• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN DUKUNGAN ORGANISASI DAN BULLYING DI TEMPAT

KERJA TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA ORGANISASI

(The Role of Organizational Support and Workplace Bullying toward Organizational Commitment)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Psikologi Profesi

OLEH

DITA PRIMA NESYA 127029003

MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :

Nama : Dita Prima Nesya

NIM : 127029003

Kekhususan : Psikologi Industri dan Organisasi

Judul Tesis : Peranan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Psikologi Profesi pada Kekhususan Psikologi Industri dan Organisasi Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara pada hari Kamis, 14 Agustus 2014.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I/Penguji I :

(Zulkarnain, Ph.D, Psikolog) NIP. 19731214 200012 1 001 Pembimbing II/Penguji II :

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul

“Peranan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi” yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesi Psikologi dari Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis ini yang saya kutip dari hasil

karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah

dan etika penulisan ilmiah.

Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan pernyataan ini maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Medan, 18 Agustus 2014

(4)

Peranan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi

Dita Prima Nesya, Zulkarnain, Vivi Gusrini Rahmadani Pohan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dukungan organisasi dan

bullying di tempat kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala komitmen karyawan pada organisasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek komitmen karyawan pada organisasi yang terdiri dari aspek identification, involvement dan loyalty, skala dukungan organisasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek dukungan organisasi yang terdiri dari aspek fairness,

supervisor supportdan organizational reward and job condition, serta skala bullying di tempat kerja yang disusun berdasarkan bentuk-bentuk bullying di tempat kerja yang terdiri dari work related bullying, person related bullying, dan physical intimidation bullying. Penelitian ini melibatkan 412 Pegawai Negeri Sipil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan organisasi dan bullying di tempat kerja berpengaruh terhadap komitmen karyawan pada organisasi (R=0.593, R2=0.351, F=110.816; p<0.01). Dukungan organisasi berpengaruh positif dan bullying di tempat kerja berpengaruh negatif terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Dukungan organisasi memiliki sumbangan lebih besar terhadap komitmen karyawan pada organisasi (R Square Change=0.318) dibandingkan dengan bullying di tempat kerja (R Square Change=0.033). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dua dari tiga aspek dukungan organisasi memberikan kontribusi terhadap komitmen karyawan pada organisasi yaitu aspek fairness dan organizational reward and job condition. Sementara itu, juga ditemukan dua dari tiga bentuk bullying di tempat kerja berkontribusi terhadap komitmen karyawan pada organisasi yaitu work related bullying dan person related bullying. Implikasi dari penelitian diharapkan pihak manajemen dapat memberikan penghargaan terhadap karyawan dan bersama-sama dengan karyawan menciptakan suasana kerja yang positif sehingga karyawan dapat meningkatkan komitmen terhadap organisasi.

Kata kunci: komitmen karyawan pada organisasi, dukungan organisasi, bullying

(5)

The Role of Organizational Support and Workplace Bullying toward Organizational Commitment

Dita Prima Nesya, Zulkarnain, Vivi Gusrini Rahmadani Pohan

ABSTRACT

This study aims to determine the role of organizational support and bullying at workplace toward organizational commitment. Data were collected using organizational commitment scale, organizational support scale and bullying at the workplace scale.

This study involved 412 civil servants. The results showed that organizational support and bullying at workplace influence to organizational commitment (R=0.593, R2=0.351, F=110.816; p<0.01). Organizational support positively affects to organizational commitment and bullying at the workplace negatively affects to organizational commitment. Organizational support has a greater contribution (R Square Change=0.318) to organizational commitment. The results also showed that two of the three aspects of organizational support contributed to organizational commitment, there were fairness and organizational rewards and job condition. Meanwhile, two of the three forms of bullying at workplace contributes to organizational commitment were work related bullying and person related bullying. Implications of this study that management are expected to give positive appreciation and together with employees create positive working atmosphere so that employees can increase commitment to the organization.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayahNya sehingga peneliti bisa menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

Penyusunan tesis yang berjudul “Peranan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi” ini diajukan dalam rangka

memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Psikologi Profesi pada

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada suami Richie Permana, SH

dan ananda tercinta Zivara Hayfa Callista atas kasih sayang, pengertian, dukungan,

pengorbanan dan do’a yang diberikan sehingga peneliti dapat melewati semua tantangan

dan rintangan dalam menyelesaikan pendidikan ini. Ucapan terima kasih juga peneliti

haturkan kepada orangtua peneliti, papa Drs. Syamsurial Sad, mama Nelly Fasmar dan

mama mertua Yulinarti yang senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungan kepada

peneliti.

Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Wiwik Sulistyaningsih, M.Si, Psikolog selaku Koordinator Program

Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, dan masukan untuk penyelesaian tesis ini.

4. Ibu Vivi Gusrini R. Pohan, MA, M.Sc, Psikolog selaku dosen pembimbing II dan

Koordinator Kekhususan Psikologi Industri dan Organisasi yang telah memberikan

(7)

5. Bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

kritikan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Ibu Gustiarti Leila, M.Psi, M.Kes, Psikolog selaku dosen penasehat akademik

peneliti yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti dalam

menyelesaikan pendidikan.

7. Seluruh dosen Magister Psikologi Profesi yang telah memberikan ilmu dan

pendidikan kepada peneliti selama mengikuti pendidikan Magister Psikologi

Profesi.

8. Seluruh pegawai Sekretariat Magister Psikologi Profesi yang telah banyak

memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti selama mengikuti pendidikan

Magister Psikologi Profesi.

9. Walikota Bukittinggi beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk melanjutkan pendidikan dan melakukan penelitian di

lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi.

10. Adik-adik tercinta, Tosa, Mira, Fandra dan Riyan serta Uda Miko, Uni Shierly,

Bang Bery, dan Bang Arief, terima kasih untuk dukungan dan semangat yang

selalu diberikan kepada peneliti.

11. Alm. Citra Mustika, sepupu dan sahabat terbaik yang selalu ada di saat peneliti

membutuhkan bantuan. Semoga Allah menempatkanmu di surgaNya.

12. Teman-teman seperjuangan, Arti, kak Eka dan Helva, terima kasih atas pengertian,

dukungan dan kerjasama selama ini. Tawa, canda dan air mata yang pernah ada

akan selalu menjadi kenangan yang tak terlupakan.

13. Teman-teman PIO angkatan VII, Dea, Techa, Linda, Tante Mestika, Desta dan Ika,

teman-teman MOC, Ni Reni, Emi dan Wina serta teman-teman MP2 Angkatan VII

Kak Umi, Kak Evi, Bang Ebiet, Kak Yenni, Bu Quartini, Alin, Susi dan Yustian.

Terima kasih untuk kebersamaan selama 2 tahun ini, untuk suka dan duka yang

(8)

14. Teman-teman Gang Mulia, Ummi Reni dan Kak Cici, terima kasih atas bantuan

dan semangat yang diberikan kepada peneliti.

15. Teman-teman kantor, Cici, Fitri, Mb Lia, Kak Ani, Novi, Uci, Dandy, Ni Efa dan

pak Depi serta teman-teman lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang diberikan agar peneliti

segera menyelesaikan pendidikan ini.

16. Pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

dan bantuan yang telah peneliti terima. Peneliti menyadari keterbatasan diri, ilmu dan

pengalaman sehingga tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi

kesempurnaannya. Harapan peneliti semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 18 Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI A. Komitmen Karyawan pada Organisasi ………...………… 13

B. Dukungan Organisasi ………... 23

C. Bullying di Tempat Kerja ……… 27

D. Hubungan antara Dukungan Organisasi dengan Komitmen Karyawan pada Organisasi …..……… 33

E. Hubungan antara Bullying di Tempat Kerja dengan Komitmen Karyawan pada Organisasi ………... 38

F. Hubungan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja dengan Komitmen Karyawan pada Organisasi …… 41

G. Hipotesis Penelitian ………. 42

BAB III METODE PENELITIAN 44 A. Identifikasi Variabel Penelitian ………... 44

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……… 44

C. Populasi dan Sampel Penelitian .………. 47

D. Metode Pengumpulan Data ………. 49

E. Uji Validitas ……… 53

(10)

G. Uji Reliabilitas ……… 56

H. Uji Coba Alat Ukur ………. 57

I. Prosedur Penelitian ………. 61

J. Metode Analisa Data ………... 63

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 66 A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ………... 66

B. Uji Asumsi ……….. 69

C. Hasil Penelitian ………... 75

D. Pembahasan ………. 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 A. Kesimpulan ………. 102

B. Saran ……… 103

DAFTAR PUSTAKA 105

(11)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1 Definisi Operasional Aspek Komitmen Karyawan pada Organisasi 45

Tabel 2 Definisi Operasional Aspek Dukungan Organisasi ………. 46

Tabel 3 Definisi Operasional Bentuk Bullying di Tempat Kerja ………….. 47

Tabel 4 Sebaran PNS per Jabatan & Sampel ……… 49

Tabel 5 Distribusi Aitem Skala Komitmen Karyawan pada Organisasi …… 50

Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Dukungan Organisasi ………. 51

Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Bullying di Tempat Kerja ………... 52

Tabel 8 Distribusi Aitem Skala Komitmen Karyawan pada Organisasi Setelah Uji Coba ……… 58

Tabel 9 Distribusi Aitem Skala Dukungan Organisasi Setelah Uji Coba …. 60 Tabel 10 Distribusi Aitem Skala Bullying di Tempat Kerja Setelah Uji Coba 61 Tabel 11 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 66

Tabel 12 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ………. 67

Tabel 13 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jabatan ……… 67

Tabel 14 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan ………….. 68

Tabel 15 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja ………….. 69

Tabel 16 Hasil Uji Normalitas Residual Regresi Linear Dukungan Organisasi terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi ………... 70

Tabel 17 Hasil Uji Normalitas Residual Regresi Linear Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi ……… 70

Tabel 18 Hasil Uji Normalitas Residual Regresi Linear Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi ……….. 71 Tabel 19 Hasil Uji Linearitas ……….. 72

Tabel 20 Hasil Uji Autokorelasi ……….. 73

Tabel 21 Hasil Uji Multikolinearitas ………... 74

(12)

Tabel 23 Hasil Uji Korelasi Dukungan Organisasi dengan Komitmen

Karyawan pada Organisasi ……… 75

Tabel 24 Hasil Uji Regresi Dukungan Organisasi terhadap Komitmen

Karyawan pada Organisasi ……… 76

Tabel 25 Coefficient Uji Regresi Dukungan Organisasi terhadap Komitmen

Karyawan pada Organisasi ……… 76

Tabel 26 Hasil Uji Korelasi Bullying di Tempat Kerja dengan Komitmen

Karyawan pada Organisasi ……… 77

Tabel 27 Hasil Uji Regresi Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen

Karyawan pada Organisasi ……… 78

Tabel 28 Coefficient Uji Regresi Bullying di Tempat Kerja terhadap

Komitmen Karyawan pada Organisasi ……… 79

Tabel 29 Hasil Uji Regresi Berganda Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi …… 80

Tabel 30 Sumbangan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi ……… 81

Tabel 31 CoefficientUji Regresi Dukungan Organisasi & Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi ……….. 82

Tabel 32 ANOVA Uji Regresi Dukungan Organisasi & Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi ……….. 83

Tabel 33 Hasil Uji Korelasi Aspek Dukungan Organisasi dengan Komitmen

Karyawan pada Organisasi ……… 83

Tabel 34 Hasil Uji Regresi Aspek Dukungan Organisasi terhadap Komitmen

Karyawan pada Organisasi ……… 84

Tabel 35 ANOVA Uji Regresi Aspek Dukungan Organisasi terhadap

Komitmen Karyawan pada Organisasi ……….. 85

Tabel 36 Coefficient Uji Regresi Aspek Dukungan Organisasi terhadap

(13)

Tabel 40 Coefficient Uji Regresi Bentuk Bullying di Tempat Kerja terhadap

Komitmen Karyawan pada Organisasi ……….. 89

Tabel 41 Gambaran Skor Komitmen Karyawan pada Organisasi Berdasarkan

Nilai Empirik ………. 90

Tabel 42 Gambaran Skor Komitmen Karyawan pada Organisasi Berdasarkan

Nilai Hipotetik ………... 90

Tabel 43 Norma Kategorisasi Komitmen Karyawan pada Organisasi ………. 91

Tabel 44 Kategorisasi Skor Komitmen Karyawan pada Organisasi Subjek

Penelitian ………... 91

Tabel 45 Gambaran Skor Dukungan Organisasi Berdasarkan Nilai Empirik 91

Tabel 46 Gambaran Skor Dukungan Organisasi Berdasarkan Nilai Hipotetik 92

Tabel 47 Norma Kategorisasi Dukungan Organisasi ……….. 92

Tabel 48 Kategorisasi Skor Dukungan Organisasi Subjek Penelitian ……… 93

Tabel 49 Gambaran Skor Bullying di Tempat Kerja Berdasarkan Nilai

Empirik ………. 93

Tabel 50 Gambaran Skor Bullying di Tempat Kerja Berdasarkan Nilai

Hipotetik ………... 93

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data

2. Surat Izin Melaksanakan Penelitian

3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

4. Lembar Pengambilan Data Penelitian

LAMPIRAN B

1. Alat Ukur Penelitian

2. Data Uji Coba Skala Komitmen Karyawan pada Organisasi

3. Hasil Uji Coba Skala Komitmen Karyawan pada Organisasi

4. Data Uji Coba Skala Dukungan Organisasi

5. Hasil Uji Coba Skala Dukungan Organisasi

6. Data Uji Coba Skala Bullying di Tempat Kerja 7. Hasil Uji Coba Skala Bullying di Tempat Kerja

LAMPIRAN C

1. Data Hasil Penelitian

2. Uji Asumsi

3. Hasil Pengolahan Data Penelitian

(15)

Peranan Dukungan Organisasi dan Bullying di Tempat Kerja terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi

Dita Prima Nesya, Zulkarnain, Vivi Gusrini Rahmadani Pohan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dukungan organisasi dan

bullying di tempat kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala komitmen karyawan pada organisasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek komitmen karyawan pada organisasi yang terdiri dari aspek identification, involvement dan loyalty, skala dukungan organisasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek dukungan organisasi yang terdiri dari aspek fairness,

supervisor supportdan organizational reward and job condition, serta skala bullying di tempat kerja yang disusun berdasarkan bentuk-bentuk bullying di tempat kerja yang terdiri dari work related bullying, person related bullying, dan physical intimidation bullying. Penelitian ini melibatkan 412 Pegawai Negeri Sipil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan organisasi dan bullying di tempat kerja berpengaruh terhadap komitmen karyawan pada organisasi (R=0.593, R2=0.351, F=110.816; p<0.01). Dukungan organisasi berpengaruh positif dan bullying di tempat kerja berpengaruh negatif terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Dukungan organisasi memiliki sumbangan lebih besar terhadap komitmen karyawan pada organisasi (R Square Change=0.318) dibandingkan dengan bullying di tempat kerja (R Square Change=0.033). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dua dari tiga aspek dukungan organisasi memberikan kontribusi terhadap komitmen karyawan pada organisasi yaitu aspek fairness dan organizational reward and job condition. Sementara itu, juga ditemukan dua dari tiga bentuk bullying di tempat kerja berkontribusi terhadap komitmen karyawan pada organisasi yaitu work related bullying dan person related bullying. Implikasi dari penelitian diharapkan pihak manajemen dapat memberikan penghargaan terhadap karyawan dan bersama-sama dengan karyawan menciptakan suasana kerja yang positif sehingga karyawan dapat meningkatkan komitmen terhadap organisasi.

