• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Campuran Kloramfenikol dan Prednisolon dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan Kadar Campuran Kloramfenikol dan Prednisolon dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Sampel Klorfeson® dan Chloramfecort-H® krim

1. Merek Klorfeson®

Gambar 1. Sampel Krim Klorferson

2. Merek Chloramfecort-H®

(2)

Lampiran 2. Komposisi salep Klorfeson® dan Chloramfecort-H®

Daftar Spesifikasi Sampel

1. Klorfeson® (PT. Molex Ayus Pharmaceutical)

No. Reg : DKL9730904629A1

Expire Date : Januari 2017

Komposisi :

Tiap gram krim mengandung : Kloramfenikol Basa… 20 mg Prednisolon………….. 2,5 mg

2. Chloramfecort-H® (PT. Kimia Farma)

No. Reg : DKL7212416829A1 Expire Date : Maret 2018

Komposisi :

(3)

Lampiran 3. Gambar Alat

Gambar 3. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800)

Gambar 4. Neraca analitik (Mettler Toledo)

(4)

Lampiran 4. Bagan Alir Prosedur Penelitian

Lampiran 4.1. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum

Kloramfenikol

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolut

LIB II kloramfenikol 100 μg/mL

12 μg/mL 16 μg/mL 18 μg/mL 20 μg/mL

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolut

(5)

Lampiran 4.2. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolut

LIB II Prednisolon 100 μg/mL

6 μg/mL 10 μg/mL 12 μg/mL 14 μg/mL

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolut

(6)

Lampiran 4.3. Penentuan Panjang Gelombang Analisis kloramfenikol dan

prednisolon

Prednisolon 8μg/mL Kloramfenikol 16 μg/mL

diukur serapan dari masing-masing kloramfenikol dan prednisolon panjang gelombang 200 - 400 nm

ditumpang tindihkan

ditentukan 5 titik panjang panjang gelombang analisis

diambil panjang gelombang dari spektrum serapan komponen mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan.

(7)

Lampiran 4.4. Pembuatan Larutan Baku Campuran kloramfenikol dan

prednisolon

kedua larutan dicampurkan ke dalam labu tentukur 10 ml dicukupkan dengan etanol absolute pa. Diambil dari larutan tersebut 0,8 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dicukupkan dengan etanol absolut pa

Larutan diukur pada lima panjang gelombang yang telah ditentukan

Lakukan pengulangan sebanyak 6 kali

Prednisolon 10 mg Kloramfenikol 50 mg

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml Dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolut pa Larutan Kloramfenikol

1000 µg/mL

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml Dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolute pa LarutanPrednisolon

1000 µg/mL

(8)

Lampiran 4.5. Penetapan Kadar Sediaan Krim Merek X

ditimbang

dikeluarkan isi tube, kemudian ditimbang tube kosong

ditimbang setara 20 mg kloramfenikol

dihitung kesetaraan prednisolon yang terkandung didalamnya (penimbangan dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan)

dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL dilarutkan dengan etanol absolut

dihomogenkan dengan sonikator selama 15 menit dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda dihomogenkan

disaring

dibuang ± 10 mL filtrat pertama filtrat selanjutnya ditampung dipipet 2 mL

ditambahkan 6 ml larutan prednisolon (untuk adisi) dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL

dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda diukur pada 5 panjang gelombang yang dipilih

dihitung Nilai Absorbansi

Kadar 10 tube

(9)

Lampiran 5. Data Kalibrasi Kloramfenikol, Persamaan Regresi dan Koefisien

Korelasi

Lampiran 5.1 Kalibrasi serapan kloramfenikol pada panjang gelombang 227,04

nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

Perhitungan persamaan garis regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka, persamaan garis regresinya adalah �= (0,0155�+ 0,0009)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(10)

Lampiran 5.2 Kalibrasi serapan kloramfenikol pada panjang gelombang 243,40

nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0

Perhitungan persamaan garis regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka, persamaan garis regresinya adalah � = (0,01158�+ 0,0006)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾= (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(11)

Lampiran 5.3 Kalibrasi serapan kloramfenikol pada panjang gelombang 253,52

nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

Perhitungan persamaan garis regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka, persamaan garis regresinya adalah � = (0,01812�+ 0,0011)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾= (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(12)

Lampiran 5.4 Kalibrasi serapan kloramfenikol pada panjang gelombang 263,66

nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

Perhitungan persamaan garis regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka, persamaan garis regresinya adalah �= (0,02680�+ 0,0011)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾= (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(13)

Lampiran 5.5 Kalibrasi serapan kloramfenikol pada panjang gelombang 273,80

nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0

Perhitungan persamaan garis regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka, persamaan garis regresinya adalah � = (0,03115�+ 0,0014)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾= (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(14)

Lampiran 6. Data Kalibrasi Prednisolon, Persamaan Regresi dan Koefisien

Korelasi

Lampiran 6.1 Kalibrasi serapan prednisolon pada panjang gelombang 227,04nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0 0,0000

Perhitungan Persamaan Garis Regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka persamaan garis regresinya adalah �= 0, O2961X−0,001

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾ = (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(15)

Lampiran 6.2 Kalibrasi serapan prednisolon pada panjang gelombang 243,40 nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0 0

Perhitungan Persamaan Garis Regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka persamaan garis regresinya adalah �= 0, O4356X + 0,0006

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾ = (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(16)

Lampiran 6.3 Kalibrasi serapan prednisolon pada panjang gelombang 253,52 nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0 0,0000

Perhitungan Persamaan Garis Regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka persamaan garis regresinya adalah �= 0, O3711X + 0,0004

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾ = (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(17)

Lampiran 6.4 Kalibrasi serapan prednisolon pada panjang gelombang 263,66 nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0 0

Perhitungan Persamaan Garis Regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka persamaan garis regresinya adalah �= 0,02618X + 0,0007

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾ = (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(18)

Lampiran 6.5 Kalibrasi serapan prednisolon pada panjang gelombang 243,40 nm

No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0 0,0000

Perhitungan Persamaan Garis Regresi

No. X Y XY X2 Y2

Maka persamaan garis regresinya adalah �= 0, O1262X + 0,0003

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾) ⥾ = (∑ ��)−(∑ �)(∑ �)/�

(19)

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Kadar Kloramfenikol dan Prednisolon dalam

Sediaan Krim

1. Data penimbangan tube Klorfeson® dan Chloramfecort-H® Berat 10 tube krim Klorfeson® = 122,395 g

Berat 10 tube kosong = 22,236 g

Berat krim Klorfeson® = 122,395 g – 22,236 g = 100,159 g Data penimbangan Chloramfecort-H®

Berat 10 tube krim Chloramfecort-H® = 122,365 g Berat 10 tube kosong = 22,1958 g

Berat krim Chloramfecort-H® = 122,365 g – 22,1958 g = 100,167 g 2. Contoh perhitungan kadar untuk kloramfenikol dan prednisolon

a. Perhitungan kadar untuk kloramfenikol

Sediaan krim yang digunakan krim Chloramfecort-H® yang tiap gram mengandung kloramfenikol 20 mg dan prednisolon 2,5 mg

Ditimbang krim setara dengan 20 mg kloramfenikol, maka jumlah krim yang ditimbang adalah;

1 tube = 10 g

Berat 10 tube krim = 100,159 g x1=

20 mg x berat 10 tube

20 mg x 10 g x berat 10 tube x1=

20 mg x 100,159 g

2,0 g = 1,00159 g

Dilarutkan 1,00159 g krim dalam etanol absolut dalam labu tentukur 50 mL sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan, disaring, lebih kurang 10 mL filtrat pertama dibuang. Filtrat selanjutnya ditampung (larutan A).

