• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN STATUS GIZI DAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK BALITA KELUARGA PEROKOK DI DESA PADANG BULAN KECAMATAN KOTANOPAN

KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015

Tanggal wawancara :

Pewawancara :

A. IDENTITAS ORANG TUA AYAH

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Pendapatan perbulan : IBU

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Pendapatan perbulan : B. IDENTITAS ANAK

1. Nama anak :

2. Jenis kelamin :

3. Umur anak :

4. Tanggal Lahir :

5. Berat badan :

6. Tinggi badan :

7. Tanggal pengukuran :

8. Imunisasi : a. Lengkap

(2)

66

C. STATUS KELUARGA PEROKOK

1. Berapa orang anggota keluarga yang merokok?

a. 1 b. 2 c. >3

2. Siapa yang merokok?

a. Ayah b. Ibu c. Anggota keluarga lain

3. Apakah sampai sekarang masih merokok?

a. Ya c. Tidak

4. Umur berapa pertama kali merokok? ... Tahun 5. Dalam 24 jam berapa batang rokok yang dihisap ?

a. 1-10 batang b. 11-20 batang c. >20 batang

6. Berapa pengeluaran untuk membeli rokok dalam satu minggu ? Rp... 7. Jika anda sedang merokok, apakah anda merokok didalam rumah? Jika tidak,

sebutkan dimana?

a. Ya b. Tidak,...

8. Apakah anggota keluarga lainnya yang tidak merokok khususnya balita sering berada berdekatan saat anda merokok

a. Sering b. Jarang

D. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

1. Apakah anak pernah menderita panas disertai batuk berdahak/kering atau pilek dalam 1 bulan terakhir ?

(3)

2. Apakah dalam 1 bulan terakhir anak pernah didiagnosa ISPA (panas, batuk , pilek, radang tenggorokan) oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) ?

(4)

68

(5)
(6)
(7)

Lampiran 4

Hasil Uji Statistik 1. Hasil Distribusi Karakteristik Responden

Frequency Table

umur balita/bulan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

12-36 22 55,0 55,0 55,0

37-59 18 45,0 45,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

laki-laki 20 50,0 50,0 50,0

perempuan 20 50,0 50,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

imunisasi balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

lengkap 25 62,5 62,5 62,5

tidak lengkap 15 37,5 37,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

umur ayah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<30 10 25,0 25,0 25,0

30-40 28 70,0 70,0 95,0

>40 2 5,0 5,0 100,0

(8)

72

pendidikan ayah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD 4 10,0 10,0 10,0

SMP 16 40,0 40,0 50,0

SMA 14 35,0 35,0 85,0

D3 3 7,5 7,5 92,5

S1 3 7,5 7,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

pekerjaan ayah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tani 13 32,5 32,5 32,5

pns 6 15,0 15,0 47,5

kuli bangunan 4 10,0 10,0 57,5

wiraswasta 6 15,0 15,0 72,5

buruh tani 11 27,5 27,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

pendapatan/bulan Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

<1.500.000 19 47,5 47,5 47,5

1.500.000-2.500.000 13 32,5 32,5 80,0

>2.500.000 8 20,0 20,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

pengeluaran rokok/bln

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<400.000 4 10,0 10,0 10,0

400.000-800.000 32 80,0 80,0 90,0

>800.000 4 10,0 10,0 100,0

(9)

umur ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<30 tahun 13 32,5 32,5 32,5

30-40 tahun 24 60,0 60,0 92,5

>40 tahun 3 7,5 7,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

pekerjaan ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ibu rumah tangga 26 65,0 65,0 65,0

Tani 10 25,0 25,0 90,0

PNS 4 10,0 10,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

2. Hasil Distribusi Status Merokok Keluarga status perokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

berat 3 7,5 7,5 7,5

sedang 23 57,5 57,5 65,0

ringan 14 35,0 35,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

lokasi merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

dalam rumah 21 52,5 52,5 52,5

luar rumah 19 47,5 47,5 100,0

(10)

74

status perokok * lokasi merokok Crosstabulation

lokasi merokok Total dalam rumah luar rumah

status perokok berat

Count 3 0 3

% within status

perokok 100,0% 0,0% 100,0%

sedang

Count 11 12 23

% within status

perokok 47,8% 52,2% 100,0%

ringan

Count 7 7 14

% within status

perokok 50,0% 50,0% 100,0%

Total

Count 21 19 40

% within status

perokok 52,5% 47,5% 100,0%

3. Hasil Distribusi Status Gizi Anak Balita BB/U

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

gizi kurang 12 30,0 30,0 30,0

gizi baik 28 70,0 70,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

TB/U

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

pendek 7 17,5 17,5 17,5

normal 33 82,5 82,5 100,0

(11)

BB/TB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

kurus 9 22,5 22,5 22,5

normal 30 75,0 75,0 97,5

gemuk 1 2,5 2,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

status perokok * BB/U Crosstabulation

BB/U Total

gizi kurang gizi baik

status perokok

Berat Count 3 0 3

% within status perokok 100,0% 0,0% 100,0%

Sedang Count 7 16 23

% within status perokok 30,4% 69,6% 100,0%

ringan Count 2 12 14

% within status perokok 14,3% 85,7% 100,0%

Total Count 12 28 40

% within status perokok 30,0% 70,0% 100,0%

status perokok * TB/U Crosstabulation

TB/U Total

pendek normal

status perokok

berat Count 1 2 3

% within status perokok 33,3% 66,7% 100,0%

sedang Count 5 18 23

% within status perokok 21,7% 78,3% 100,0%

ringan Count 1 13 14

% within status perokok 7,1% 92,9% 100,0%

Total Count 7 33 40

(12)

76

status perokok * BB/TB Crosstabulation

BB/TB Total

kurus normal gemuk

status perokok

berat

Count 2 1 0 3

% within status

perokok 66,7% 33,3% 0,0% 100,0%

sedang

Count 5 18 0 23

% within status

perokok 21,7% 78,3% 0,0% 100,0%

ringan

Count 2 11 1 14

% within status

perokok 14,3% 78,6% 7,1% 100,0%

Total

Count 9 30 1 40

% within status

perokok 22,5% 75,0% 2,5% 100,0%

4. Hasil Distribusi Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kejadian ispa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Ya 12 30,0 30,0 30,0

Tidak 28 70,0 70,0 100,0

(13)

status perokok * Kejadian ispa Crosstabulation

Kejadian ispa Total

ya tidak

status perokok

berat

Count 2 1 3

% within status perokok 66,7% 33,3% 100,0% sedang

Count 7 16 23

% within status perokok 30,4% 69,6% 100,0%

ringan

Count 3 11 14

% within status perokok 21,4% 78,6% 100,0% Total

Count 12 28 40

% within status perokok 30,0% 70,0% 100,0%

lokasi merokok * Kejadian ispa Crosstabulation

Kejadian ispa Total ya tidak

lokasi merokok

dalam rumah

Count 11 10 21

% within lokasi

merokok 52,4% 47,6% 100,0%

luar rumah

Count 1 18 19

% within lokasi

merokok 5,3% 94,7% 100,0%

Total

Count 12 28 40

% within lokasi

(14)