Kata kunci: komitmen karyawan pada organisasi, dukungan organisasi, bullying

(16)

The Role of Organizational Support and Workplace Bullying toward Organizational Commitment

Dita Prima Nesya, Zulkarnain, Vivi Gusrini Rahmadani Pohan

ABSTRACT

This study aims to determine the role of organizational support and bullying at workplace toward organizational commitment. Data were collected using organizational commitment scale, organizational support scale and bullying at the workplace scale.

This study involved 412 civil servants. The results showed that organizational support and bullying at workplace influence to organizational commitment (R=0.593, R2=0.351, F=110.816; p<0.01). Organizational support positively affects to organizational commitment and bullying at the workplace negatively affects to organizational commitment. Organizational support has a greater contribution (R Square Change=0.318) to organizational commitment. The results also showed that two of the three aspects of organizational support contributed to organizational commitment, there were fairness and organizational rewards and job condition. Meanwhile, two of the three forms of bullying at workplace contributes to organizational commitment were work related bullying and person related bullying. Implications of this study that management are expected to give positive appreciation and together with employees create positive working atmosphere so that employees can increase commitment to the organization.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk

mengelola berbagai macam sumber daya yang dimiliki, salah satu yang sangat

penting yaitu sumber daya manusia (SDM). SDM memiliki andil yang cukup besar

dalam menentukan maju atau berkembangnya suatu organisasi. SDM dalam

organisasi terdiri atas karyawan-karyawan yang merupakan penggerak dan harus

selalu diperhatikan, dipertahankan serta dikembangkan oleh organisasi (Kurniasari,

2004). Salah satu hal penting yang harus diperhatikan organisasi adalah komitmen

karyawan pada organisasi. Tidak adanya komitmen dapat mengakibatkan sulitnya

pencapaian tujuan organisasi dan mengurangi efektivitas organisasi (Chow &

Holden, 1997; Suntari, 2004)

Komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu kunci penting

dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi untuk mencapai

tujuannya. Karyawan yang mempunyai komitmen kepada organisasi biasanya

menunjukan sikap kerja yang penuh perhatian terhadap tugasnya, sangat memiliki

tanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas serta sangat loyal terhadap

perusahaan. Komitmen berdampak kepada performansi kerja karyawan dan pada

akhirnya juga sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi (Aktami, 2008).

Dampak dari komitmen bukan hanya tampak dari performa kerja yang meningkat,

namun juga dapat dilihat dari tingkat absensi yang rendah dan rendahnya tingkat

(18)

Oleh karena itu, organisasi perlu meningkatkan komitmen karyawan pada

organisasi. Mengingat semakin tinggi komitmen karyawan semakin besar usaha

yang dilakukannya dalam melaksanakan pekerjaan dan semakin lama pula ia ingin

tetap berada dalam organisasi (Mowday, Porter & Steers, 1982). Komitmen pada

setiap karyawan sangat penting karena dengan adanya komitmen seorang karyawan

dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibanding dengan

karyawan yang tidak mempunyai komitmen. Disamping itu, menurut Arthur (2004)

karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan meningkatkan keefektifan

organisasi melalui keterlibatan yang tinggi dalam organisasi dan akan bekerja keras

mencapai tujuan organisasi (Bhatnagar, 2007).

Sebaliknya karyawan dengan komitmen organisasi yang rendah cenderung

tidak produktif dan malas dalam bekerja. Begitu juga halnya dengan tingginya

tingkat turnover dan ketidakhadiran karyawan sering dihubungkan dengan tingkat komitmen organisasi yang rendah (Morrow, 1993). Karyawan yang memiliki

komitmen cenderung memberikan lebih banyak kontribusi positif terhadap

organisasi dibandingkan dengan karyawan yang kurang memiliki komitmen. Cohen

(2003) menyatakan bahwa organisasi yang karyawannya memiliki tingkat komitmen

yang lebih tinggi menunjukkan kinerja dan produktivitas yang lebih baik serta

tingkat absensi dan keterlambatan yang rendah. Hal ini berarti bahwa karyawan

dengan tingkat komitmen yang tinggi cenderung untuk melakukan usaha yang lebih

besar untuk melakukan dan menginvestasikan sumber daya mereka dalam

organisasi.

Komitmen karyawan pada organisasi bukanlah merupakan suatu hal yang

terjadi secara sepihak. Dalam hal ini, organisasi dan karyawan harus secara

(19)

organisasi (Aktami, 2008). Organisasi yang memberikan kesempatan pencapaian

prestasi bagi karyawan akan berdampak signifikan terhadap perilaku dan

komitmennya pada organisasi. Muhlau (2004) menemukan bahwa karyawan

menjadi lebih berkomitmen setelah menerima hadiah atau keuntungan tambahan

dari organisasi (Lambooij, Flache & Siegers, 2007). Demikian juga halnya,

karyawan yang secara emosional memiliki komitmen terhadap organisasi akan

menunjukkan performansi kerja yang tinggi, mengurangi tingkat absensi dan

memiliki kemungkinan yang rendah untuk berhenti dari pekerjaannya (Meyer &

Allen, 1997; Rhoades & Eisenberger, 2002). Sebaliknya, karyawan juga akan

menuntut bagaimana dukungan organisasi terhadap mereka. Hal ini dapat dinilai

karyawan dari penerimaan dan penghargaan organisasi terhadap mereka, gaji,

kesempatan promosi dan akses terhadap informasi organisasi (Rhoades &

Eisenberger, 2002).

Berdasarkan hal tersebut diatas, terlihat bahwa komitmen karyawan pada

organisasi memainkan peran yang cukup penting dalam pencapaian tujuan dan

efektivitas organisasi. Termasuk dalam hal ini komitmen Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dalam melaksanakan tugas pada organisasi pemerintah. Dalam pelaksanaan

tugasnya setiap Pegawai Negeri Sipil harus memahami dan melaksanakan tugas

dengan sebaik-baiknya, menjunjung tinggi ketidakberpihakan terhadap semua

golongan, masyarakat, individu, serta tidak diskriminatif dalam memberikan

pelayanan. Di samping itu, setiap PNS harus menunjukkan akuntabilitasnya dengan

mempertanggungjawabkan seluruh pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya

baik kepada bangsa dan negara maupun masyarakat melalui pimpinan atau atasan

(20)

Oleh karena itu, PNS sebagai penyelenggara negara dituntut untuk memiliki

komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan visi dan misi organisasi pemerintah agar

kinerja organisasi pemerintah dapat dicapai secara optimal (Surjadi, 2014). Namun

dalam kenyataannya, lemahnya sistem reward dan punishment menjadi kendala bagi organisasi pemerintah untuk mendapatkan PNS yang memiliki komitmen yang

tinggi dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Hal ini terlihat dari banyaknya

PNS yang sering tidak masuk kerja dengan alasan yang macam-macam atau sekedar

keluar kantor untuk mencari makan atau belanja. Jika masuk kantor, itupun sekedar

memenuhi absensi dan kewajiban apel pagi, setelah itu sibuk menghindari pekerjaan

yang diberikan atasan dengan berbagai alasan. Hal ini menjadi tantangan yang

cukup kompleks bagi organisasi pemerintah untuk mendapatkan PNS yang memiliki

komitmen yang tinggi (Lutfi, 2007).

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi komitmen karyawan pada

organisasi, diantaranya kepuasan akan pembayaran, bagaimana lingkungan kerja,

sikap atasan dan pengawasan yang ada, serta hubungan dengan sesama rekan kerja

(Armansyah, 2002). Disamping itu terdapat faktor lain yang berhubungan dengan

komitmen karyawan pada organisasi yaitu persepsi karyawan terhadap dukungan

organisasi. (Arokiasamy, Marimuthu & Moorthy, 2010).