Konsentrasi kloramfenikol larutan A = 20 mg

(20)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Kemudian dari larutan A, dipipet 2,0 mL dan dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan etanol absolut hingga garis tanda (larutan B). Konsentrasi kloramfenikol larutan B = 400μg/mL x 2,0 mL

(50 mL ) = 16 μg/mL b. Perhitungan kadar untuk prednisolon

Dihitung kesetaraan prednisolon yang terkandung dalam 1g krim. x2=

1,00159 g

1,00159 g x ( 2,5 mg) = 2,5 mg

Konsentrasi prednisolon larutan A = 2,5 mg

(50 mL )x 1000 μg = 50 μg/mL

Kemudian dari larutan A, dipipet 2,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan etanol absolut hingga garis tanda (larutan B). Konsentrasi prednisolon larutan B =50 μg/mL x 2,0 mL

(50 mL ) = 2 μg/mL

Konsentrasi analisis untuk prednisolon 8 μg/mL, sedangkan konsentrasi dalam larutan B adalah 2,0 μg/mL. Maka untuk mendapatkan konsentrasi analisis dilakukan penambahan baku prednisolon untuk metode adisi. Penambahan baku

dilakukan dengan pembuatan LIB konsentrasi 50 μg/mL.

Konsentrasi yang dibutuhkan dari adisi = 8 μg/mL - 2 μg/mL = 6,0 μg/mL

Volume prednisolon dari LIB = 6,0 μg/mL x 50 mL

(50 μg/mL ) = 6 mL Maka volume analisis untuk prednisolon adalah

(21)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Jadi konsentrasi Prednisolon =50 μg/mL x 8 mL

(50 mL ) = 8 μg/mL

2. Data perhitungan kadar teoritis baku Kloramfenikol dan prednisolon 1. Kloramfenikol

Pengulangan 1 (Penimbangan 50,7 mg) Konsentrasi LIB I = 50,7 ��

50 �� = 1014 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1014 µg/mL

50 �� = 101,4 µg/mL Kadar Teoritis = 1,6 ��� 101,4 µg/mL

10 �� = 16,224 µg/mL Pengulangan 2 (Penimbangan 50,8 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,8 ��

50 �� = 1016 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1016 µg/mL

50 �� = 101,6 µg/mL Kadar Teoritis = 1,6 ��� 101,6 µg/mL

10 �� = 16,256 µg/mL Pengulangan 3 (Penimbangan 50,7 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,7 ��

50 �� = 1014 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1014 µg/mL

50 �� = 101,4 µg/mL Kadar Teoritis = 1,6 ��� 101,4 µg/mL

10 �� = 16,224 µg/mL Pengulangan 4 (Penimbangan 50,6 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,6 ��

50 �� = 1012 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1012 µg/mL

(22)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Kadar Teoritis = 1,6 ��� 101,2 µg/mL

10 �� = 16,192 µg/mL Pengulangan 5 (Penimbangan 50,7 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,7 ��

50 �� = 1014 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1014 µg/mL

50 �� = 101,4 µg/mL Kadar Teoritis = 1,6 ��� 101,4 µg/mL

10 �� = 16,224 µg/mL Pengulangan 6 (Penimbangan 50,6 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,6 ��

50 �� = 1012 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1012 µg/mL

50 �� = 101,2 µg/mL Kadar Teoritis = 1,6 ��� 101,2 µg/mL

10 �� = 16,192 µg/mL 2. Prednisolon

Pengulangan 1 (Penimbangan 10,0 mg) Konsentrasi LIB I = 10 ��

10 �� = 1000 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1000 µg/mL

50 �� = 100 µg/mL Kadar Teoritis = 0,8 ��� 100 µg/mL

10 �� = 8,0 µg/mL

Pengulangan 2 (Penimbangan 10,1 mg) Konsentrasi LIB I = 10 ��

10 �� = 1000 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1010 µg/mL

50 �� = 101 µg/mL Kadar Teoritis = 0,8 �� � 101 µg/mL

(23)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Pengulangan 3 (Penimbangan 10,0 mg) Konsentrasi LIB I = 10,0 ��

10 �� = 1010 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1000 µg/mL

50 �� = 100 µg/mL Kadar Teoritis = 0,8 ��� 100 µg/mL

10 �� = 8,0 µg/mL Pengulangan 4 (Penimbangan 10,0 mg)

Konsentrasi LIB I = 10,0 ��

10 �� = 1000 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1000 µg/mL

50 �� = 100 µg/mL Kadar Teoritis = 0,8 ��� 100,8 µg/mL

10 �� = 8,0 µg/mL

Pengulangan 5 (Penimbangan 10,0 mg) Konsentrasi LIB I = 10,0 ��

10 �� = 1000 µg/mL Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1000 µg/mL

50 �� = 101 µg/mL Kadar Teoritis = 0,8 ��� 100 µg/mL

10 �� = 8,0 µg/mL

Pengulangan 6 (Penimbangan 10,0 mg) Konsentrasi LIB I = 10,0 ��

10 �� = 1000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 ��� 1000 µg/mL

50 �� = 100 µg/mL Kadar Teoritis = 0,8 ��� 100,8 µg/mL

(24)

Lampiran 8. Data Penimbangan Kloramfenikol Dan Prednisolon, serta Kadar

Teoritis dari Kloramfenikol dan Prednisolon

Pengulangan

Penimbangan kloramfenikol

(mg)

Penimbangan prednisolon

(mg)

kadar teoritis kloramfenikol

(µg/mL)

Kadar teoritis prednisolon

(µg/mL)

1 50,7 10,0 16,2240 8,0000

2 50,8 10,1 16,2560 8,0800

3 50,7 10,0 16,2240 8,0000

4 50,6 10,0 16,1920 8,0000

5 50,7 10,0 16,2240 8,0000

(25)

Lampiran 9. Data Penimbangan dan Serapan dari Krim Klorfeson®

Pengulangan Penimbangan (gram)

Serapan Pada Panjang Gelombang 227,04 243,40 253,52 263,66 273,80

1 1,0011 0,502 0,531 0,583 0,637 0,605

2 1,0010 0,499 0,524 0,578 0,632 0,598

3 1,0007 0,507 0,536 0,589 0,644 0,609

4 1,0008 0,506 0,532 0,585 0,638 0,604

5 1,0006 0,505 0,532 0,585 0,639 0,605

(26)

Lampiran 10. Data Penimbangan dan Serapan dari Krim Chloramfecort-H®

Pengulangan Penimbangan (gram)

Serapan Pada Panjang Gelombang 227,04 243,40 253,52 263,66 273,80

1 1,0010 0,501 0,531 0,583 0,634 0,605

2 1,0011 0,48 0,525 0,578 0,632 0,598

3 1,0007 0,507 0,536 0,587 0,642 0,609

4 1,0008 0,506 0,532 0,585 0,638 0,603

5 1,0007 0,505 0,532 0,585 0,639 0,602

(27)

