsep diri akademis berarti konsep mengenai kegiatan pendidikannya untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan. Konsep diri sosial berarti pada tingkah laku dan sikap dirinya terhadap orang lain dan cara berinteraksi dengan orang lain serta lingkungan sekitarnya. Sedangkan konsep penampilan diri yaitu bagaimana ia berusaha menampilkan dirinya sebaik mungkin sejalan dengan yang diinginkannya.

d. Peranan Konsep Diri

Menurut Pudjijogyanti dalam karyanya tentang konsep diri dalam proses belajar mengajar, diungkapkan bahwa ada tiga alasan yang dapat menjelaskan “peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku yaitu: mempertahankan keselarasan batin, membantu individu dalam menafsirkan pengalaman, menentukan harapan hidup”.17 Dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Mempertahankan keselarasan batin (inner consistency). Pada dasarnya individu berusaha mempertahankan keselarasan batinnya. Apabila timbul perasaan, pikiran atau persepsi tidak seimbang atau

16

Syamsul Bachri Thalib, op. cit., h. 123 17

Winanti Siwi Respati, Aries Yulianto, dan Noryta Widiana, “Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan

(42)

saling bertentangan satu sama lain, maka akan terjadi situasi psikologis tidak menyenangkan.

2) Membantu individu dalam menafsirkan pengalaman. Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap diri sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap diri sendiri

3) Menentukan harapan hidup. Pudjijogyanti mengutip pendapat McCandless, mengemukakan bahwa konsep diri merupakan seperangkat harapan serta penilaian perilaku atas harapan-harapan setiap individu. Jika individu memandang negatif dirinya maka dapat menyebabkan ia tidak mempunyai motivasi untuk mendapat hasil terbaik begitupun sebaliknya.

Konsep diri sangat berpengaruh pada perkembangan diri seseorang dan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Peran adanya konsep diri, yaitu untuk menyeimbangkan antara keinginan dan pikiran atau persepsi, untuk menghasilkan sesuatu yang menyenangkan dan positif untuk perkembangan dirinya. Konsep diri pula sebagai tafrisan terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dialami, pengalaman ini sebagai bentuk evaluasi untuk melakukan perubahan.

Selain itu, konsep diri merupakan bentuk penilaian tentang dirinya atas perilaku dan tindakan yang ia lakukan agar selalu memandang positif terhadap dirinya sehingga memotivasi untuk melakukan perubahan dan perkembangan dirinya ke arah yang lebih baik.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

(43)

keluarga termasuk pengasuhan orang tua, pengalaman perilaku kekerasan, sikap saudara, status sosial ekonomi dan faktor lingkungan sekolah”.18

Faktor keadaan fisik sendiri muncul dari diri seseorang yang dipengaruhi oleh orang tua, proses pengasuhan orang tua, status ekonomi keluarganya, pengalaman pribadi, dan faktor lingkungan sekolah dimana seseorang akan berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Orang tua berperan penting dalam perkembangan konsep diri seorang anak.

Menurut Syamsul Bachri Thalib mengutip pernyataan Friedman, menjelaskan bahwa ”pengasuhan orang tua yang permisif dan otoriter cenderung mengakibatkan konsep diri dan kompetensi sosial yang rendah, sedangkan pengasuhan dengan model otoritatif cenderung menghasilkan konsep diri, kompetensi sosial dan independensi yang tinggi”.19

Artinya, pengasuhan orang tua sangat mempengaruhi pembentukkan konsep diri seorang anak. Faktor eksternal berupa penilaian atau pandangan dari orang lain terhadap dirinya, penilaian tersebut akan berpengaruh kepada tingkat kedewasaan seorang individu dalam pembentukan sikap dan tingkah laku.