Persepsi tersebut berhubungan dengan suatu kondisi dimana karyawan

merasa bahwa organisasi dapat memenuhi kebutuhan sosio emosional karyawan dan

memberikan kompensasi secara adil terhadap usaha atau kinerja yang ditunjukkan

karyawan (Eisenberger, Aselage, Sucharski & Jones, 2004). Perlakuan yang adil,

dukungan atasan, imbalan yang diterima dan kondisi pekerjaan yang mendukung,

menunjukkan hubungan yang kuat dengan dukungan organisasi (Rhoades &

(21)

Karyawan cenderung membentuk keyakinan umum mengenai sejauhmana

organisasi menghargai kontribusi dan mempedulikan kesejahteraan mereka. Secara

khusus, mereka juga menilai perlakuan dari organisasi terhadap mereka dan

menyimpulkan motif umum yang mendasari perlakuan tersebut. Beberapa karyawan

mungkin merasakan dukungan organisasi melalui keinginan atasan untuk

memberikan bantuan bagi mereka dalam mengerjakan suatu tugas, dan bagi

beberapa karyawan lainnya merasakan dukungan organisasi melalui kesempatan

yang diberikan untuk mengikuti pelatihan yang menarik bagi mereka (LaMastro,

1999).

Karyawan yang meyakini bahwa organisasi akan memberikan sejumlah

sumber daya yang berharga bagi pengembangan karir mereka seperti kesempatan

mengikuti pelatihan dan keamanan dalam bekerja, cenderung memiliki persepsi

terhadap dukungan organisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan

yang hanya melihat kesempatan tersebut sebagai janji semata (Eisenberger et al.,

2004). Dengan demikian, karyawan yang merasakan dukungan organisasi yang

cukup kuat secara teoritis merasa perlu untuk membalas perlakuan organisasi yang

menguntungkan dengan sikap dan tingkahlaku yang menguntungkan organisasi

(Eisenberger, Huntington, Hutchison & Sowa, 1986).

Persepsi terhadap dukungan organisasi memainkan peranan penting dalam

meningkatkan komitmen karyawan pada organisasi. Dukungan organisasi yang

dirasakan karyawan membuat karyawan merasa lebih berkewajiban dan

berkomitmen terhadap organisasi, yang mengarahkan pada manfaat positif bagi

organisasi seperti efektivitas organisasi, peningkatan kinerja dan mengurangi tingkat

(22)

Sejalan dengan hal ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan

organisasi berhubungan positif dengan tingkat kehadiran dan performansi kerja

(Eisenberger, Fasolo & La Mastro, 1990), kecenderungan untuk membantu rekan

kerja (Shore & Wayne, 1993), kecenderungan untuk memberikan saran

pengembangan untuk perbaikan organisasi dan komitmen organisasi afektif

(Eisenberger et al., 1990). Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa karyawan

yang merasakan dukungan organisasi yang lebih kuat cenderung lebih berkomitmen

dan lebih bersedia untuk terlibat dalam peran tambahan atau perilaku organizational citizenship(Organ, 1988).

Faktor lainnya yang berhubungan dengan komitmen karyawan pada

organisasi yaitu bullying di tempat kerja (Hoel & Cooper, 2000). Bullying di tempat kerja menjadi isu utama bagi organisasi saat ini (Rasool, Arzu, Hasan, Rafi &

Kashif, 2013). Bullying biasa terjadi di tempat kerja dan sangat merusak. Dari hasil analisis mendalam terhadap 148 organisasi di seluruh dunia, ditemukan bahwa

bullyingterjadi secara rutin pada 49% dari total organisasi yang dianalisis (Hodson, Roscigno & Lopez, 2006; dalam Lutgen-Sandvik & Sypher, 2009). Penelitian di

Amerika Serikat juga menunjukkan tingkat kejadian yang mengkhawatirkan.

Selama periode 6 hingga 12 bulan, 13% karyawan di-bully di tempat kerja dan hal ini meningkat secara signifikan ketika dilakukan perhitungan terhadap bullying yang diterima sepanjang karir mereka yaitu sebesar 30% (Lutgen-Sandvik, Tracy &

Alberts, 2008).

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Institute of Bullying in Workplace

pada tahun 2006, terdapat beberapa bentuk bullying yang sering terjadi yaitu tuduhan (71%), ancaman nonverbal (68%), meremehkan pendapat orang lain (64%),

(23)

kerja memuaskan (58%), kritikan pedas dan menetapkan standar yang berbeda

untuk suatu tugas (57%), menyebarkan gosip mengenai seseorang (56%) dan

meminta orang lain untuk memperlakukan karyawan secara tidak adil (55%)

(Gholipour, Sanjari, Bod & Kozekanan, 2011).

Salah satu contoh bullying di tempat kerja yaitu kasus yang dialami seorang wanita yang bekerja sebagai asisten eksekutif di salah satu kota di Amerika Serikat.

Ia mengalami bullying dari atasannya saat meminta cuti hamil, atasannya menganggap hamil adalah pengganggu bagi para karyawannya. Sebelumnya

atasannya juga sering mengolok-olok dengan mengatakan ia jelek saat hamil dan

kinerjanya buruk. Setelah selesai menjalani cuti hamil, atasannya memberikan

banyak pekerjaan sehingga waktu untuk anak dan keluarga semakin sedikit. Selain

itu, atasannya sering mengacuhkan dan tidak pernah mengikutsertakannya lagi

dalam rapat serta menyuruh karyawan lain untuk tidak berbicara kepadanya. Hal ini

membuat karyawan tersebut merasa takut, bingung dan tidak bisa mengerjakan

pekerjaan dengan baik (Frieda, 2012).

Kasus di atas merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kasus bullying

di tempat kerja. Bullying di tempat kerja meliputi berbagai perilaku baik yang melibatkan kekerasan ataupun tidak seperti melecehkan, menyinggung atau

mengucilkan secara sosial (Hoel, Rayner & Cooper, 1999). Perilaku bullying di tempat kerja dapat berupa ancaman terhadap status profesional (penghinaan publik),

ancaman terhadap posisi pribadi (intimidasi), isolasi (mencegah akses untuk

mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan), beban kerja yang berlebihan

(menetapkan tenggat waktu yang tidak mungkin) dan destabilisasi (mengingatkan

(24)

Bullying di tempat kerja berdampak tidak hanya terhadap individu namun juga berdampak terhadap organisasi (Hoel & Copper, 2000). Bagi individu, bullying

di tempat kerja telah terbukti memiliki dampak psikologis dan fisiologis yang

merugikan karyawan yang di-bully. Dampak psikologis yang dilaporkan adalah ketakutan, ketidakberdayaan, kecemasan dan depresi (De Gucht, Fischler & Heiser,

2004; Mikkelsen & Einarsen, 2001), sementara dampak fisiologis berupa sakit

kepala dan gangguan perut (Vartia, 2001).

Bullying juga menyebabkan karyawan kurang mampu mengatasi tugas sehari-hari dan bekerjasama dengan orang lain di lingkungan kerjanya (Einarsen, 2000).

Selain itu ditemukan karyawan cenderung menarik diri, enggan berkomunikasi

karena takut dikritik dan kehilangan semangat kerja (Field, 1996). Hasil penelitian

Leymann (1996) juga menunjukkan bahwa bullying memiliki dampak kognitif terhadap karyawan yang mengalami bullying seperti masalah konsentrasi, ketidaknyaman dalam bekerja dan kurang inisiatif.

Dampak bullying terhadap individu ini ikut mempengaruhi organisasi berkaitan dengan kurangnya motivasi dan kreativitas karyawan serta peningkatan

terjadinya kesalahan dan kecelakaan kerja. Di samping itu, bullying di tempat kerja juga ikut mempengaruhi tingkat ketidakhadiran, turnover dan produktivitas serta performansi karyawan (Einarsen, Hoel, Zapf & Cooper, 2003).