Lampiran 11. Data perhitungan kadar kloramfenikol dan prednisolon pada krim

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

(28)

Lampiran 12. Data perhitungan kadar kloramfenikol dan prednisolon pada krim

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

0,02961 0,04356 0,03711 0,02618 0,01262� ⎝

(29)

Lampiran 13. Perhitungan Kadar Akurasi dari Hasil Matriks Kloramfenikol dan

Prednisolon Krim Klorfeson®

Pengulangan I Kloramfenikol = 16,16861

16,224 x 98,89% = 98,55% prednisolon = 8,0040

8,0 x 99,63% = 99,67% Pengulangan II Kloramfenikol = 16,15752

16,256 x 98,89% = 98,29% prednisolon = 8,3620

8,08 x 99,63% = 103,11% Pengulangan III Kloramfenikol = 16,17572

16,224 x 98,89% = 98,59% prednisolon = 8,2820

8,0 x 99,63% = 103,14% Pengulangan IV Kloramfenikol = 16,13408

16,192 x 98,89% = 98,53% prednisolon = 8,0041

8,0 x 99,63% = 99,68% Pengulangan V Kloramfenikol = 16,17571

16,224 x 98,89% = 98,59% prednisolon = 8,2630

8,0 x 99,63% = 102,90% Pengulangan VI Kloramfenikol =16,13484

16,224 x 98,89% = 98,53% prednisolon = 8,00040

(30)

Lampiran 14. Perhitungan Kadar Akurasi dari Hasil Matriks Kloramfenikol dan

Prednisolon Krim Cholramfecort-H®

Pengulangan I Kloramfenikol = 16,13484

16,224 x 98,89% = 98,53% prednisolon = 8,282

8,0 x 99,63% = 103,14% Pengulangan II Kloramfenikol = 16,15752

16,256 x 98,89% = 98,29% prednisolon = 8,282

8,08 x 99,63% = 103,14% Pengulangan III Kloramfenikol = 16.17571

16,224 x 98,89% = 98,59% prednisolon = 8,0040

8,0 x 99,63% = 99,67% Pengulangan IV Kloramfenikol = 16,13408

16,192 x 98,89% = 98,53% prednisolon = 8,2630

8,0 x 99,63% = 102,90% Pengulangan V Kloramfenikol = 16,17571

16,224 x 98,89% = 98,59% prednisolon = 8,0914

8,0 x 99,63% = 99,77% Pengulangan VI Kloramfenikol =16,16861

16,224 x 98,89% = 98,55% prednisolon = 8,2630

(31)

Lampiran 15. Perhitungan Statistik Kadar kloramfenikol dan prednisolon pada

(32)

Lampiran 15. (Lanjutan) Dasar penerimaan data jika t hitung≤ t tabel

(33)

Lampiran 15. (Lanjutan)

t hitung 3 = � �−� �� √�⁄ �= �

−0,028

0,03033 ⁄√50� = 2,2764 (diterima) t hitung 4 = � �−�

�� √�⁄ �= �

0,032

0,03033 ⁄5� = 2,6016 (diterima) t hitung 5 = � �−�

�� √�⁄ �= �

−0,028

0,02049 ⁄5� = 2,2764 (diterima)

Semua data diterima, maka kadar c sebenarnya untuk α = 0,05; n =5 adalah:

μ = �� ± (t (α/ 2, dk) x �� √� )% = ( 98,558 ± 2,77645 x 0,03033

√5 )

(34)
(35)

Lampiran 15. (Lanjutan)

Semua data diterima, maka kadar c sebenarnya untuk α = 0,05; n =6 adalah:

μ = �� ± (t (α/ 2, dk) x �� √� )% = ( 101,36 ± 2,5706 x( 1,8513

6 )

(36)

Lampiran 16. Perhitungan Statistik Kadar kloramfenikol dan prednisolon pada

(37)

Lampiran 16. (Lanjutan) Dasar penerimaan data jika t hitung≤ t tabel

(38)

Lampiran 16. (Lanjutan)

t hitung 3 = � �−� �� √�⁄ �= �

−0,028

0,03033 ⁄√50� = 2,2764 (diterima) t hitung 4 = � �−�

�� √�⁄ �= �

0,032

0,03033 ⁄5� = 2,6016 (diterima) t hitung 5 = � �−�

�� √�⁄ �= �

−0,028

0,02049 ⁄5� = 2,2764 (diterima)

Semua data diterima, maka kadar c sebenarnya untuk α = 0,05; n =5 adalah:

μ = �� ± (t (α/ 2, dk) x �� √� )% = ( 98,55 ± 2,77645 x 0,03033

√5 )

(39)
(40)

Lampiran 16. (Lanjutan)

(41)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Semua data diterima, maka kadar c sebenarnya untuk α = 0,05; n =4 adalah:

μ = �� ± (t (α/ 2, dk) x �� √� )% = ( 103,02 ± 3,1824 x( 0,13856

√4 )

(42)

Lampiran 17. Perhitungan %KV (koefisien variasi) kloramfenikol dan

Prednisolon pada krim Klorfeson®

NO Kadar Terukur

kloramfenikol (µg/mL) Kadar Terukur Prednisolon (µg/mL)

1 98,55 99,67

2 - 103,11

3 98,59 103,14

4 98,53 99,68

5 98,59 102.90

6 98,53 99,67

X = 98,56 X = 101,36

SD = 0,03033 SD = 1,8513

% KV = ��

� x 100%

%KV kloramfenikol = 0,03033

98,558 X 100% = 0,03% %KVprednisolon = 1,8513

(43)

Lampiran 18. Perhitungan %KV (koefisien variasi) kloramfenikol dan

Prednisolon pada krim Chloramfecort-H®

NO Kadar Terukur

kloramfenikol (µg/mL) Kadar Terukur Prednisolon (µg/mL)

1 98,53 103.14

2 - 103,14

3 98,59 -

4 98,53 102,90

5 98,59 -

6 98,55 102,90

X = 98,55 X = 103,02

SD = 0,03033 SD = 0,13856

% KV = ��

� x 100%

%KV kloramfenikol = 0,03033

98,55 X 100% = 0,03% %KVprednisolon = 0,13856

(44)

n m .

2 0 0 .0 0 2 5 0 .0 0 3 0 0 .0 0 3 5 0 .0 0 4 0 0 .0 0 1 .0 0 0

0 .5 0 0

(45)

n m .

2 0 0 .0 0 2 5 0 .0 0 3 0 0 .0 0 3 5 0 .0 0 4 0 0 .0 0 1 .0 0 0

0 .5 0 0

(46)

n m .