Baldwin dan Holmes mengatakan bahwa konsep diri adalah hasil belajar individu melalui hubungannya dengan orang lain. Yang dimaksud dengan ”orang lain” menurut Calhoun dan Accocella, yaitu:

1) Orang tua. Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami oleh seseorang dan yang paling kuat. Informasi yang diberikan oleh orang lain berlangsung hingga dewasa

2) Kawan Sebaya. Peran yang diukur dalam kelompok sebaya sangat berpengaruh terhadap pandangan individu mengenai jati dirinya sendiri

3) Masyarakat. Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang ada pada seorang anak, seperti siapa bapaknya, ras, dan lain-lain

18

Syamsul Bachri Thalib, op. cit., h. 125 19

(44)

sehingga hal ini berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki seorang individu.20

Faktor yang paling berpengaruh terhadap seorang anak adalah orang tua. karena seorang anak akan lebih banyak melakukan kontak sosial dengan orang tua dimulai dari sejak ia lahir sampai dewasa.

Faktor kedua adalah teman sebaya, seseorang setelah mengetahui keadaan di luar lingkungan keluarganya, maka ia akan mengetahui pentingnya berinteraksi dengan orang lain, terutama teman sebaya. Teman sebaya merupakan sekelompok yang akan memandang dirinya dalam proses pembentukan seseorang menemukan jati dirinya. Ketika dihadapkan oleh beberapa pilihan, seseorang akan lebih dahulu meminta pendapat orang tua yang kemudian dilanjutkan dengan pendapat teman sebayanya sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan untuk dirinya.

Masyarakat pun berpengaruh pada konsep diri seorang individu karena masyarakat akan memandang dan menilai seseorang secara umum baik itu dalam hal ras, latar belakang keluarga, sikap dan perilaku, etika dan sopan santun dan lain sebagainya.

2. Minat

a. Pengertian Minat

Menurut Muhibbin Syah, secara sederhana ”minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.21

Minat merupakan keinginan terhadap sesuatu yang timbul akibat kegairahan atau ketertarikan yang tinggi.

20

Chista Gumanti Manik, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja Di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, 2007, h. 8-9

21

(45)

Djaali mengutip pendapat Slameto mengartikan bahwa ”minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.22

Minat muncul atas dasar keinginan individu itu sendiri. ketertarikan tersebut dapat berupa terhadap orang, benda, kegiatan, maupun karier.

”Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang”.23 Minat seorang individu akan timbul dari kegiatan yang pernah dilakukannya, sehingga ia merasa ada ketertarikan dan memperhatikan secara terus menerus yang pada akhirnya ada perasaan senang.

Menurut Crow & Crow, ”minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan atau pun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.24

Hal ini berarti bahwa minat merupakan sesuatu pendorong seseorang untuk tertarik pada orang, benda, atau kegiatan sehingga menghasilkan daya gerak seseorang untuk memperolehnya.

”Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya”.25 Minat merupakan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Semakin kuat dan besar mengenai kemampuan yang dimilikinya maka semakin besar minat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Termasuk pada minat menjadi guru, pada dasarnya minat menjadi guru ini harus didasari dengan adanya kemampuan dari

22

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, Cet. III, h. 121 23

Slameto, loc. cit. 24

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogya: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet. IV, h.112

25

(46)

dalam dirinya. Maka dari kemampuannya lah seseorang akan mempertimbangkan peminatannya terhadap sesuatu untuk kemajuan dirinya.

Menurut Dewa Ketut Sukardi, ”minat merupakan suatu pernyataan dari kepribadian dan perkembangan kepribadian”.26

Dengan minat, seseorang akan mengembangkan kepribadiannya untuk lebih dewasa dalam mengambil sikap, karena minat erat hubungannya dengan sesuatu yang berhubungan hobi atau ketertarikan. Maka hal ini lah yang menyebabkan seseorang akan merasakan gejolak emosional karena adanya keinginan tercapai pada suatu hal yang diminati.

Dapat disimpulkan bahwa, minat adalah rasa ketertarikan terhadap sesuatu dan adanya perasaan senang sehingga menarik untuk terus mencari informasi dan pada akhirnya akan mencapai suatu titik yang diinginkan dan diidamkan.

b. Unsur-unsur Minat

Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur yaitu: perhatian, kesenangan, dan kemauan.27 Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Perhatian. Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian

2) Kesenangan. Perasaan senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang

3) Kemauan. Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan yang dikehendaki oleh akal pikiran.