Terkait dengan performansi organisasi, bullying di tempat kerja juga menimbulkan dampak yang merugikan bagi organisasi (Hoel et al, 1999). Efisiensi

yang rendah dari karyawan pada akhirnya ikut mengurangi efisiensi organisasi

dalam hal inovasi dan hasil (Rayner, Hoel & Cooper, 2002). Hasil penelitian

(25)

1996; Salin, 2001). Selain itu bullying juga memiliki efek negatif terhadap performansi karyawan (Kirel, 2007; Yuksel & Tuncsiper, 2011) dan komitmen

organisasi (Demirgil, 2008; Yuksel & Tuncsiper, 2011).

Sejalan dengan hal ini, hasil penelitian McCormack, Casimir, Djurkovic &

Yank (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara komitmen

organisasi dengan bullying di tempat kerja. Bullying menyebabkan komitmen yang rendah dikarenakan pekerja yang mengalami bullying merasa dikecewakan oleh organisasi karena membiarkan perilaku bullying terjadi. Selanjutnya McCormack et al., (2006) menjelaskan bahwa di-bully cenderung menurunkan komitmen afektif karyawan karena bullying mengurangi kelekatan emosional karyawan terhadap organisasi mengingat kejadian interpersonal yang negatif biasanya akan

memunculkan respons perasaan yang negatif pula.

Hasil penelitian lainnya menemukan bahwa karyawan yang memiliki

komitmen organisasi lebih tinggi jarang menunjukkan sikap dan perilaku kerja

negatif yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental, kepuasan kerja dan

niat untuk meninggalkan organisasi dibandingkan karyawan dengan komitmen

organisasi rendah (Czajka & Begley, 1993). Tidak dapat dipungkiri bahwa

karyawan tidak akan merasa berkomitmen terhadap organisasi jika dihadapkan pada

hambatan yang disengaja dalam pelaksanaan pekerjaannya baik secara pribadi

maupun profesional (Duffy, Ganster & Pagon, 2002). Karyawan yang merasa

memiliki hubungan yang mendukung dengan atasan memiliki komitmen organisasi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang merasa dihalangi dalam

pelaksanaan pekerjaannya oleh atasan (Firth, Mellor, Moore & Loquet, 2004).

Komitmen karyawan pada organisasi menjadi sangat penting dalam

(26)

bullying ini berhubungan secara langsung dengan kinerja karyawan yang mengalami

bullying (Djurkovic, McCormack & Casimir, 2004). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat bullying yang diterima oleh karyawan maka akan semakin rendah komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Hal ini terkait

dengan dampak yang ditimbulkan oleh bullying terhadap organisasi, seperti ketidakhadiran, turnover, produktivitas dan performansi karyawan (Einarsen et al., 2003).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui peran

dukungan organisasi dan bullying di tempat kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran dukungan organisasi dan bullying di tempat kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi?

2. Bagaimana gambaran dukungan organisasi karyawan?

3. Bagaimana gambaran bullying di tempat kerja?

4. Bagaimana gambaran komitmen karyawan pada organisasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dukungan organisasi dan

bullying di tempat kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan organisasi,

(27)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris bagi disiplin

ilmu psikologi industri dan organisasi, terutama teori-teori yang berkaitan

dengan dukungan organisasi, bullying di tempat kerja dan komitmen karyawan pada organisasi.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi teoritis dan empiris

sebagai penunjang untuk penelitian di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi untuk mengetahui

sejauh mana peranan dukungan organisasi dan bullying di tempat kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi untuk mengetahui

tingkat komitmen karyawan pada organisasi, dukungan organisasi dan

bullying di tempat kerja.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang

menjadi objek penelitian. Landasan teori yang diuraikan adalah

(28)

bullying di tempat kerja, hubungan dukungan organisasi dengan komitmen karyawan pada organisasi, hubungan bullying ditempat kerja dengan komitmen karyawan pada organisasi serta hubungan

dukungan organisasi dan bullying di tempat kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Bab ini juga mengemukakan hipotesis

penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang menjelaskan hubungan dukungan organisasi dan bullying di tempat kerja dengan komitmen karyawan organisasi.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan identifikasi variabel penelitian, definisi

operasional variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian,

metode pengambilan data, uji validitas, uji reliabilitas, uji coba alat

ukur, prosedur penelitian dan metode analisa data.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum subjek penelitian, uji asumsi,

hasil penelitian yang disertai analisa data dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan

yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian

yang meliputi saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komitmen Karyawan pada Organisasi

1. Definisi Komitmen Karyawan pada Organisasi

Mowday, Porter & Steers (1982) mendefinisikan komitmen karyawan pada

organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam melakukan

identifikasi dan melibatkan diri dengan organisasi, yang dicirikan oleh penerimaan

terhadap nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk bekerja keras dan

keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Definisi ini menunjukkan

bahwa komitmen karyawan pada organisasi memiliki arti lebih dari sekedar loyalitas

yang pasif, namun melibatkan hubungan aktif dan keinginan karyawan untuk

memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya (Chairy, 2002).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Miller (2003) mendefinisikan komitmen

karyawan pada organisasi sebagai suatu keadaan dimana karyawan

mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuannya, serta berkeinginan untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu,

komitmen karyawan pada organisasi merupakan tingkatan dimana seorang

karyawan bersedia untuk mempertahankan keanggotaannya karena ketertarikan dan

hubungannya dengan tujuan dan nilai organisasi.

Meyer dan Allen (1997) mengemukakan komitmen karyawan pada

organisasi sebagai kondisi psikologis yang menggambarkan hubungan individu

dengan organisasi dan mempunyai implikasi dalam keputusan untuk meneruskan

(30)

menggambarkan komitmen karyawan pada organisasi dikarakteristikkan melalui

sikap dan perilaku.

Komitmen karyawan sebagai sikap merefleksikan perasaan seperti kelekatan,

identifikasi dan loyalitas terhadap organisasi sebagai objek dari komitmen.

Komitmen sikap ini juga merupakan suatu keadaan dimana individu

mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan

tujuan organisasi serta sejauhmana keinginannya untuk mempertahankan

keanggotaannya dalam organisasi. Sementara itu komitmen karyawan sebagai

perilaku didasarkan pada sejauhmana individu menetapkan keputusan untuk terikat

pada organisasi berkaitan dengan adanya kerugian jika memutuskan alternatif lain di

luar pekerjaannya saat ini (Chairy, 2002).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan

pada organisasi merupakan kondisi psikologis yang menggambarkan keyakinan dan

penerimaan karyawan terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, keinginan untuk

mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan kesediaan untuk berusaha

sungguh-sungguh dan bekerja keras demi pencapaian tujuan organisasi.

2. Aspek Komitmen Karyawan pada Organisasi

Mowday et al., (1982) mengungkapkan tiga aspek dari komitmen karyawan

pada organisasi, yang terdiri atas :

a. Identifikasi (Identification)

Merupakan pemahaman dan penerimaan tujuan organisasi yang menjadi dasar

dari komitmen karyawan pada organisasi. Identifikasi karyawan dapat dilihat

melalui kepercayaan karyawan terhadap organisasi, sikap menyetujui

kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dengan nilai organisasi, serta

(31)

b. Keterlibatan (Involvement)

Merupakan kesediaan karyawan untuk terlibat dan berusaha sungguh-sungguh

dalam organisasi. Keterlibatan ini disesuaikan dengan peran dan tanggungjawab

pekerjaan dalam organisasi. Hal ini tercermin dari usaha karyawan untuk

menerima dan melaksanakan setiap tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang

diberikan kepadanya. Karyawan bukan hanya sekedar melaksanakan

tugas-tugasnya melainkan selalu berusaha melebihi standar minimal yang ditetapkan

organisasi. Selain itu karyawan akan terdorong pula untuk melakukan pekerjaan

diluar tugas dan peran yang dimilikinya apabila bantuannya dibutuhkan oleh

organisasi, serta menjalin kerjasama baik dengan atasan ataupun dengan sesama

rekan kerja.

c. Loyalitas(Loyalty)

Merupakan keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi dan menjadi

bagian dari organisasi. Loyalitas terhadap organisasi ini juga merupakan evaluasi

terhadap komitmen, serta menunjukkan adanya ikatan emosional dan keterikatan

antara organisasi dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi

menunjukkan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi. Hal ini

dapat diupayakan bila karyawan merasakan adanya keamanan dan kepuasan

dalam bekerja.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan

pada organisasi terdiri atas tiga aspek yaitu identifikasi (identification), keterlibatan

(involvement) dan loyalitas(loyalty).