2 0 0 .0 0 2 5 0 .0 0 3 0 0 .0 0 3 5 0 .0 0 4 0 0 .0 0 1 .0 0 0

0 .5 0 0

(47)

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(48)

Lampiran 21. Spektrum Serapan dari Larutan Baku Campuran Kloramfenikol

dan Prednisolon yang Dibuat Sebanyak 6 Kali Pengulangan

Gambar 18. Spektrum serapan Larutan Baku Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 1

Gambar 19. Spektrum serapan Larutan Baku Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 2

Gambar 20. Spektrum serapan Larutan Baku Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 3

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(49)

Lampiran 21. (Lanjutan)

Gambar 21. Spektrum serapan Larutan Baku Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 4

Gambar 22. Spektrum serapan Larutan Baku Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 5

Gambar 23. Spektrum serapan Larutan Baku Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 6 nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(50)

Lampiran 22. Spektrum Serapan dari Krim X Kloramfenikol dan Prednisolon

yang Dibuat Sebanyak 6 Kali Pengulangan

Gambar 24. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 1

Gambar 25. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 2

Gambar 26. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 3

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(51)

Lampiran 22. (Lanjutan)

Gambar 27. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 4

Gambar 28. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 5

Gambar 29. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan

Prednisolon pengulangan 6

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(52)
(53)
(54)
(55)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Y.C. (2009). Validasi Metode Penetaan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Secara Spektrofotometri UV dengan Aplikasi Panjang Gelombang Berganda. Skripsi 2009. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Halaman 2, 3, dan 23-26.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1998). Quantitative Analysis. Sixtth Edition. Penerjemah: Sopyan, I. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 397, 399, 412-415.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.

Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 189, 190, 692,693, 694.

Ditjen BKAK RI. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Halaman 686, 1048, 1049.

Ermer, J., dan McB. Miller, J.H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical

Analysis, A Guide to Best Practice. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH

& Co. KGaA. Halaman 99, 201-202 dan 210.

Ganjar, I.G., dan Rohman, A. (2008). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Halaman 31, 32, 33, 242, 255.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan.

Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.

Khopkar, S.M. (1985). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah: Saptorahardjo, A. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 215, 216.

Laurence, D.R. (1973). Clinical Pharmacology. Fourth Edition. London: Printed in Great Britain. Halaman 9.9, 9.10, 9.11, 9.12.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2005). Clarke’s Analysis of Drug

and Poisons. Edisi Ketiga. London: Pharmaceutical Press.

Mulja, M., dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 35 dan 52.

(56)

Nasution, D. (2015). Penetapan Kadar Campuran Kloramfenikol dan Prednisolon dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 240, 241, 242.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektroskopi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 39-40.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D.H., dan Kartasasmita, R.E. (2004). Asas

Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga

University Press. Halaman 46, 47, 87, 91 dan 95.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 93, 168. Syamsuni, H.A. (2012). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Halaman 14.

Tan, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,

dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo. Halaman 85, 86.

USP 30-NF 25. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 and The National

Formulary 25. Edisi Ketiga Puluh. The United States Pharmacopoeial

Convention.. Halaman 1704, 1705, 3003,3004.

Watson, D.G. (2005). Pharmaceutical Analysis: A Textbook for Pharmacy

Students and Pharmaceutical Chemists. Second edition. Penerjemah:

Syarief, W.R. (2010). Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasiswa

Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dengan metode spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda terhadap penetapan kadar campuran kloramfenikol dan prednisolon yang terkandung pada sediaan krim merek X.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai bulan April 2016 di Laboratorium Peneilitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Visible, Personal Computer (PC) yang dilengkapi software UV Probe 2.42 (UV-1800 Shimadzu), neraca analitik (Mettler Toledo), kuvet, kertas saring, bola karet, spatula, alat-alat gelas dan alat-alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel.

3.4 Bahan

(58)

3.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan yang diteliti (Sudjana, 2005). Sampel yang digunakan yaitu krim merek X yang mengandung kloramfenikol 20 mg dan prednisolon 2,5 mg (gambar sediaan dan daftar spesifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 43 dan Lampiran 2 halaman 44).

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku

3.6.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Kloramfenikol

Ditimbang dengan seksama 50 mg baku pembanding kloramfenikol kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 10 mL dengan etanol absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolute sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 μg/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100 μg/mL (LIB II) bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 46.

3.6.1.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Prednisolon

(59)

larutan LIB I dipipet 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100 μg/mL (LIB II) bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.2. halaman 47.

3.6.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum

3.6.2.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Kloramfenikol

Diambil sebanyak 1,6 mL dari LIB II kloramfenikol (konsentrasi = 100 μg/mL) kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 10 mL untuk kemudian dilarutkan dengan etanol absolut. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut yang sama hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan kloramfenikol dengan konsentrasi 16 μg/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm dan bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.1 halaman 46.

3.6.2.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Prednisolon

Diambil sebanyak 1,0 mL dari LIB II prednisolon (konsentrasi = 100 μg/mL) kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 10 mL untuk diencerkan dengan pelarut etanol absolut hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi 10 μg/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm dan bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.2. halaman 47.

3.6.3 Pembuatan Spektrum Serapan

(60)

konsentrasi 6 μg/mL; 8 μg/mL; 10 μg/mL; 12 μg/mL; dan 14 μg/mL yang masing-masing telah dibuat enam kali perulangan, diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm.

3.6.3.1 Penentuan Spektrum Serapan Kloramfenikol

Larutan standar dibuat dalam 5 labu tentukur 10 mL yang memiliki konsentrasi masing-masing 12 μg/mL, 14 μg/mL, 16 μg/mL, 18 μg/mL, dan 20 μg/mL, dengan cara mengencerkan sebanyak 1,2 mL; 1,4 mL; 1,6 mL; 1,8 mL; dan 2,0 mL secara berurutan dari LIB II kloramfenikol menggunakan pelarut etanol absolut bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.1 halaman 46.

3.6.3.2 Penentuan Spektrum Serapan Prednisolon

Diambil sebanyak 0,6 mL; 0,8 mL; 1,0 mL; 1,2 mL; dan 1,4 mL dari LIB II prednisolon. Kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 5 labu tentukur 10 mL. Dilarutkan dengan pelarut etanol absolut. Kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi 6 μg/ml; 8 µg/mL, 10 μg/mL; 12 µg/mL; dan 14 μg/mL bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.2 halaman 47.

3.6.4 Pembuatan Larutan Baku Prednisolon untuk Adisi

Ditimbang Baku Prednisolon 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan etanol sebanyak 20 mL, disonikasi selama 10 menit hingga larut, ditambahkan etanol absolut sampai tanda.

3.6.5 Penentuan Panjang Gelombang Analisis

Larutan kloramfenikol dengan konsentrasi 16 μg/mL, larutan prednisolon dengan konsentrasi 8 μg/mL. Kemudian kedua larutan ini diukur serapannya pada

(61)

masing-masing komponen di tumpang tindihkan, pembacaan spektrum ini dilakukan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm, karena pada rentang panjang gelombang ini kloramfenikol dan prednisolon tumpang tindih secara keseluruhan. Kemudian dicari 5 titik sebagai panjang gelombang yang akan digunakan, pemilihan panjang gelombang diambil dari spektrum serapan komponen mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.3 halaman 48.

3.6.6 Penentuan Serapan

Larutan baku kloramfenikol dan prednisolon yang telah dibuat, diukur absorbansinya pada multi panjang gelombang yang telah ditentukan. Serapan kedua senyawa ditentukan dengan menggunakan metode regresi linear yang dioperasikan pada data konsentrasi dan absorbansi masing-masing senyawa pada setiap panjang gelombang pengukuran.