78

Kejadian ispa* BB/U Crosstabulation

BB/U Total

gizi kurang gizi baik riwayat ispa ya

Count 8 4 12

% within riwayat

ispa 66,7% 33,3% 100,0%

tidak

Count 4 24 28

% within riwayat

ispa 14,3% 85,7% 100,0%

Total

Count 12 28 40

% within riwayat

ispa 30,0% 70,0% 100,0%

kejadian ispa * TB/U Crosstabulation

TB/U Total

pendek normal

riwayat ispa

ya

Count 3 9 12

% within riwayat

ispa 25,0% 75,0% 100,0%

tidak

Count 4 24 28

% within riwayat

ispa 14,3% 85,7% 100,0%

Total

Count 7 33 40

% within riwayat

ispa 17,5% 82,5% 100,0%

Kejadian ispa * BB/TB Crosstabulation

BB/TB Total

kurus normal gemuk

riwayat ispa

ya

Count 6 6 0 12

% within riwayat

ispa 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%

tidak

Count 3 24 1 28

% within riwayat

ispa 10,7% 85,7% 3,6% 100,0%

Total

Count 9 30 1 40

% within riwayat

(15)

BB/U * pendapatan/bulan Crosstabulation

pendapatan/bulan Total

<1.500.000 1.500.000-2.500.000

>2.500.000

BB/U

gizi kurang Count 9 2 1 12

% within BB/U 75,0% 16,7% 8,3% 100,0%

gizi baik Count 10 11 7 28

% within BB/U 35,7% 39,3% 25,0% 100,0%

Total Count 19 13 8 40

% within BB/U 47,5% 32,5% 20,0% 100,0%

TB/U * pendapatan/bulan Crosstabulation

pendapatan/bulan Total

<1.500.000 1.500.000-2.500.000

>2.500.000

TB/U

pendek Count 4 3 0 7

% within TB/U 57,1% 42,9% 0,0% 100,0%

normal Count 15 10 8 33

% within TB/U 45,5% 30,3% 24,2% 100,0%

Total Count 19 13 8 40

% within TB/U 47,5% 32,5% 20,0% 100,0%

BB/TB * pendapatan/bulan Crosstabulation

pendapatan/bulan Total

<1.500.000 1.500.000-2.500.000

>2.500.000

BB/TB

kurus Count 6 2 1 9

% within BB/TB 66,7% 22,2% 11,1% 100,0%

normal Count 13 10 7 30

% within BB/TB 43,3% 33,3% 23,3% 100,0%

gemuk Count 0 1 0 1

% within BB/TB 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%

Total Count 19 13 8 40

(16)

80

Lampiran 5

DOKUMENTASI

Gambar 5.1 : Saat melalukan penimbangan anak balita yang memiliki keluarga perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan.

(17)
(18)

61

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2011. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: UI-Press.

Aginta, Efa. 2011. Hubungan Antara Merokok dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Pada Remaja Putra. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.

Akbar., dkk. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Vol. 3(1).

Alamsyah, R. M. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periondon Remaja. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Almatsier, S.2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Gramedia. Almudjahid, C. 2012. Gambaran Status Gizi dan Faktor Lingkungan

PadaBalita yang Menderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas di Puskesmas PoloniaKota Medan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alsagaff, H.2005.Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.Unair : Surabaya

Anonim.2009. Pneumonia, Penyakit Mematikan Pada Balita. http//www.mediaIndonesia.online. Diakses tanggal 29 November 2015. Ayisah. 2014. Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) Penerimaan Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puseksmas Kotanopan. Skripsi. Fakultas Keperawatan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Chaudhuri, R. 2006. Effects of Smoking Cessation on Lung Function and Airway Inflammation in Smokers with Asthma. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 174 (2) : 127-133.

(19)

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi Dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : PT. Rajagrafindo.

Depkes RI, 2002. ProfilKesehatan Indonesia. Jakarta. Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

EPA Development. 2009. Fact Sheet. Respiratory Health Effects of Passive

Smoking. www.epa.gov/smokefree/pubs/etsfs.html. Diakses 13 Februari 2016.

Erliani, Y. 2012. Hubungan Status gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di

Puskesmas Sekip Palembang Bulan Desamber 2012. Skripsi. Fakultas

Kedokteran. Universitas Sriwijaya, Palembang.

Hidayat, Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayati, N.2009. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian

Penyakit ISPA pada Balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kemenkes RI. 2010. Kepetusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010. Tentang Standart Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Kusumawati, I. 2010. Hubungan Antara Status Merokok Anggota Keluarga dengan Lama Pengobatan ISPA Balita di Kecamatan Jenawi. Tesis. Kedokteran Keluarga. Universitas Sebalas Maret, Surakarta.

Lingga, Raja N. 2014. Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita dalam Keluarga Perokok di Kelurahan Gundaling I Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

(20)

63

Marimbi, Harun. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Marlina, Lenni. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing natal Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Oktaviasari., dkk. 2014. Hubungan Antara Besar Pengeluaran Keluarga Untuk Rokok dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Miskin.http://www.ejurnal.com/2014/11/hubunganantarabesarpengeluara nhtml.Diakses 13 Februari 2016.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Pertanyaan Rumah Tangga dan Individu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Rosalina, Santi. 2006. Strategi Penaggulangan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak Balita Melalui Analisis Faktor Determinan di Tiga Kecamatan Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Santa., dkk. 2009. Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta: TIM

Siregar, M. 2014. Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Somantri, Budi. 2015. Hubungan Statsu Gizi dengn Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi. Jurnal keperawatan „Aisyiyah (JKA). Vol 2 (1).

(21)
(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan variabel yang diteliti yaitu status gizi dan infeksi saluran pernafasan akut pada anak balita keluarga perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Adapun alasan dalam pemilihan lokasi yaitu:

a. Masih banyaknya kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan, dimana merupakan penyakit tertinggi diantara 10 penyakit yang terdata di Puskesmas Kotanopan.

b. Karena faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian ISPA dimana daerah tersebut sebagianbesar balita memilikikeluarga yang merupakan perokok aktif.

3.2.2 Waktu Penelitian

(23)

3.3 Populasi dan Sampel penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua anak balita usia 12-59 bulan yang berada di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal dengan jumlah 40 anak balita dilihat dari laporan posyandu pada bulan Agustus 2015.

3.3.2 Sampel Penelitian

Banyaknya sampel yang digunakan adalah 40 anak balita dari keluarga perokok, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik total sampling

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan peninjauan langsung kelapangan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner yang telah peneliti persiapkan sebelumnya. Data primer meliputi data status gizi dan penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada anak balita yang merupakan keluarga perokok.

3.4.2 Data Sekunder

(24)

30

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel pada penelitian ini yaitu: status gizi dan infeksi saluran pernafasan akut.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Status gizi balita adalah suatu keadaan fisiologis tubuh anak balita (12–59 bulan) yang dapat ditentukan berdasarkan indeks antropometri BB/TB, BB/U dan TB/U.