26

Dewa Ketut Sukardi, Psikologi Pemilihan Karier: Suatu Uraian Teoritis Tentang Tipe Kepribadian dan Model Lingkungan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. I, h. 9

27

(47)

Minat akan timbul karena adanya perhatian seseorang terhadap benda atau orang, dan memusatkan perhatiannya pada objek tertentu yang diminatinya. Dari perhatian tersebut, maka akan timbul adanya perasaan senang, sehingga individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan obyek tersebut. Dari kedua faktor tersebut, maka akan melahirkan suatu dorongan yang timbul dari perhatian terhadap suatu obyek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat individu yang bersangkutan.

c. Faktor-faktor yang Menimbulkan Minat

Menurut Taufani ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat yaitu:

1) Faktor dorongan dalam, yaitu dorongan dari individu itu sendiri 2) Faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas

agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya

3) Faktor emosional, yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan dengan objek minatnya.28

Minat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor dorongan dalam, berupa faktor yang timbul dari diri seseorang yaitu kemauan untuk melakukan suatu kegiatan. Sedangkan faktor ektern yaitu faktor yang timbul dari luar, berupa faktor motivasi sosial, dimana seseorang membutuhkan dorongan atau motivasi dari orang lain agar aktivitas yang dilakukannya tersebut dapat di akui dan diterima oleh orang lain.

Hal ini menunjukkan bahwa seseorang memerlukan tanggapan yang positif terhadap dirinya. Faktor emosional, muncul atas dasar adanya

28

Kamrianti Ramli, Faktor-faktor yang Membangkitkan Minat Belajar,

(48)

dorongan dari dalam dan luar sehingga seorang individu akan terus melakukan aktivitasnya karena adanya rasa ingin tau dan ketertarikan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat menjadi salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang antara lain:

1) Motivasi

Menurut Sumardi Suryabrata yang dikutip oleh Djaali, bahwa “motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan”.29

Motivasi timbul akibat adanya dorongan baik dorongan dari diri sendiri ataupun dorongan dari luar dirinya untuk melakukan aktivitas yang akan dicapainya.

Motivasi sangat erat kaitannya dengan minat. Minat dapat timbul dengan adanya motivasi yang kuat. Seseorang yang mempunyai keinginan atau kepentingan terhadap sesuatu maka akan merangsang timbulnya ketertarikan atau minat untuk melakukan kegiatan tersebut sehingga termotivasi dalam mencapai suatu tujuan yang dikehendakinya. 2) Bakat

Menurut Beni S. Ambarjaya, “bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus”.30 Bakat juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat. Seseorang yang mengetahui kemampuan dan bakat dirinya, maka ia akan terdorong untuk mengembangkan kemampuannya tersebut. Sehingga atas dasar kemampuan dan bakatnya itulah ia akan menentukkan masa depan

29

Djaali, op. cit., h. 101 30

Gambar

Grafik 1.1 Konteks Belajar ................................................................................
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...............................................................
JadwalTabel 3.1  Penelitian
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun teori yang mendasari penelitian ini peneliti bagi ke dalam dua penggolongan yakni; Pertama, pengaruh penggunaan gadget terhadap diri mahasiswa, Kedua, pengaruh

Berdasarkan perhitungan dan analisis statistik, dapat dilihat bahwa dimensi penilaian tentang diri sendiri dari variabel konsep diri memiliki pengaruh yang signifikan dengan

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pola Sosialisasi Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri (Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Semester VI

Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa dalam Memilih Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Penulis sangat tertarik dengan media YouTube, karena YouTube mampu membius masyarakat dengan cepat untuk menggunakannya. Entah untuk hanya sekadar hiburan, belajar,

Setelah semua uraian akan permasalahan yang dibahas telah penulis sampaikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang relevansi materi akidah dalam

adalah penelitian untuk Jurnal Pendidikan UNS, Vol. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 6 Surakarta tahun 2013 dilakukan pada bulan Februari

Menurut Clark dan Yallop dalam fonologi bahasa Indonesia: Tujuan deskriptif SistemBunyi Bahasa Indonesia karya Masnur Muslich, fonetik adalah bidang yang