Dari persamaan regresi yang diperoleh, Y = aX + b , Y adalah harga serapan (A), a adalah koefisien regresi yang menunjukkan nilai serapan, X adalah kadar (mg/100 ml), sedangkan b adalah konstanta.

3.6.7 Penentuan kadar baku campuran Kloramfenikol dan Prednisolon

(62)

absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 μg/mL (LIB I). Dari larutan kloramfenikol LIB I dipipet 2,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 10,0 mL (labu A), dan dari larutan prednisolon LIB I dipipet 1,0 mL dimasukkan ke dalam labu A, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 200 μg/mL dan 100,0 μg/mL (labu A). Kemudian dari

labu A dipipet 0,8 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 10,0 ml dilarutkan dengan etanol absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda, sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 16 μg/mL dan 8 μg/mL (labu B). Selanjutnya diukur absorbansinya pada 5 panjang gelombang yang telah ditetapkan bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.4 halaman 49.

3.6.8 Penentuan Kadar Kloramfenikol dan Prednisolon dalam Sediaan Krim

(63)

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan yang didalamnya terdapat kloramfenikol konsentrasi 16 μg/mL dan prednisolon konsentrasi 8 μg/mL.

Diukur serapan pada panjang gelombang 200−400 nm dan bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 4.5 halaman 50.

3.6.9 Perhitungan kadar kloramfenikol dan prednisolon dalam campuran.

Perhitungan kadar masing-masing komponen dalam campuran dilakukan atas dasar absorbansi campuran (Ac) dan serapan tiap komponen pada multi panjang gelombang yang telah diketahui dari hasil pengukuran dengan menggunakan persamaan matriks:

[c] = [[a] x [a1]]-1 x [a] x Ac] Keterangan :

[c] : kadar komponen dari campuran

[a] : matriks serapan senyawa penyusun campuran

[a1] : transpose matriks serapan senyawa penyusun campuran

[[a] X [a1]]-1 : invers matriks kali transpose matriks serapan senyawa penyusun campuran

Ac : nilai serapan sampel

3.6.10 Analisis Hasil

Analisis hasil dilakukan untuk mengetahui validitas metode yang digunakan dalam penelitian, berikut parameter yang diukur:

a. Akurasi

Nilai akurasi dihitung dari hasil matriks kadar yang terukur atau kadar hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya dikalikan 100,0%. Akurasi dikatakan baik jika berada dalam rentang 90,0-110,0%.

(64)

b. Uji Presisi

Penentuan presisi berdasarkan harga koefisian variasi (KV) atau

Coefficient of variation (CV). Jika KV lebih kecil dari 2% maka dinilai

mempunyai presisi yang baik (Andrianto, 2009). Koefisien variasi (KV) diperoleh dengan rumus:

KV = ������� ������� ����� ℎ����

ℎ���� ������ ����� ℎ���� × 100%

c. Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

Data perhitungan kadar kloramfenikol dan prednisolon dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji TTabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran.

Rumus yang digunakan adalah :

SD =

( )

Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =

Untuk menghitung kadar kloramfenikol dan prednisolon sebenarnya dalam sampel secara statistik dapat digunakan rumus (Sudjana, 2005):

µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n ) Keterangan :

SD : standard deviation / simpangan baku X : Kadar rata-rata dalam satu sampel n : jumlah perlakuan

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Maksimum

Penentuan spektrum serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang 200–400 nm. Pengukuran kloramfenikol pada konsentrasi 16,0 μg/mL, sedangkan untuk prednisolon pada konsentrasi 10,0 μg/mL. Berdasarkan

hasil penelitian, diperoleh panjang gelombang kloramfenikol pada 273.80 nm dan prednisolon pada 243,40 nm. Spektrum serapan maksimum kloremfenikol konsentrasi 16,0 μg/mL dan prednisolon konsentrasi 10,0 μg/mL masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1 Spektrum serapan maksimum kloramfenikol konsentrasi 16,0 μg/mL

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

b

s.

0.600

0.400

0.200

(66)

n m .

2 0 0 .0 0 2 5 0 .0 0 3 0 0 .0 0 3 5 0 .0 0 4 0 0 .0 0 1 .0 0 0

0 .5 0 0

(67)

Gambar 4.5 Spektrum tumpang tindih serapan koramfenikol dan prednisolon 16

µg/mL : 10 µ g/mL

Gambar 4.6 Spektrum tumpang tindih campuran baku klormfenikol dan

prednisolon dan sampel konsentrasi 16 µg/mL :8 µg/mL

Spektrum serapan kloramfenikol dan prednisolon dengan berbagai konsentrasi dalam etanol absolut menunjukkan bahwa konsentrasi tidak mengubah bentuk spektrum dari masing-masing zat, sehingga bisa dikatakan menggunakan pelarut etanol absolut baik untuk kloramfenikol dan prednisolon stabil. Spektrum campuran kloramfenikol dan prednisolon dapat dilihat pada Gambar 4.6. Metode spektrofotometri biasa tidak dapat dilakukan untuk menetapkan kadar kloramfenikol dan prednisolon, karena spektrum kloramfenikol dan prednisolon saling tumpang tindih, sehingga absorbansi pada λ pada spektrum

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(68)

campuran tidak menggambarkan besar konsentrasi zat tersebut dalam campurannya. Berbeda dengan spektrofotometri ultraviolet (UV) metode panjang gelombang berganda, yang memungkinkan untuk menetapkan kadar suatu zat dalam campuran zat.

4.3 Penetuan Panjang Gelombang Analisis

Gambar 4.7 Spektrum tumpang tindih kloramfenikol dan prednisolon 16 µg/mL :

2 µ g/mL

Gambar 4.7.1 Spektrum tumpang tindih kloramfenikol dan prednisolon 16

µg/mL :4 µg/mL

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(69)

Gambar 4.7.2 Spektrum tumpang tindih serapan maksimum kloramfenikol

konsentrasi 16,0 µg/mL dan prednisolon konsentrasi 8,0 µg/mL Dari Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa hasil tumpang tindih serapan kloramfenikol 16,0 µg/mL dan prednisolon 8,0 µg/mL yang memberikan serapan yang besar dan memiliki titik perpotongan. Pembacaan spektrum serapan ini dilakukan pada rentang panjang gelombang 227,04-273,80 nm, karena pada rentang panjang gelombang ini kloramfenikol dan prednisolon tumpang tindih secara keseluruhan. Penentuan dilakukan dengan menggabungkan 2 spektrum, kemudian dicari 5 titik sebagai panjang gelombang yang akan digunakan. Spektrum yang dipilih adalah dari spektrum serapan kloramfenikol konsentrasi 16 µg/mL dan prednisolon konsentrasi 8,0 µg/mL.