2. Kejadian (ISPA) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang pernah dialami balita dalam waktu 1 bulan terakhir.

3. Keluarga perokok adalahanggota keluarga yang merokok dalam satu rumah.

4. Status merokok keluarga adalah anggota keluarga yang menghabiskan rokok setiap hari yang dihitung jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari dan dilihat tempat dimana merokok.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah alat timbangan, mikrotois, kuesioner.

3.7 Aspek Pengukuran 1. Status Gizi Anak Balita

(25)

1. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/U: Gizi buruk : <-3 SD

Gizi kurang : -3 SD s/d < -2 SD Gizi baik : -2 SD s/d 2 SD Gizi lebih : > 2 SD

2. Kategori status gizi berdasarkan indeks TB/U: Sangat pendek : <-3 SD

Pendek : -3 SD s/d < -2 SD Normal : -2 SD s/d 2 SD Tinggi : > 2 SD

3. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB : Sangat kurus : <-3 SD

Kurus : -3 SD s/d < -2 SD Normal : -2 SD s/d 2 SD Gemuk : > 2 SD

2. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kejadian ISPA diukur dengan :

Ya : jika anak balita menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir Tidak : jika anak balita tidak menderita ISPA dalam 1 bulan terkhir 3. Status Merokok Keluarga

(26)

32

Menurut Sitepoe, (2000) dalam Alamsyah,(2007) membagi perokok atas tiga bagian:

- Perokok ringan : jika konsumsi rokok antara 1-10 batang perhari - Perokok sedang : jika konsumsi rokok antara 11-20 batang perhari - Perokok berat : jika konsumsi lebih dari 20 batang perhari

Tempat merokok dilihat dengan memberikan pertanyaan tentang dimana responden merokok.

- Dalam rumah

- Luar rumah, sebutkan lokasi merokok 3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 3.8.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori.

3. Data entry

(27)

3.8.2 Analisis Data

(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Padang Bulan

Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan memiliki luas wilayah sekitar 300 Hektar dengan jumlah penduduk mencapai 702 jiwa dari 150 kepala keluarga. Penduduk Desa Padang Bulan sebagian besar merupakan suku batak mandailing dan ada juga yang merupakan suku jawa. Rata-rata pekerjaan penduduk adalah Buruh tani dan Petani sebagian kecilnya adalah PNS, buruh bangunan, supir becak dan lain-lain. Udara di Desa Padang Bulan merupakan udara yang sejuk karena lingkungan ini dikelilingi oleh bukit-bukit dan juga persawahan, selain itu di wilayah ini juga tidak terdapat pabrik-pabrik yang dapat mencemari udara. Kondisi udara didalam rumah sebenarnya baik dikarenakan kebiasaan warga membuka jendela rumah setiap pagi selesai solat subuh tetapi karena kepala keluarga memiliki kebiasan merokok didalam rumah sebelum berangkat kerja, pada saat makan siang dan setelah pulang kerja sehingga mengakibatkan adanya paparan asap rokok dari kepala keluarga yang merokok di dalam rumah.

Berikut adalah tabel dari keseluruhan penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan tahun 2015, dilihat dari Data Monografi Kecamatan Kotanopan:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Seluruh Penduduk di Wilayah Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Jenis Kelamin n %

1 Laki-laki 278 39,6

2 Perempuan 424 60,4

Jumlah 702 100

(29)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis kelamin seluruh penduduk di Desa Padang Bulan yaitu laki-laki sebanyak 278 penduduk (39,6%) dan perempuan sebanyak 424 penduduk (60,4%) jadi jumlah seluruh penduduk di desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan adalah 702 penduduk dilihat dari data monografi Kecamatan Kotanopan tahun 2015.

4.2 Karakteristik Ayah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap responden yang berjumlah 40 kepala keluarga yang memiliki anak balita umur 12-59 bulan, adapun karakteristik responden tersebut meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran rokok dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Ayah di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Umur n %

1 <30 tahun 10 25

2 30-40 tahun 28 70

3 >40 tahun 2 5

Jumlah 40 100

(30)

36

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Pendidikan n %

1 SD 4 10

2 SMP/sederajat 16 40

3 SMA/sederajat 14 35

4 D3 3 7,5

5 S1 3 7,5

Jumlah 40 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwapendidikan ayah tamatanSD sebanyak 4 (10%), SMP/sederajat sebanyak 16 (40%), SMA/sederajat sebanyak 14 (35%), D3 sebanyak 3 (7,5%) dan S1 sebanyak 3 (7,5%). Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas ayah memiliki pendidikan SMP/sederajat sebanyak 16 (40%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayahdi Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Pekerjaan n %

1 Petani 13 32,5

2 PNS 6 15,0

3 Kuli bangunan 4 10,0

4 Wiraswasta 6 15,0

5 Buruh tani 11 27,5

Jumlah 40 100

[image:30.595.118.504.115.257.2] [image:30.595.118.511.120.254.2] [image:30.595.113.511.381.523.2]
(31)
[image:31.595.113.510.138.226.2]

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Pendapatan orang tua n %

1 <1.500.000 19 47,5

2 1.500.000-2.500.000 13 32,5

3 >2.500.000 8 20,0

Jumlah 40 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pendapatan orang dengan pendapatan < 1.500.000 sebanyak 19 (47,5%), pendapatan 1.500.000-2.500.000 sebanyak 13 (32,5%) dan pendapatan >2.500.000 sebanyak 8 (20%). Hasil dari penelitian adalah mayoritas anak balita memiliki orang tua dengan pendapatan <1.500.000 sebanyak 19 (47,5%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rokok/Bulan Ayahdi Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Pengeluaran rokok n %

1 <400.000 4 10

2 400.000-800.000 33 82,5

3 >800.000 3 7,5

Jumlah 40 100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengeluaran rokok ayah balita perbulan <400.000 sebanyak 4 (10%) pengeluaran rokok perbulan 400.000-800.000 sebanyak 33 (82,5%) dan pengeluaran rokok perbulan >800.000 sebanyak 3 (7,5%).Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas ayah balita dengan mengeluarkan rokok400.000-800.000 perbulan sebanyak 33 (82,5%).

4.3 Karakteristik Ibu

(32)

38

karakteristik responden tersebut meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Umur Ibu di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Umur n %

1 <30 tahun 13 32,5

2 30-40 tahun 24 60,0

3 >40 tahun 3 7,5

Jumlah 40 100

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa umur ibu balita < 30 tahun sebanyak 13 (32,5%), 30-40 tahun sebanyak 24 (60%) dan >40 tahun sebanyak 3 (7,5%). Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas ibu balita berada pada kelompok umur 30-40 tahun sebanyak 60%.