3. Tipe Komitmen Karyawan pada Organisasi

Allen dan Meyer (1990) mengemukakan 3 (tiga) komponen komitmen

(32)

a. Komitmen Afektif

Berkaitan dengan keterikatan emosional, identifikasi dan keterlibatan karyawan

pada organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus

bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin melakukan hal tersebut.

Komitmen afektif adalah sikap kerja yang berkaitan dengan perasaan positif

terhadap organisasi (Morrow, 1993). Tingkat kekuatan komitmen afektif

dipengaruhi oleh sejauh mana kebutuhan dan harapan karyawan tentang

organisasi sesuai dengan pengalaman yang sebenarnya (Storey, 1995).

Perkembangan komitmen afektif melibatkan identifikasi dan internalisasi (Beck

& Wilson, 2000). Keterikatan afektif individu dengan organisasi pertama kali

didasarkan pada identifikasi dengan keinginan untuk membangun hubungan yang

menguntungkan dengan organisasi. Selanjutnya, melalui internalisasi yang

mengacu pada keselarasan tujuan dan nilai yang dimiliki individu dengan

organisasi (Allen & Meyer, 1990).

b. Komitmen Kontinuans

Menunjukkan adanya pertimbangan untung rugi dalam diri karyawan berkaitan

dengan keinginan untuk tetap bekerja atau justru meninggalkan organisasi.

Karyawan yang terutama bekerja berdasarkan komitmen kontinuans ini bertahan

dalam organisasi disebabkan mereka butuh untuk melakukan hal tersebut karena

tidak adanya pilihan lain. Tingkat kekuatan komitmen kontinuans ditentukan oleh

besarnya biaya yang ditimbulkan jika meninggalkan organisasi (Meyer & Allen,

1997).

Komitmen kontinuans dapat dianggap sebagai kelekatan instrumental terhadap

organisasi, dimana hubungan karyawan dengan organisasi berdasarkan pada

(33)

mempertahankan karyawan yang berkomitmen secara kontinuans, organisasi

perlu memberikan perhatian dan penghargaan lebih terhadap unsur-unsur yang

meningkatkan semangat kerja karyawan agar dapat berkomitmen secara afektif

terhadap organisasi (Manetje, 2005).

c. Komitmen Normatif

Berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Karyawan

yang memiliki komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa mereka wajib

bertahan dalam organisasi, terlepas dari tingkat kepuasan yang diberikan oleh

organisasi selama bertahun-tahun (Manetje, 2005).

Tingkat kekuatan komitmen normatif dipengaruhi oleh aturan tentang kewajiban

timbal balik antara organisasi dan karyawan (Suliman & Iles, 2000). Kewajiban

timbal balik ini didasarkan pada teori pertukaran sosial, yang menunjukkan

bahwa karyawan yang menerima manfaat dari organisasi, merasa memiliki

kewajiban normatif yang kuat untuk membayar manfaat yang diperoleh

(McDonald & Makin, 2000).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan

pada organisasi terdiri atas 3 tipe yaitu afektif, kontinuans dan normatif.

4. Tahap Komitmen Karyawan pada Organisasi

Komitmen karyawan pada organisasi berkembang melalui beberapa tahapan,

sebagaimana yang dikemukakan oleh O’Reilly (1989) :

a. Tahap Kepatuhan

Pada tahap pertama, komitmen terfokus pada kepatuhan karyawan dalam

menerima pengaruh orang lain di sekitarnya terutama yang bermanfaat bagi

mereka, melalui remunerasi atau promosi (O’Reilly, 1989). Sikap dan perilaku

(34)

imbalan tertentu. Sifat komitmen dalam tahapan ini berkaitan dengan dimensi

kontinuans, dimana karyawan mempertimbangkan kebutuhan untuk bertahan

dalam organisasi dengan imbalan yang diterima (Beck & Wilson, 2000). Hal ini

berarti bahwa karyawan tetap bertahan dalam organisasi pada tahapan ini karena

apa yang mereka terima (Meyer & Allen, 1997).

b. Tahap Identifikasi

Pada tahap kedua, identifikasi terjadi ketika karyawan menerima pengaruh dari

orang lain untuk memperoleh hubungan yang memuaskan dengan organisasi

(O'Reilly, 1989). Karyawan merasa bangga menjadi bagian dari organisasi,

karyawan mungkin menganggap peran mereka dalam organisasi sebagai bagian

dari identitas diri. Komitmen karyawan pada tahap ini didasarkan pada dimensi

normatif (Meyer & Allen, 1997). Individu bertahan dalam organisasi karena ia

harus dan dituntun oleh kewajiban terhadap tugas dan loyalitas terhadap

organisasi.

c. Tahap Internalisasi

Dalam tahap terakhir, terjadi internalisasi ketika karyawan menemukan

nilai-nilai organisasi secara intrinsik bermanfaat dan selaras dengan nilai-nilai-nilai-nilai

pribadinya (O'Reilly, 1989). Komitmen karyawan pada tingkat ini didasarkan

pada dimensi afektif (Meyer & Allen, 1997). Pada tahapan ini tidak hanya rasa

memiliki yang berkembang dalam diri karyawan tapi juga keinginan untuk

menjadi bagian dari organisasi sehingga komitmen lebih didasarkan pada

keinginan karyawan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Oleh karena itu,

dalam tahapan ini nilai-nilai individu kongruen dengan nilai dari kelompok dan

(35)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan

pada organisasi berkembang dalam 3 tahapan yaitu tahap kepatuhan, tahap

identifikasi dan tahap internalisasi.

5. Level Komitmen Karyawan pada Organisasi

Ada berbagai level komitmen karyawan pada organisasi yang terkait dengan

perkembangan komitmen karyawan. Menurut Reichers (1985), level komitmen

organisasi karyawan terdiri dari :

a. Higher Level

Level ini ditandai dengan penerimaan yang kuat dari nilai-nilai organisasi dan

kemauan untuk mengerahkan segala upaya untuk tetap bertahan dalam

organisasi (Reichers, 1985). Miller (2003) menyatakan bahwa komitmen

organisasi yang tinggi berarti mengidentifikasi dengan nilai-nilai organisasi.

Sementara itu keinginan untuk tetap bertahan menunjukkan bahwa

kecenderungan perilaku pada tingkat ini berhubungan erat dengan dimensi

afektif komitmen di mana individu bertahan karena mereka ingin.

b. Moderate Level

Level ini ditandai dengan penerimaan yang wajar dari tujuan dan nilai-nilai

organisasi serta kemauan untuk mengerahkan upaya untuk tetap bertahan dalam

organisasi (Reichers, 1985). Level ini dapat dilihat sebagai komitmen wajar atau

rata-rata, yang berarti komitmen parsial. Kemauan untuk bertahan adalah

atribusi dari komitmen moral yang terkait dengan dimensi normatif komitmen

dimana individu bertahan dalam organisasi karena mereka harus melakukannya.

c. Lower Level

Level ini ditandai oleh kurangnya penerimaan tujuan dan nilai-nilai organisasi

(36)

organisasi (Reichers, 1985). Para karyawan yang berada pada level ini merasa

kecewa dengan organisasi, karyawan tersebut mungkin tetap bertahan karena dia

harus bertahan yang terkait dengan dimensi kontinuans komitmen. Jika diberi

pilihan lain, mereka akan meninggalkan organisasi (Meyer & Allen, 1997).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan

pada organisasi terdiri atas 3 level yaitu higher level, moderate level dan lower level.

6. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Karyawan pada Organisasi

a. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan

Komitmen karyawan pada organisasi merupakan hasil penting yang

berhubungan dengan pekerjaan pada tingkat individu, yang mungkin berdampak

pada hasil pekerjaan lainnya seperti turnover, absensi, usaha kerja, peran pekerjaan dan kinerja atau sebaliknya (Randall, 1990). Peran pekerjaan yang

ambigu dapat menyebabkan kurangnya komitmen terhadap organisasi dan

peluang promosi juga dapat meningkatkan atau mengurangi komitmen

organisasi (Curry, Wakefield, Price & Mueller, 1996). Faktor pekerjaan lainnya

yang memiliki dampak terhadap komitmen organisasi adalah tingkatan

tanggungjawab dan otonomi (Baron & Greenberg, 1990).

b. Kesempatan kerja

Adanya kesempatan kerja dapat mempengaruhi komitmen karyawan pada

organisasi (Curry et al., 1996). Karyawan yang memiliki persepsi kuat bahwa

mereka memiliki kesempatan untuk mencari pekerjaan lain mungkin menjadi

kurang berkomitmen terhadap organisasi karena mereka memikirkan alternatif

pekerjaan lain. Sebaliknya, jika karyawan merasa kurang memiliki kesempatan

kerja lain, ada kecenderungan karyawan tersebut akan memiliki komitmen

(37)

dalam organisasi didasarkan pada komitmen kontinuans, di mana karyawan

memperhitungkan resiko untuk tetap bertahan atau meninggalkan organisasi

(Meyer & Allen, 1997).

c. Karakteristik pribadi

Komitmen karyawan pada organisasi juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi karyawan seperti usia, lama bekerja dan jenis kelamin (Meyer & Allen,

1997). Baron dan Greenberg (1990) menyatakan bahwa karyawan yang lebih

tua, orang-orang dengan masa kerja yang lama atau senior, dan mereka yang

puas dengan kinerja sendiri cenderung melaporkan tingkat komitmen organisasi

yang lebih tinggi daripada yang lain. Ini berarti bahwa orang yang lebih tua

terlihat lebih berkomitmen terhadap organisasi daripada kelompok usia lainnya.

Karakteristik pribadi lain yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi

berhubungan dengan jenis kelamin (Meyer & Allen, 1997). Namun, ia

berpendapat bahwa perbedaan jenis kelamin dalam komitmen adalah karena

karakteristik kerja yang berbeda dan pengalaman yang terkait dengan jenis

kelamin (Mathieu & Zajac, 1990).

d. Lingkungan kerja

Salah satu kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi komitmen organisasi

yaitu rasa kepemilikan terhadap organisasi. Kepemilikan ini membuat karyawan

merasa dianggap penting dan menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan

(Klein, 1987). Faktor lain dari lingkungan kerja yaitu praktik kerja yang terkait

dengan rekrutmen dan seleksi, penilaian kinerja, promosi dan gaya manajemen

(38)

e. Hubungan kerja

Organisasi sebagai lingkungan kerja dibangun dari hubungan kerja, salah

satunya yaitu hubungan pengawasan yang dapat mempengaruhi komitmen

organisasi baik secara positif ataupun negatif (Randall, 1990). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bullying di tempat kerja memiliki hubungan negatif dengan organisasi (Hoel & Copper, 2000). Misalnya pengawasan yang kasar dan

menekan yang dilakukan atasan dapat mengurangi komitmen terhadap

organisasi (Duffy et al., 2002). Hubungan kerja lainnya seperti dengan tim atau

kelompok kerja juga dapat mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi.

Karyawan dapat menunjukkan komitmen ketika mereka mampu menemukan

nilai melalui hubungan kerja yang ada (Mathieu & Zajac, 1990). Pada dasarnya,

ketika hubungan kerja mencerminkan hubungan yang saling menghormati antar

individu dalam organisasi, maka karyawan akan mampu berkomitmen terhadap

organisasi (Manetje, 2005).

f. Struktur Organisasi

Struktur organisasi memainkan peran yang penting dalam komitmen karyawan

pada organisasi. Struktur birokratis cenderung memiliki efek negatif terhadap

komitmen organisasi. Zeffanne (1991) menunjukkan bahwa pemindahan

hambatan birokrasi dan pembentukan struktur yang lebih fleksibel lebih

berkontribusi terhadap peningkatan komitmen organisasi karyawan, baik dari

segi loyalitas maupun keterikatan terhadap organisasi. Manajemen dapat

meningkatkan level komitmen organisasi dengan memberikan pengaruh dan

(39)

g. Gaya Manajemen

Gaya manajemen yang mendorong keterlibatan karyawan dapat membantu

untuk memenuhi keinginan karyawan untuk pemberdayaan dan permintaan

untuk komitmen terhadap tujuan organisasi (Zeffane, 1991). Gaya majamen

yang lebih fleksibel dan partisipatif dapat meningkatkan komitmen karyawan

pada organisasi (Gaertner, 1999). Organisasi harus memastikan bahwa strategi

manajemen yang digunakan memiliki tujuan untuk meningkatkan komitmen

organisasi dibandingkan kepatuhan karyawan (Williams & Anderson, 1991).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi yaitu faktor yang berhubungan

dengan pekerjaan, kesempatan kerja, karakteristik pribadi karyawan, lingkungan

kerja, hubungan kerja yang positif, struktur organisasi dan gaya manajemen.

B. Dukungan Organisasi

1. Definisi Dukungan Organisasi

Eisenberger et al (1986) mengemukakan bahwa dukungan organisasi

merupakan keyakinan global karyawan mengenai sejauh mana organisasi

menghargai kontribusi dan peduli dengan kesejahteraan mereka. Sementara itu

Shore & Shore (1995) menyatakan bahwa dukungan organisasi mengacu pada

sejauhmana karyawan menganggap organisasi memiliki kepedulian terhadap

kesejahteraan mereka dan menghargai kontribusi yang telah diberikan pada

organisasi.

Selanjutnya, Eisenberger, Armeli, Rexwinkel, Lynch dan Rhoades (2001)

mengemukakan bahwa dukungan organisasi merupakan atribusi yang didasarkan

(40)

prosedur dan tindakan organisasi yang mempengaruhi karyawan. Sejalan dengan hal

ini, Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan dukungan organisasi sebagai

sebuah keyakinan global yang dibentuk oleh tiap karyawan mengenai penilaian

mereka terhadap kebijakan dan prosedur organisasi. Keyakinan ini dibentuk

berdasarkan pada pengalaman mereka terhadap kebijakan dan prosedur organisasi,

penerimaan sumber daya, interaksi dengan agen organisasi (misalnya supervisor)

dan persepsi mereka mengenai kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan

mereka.

Rhoades dan Eisenberger (2002) juga mengemukakan bahwa dukungan

organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi

menilai kontribusi, memberi dukungan, dan peduli pada kesejahteraan mereka. Jika

karyawan menganggap bahwa dukungan organisasi yang diterimanya tinggi, maka

karyawan tersebut akan menyatukan keanggotaan sebagai anggota organisasi ke

dalam identitas diri mereka dan kemudian mengembangkan hubungan dan persepsi

yang lebih positif terhadap organisasi tersebut. Dengan menyatunya keanggotaan

dalam organisasi dengan identitas karyawan, maka karyawan tersebut merasa

menjadi bagian dari organisasi dan merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi

dan memberikan kinerja terbaiknya pada organisasi

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan organisasi

merupakan persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menghargai

kontribusi yang diberikan dan mempedulikan kesejahteraan karyawan.