Gambar 4.8 Lima titik panjang gelombang yang akan digunakan nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

1.000

0.500

(70)

Berdasarkan Gambar 4.8 maka dapat ditentukan 5 panjang gelombang yang akan digunakan. Lima panjang gelombang yang digunakan adalah 227,04 nm pada panjang gelombang ini merupakan titik perpotongan kloramfenikol dan prednisolon, pada panjang gelombang 243,40 nm merupakan panjang gelombang serapan maksimum prednisolon dimana kloramfenikol memberikan serapan yang cukup besar, pada panjang gelombang 253,52 nm merupakan titik perpotongan kloramfenikol dan prednisolon, 263,66 nm merupakan titik sebelum mencapai panjang gelombang serapan maksimum kloramfenikol dimana prednisolon masih memberikan serapan yang cukup besar, pada panjang gelombang 273,80 nm merupakan panjang gelombang serapan maksimum kloramfenikol dan prednisolon masih memberikan serapan. Pemilihan lima titik panjang gelombang dapat dilihat pada Gambar 4.8 di atas.

4.4 Penentuan Serapan

Harga serapan merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar konstribusi serapan suatu senyawa terhadap serapan dari campuran senyawa pada suatu panjang gelombang (Andrianto, 2009).

Penentuan harga serapan ini dilakukan dengan mengukur serapan masing-masing larutan baku kloramfenikol dan prednisolon pada panjang gelombang 227,04 nm, 243,40 nm, 253,52 nm, 263,66 nm dan 273,80 nm.

Dalam penelitian ini penentuan harga serapan dilakukan dengan mengoperasikan data serapan pada tiap panjang gelombang terhadap konsentrasi larutan dalam persamaan regresi linear yang analog dengan persamaan dalam hukum Beer. Persamaan regresi linear adalah :

(71)

Pada persamaan regresi linear tersebut, Y menunjukkan serapan (A), a menunjukkan serapan, X adalah konsentrasi (c) dalam mg /100ml, sedangkan b adalah konstanta.

Hasil pengamatan nilai serapan kloramfenikol dan prednisolon dapat dilihat pada Table I-XII :

Tabel 4.1 Data perhitungan serapan Kloramfenikol Pengulangan I

Konsentrasi µg/Ml

λ1 λ2 λ3 λ4 λ5

227.40 nm 243.40 nm 253.52 nm 263.66 nm 273.80 nm

0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

12 0.191 0.141 0.220 0.325 0.379

14 0.222 0.165 0.256 0.378 0.440

16 0.257 0.190 0.294 0.434 0.504

18 0.279 0.209 0.328 0.484 0.562

20 0.309 0.231 0.362 0.535 0.622

a = 0.01556 a=0.01162 a=0.01818 a=0.02685 a=0.03119 b = 0.0023 b=0.0011 b=0.0009 b=0.0014 b=0.0020 r = 0.9994 r = 0.9997 r =0.9999 r =0.9999 r=0.9999

Tabel 4.2 Data perhitungan serapan Kloramfenikol Pengulangan I

Konsentrasi µg/Ml

λ1 λ2 λ3 λ4 λ5

227.40 nm 243.40 nm 253.52 nm 263.66 nm 273.80 nm

0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

12 0.183 0.131 0.211 0.319 0.376

14 0.213 0.154 0.247 0.370 0.436

16 0.234 0.169 0.278 0.420 0.496

18 0.266 0.195 0.314 0.474 0.559

20 0.298 0.217 0.349 0.524 0.616

(72)

Tabel 4.3 Data perhitungan serapan Kloramfenikol Pengulangan III

Tabel 4.4 Data perhitungan serapan Kloramfenikol Pengulangan IV

Konsentrasi

Table 4.5 Data perhitungan serapan kloramfenikol Pengulangan V

Konsentrasi

(73)

Tabel 4.6 Data perhitungan serapan Kloramfenikol Pengulangan VI

Tabel 4.7 Data perhitungan serapan Prednisolon Pengulangan I

Konsentrasi

Tabel 4.8 Data perhitungan serapan Prednisolon Pengulangan II

(74)

Tabel 4.9 Data perhitungan serapan Prednisolon Pengulangan III

Konsentrasi µg/Ml

λ1 λ2 λ3 λ4 λ5

227.40 nm 243.40 nm 253.52 nm 263.66 nm 273.80 nm

0 0 0 0 0 0

6 0.226 0.287 0.245 0.177 0.094

8 0.287 0.379 0.324 0.232 0.118

10 0.350 0.467 0.399 0.286 0.145

12 0.410 0.557 0.476 0.340 0.171

14 0.470 0.6480 0.554 0.396 0.196

a = 0.03346 a=0.04619 a=0.03949 a=0.02819 a=0.01395 b = 0.0116 b=0.0048 b=0.0039 b=0.0036 b=0.0044 r = 0.9982 r = 0.9998 r =0.9998 r =0.9998 r=0.9985

Tabel 4.10 Data perhitungan serapan Prednisolon Pengulangan IV

Konsentrasi µg/mL

λ1 λ2 λ3 λ4 λ5

227.40 nm 243.40 nm 253.52 nm 263.66 nm 273.80 nm

0 0 0 0 0 0

6 0.175 0.267 0.228 0.162 0.079

8 0.235 0.349 0.297 0.209 0.100

10 0.308 0.451 0.383 0.271 0.132

12 0.358 0.526 0.448 0.316 0.152

14 0.416 0.611 0.521 0.368 0.178

(75)

Tabel 4.11 Data perhitungan serapan Prednisolon Pengulangan V b=-0.0019 b=-0.0006 b=0.0004 b=0.0007 b=0.0003 r = 0.9999 r=0.99997 r=0.99996 r =0.9999 r=0.9998

Tabel 4.12 Data perhitungan serapan Prednisolon Pengulangan VI

Konsentrasi

(76)

Ini berarti bahwa persamaan tersebut mempunyai linearitas yang baik, karena nilai r hitung berkisar dengan nilai -1≤ r ≤ 1 (Rohman, 2007).

Data serapan yang diperoleh ini kemudian digunakan untuk menetapkan kadar kloramfenikol dan prednisolon dalam campuran dengan perhitungan matriks.

4.5 Hasil Kadar Teoritis Campuran Baku Kloramfenikol dan Prednisolon

Data penimbangan masing-masing baku kloramfenikol dan prednisolon digunakan untuk menghitung kadar teoritis campuran kloramfenikol dan prednisolon. Data penimbangan baku kloramfenikol dan prednisolon dapat dilihat pada lampiran 8.

Tabel 4.13 Data Kadar Teoritis Campuran Baku Kloramfenikol dan Prednisolon

No. Baku Kadar Teoritis (µg/mL)

Kloramfenikol Prednisolon

1 16,2240 8,000

2 16,2560 8,080

3 16,2240 8,000

4 16,1920 8,000

5 16,2240 8,000

6 16,1920 8,000

4.6 Hasil Kadar Campuran Kloramfenikol Dan Prednisolon dalam

Sediaan Krim dengan Menggunakan Perhitungan Matriks

(77)

dipilih sebelumnya, yaitu panjang gelombang 227,04 nm, 243,40 nm, 253,52 nm, 263,66 nm, dan 273,80 nm.

Data serapan larutan sampel yang telah diperoleh digunakan untuk mengukur kadar masing-masing, dengan menggunakan perhitungan matriks. Kemudian dari perhitungan akan diperoleh kadar kloramfenikol dan prednisolon. Perhitungan matriks dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.