Tabel 4.8Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No Pendidikan n %

1 SD 7 17,5

2 SMP/sederajat 13 32,5

3 SMA/sederajat 16 40,0

4 D3 3 7,5

5 S1 1 2,5

Jumlah 40 100

[image:32.595.109.509.195.280.2] [image:32.595.119.511.432.549.2]
(33)

Tabel 4.9Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Pekerjaan n %

1 Ibu rumah tangga 26 65

2 Tani 10 25

3 PNS 4 10

Jumlah 40 100

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa ibu balita memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 26 (65%), tani sebanyak 10 (25%) dan PNS sebanyak 4 (10%). Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas ibu balita memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 26(65%).

4.4 Karakteristik Balita

[image:33.595.116.512.498.640.2]

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada balita yang berjumlah 40 anak balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan, adapun karakteristik anak balita tersebut meliputi: umur, jenis kelamin, dan imunisasi dapat dilihat pada tabel sebagian berikut:

Tabel 4.10Distribusi Frekuensi Umur dan Jenis Kelamin Anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Umur n %

1 12-36 bulan 22 55

2 37-59 bulan 18 45

Jumlah 40 100

Jenis kelamin n %

1 Laki-laki 20 50

2 Perempuan 20 50

Jumlah 40 100

(34)

40

Kecamatan Kotanopan memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 20 anak balita (50%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 anak balita (50%). Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Imunisasi Anak Balita di Desa Padang

Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Imunisasi n %

1 Lengkap 25 62,5

2 Tidak lengkap 15 37,5

Jumlah 40 100

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa anak balita telah mendapatankan imunisasi lengkap yaitu sebanyak 25 anak balita (62,5%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 15 (37,5%). Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas anak balita mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 25 (62,5%).

4.5 Status Merokok Keluarga

Berdasarkan penelitiaan yang dilakukan di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan dari 40 kepala keluarga yang merokok memiliki balita usia 12-59 bulan. Adapun status merokok dilihat dari jumlah batang rokok yang dihisap dalam 1 hari dan lokasi merokok dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Status Merokok Keluarga di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan tahun 2015

No. Status Merokok Keluarga n %

1 Berat 3 7,5

2 Sedang 23 57,5

3 Ringan 14 35,0

Jumlah 40 100

[image:34.595.116.513.522.621.2]
(35)

Tabel 4.13Distribusi Frekuensi Lokasi Merokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan tahun 2015

No. Lokasi Merokok n %

1 Dalam rumah 21 52,5

2 Luar rumah 19 47,5

Jumlah 40 100

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa lokasi merokok keluarga yang merokok di dalam rumah sebanyak 21 (52,5%) dan di luar rumah sebanyak 19 (47,5%). Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas keluarga merokok di dalam rumah sebanyak 21 (52,5%).

Tabel 4.14 Distribusi Status Merokok Keluarga Berdasarkan Lokasi Merokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Status merokok keluarga

Lokasi merokok n %

Dalam rumah Luar rumah

n % n %

1 Berat 3 100 0 0 3 100

2 Sedang 11 34,8 12 65,2 23 100

3 Ringan 7 50,0 7 50,0 14 100

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa mayoritas status merokok keluarga berada pada kategori perokok sedang sebanyak 23 dimana 11 (34,8%) merokok di dalam rumah dan 12 (65,2%) merokok di luar rumah.

4.6 Status Gizi Anak Balita

[image:35.595.109.508.139.207.2] [image:35.595.112.513.338.473.2]
(36)

42

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015.

No. BB/U n %

1 gizi kurang 12 30

2 Gizi baik 28 70

Jumlah 40 100

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap 40 anak balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan berdasarkan status gizi BB/U anak balita terdapat gizi kurang sebanyak 12 (30%) anak balita dan gizi baik sebanyak 28 (70%) anak balita.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan tahun 2015.

No TB/U n %

1 Pendek 7 17,5

2 Normal 33 82,5

Jumlah 40 100

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap 40 anak balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan berdasarkan status gizi TB/U anak balita terdapat gizi pendek sebanyak 7 (17,5%) anak balita dan gizi baik sebanyak 33 (82,5%) anak balita.

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015.

No BB/TB n %

1 Kurus 9 22,5

2 Normal 30 75,0

3 Gemuk 1 2,5

Jumlah 40 100

(37)

status gizi BB/TB anak balita terdapat gizi kurussebanyak 9 (22,5%) anak balita, gizi normal sebanyak 30 (75%) anak balita dan gizi gemuk terdapat 1 (2,5%) anak balita.

Tabel 4.18Distribusi Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak BalitaBerdasarkan Status Merokok Keluarga di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Status merokok keluarga

Status Gizi n %

Kurang Baik

n % n %

1 Berat 3 100 0 0 3 100

2 Sedang 7 30,4 16 69,6 23 100

3 Ringan 2 14,3 12 85,7 14 100

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa status gizi Berat Badan menurut Umur (BB/U) berdasarkaan status merokok keluarga dari 3 anak balita yang memiliki keluarga perokok dengan kategori perokok berat terdapat 3 (100%) anak balita yang memiliki status gizi kurang.

Tabel 4.19 Distribusi Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Balita Berdasarkan Status Merokok Keluarga di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Status merokok keluarga

Status Gizi n %

Pendek normal

n % n %

1 Berat 1 33,3 2 66,7 3 100

2 Sedang 5 21,7 18 78,3 23 100

3 Ringan 1 7,1 13 92,9 14 100

[image:37.595.107.516.196.334.2] [image:37.595.107.519.463.601.2]
(38)

44

Tabel 4.20 Distribusi Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak Balita Berdasarkan Status Merokok Keluarga di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Status merokok Keluarga

Status gizi n %

Kurus Normal Gemuk

n % n % n %

1 Berat 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100

2 Sedang 5 21,7 18 78,3 0 0 23 100

3 Ringan 2 14,3 11 78,6 1 7,1 14 100

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa status gizi Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) berdasarkan status merokok keluarga dari 3 anak yang memiliki keluarga perokok dengan kategori perokok berat terdapat 2 (66,7%) anak balita yang mengalami gizi kurus dan 1 (33,3%) anak balita yang mengalami gizi normal.

Tabel 4.21 Distribusi Status Gizi Anak Balita dari Keluarga Perokok Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Anak Balita Di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015.

No. Status gizi BB/U

Pendapatan Orang Tua n %

<1500.000 1.500.000-2.500.000 >2.500.000

n % n % n %

1 Kurang 9 75,0 2 16,7 1 8,3 12 100

2 Baik 10 35,7 11 39,3 7 25 28 100

No. Status gizi TB/U

Pendapatan Orang Tua n %

<1500.000 1.500.000-2.500.000 >2.500.000

n % n % n %

1 Pendek 4 57,1 3 42,9 0 0 7 100

2 Normal 15 45,5 10 30,3 8 24,2 33 100

No. Status gizi BB/TB

Pendapatan Orang Tua n %

<1500.000 1.500.000-2.500.000 >2.500.000

n % n % n %

1 Kurus 6 66,7 2 22,2 1 11,1 9 100

2 Normal 13 43,3 10 33,3 7 23,3 30 100

3 Gemuk 0 0 1 100 0 0 1 100

[image:38.595.108.513.112.253.2] [image:38.595.107.508.407.692.2]
(39)

balita dengan status gizi kurus terdapat 9 (75%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan <1.500.000, 2 (12,7%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan 1.500.000-2.500.000 dan 1 (8,3%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan >2.500.000. Status gizi TB/U dari 7 anak balita dengan status gizi pendek terdapat 4 (57,1%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan <1.500.000 dan 3 (42,9%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan 1.500.000-2.500.000. Status gizi BB/TB dari 11 anak balita dengan status gizi kurus terdapat 6 (66,7%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan < 1.500.000, 2 (22,2%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan 1.500.000-2.500.000 dan 1 (11,1%) yang memiliki orang tua dengan pendapatan >2.500.000.