2. Aspek Dukungan Organisasi

Menurut Rhoades dan Eisenberger (2002) dukungan organisasi memiliki

(41)

a. Keadilan

Keadilan prosedural menyangkut cara yang digunakan untuk menentukan

bagaimana mendistribusikan sumber daya di antara karyawan (Greenberg,

1990). Cropanzo dan Greenberg (1997) membagi keadilan prosedural menjadi

aspek keadilan struktural dan aspek sosial. Aspek struktural mencakup aturan

formal dan keputusan yang mempengaruhi karyawan, termasuk didalamnya

pemberitahuan yang memadai sebelum keputusan diimplementasikan,

penerimaan informasi yang akurat dan masukan karyawan dalam proses

pembuatan keputusan. Sedangkan aspek sosial seringkali disebut dengan

keadilan interaksional yang meliputi bagaimana memperlakukan karyawan

dengan memberikan penghargaan terhadap mereka dan menyediakan informasi

mengenai bagaimana penentuan hasil dari suatu keputusan.

b. Dukungan atasan

Karyawan mengembangkan pandangan umum tentang sejauh mana atasan

menilai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka (Kottke &

Sharafinski, 1988 dalam Rhoades & Eisenberger, 2002). Hal ini disebabkan

atasan bertindak sebagai agen dari organisasi yang memiliki tanggung jawab

untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja bawahan, dan karyawan pun

melihat orientasi atasan mereka sebagai indikasi adanya dukungan organisasi

(Eisenberger et al., 1986).

c. Penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan

Bentuk dari penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan adalah sebagai

(42)

a) Pengakuan, gaji dan promosi

Menurut teori dukungan organisasi, adanya peluang untuk mendapatkan

penghargaan akan meningkatkan kontribusi karyawan sehingga dengan

demikian berkontribusi pada persepsi terhadap dukungan organisasi

(Rhoades & Eisenberger, 2002).

b) Keamanan dalam bekerja

Keyakinan bahwa organisasi ingin mempertahankan keanggotaan dari

karyawannya mengindikasikan adanya dukungan organisasi yang positif

pada karyawan (Allen, Shore & Griffeth, 1999).

c) Kemandirian

Kemandirian menunjukkan adanya kontrol mengenai bagaimana karyawan

melakukan pekerjaan mereka. Dengan menunjukkan kepercayaan terhadap

kemandirian karyawan dalam memutuskan bagaimana mereka akan

melaksanakan pekerjaan termasuk jadwal kerja, prosedur dan varietas tugas,

akan meningkatkan persepsi dukungan organisasi (Eisenberger, Rhoades &

Cameron, 1999).

d) Peran stresor

Stres mengacu pada ketidakmampuan individu dalam mengatasi tuntutan

dari lingkungan (Lazarus & Folkman, 1984). Stres memiliki hubungan

negatif dengan persepsi dukungan organisasi karena karyawan mengetahui

bahwa faktor yang menyebabkan stres bersumber dari lingkungan yang

dikontrol oleh organisasi. Dalam hal ini, stres terkait dengan tiga aspek peran

karyawan dalam organisasi yang memiliki hubungan negatif dengan persepsi

dukungan organisasi, yaitu tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan

(43)

informasi yang jelas mengenai tanggungjawab dari pekerjaan (role ambiguity) dan tanggungjawab atau peran yang saling bertentangan (role conflict) (Rhoades & Eisenberger, 2002).

e) Pelatihan

Pelatihan merupakan investasi yang diberikan pada karyawan sehingga

diharapkan dapat meningkatkan persepsi dukungan organisasi (Wayne,

Shore & Liden, 1997).

f) Ukuran organisasi

Karyawan merasa kurang dihargai dalam organisasi yang kecil, dimana

terdapat kebijakan yang sangat formal dan prosedur yang mungkin

mengurangi fleksibilitas terhadap pemenuhan kebutuhan individual

karyawan. Meskipun organisasi yang besar bisa menunjukkan penghargaan

terhadap karyawan, namun berkurangnya fleksibilitas dalam pemenuhan

kebutuhan individual karyawan sebagaimana diatur oleh aturan formal dapat

mengurangi persepsi dukungan organisasi (Dekker & Barling, 1995).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan organisasi

terdiri atas tiga aspek yaitu keadilan, dukungan atasan serta penghargaan organisasi

dan kondisi pekerjaan.

C. BullyingDi Tempat Kerja

1. Definisi Bullying di Tempat Kerja

Bullying di tempat kerja merupakan perilaku interpersonal negatif yang dilakukan oleh rekan kerja atau atasan terhadap karyawan secara berulang-ulang dan

terus menerus (Einarsen & Skogstad, 1996; Hoel & Cooper, 2000). Sementara itu

(44)

dilakukan berulang-ulang dan terdapat ketidakseimbangan kekuatan sehingga sulit

bagi karyawan yang mengalami bullyinguntuk membela dirinya sendiri.

Australian Public Service Commission (2009) mendefinisikan bullying

sebagai perilaku berulang dan tidak beralasan yang cukup dapat dianggap

mempermalukan, mengintimidasi, mengancam atau merendahkan seseorang atau

sekelompok orang sehingga menimbulkan resiko bagi kesehatan dan keselamatan

orang tersebut. Bullying di tempat kerja dapat terjadi karena disengaja dimana tindakan yang dilakukan memang dimaksudkan untuk mempermalukan,

menyinggung perasaan, mengintimidasi atau menekan, terlepas dari perilaku

tersebut menimbulkan efek yang diinginkan atau tidak. Bullying juga dapat terjadi secara tidak disengaja, dimana tindakan yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk

mempermalukan, menyinggung perasaan, mengintimidasi atau menekan, namun

menimbulkan efek yang cukup berarti.

Hoel & Cooper (2000) mengemukakan bullying sebagai sebuah situasi dimana satu atau beberapa individu terus-menerus selama periode waktu tertentu

menerima tindakan negatif dari satu atau beberapa orang dan target bullying

mengalami kesulitan dalam membela dirinya sendiri terhadap tindakan ini. Fokus

dari perilaku bullying biasanya pada kompetensi individual atau kurangnya kompetensi yang dimiliki karyawan, namun dalam kenyataannya target bullying

biasanya adalah karyawan yang kompeten dan populer dengan proyeksi pada

ketidakmampuan sosial, interpersonal dan profesional dari target (Field, 2005).

Selanjutnya Hoel et al., (1999) mengungkapkan bahwa bullying meliputi berbagai perilaku baik yang melibatkan kekerasan ataupun tidak, seperti

melecehkan, menyinggung atau mengucilkan secara sosial. Perilaku tersebut harus

Gambar

Tabel 1
Tabel 2Definisi Operasional Aspek Dukungan Organisasi
Tabel 4
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana bullying ditempat kerja dapat mempengaruhi burnout pada karyawan dan agar pihak

Bullying dan perilaku tidak menyenangkan yang didapatkan di tempat kerja merupakan salah satu gambaran kondisi di tempat kerja yang berpengaruh terhadap

Nilai R 2 yang diperoleh sebesar 0,365 berarti sumbangan pengaruh variabel keadilan organisasi dan keterikatan karyawan pada kepuasan kerja adalah sebesar 36,5%..

Besarnya koefisien determinasi (R 2 ) adalah 0,723; hal ini berarti menjelaskan bahwa variasi perubahan variabel kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa spiritualitas di tempat kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan sehingga mendukung

In Einarsen, S., Hoel, H., Zapf, D &amp; Cooper, C.L., Bullying and emotional abuse in the workplace: International perspective in research and practices (pp..

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bullying di tempat kerja merupakan berbagai bentuk perilaku negatif baik disengaja ataupun tidak disengaja

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying di tempat kerja merupakan perilaku negatif yang berulang-ulang terjadi, baik yang ditujukan secara