Tabel 4.14 Data Kadar Campuran Kloramfenikol dan Prednisolon dalam Sediaan

Krim Klorferson® dengan Menggunakan Perhitungan Matriks

No. Sampel Kadar Perolehan Matriks (µg/mL)

Kloramfenikol Prednisolon

1 16,16861 8,0040

2 16,15752 8,3620

3 16,17571 8,2820

4 16,13408 8,0041

5 16,17571 8,2630

6 16,13484 8,0040

Tabel 4.15 Data Kadar Campuran Kloramfenikol dan Prednisolon dalam Sediaan

Krim Chloramfecort-H® dengan Menggunakan Perhitungan Matriks No. Sampel Kadar Perolehan Matriks (µg/mL)

Kloramfenikol Prednisolon

1 16,13484 8,2820

2 16,15752 8,2820

3 16,17571 8,0040

4 16,13408 8,2630

5 16,17571 8,0914

6 16,16861 8,2630

4.7 Hasil Kadar Campuran Kloramfenikol dan Prednisolon dalam

Sediaan Krim Secara Analisis Statistik

(78)

spektrofotometri derivatif dengan teknik zero crossing menggunakan pelarut etanol absolut dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Kadar kloramfenikol dan prednisolon pada krim dengan

analisis secara statistik Rujukan

Nasution (2015) Harahap (2016) Metode zero crossing panjang gelombang berganda

Pelarut Etanol absolute Etanol absolute

λ yang digunakan

Kloramfenikol pada 227,60 nm dan prednisolon pada 292,80 nm

(79)

Pada teknik zero crossing panjang gelombang dipilih oleh softwere pada alat UV probe pada spektrum serapan masing-masing yang telah diderivatkan dilakukan dengan mengamati panjang gelombang yang menunjukkan nilai serapan senyawa pasangannya nol dan nilai serapan senyawa yang lain dan campurannya memiliki nilai serapan sama atau hampir sama. Pada metode panjang gelombang berganda dilakukan pemilihan panjang gelombang analisis secara variabel bebas oleh si peneliti dimana pemilihan panjang gelombangnya diambil dari spektrum tersebut mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan yang dipilih sebanyak 5 lima panjang gelombang dan pada metode ini dilakukan perhitungan kadar dengan operasi matriks. Dan kadar prednisolon yang diperoleh dengan metode panjang gelombang berganda lebih besar dari pada dengan metode spektrofotometri derivatif teknik zero crossing. Perhitungan statistik kadar kloramfenikol dan prednisolon pada sediaan pada krim K® dan C® dengan metode panjang gelombang berganda dapat dilihat pada Lampiran 15 dan Lampiran 16.

4.8 Hasil Uji Validasi

4.8.1 Akurasi Hasil Matriks

(80)

4.8.2 Kadar dan Koefisien Variasi (%KV) Kloramfenikol dan Prednisolon pada Sediaan krim

Perhitungan kadar dari pengukuran kadar kloramfenikol dan prednisolon dalam sediaan krim X yang beredar di apotik mengandung masing-masing kloramfenikol 20 mg dan prednisolon 2,5 mg dan dari kloramfenikol dan prednisolon masing-masing 16 μg/mL dan 8 μg/mL. Sampel yang telah dipreparasi kemudian diukur pada panjang gelombang 200–400 nm. Berdasarkan spektrum tersebut dapat ditentukan absorbansi kloramfenikol dan prednisolon pada panjang gelombang analisis yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu panjang gelombang 227,04 nm, 243,40 nm, 253,52 nm, 263,66 nm, dan 273,80 nm. Data serapan larutan sampel yang telah diperoleh tersebut digunakan untuk mengukur kadar masing-masing, dengan cara memasukkan data yang tersedia pada rumus perhitungan matriks. Kemudian dari perhitungan akan diperoleh kadar masing-masing komponen campurannya dengan akurasi dari hasil matriks dan koefisien variasi (%KVnya).

(81)

Tabel 4.17 Kadar dan Koefisien Variasi (%KV) kloramfenikol dan prednisolon

pada sampel sediaan krim Klorferson®

Tabel 4.18 Kadar dan Koefisien Variasi (%KV) kloramfenikol dan prednisolon

pada sampel sediaan krim Cloramfecort-H® No Rata-rata dari akurasil hasil

matriks 98,56

Rata-rata dari akurasi

hasil matriks 101,36

SD 0,03033 SD 1,8513 Rata-rata dari akurasil hasil

matriks 98,55

Rata-rata dari akurasi

hasil matriks 103,02

SD 0,03033 SD 0,13856

(82)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

a. Metode penetapan kadar campuran kloramfenikol dan prednisolon secara spektrofotometri UV dengan metode panjang gelombang berganda dapat digunakan.

b. Kadar kloramfenikol dan prednisolon dalam sediaan krim memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi V (2014) dengan persentase kadar (98,56 ± 0,03)% untuk kloramfenikol dan (101,36 ± 1,94)% untuk prednisolon pada krim Klorfeson® dan persentase kadar (98,55 ± 0,03)% untuk kloramfenikol dan (103,02 ± 0,13)% untuk prednisolon pada krim Chloramfecort-H®.

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada penetapan kadar campuran kloramfenikol dan prednisolon pada sediaan krim dengan menggunakan pelarut yang berbeda pada metode spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi metode panjang gelombang berganda, seperti metanol.

(83)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan

2.1.1 Kloramfenikol

Menurut Ditjen BKAK RI (2014), uraian tentang Kloramfenikol sebagai berikut: Rumus struktur :

OH H

O2N C C CH2OH

H NHCOCHCl2 Gambar 2.1 Struktur Kloramfenikol (Ditjen BKAK., 2014).

Nama Kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α -(hidroksimetil)-p-nitrofenetil]asetamida

Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O

Berat Molekul : 323,13

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam aseton, dan dalam etil asetat (Ditjen POM., 2014).

(84)

Mycoplasma. Bekerja bakterisid terhadap Str. Pneumonia, Neiss. Menigitidies dan H. Influenza (Tjay, 2007).

Kloramfenikol mempunyai efek samping umum berupa gangguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang (myelodepresi) yang dapat berwujud dua bentuk anemia (Tjay, 2007).

Gambar 2.2 Spektrum Kloramfenikol (Moffat, dkk., 2005)

Dalam air, kloramfenikol memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 278 nm (A11 = 298a) dan dalam alkohol memiliki panjang gelombang maksimum

sebesar 271 (A11 = 178a) (Moffat, dkk., 2005). 2.1.2 Prednisolon

Menurut Ditjen BKAK RI (2014), uraian tentang Prednisolon sebagai berikut: Rumus struktur : CH2OH

HO H CH3 CO

OH CH3 H

H H

Gambar 2.3 Struktur Prednisolon (Ditjen BKAK, 2014).

(85)

Rumus Molekul : C21H28O5

Berat Molekul : 360,45

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam methanol dan

dalam dioksan, agak sukar larut dalam aseton dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform (Ditjen POM, 2014). Prednisolon adalah glukokortikoid sintetik, memiliki lima kali potensi kortison asetat tetapi dalam dosis setara menyebabkan retensi natrium berkurang dan cairan meskipun beresiko lebih terhadap lambung. Glukokortikoid mempunyai efek antiradang, dalam klinik digunakan terutama untuk pengobatan kelainan pada jaringan kolagen, kelainan hematologis (leukemia) dan pernafasan (asma), untuk pengobatan rematik, pengobatan karena alergi tertentu, seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna (Laurence, 1973).