4.7 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Anak Balita

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada anak balita dari keluarga perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan sebanyak 40 anak balita. Adapun kejadian Infeksi Saluran pernafasan Akut dalam 1 bulan terakhir pada anak balita dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dalam 1 Bulan Terakhir di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Kejadian ISPA n %

1 Ya 12 30

2 Tidak 28 70

Jumlah 40 100

(40)

46

Tabel 4.23 Distribusi Kejadian ISPA Dalam 1 Bulan Terakhir Pada Anak Balita Berdasarkan Status Merokok Keluarga di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Status merokok keluarga

Kejadian ISPA n %

Ya Tidak

n % n %

1 Berat 2 66,7 1 33,3 3 100

2 Sedang 7 30,4 16 69,6 23 100

3 Ringan 3 21,4 11 78,6 14 100

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa kejadian ISPA dalam 1 bulan terakhir pada anak balita berdasarkan status merokok keluarga di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan dari 3 anak balita yang memiliki keluarga perokok dengan kategori perokok berat terdapat 2 (66,7%) anak balita yang menderita ISPA dan 1 (33,3%) anak balita yang tidak menderita ISPA.

Tabel 4.24 Distribusi Kejadian ISPA dalam 1 Bulan Terakhir pada Anak Balita Berdasarkan Lokasi Merokok Keluarga di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Lokasi merokok Kejadian ISPA n %

Ya Tidak

n % n %

1 Dalam rumah 11 52,4% 10 47,6 21 100

2 Luar rumah 1 5,3 18 94,7 19 100

[image:40.595.114.512.112.253.2] [image:40.595.113.518.406.529.2]
(41)

Tabel 4.25 Distribusi Kejadian ISPA dalam 1 Bulan Terakhir pada Anak Balita Berdasarkan BB/U Anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Kejadian ISPA Status Gizi n %

Kurang baik

n % n %

1 Ya 8 66,7 4 33,3 12 100

2 Tidak 4 14,3 24 85,7 28 100

Tabel 4.25 menunjukkan bahwa kejadian ISPA dalam 1 bulan terakhir pada anak balita berdasarkan status gizi BB/U anak balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan dari 12 anak balita yang menderita ISPA terdapat 8 (66,7%) anak balita yang memiliki status gizi kurang dan 4 (33,3%) anak balita yang memiliki status gizi normal.

Tabel 4.26 Distribusi Kejadian ISPA dalam 1 Bulan Terakhir pada Anak Balita Berdasarkan TB/U Anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Kejadian ISPA Status Gizi n %

Pendek normal

n % n %

1 Ya 3 25,0 9 57,0 12 100

3 Tidak 4 14,3 24 85,7 28 100

[image:41.595.111.510.115.238.2] [image:41.595.112.514.391.515.2]
(42)

48

Tabel 4.27 Distribusi Kejadian ISPA dalam 1 Bulan Terakhir pada Anak Balita Berdasarkan BB/TB Anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Kejadian ISPA Status gizi n %

kurus normal gemuk

n % n % n %

1 Ya 6 50,0 6 50,0 0 0 12 100

3 Tidak 3 10,7 24 85,7 1 3,6 28 100

Tabel 2.27 menunjukkan bahwa kejadian ISPA pada anak balita dalam 1 bulan terakhir berdasarakan status gizi BB/TB anak balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan dari 12 anak balita yang menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir terdapat 6 (50%) anak balita yang memiliki status gizi kurus dan 6 (50%) anak balita memiliki status gizi normal.

Table 4.28 Distribusi Imunisasi Anak Balita Berdasarkan Kejadian ISPA Anak Balita dalam 1 Bulan Terakhir di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015

No. Imunisasi Kejadian ISPA n %

Ya Tidak

n % n %

1 Lengkap 5 20 20 80 25 100

2 Tidak lengkap 7 46,7 8 53,3 15 100

[image:42.595.110.512.116.238.2] [image:42.595.111.518.389.513.2]
(43)

Padang Bulan Kecamatan Kotanopan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan, status gizi BB/U, TB/U dan BB/TB anak balita yang memiliki keluarga perokok, dimana status gizi BB/U terdapat 70% anak balita yang memiliki status gizi baik dan 30% anak balita yang mengalami status gizi kurang. Status gizi TB/U anak balita terdapat 82,5% anak balita yang memiliki status gizi normal dan 17,5% anak balita yang memiliki status gizi pendek. Status gizi BB/TB anak balita terdapat 75% anak balita yang memiliki status gizi normal dan 22,5% anak balita yang memiliki status gizi kurus.

Hasil penelitian BB/U anak balita berdasarkan Status merokok keluarga dimana anak balita yang memiliki keluarga perokok dengan kategori berat terdapat 100% anak balita gizi kurang. Hal ini di karenakan Semakin tinggi konsumsi rokok orang tua dapat mempengaruhi status gizi anak balita, hal ini terjadi karena anak balita terlalu sering terpapar oleh asap rokok yang dihisap oleh orang tuanya sehingga beresiko menderita penyakit infeksi seperti ISPA, penyakit infeksi dapat mengganggu metabolisme tubuh sehingga asupan gizi tidak terserap orang tubuh dengan baik dan juga terjadi menurunan nafsu makan anak sehingga status gizi anak balita menurun.

(44)

50

dikarenakan status gizi TB/U dilihat dari status gizi masalalu anak balita, jika gizi masalalunya baik maka TB/U anak balita normal dan sebaliknya jika gizi masalalunya tidak baik maka TB/U anak balita pendek.

Hasil penelitian BB/TB anak balita berdasarkan status merokok keluarga dimana anak balita yang memiliki keluarga perokok dengan kategori perokok berat terdapat 66,7 % anak balita yang memiliki status gizi kurus dan 33,3% anak balita yang memiliki status gizi normal. Hal ini dikarenakan anak balita terlalu sering terpapar oleh asap rokok sehingga dapat menurunkan nafsu makan anak balita dan menyebabkan asupan makan anak balita tidak terpenuhi.

Hasil penelitian status gizi anak balita berdasarkan pendapatan orang tua dimana anak balita yang memiliki status gizi kurang terdapat 75% anak balita yang memiliki orang tua dengan pendapatan <1.500.000, untuk status gizi pendek terdapat 57,1 % anak balita yang memiliki orang tua dengan pendapatan <1.500.000 dan status gizi kurus terdapat 66,7% anak balita yang memiliki orang tua dengan pendapatan <1.500.000. Jadi dapat disimpulkan bahwa golongan ekonomi rendah cenderung lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan menengah keatas dikarenakan orang tua dengan pendapatan rendah akan berdampak pada kebutuhan pangan keluarga, dimana seharusnya cukup untuk kebutuhan makanan sehari-hari tetapi akibat kebiasaan merokok, kebutuhan makan pada keluarga tersebut menjadi berkurang karena membeli rokok.

(45)

pada keluarga miskin terbukti meningkatkan kejadian kurang gizi pada anak balita jika tidak segera ditanggulangi maka kondisi ini mengancam hilangnya sebuah generasi. Balita gizi kurang akan beresiko lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan mental. Selain itu akan meningkatkan angka mortalita dan morbalita akibat kerentanan terhadap penyakit.

Status gizi BB/U dan BB/TB balita menggambarkan kekurangan giziakut yang terjadi dalam waktu yang singkat dan mempengaruhi keadaan status gizi seseorang. Misalnya jika terserang penyakit infeksi, tentu saja akan mempengaruhi status gizi anak, atau mungkin kekurangan asupan makanan, yang dipengaruhi oleh status ekonomi, pengetahuan ibu yang kurang dan pola asuh yang keliru mengakibatkan balita BBLR maupun yang normal tumbuh menjadi balita yang kurus. Sedangkan TB/U menggambarkan keadaan kronis balita, memunjukkan keadaan yang sudah terjadi sejak lama atau dengan kata lain status gizi anak sejak lahir hingga sekarang.Berdasarkan penelitian status gizi anak balita keluarga perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan terdapat 30% dan 22,5% anak balita yang mengalami gizi akut dan 17,5% anak balita yang mengalami gizi kronis. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah gizi yang ada di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan cenderung menderita masalah gizi akut dibandingkan dengan masalah gizi kronis.

(46)

52

Hasil penelitian Oktaviasari, (2012) menunjukkan bahwa 100% dari keluarga yang diteliti terdapat satu keluarga yang merokok, yaitu keluarga kepala keluarga atau bapak. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya anggota keluarga yang perokok aktif, maka jumlah alokasi pengeluaran yang digunakan untuk makan berkurang untuk membeli rokok. Dengan demikian, maka jumlah pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan lainnya, termasuk dalam pemenuhan pangan keluarga akan berkurang dan berdampak.

Kebiasaan merokok yang didukung oleh lingkungan bahkan adat istiadat akan sangat sulit untuk diubah, sehingga Dinas Kesehatan perlu melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh agama untuk bekerja sama mencarai solusi guna menurunkan kebiasaan merokok masyarakat di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Karena tokoh masyarakat dan tokoh agama merupakan figur yang dihormati dan diteladani oleh masyrakat. Oleh sebab itu diharapkan bahwa dengan melibatkan mereka, masyarakat akan lebih mudah untuk menerima dan melakukan hal-hal yang perlu mereka lakukan guna mengurangi kebiasaan merokok tersebut. Salah satu yang bisa dilakukan adalah memberikan penyuluhan rokok dengan di sertai gambar-gambar yang menunjukkan akibat dari konsumsi rokok dalam waktu yang cukup lama dan memberikan gambaran mengenai gizi kurang atau gizi buruk yang bisa dialami oleh anak balita akibat dari kekurangan pangan.

5.2 Gambaran kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan

(47)

(ISPA) dalam 1 bulan terakhir terdapat 70% anak balita tidak menderita ISPA dan 30% anak balita menderita ISPA. Jadi dapat disimpulkan bahwa Di Desa Padang bulan Kecamatan Kotanopan lebih banyak anak balita yang tidak menderita ISPA dari pada anak balita yang menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir.

Hasil penelitian kejadian ISPA anak balita dalam 1 bulan terakhir berdasarkan status merokok keluarga dimana anak balita yang memiliki keluarga perokok dengan kategori perokok berat terdapat 66,7 % anak balita yang menderita ISPA. Hal ini dikarenakan semakin banyak rokok yang dihabiskan oleh keluarga dan semakin sering keluarga merokok di dalam rumah maka semakin sering anak balita terpapar asap rokok, sehingga mengakibatkan resiko terjadinya ISPA pada balita.

(48)

54

hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.

Kebiasaan merokok dekat dengan balita memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan dan sistem pernafasan balita. Hal ini diakibatkan saluran pernafasan balita yang masih berada pada tahap perkembangan dan masih sangat rentan. Sehingga semakin dekat jarak paparan asap rokok terhadap balita, maka semakin banyak kadar tar yang terhirup sehingga mengakibatkan gangguan pada sistem pernafasan balita. Sebagai perokok pasif, balita memiliki resiko terkena gangguan pernafasan lebih besar dibandingkan perokok aktif (Rahmayatul, 2013). Penelitian Marlina (2014), bahwa ada hubungan bermakna antara keberadaan perokok dengan ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014.

Penelitian yang dilalukan Akbar (2013), dimana hasil uji statistik dengan menggunakan shi square diperoleh nilai p = 0,014 (p < α = 0,05), dari hasil

tersebut ada hubungan antara keberadaan anggota merokok keluarga yang merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

(49)

Penelitian ini didukung oleh penelitian lingga (2014), dimana hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan nilai p< 0,05 (0,001) yang dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dekat balita dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Gundaling I. Namun berbeda pula dengan penenelitian Taisir (2005), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok keluarga dengan kejadian ISPA pada bayi dan anak balita.

Hasil penelitian Imunisasi anak balita berdasarkan kejadian ISPA pada anak balita di Desa padang bulan Kecamatan Kotanopan, dimana anak balita yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap terdapat 46,7% anak balita yang menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir dan 53,3% anak balita yang tidak menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir. Hal ini dapat disimpulkan bahwa anak balita yang tidak mendapatkan imunisasi lebih banyak yang tidak menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir.

Penelitian Hidayati (2009), bahwa dari hasil chi square diperoleh p=0,117 (>0,05), hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.

5.3 Kejadian ISPA pada Anak Balita Berdasarkan Status Gizi Anak Balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan

(50)

56

makan pada anak balita sehingga asupan gizi tidak terpenuhi dan mengakibatkan masalah gizi bagi anak balita.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nuryanto (2012), tentang hubungan status gizi terhadap terjadinya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita, hasil penelitian menyebutkan bahwa status gizi mempunyai hubungan bermakna dengan penyakit ISPA pada balita. Penelitian Hidayanti, (2009), bahwa dari hasil uji chi square diperoleh p = 0,000 (<0,005) dimana hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita.

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan penyakit infeksi yang diderita anak. Anak yang mendapat makanan baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi (RISKESDAS, 2010).

(51)

Hasil penelitian kejadian ISPA berdasarkan status gizi TB/U anak balita dimana anak balita yang menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir terdapat 75% anak balita yang memiliki status gizi normal dan 25% anak balita yang memiliki status gizi pendek.Jika anak balita menderita ISPA dalam 1 bulan terakhir tidak dapat langsung mempengaruhi status gizi TB/U anak balita, Hal ini dikarenakan status gizi TB/U dilihat dari gizi masalalu, jika gizi masalalu anak balita baik maka status gizi anak balita normal dan juga begitu sebaliknya jika gizi sekarang anak balita terganggu akibat penyakit infeksi maka dapat mempengaruhi gizi anak balita di masa yang akan datang.

Banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak di bawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, pendek atau gemuk (Depkes Rl, 2002).

(52)

58

status gizi normal. Hal ini dikarenakan terlalu sering anak balita terpapar asap rokok keluarga sehingga mengakibatkan ISPA, penyakit infeksi yang diderita anak balita dapat mengganggu metabolisme tubuh sehingga asupan gizi tidak terserap tubuh dengan baik dan juga terjadi penurunan nafsu makan sehingga terjadi masalah gizi pada anak balita.

Hasil penelitian yang dilalukan oleh Hidayat (2009), bahwa keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang bukan perokok. Selain itu dari penelitian ini bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat akibat orang yang merokok.

(53)

Penelitian yang dilakukan tentangGambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masalah gizi anak balita dari keluarga perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan cenderung menderita gizi akut dibandingkan gizi kronis.

2. Golongan ekonomi rendah cenderung lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan golongan menengah kebawah dimana akan berdampak pada kebutuhan keluarga yang seharusnya cukup untuk kebutuhan sehari-hari akibat membeli rokok kebutuhan tersebut menjadi berkurang.

3. Semakin banyak jumlah batang rokok yang dihisap keluarga dan semakin sering keluarga merokok didalam rumah, maka semakin besar memberikan resiko ISPA pada anak balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan.

4. Paparan asap rokok keluarga dapat mengakibatkan ISPA pada anak balita, penyakit infeksi tersebut dapat mengakibatkan asupan gizi tidak terserap baik oleh tubuh dan juga terjadi penurunan nafsu makan anak balita sehingga terjadinya penurunan status gizi.

(54)

60

6.2Saran

1. Bagi pihak petugas kesehatan diharapkan bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk memberikan penyuluhankepada masyarakat terutama orang tua balita mengenai dampak rokok terhadap kesehatan dan juga status gizi balita, agar orang tua balita berhenti merokok ataupun mengurangi rokok dan merokok jauh dari anak balita.

2. Apabila anak balita megalami gejala klinis ISPA seperti batuk dan pilek diharapkan ibu balita untuk segera membawa anaknya ke Puskesmas untuk segera ditangani agar tidak berlanjut ke kronis.

(55)

Merokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotinana Tobacum, Nikotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar

dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Bahan kimia yang terkandung dalam rokok adalah nikotin, tar, CO (karbon monoksida), amonia, hidrogen sianida (HCN), hidrogen sulfida, methanol, pyridine, kadmium, formaldehida dan fenol.

Menurud Dariyo, (2007), ada dua jenis tipe perokok, yaitu perokok aktif (active smoker) dan perokok pasif (passive smoker):

a. Perokok aktif (active smoker)

Perokok aktif yaitu individu yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga mereka merasa tidak enak jika sehari tidak merokok.

b. Perokok pasif (passive smoker)

Individu yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang merokok. Menurut Sitepoe dalam Alamsyah (2007) tipe perokok dapat diklasifikasikan menjadi 3 menurut jumlah rokok yang dihisap, antara lain:

(56)

8

b. Perokok sedang menghisap 11-20 batang setiap hari c. Perokok ringan menghisap lebih dari 20 batang setiap hari

Keluarga perokok adalah sebuah keluarga dimana dalam keluarga tersebut memiliki satu atau lebih anggota keluarga yang merokok baik laki-laki maupun perempuan. Merokok saat ini sudah menjadi kebiasaan sebagian besar orang dewasa, kebayakan dari meraka yaitu laki-laki. Sebagai kepala keluarga sering sekali mereka tidak menyadari bahwa rokok yang mereka hisap tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri tetapi juga berdampak buruk bagi orang disekitarnya khususnya bagi kelompok yang rentan seperti balita.

Nikotin dengan ribuan bahaya beracun yang berasal dari asap rokok akan masuk kedalam saluran pernafasan bayi dan dapat menyebakan infeksi pada saluran pernafasan. Selain itu, racun dari nikotin yang berasal dari asap rokok juga dapat masuk ke dalam tubuh yang masuh menyusu dari ibu yang telah terpapar oleh asap rokok tersebut. Sehingga racun tersebut terakumulasi di dalam tubuh bayi dan tentu saja membahayakan kesehatan si kecil (Hidayat, 2005).

Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi keluarga perokok antara lain: 1. Perilaku merokok

(57)

seharusnya cukup dipergunakan untuk kebutuhan makanan sehari-hari tetapi akibat kebiasaan merokok, kebutuhan makan pada keluarga tersebut menjadi berkurang karena membeli rokok.

2. Tingkat pendapatan

Menurut Irawan dalam Siregar (2015), Penggunaan rokok dapat meningkatkan kemiskinan melalui kerentanan timbulnya resiko karena sumber pendapatan keluarga miskin yang terbatas justru dibelanjakan untuk rokok, yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan pokok lainnya, seperti makanan pokok, pendidikan anak, biaya kesehatan dan upaya meningkatkan gizi anak-anak dan keluarga.

3. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran keluarga berarti semakin banyak anggota keluarga yang pada akhirnya akan semakin berat beban keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

4. Tingkat Pendidikan

(58)

10

korelasi positif antara pendidikan seseorang dengan penghasilan yang akan diperolehnya. Maka hal tersebut akan mendorong terjadinya pendapatan yang menimbulkan jurang kemiskinan.

2.1.1 Dampak Rokok Terhadap Kesehatan

Dampak rokok terhadap kesehatan sering disebut sebagai „Silent Killer‟

karena timbul secara perlahan dalam tempo yang relatif lama, tidak langsung dan tidak nampak secara nyata. Selain itu rokok juga merupakan penyebab dari 50% kebakaran yang terjadi, dan proses pengolahan rokok mengakibatkan penebangan pohon-pohon di hutan agar kayunya dapat dipakai untuk memproses tembakau.

Seluruh dunia kebiasaan merokok memyebabkan kematian pada 2,5 juta orang setahunnya, artinya satu kematian setiap 13 detik. Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronis, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu adalah kanker mulut , tenggorokan, pankreas dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah ulkus peptikum dan lain-lain.

(59)

Makin tinggi kadar bahan berbahaya dalam satu batang rokok, maka makin besar kemungkinan seseorang menjadi sakit jika mengisap rokok tersebut. Karena itulah dibanyak negara dibuat aturan agar pengusaha mencantumkan kadar tar, nikotin dan bahan berbahaya lainnya pada setiap bungkus rokok yang dijual dipasaran. Masalahnya rokok di Indoneisa mempunyai kadar tar dan nikotin yang lebih tinggi dari pada rokok-rokok produksi luar negeri. Karena itu perlu dilakukan upaya terus-menerus untuk menghasilkan rokok dengan kadar tar dan nikotin yang lebih rendah di Indonesia (Aditama, 2011).

Setelah menghisap rokok bertahun-tahun perokok mungkin menderita sakit. Makin lama memiliki kebiasaan merokok maka makin besar kemungkinan mendapat penyakit. Tentusaja ada juga pengaruh buruk yang segera timbul dari asap rokok. Penderita asma juga seringkali mengeluh sesak napas dan batuk-batuk bila disebelahnya ada orang yang menghembuskan asap rokoknya. Tetapi secara umum, penyakit penyakit seperti kanker, jantung dan lain-lainnya akan diderita setelah menghisap rokok selama 10-20 tahun.

2.1.2 Hubungan Asap Rokok dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(60)

12

pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/ masyarakat dengan menangani ISPA.

Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang seirus serta akan menambah resiko kesakitan dari han toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan pernafasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi (Depkes RI, 2002)

Akibat gangguan asap rokok pada bayi antara lain adalah muntah, diare, kolik (gangguan pada saluran pencernaan bayi), denyut jantung meningkat, gangguan pernafasan pada bayi, infeksi paru-paru dan telinga, gangguan pertumbuhan. Paparan asap rokok berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok (Hidayat, 2005).

(61)

kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan pada kadar asap utama (WHO,2008).

2.1.3 Hubungan Frekuensi Merokok dengan Status Gizi Balita

Individu yang merokok umumnya memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok. Merokok meningkatkan pengeluaran energi karena efek nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tingkat metabolisme, mengakibatkan menurunan pengeluaran energi. Rokok yang dibakar, kandungan nikotin akan masuk kedalam sirkulasi darah dan dalam waktu kurang lebih 15 detik akan masuk ke otak yang kemudian nikotin akan diterima oleh reseptor asetilkoli-nikotinik untuk memacu sistem dopaminergik pada jalur imbalan sehingga akan mempengaruhi penekanan nafsu makan yang menyebabkan terjadinya malnutrisi atau gizi kurang (Tarwoto, 2010).

(62)

14

mempunyai berat badan kurang dibandingkan dengan bukan perokok (Bradley, 2010).

2.2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA yang mengenai saluran nafas bawah, misalnya bronkitis, bila menyerang kelompok umur tententu, khususnya bayi, anak-anak dan orang tua, akan memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek dan sering kali berakhir dengan kematian. ISPA yang disebabkan oleh virus, wanita lebih rentan bila dibandingkan dengan pria, namun waktu menstruasi wanita lebih tahan (Alsagaff, 2005).

Infeksi saluran pernafasan atas adalah infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring seperti : pilek, sinusitis, otitis media (infeksi telinga tengah), faringitis (infeksi pada tenggorokan). Infeksi saluran pernafasan atas digolongkan ke dalam penyakit bukan pneumonia.Agen dari penyakit ISPA adalah virus dan bakteri yang mempunyai jenis lebih dari 300 macam, dimana penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara kepada orang rentan. Pada infeksi saluran pernafasan atas 90%-95% penyebab adalah virus.

(63)

atas adalah radang saluran tenggorokan atau pharingitas dan radang telinga tengah atau otitis (Anonim, 2000).

Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas seperti : 1) pilek (commoncold) merupakan penyakit yang sangat umum pada anak-anak. Beberapa anak mungkin terserang penyakit ini 5 atau 6 kali setiap tahun. Keluar cairan dari hidung, sakit tenggorokan, sakit kepala dan kadang-kadang sakit demam, dan ini biasanya sembuh dalam 2 – 3 hari. 2)influensa, disebabkan oleh virus. Biasanya disebabkan melalui percikan ludah yang sudah terinfeksi. Tanda dan gejalanya demam, malaise, nause (mual seperti mau muntah), sakit kepala, muntah, tenggorokan sakit, sakit mata, nyeri otot dan mengeluarkan cairan dari hidung yang encer. 3)tonsilitis merupakan infeksi tonsil yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri

dan virus. Tanda dan gejalanya anak demam dan merasa tidak enak badan, sakit tenggorokan atau tidak, kadang nyeri perut. 4)adenitis serikal merupakan pembengkakan dan peradangan kelenjar leher, kelenjar menjadi bengkak dan sakit, seringkali terjadi bersama tonsilitis.

Menurut Depkes RI (2010) tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan akut dapat berupa:

1. Batuk.

2. Sulit bernafas 3. Sakit teggorokan 4. Pilek

(64)

16

Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menurut Depkes RI 2009 1. ISPA ringan adalah seseorang yang menderita ISPA ringan apabila

ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.

2. ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39% Cº dan bila bernafas mengeluarkan suara mengorok.

3. ISPA berat apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun.

Berdasarkan penelitian di berbagai negara, termasuk Indonesia dan berbagai Publikasi ilmiah dalam Rosalina (2006), dilaporkan faktor resiko yang meningkatkan kejadian (Morbiditas) ISPA yaitu sebagai berikut:

a. Host (Pejamu)

Manusia yang keberadaanya dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, status ASI, status gizi, berat badan lahir, status imunisasi, pemberian vitamin A dan pemberian makanan tambahan.

b. Agent (Infectous agent)

Faktor penyebab penyakit tersebut meliputi bakteri, virus dan parasit (Infection agent).

c. Environment (Lingkungan)

(65)

Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu : mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare/muntah-muntah atau mempengaruhi makanan dan banyak cara lain lagi.

Secara umum, defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan. Gizi kurang dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu, juga diketahui bahwa infeksi menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber-sumber energi di tubuh.

(66)

18

2.3 Status Gizi Balita

Gambar

Gambar 5.1 : Saat melalukan penimbangan anak balita yang memiliki keluarga perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan
Gambar 5.3 : Saat melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap orang tua anak balita di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Ayah di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di RSUD Sukoharjo terdapat 6,28 % balita dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan 5,79 % balita dengan Diare Cair Akut (DCA).Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah ntuk

6.1.7 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak balita di Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten

Skripsi berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)” ini telah diuji dan disahkan oleh Fakultas

Skripsi berjudul “Analisis Faktor -faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Sekunder pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ” ini telah diuji dan

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan antibiotik terutama eritromisin untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan akut pada balita perlu mendapat perhatian khusus

Di RSUD Sukoharjo terdapat 6,28 % balita dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan 5,79 % balita dengan Diare Cair Akut (DCA).Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah ntuk

Kecukupan gizi yang kurang mempengaruhi daya tahan tubuh juga menurun, maka dari itu balita akan rentan terserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasn Akut (ISPA).

Hal ini berarti terdapat hubungan yang lemah antara peran keluarga prasejahtera dengan upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Desa