Efek samping dari prednisolon jika penggunaannya dilakukan jangka panjang menyebabkan seperti hipokalemia, tukak lambung, osteoporosis, muka bulat, atropi kulit, memperberat penyakit diabetes mellitus, mudah terkena infeksi, hipertensi, ganguan menstruasi, perubahan mental (Laurence, 1973).

(86)

Dalam Etanol, prednisolon memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 240 nm (A11 = 415a) (Moffat, dkk., 2005).

Saat ini, sangat banyak beredar produk obat yang mengandung kombinasi dua atau lebih bahan aktif. Kombinasi dimaksudkan agar obat dapat lebih efektif mencapai sasaran terapi. Salah satunya adalah kombinasi antara kloramfenikol dan prednisolon, yang digunakan untuk meringankan efek antiradang seperti dermatologis yang berat dan sebagai antibiotik.

2.2. Spektofotometri

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 1985).

Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik kemudian ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikian sebagi fungsi dari panjang gelombang (Rohman, 2007).

Ketika cahaya (monokromatik atau heterogen) mengenai medium homogen, suatu bagian dari cahaya yang ada akan dipantulkan, sebagian diserap medium, dan sisanya ditransmisikan, atau diteruskan (Day dan Underwood, 1998).

2.2.1. Hukum Lambert-Beer

(87)

Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan (Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut: A = abc

Dimana: A = absorbansi a = absorptivitas b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi

Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang radiasi (Rohman, 2007).

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman, 2007).

2.2.2. Kegunaan Spektofotometri

Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran (Munson, 1984).

(88)

2.2.3 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet

Menurut Satiadarma, dkk., (2004) dan Rohman (2007), komponen spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5. Diagram spektrofotometer ultraviolet - visible

a. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 200-400 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 400-800 nm.

b. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.

c. Optik-optik: dapat didesain untuk memecah sumber sinar melewati dua kompartemen.

d. Detektor: digunakan sebagai alat yang menerima sinyal dalam bentuk radiasi elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke rangkaian sistem penguat elektronika.

2.3. Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet

(89)

Menurut Day dan Underwood (1998) ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada spektrum absorban dua kompenen sebagai berikut:

a. Kemungkinan I

Pada Gambar 2.6 menunjukkan terjadi kemungkinan spektrum tidak tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan. X dan Y semata-mata diukur masing-masing pada panjang gelombang λ1 dan λ2.

Gambar 2.6 Spektrum absorban senyawa X dan Y

b. Kemungkinan II

Gambar 2.7 Spektrum absorban senyawa X dan Y, spektrum X bertumpang

tindih pada spektrum Y

Terjadi tumpang tindih satu cara dari Gambar 2.7 dimana Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ1, tetapi X memang menyerap cukup banyak

bersama-sama Y pada λ2. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorban larutan

pada λ1, kemudian absorban yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung

(90)

dikurangkan dari absorban terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh

absorban yang disebabkan oleh Y, kemudian konsentrasi Y dapat diukur dengan cara yang umum.

c. Kemungkinan III

Pada Gambar 2.8 spektrum X dan Y saling tumpang tindih secara keseluruhan. Pada absorbansi maksimum dari komponen X pada λ1, komponen Y

memiliki absorbansi tersendiri. Begitu juga komponen Y pada λ2 , komponen X

memiliki absorbansi sendiri.

Gambar 2.8 Spektrum absorban senyawa X dan Y saling tumpang tindih

Menurut Andrianto (2009) pada penetapan kadar campuran multikomponen sulit dilakukan, sehingga untuk mengatasi hal itu diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang berganda.

(91)

2.4. Validasi Metode Analisis

Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy) dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Validasi metode analisis dilakukan dengan uji laboratorium, dengan demikian dapat ditunjukkan bahwa karakteristik kinerjanya telah memenuhi persyaratan untuk diterapkan dalam analisis senyawa atau sediaan yang bersangkutan (Satiadarma, dkk., 2004). Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran, dan rentang (Rohman, 2007).

2.4.1. Akurasi

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang dapat diterima adalah 90%-110% (Ditjen BKAK., 2014). Rentang ini bersifat fleksibel tergantung dari analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Akurasi bisa juga dilakukan dengan perhitungan matriks dari serapan komponen obat dan serapan campuran komponnen (Andrianto, 2009).

2.4.2. Presisi

Presisi adalah derajat kesesuaian di antara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis ditetapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (Harmita, 2004; Satiadarma, dkk., 2004).

(92)

2.4.3. Linearitas

Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya. Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari persamaan y = ax + b. Persaman ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis. Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu (Satiadarma, dkk., 2004).

Data yang diperoleh selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2008; Watson, 2005). Suatu koefisien korelasi -1≤ r ≤ 1 dianggap menunjukkan linearitas. Persamaan suatu garis lurus menghasilkan Y = aX + b (Gandjar dan Rohman, 2008).

2.4.4. Rentang

(93)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2012).

Krim topikal campuran kloramfenikol dan prednisolon berfungsi sebagai antiinflamasi dan antibiotik. Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Salah satu persyaratan mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya (Ditjen POM RI, 1979).

Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas dan sesuai untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, bekerja bakterisid terhadap Str. Pneumonia, Neis. Meningitides dan H.

Influenza. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida

kuman (Tan dan Rahardja, 2007).

Prednisolon adalah glukokortikoid sintetik, mempunyai efek antiradang, dalam klinik digunakan untuk pengobatan kelainan pada jaringan kolagen, kelainan hematologis (leukemia) dan pernafasan (asma), untuk pengobatan reumatik, pengobatan karena alergi tertentu, seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna dan penyakit hati (Tan dan Rahardja, 2007).

(94)

90,0% dan tidak lebih dari 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket, sedangkan untuk sediaan krim prednisolon yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Setelah dilakukan studi literatur pada kloramfenikol dan prednisolon diperoleh spektrum serapan panjang gelombang yang berdekatan yaitu 278 nm untuk koramfenikol dan 240 nm untuk serapan prednisolon. Dari data panjang gelombang kedua senyawa menunjukkan bahwa kurva serapan kloramfenikol dan prednisolon mengalami tumpang tindih secara keseluruhan (Moffat, 2005). Oleh karena itu, muncul kesulitan dalam penetapan kadarnya.

Menurut USP 30-NF 25 tahun 2007 dan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014, merekomendasikan penggunaan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk menetapkan kadar kedua komponen itu. Metode ini memerlukan alat dan biaya operasional yang relatif mahal serta waktu analisis yang relatif lama. Mengingat hal itu, maka diperlukan metode analisis alternatif yang memerlukan alat dan biaya operasional yang relatif murah, serta lebih mudah dalam pelaksanaannya, namun dapat memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang baik.

(95)

Metode penetapan kadar multikomponen telah dikembangkan yakni metode panjang gelombang berganda yang lebih praktis dengan spektrofotometri ultraviolet (UV), memakai prinsip persamaan garis regresi dan perhitungan matriks dimana pengukuran dilakukan pada beberapa panjang gelombang. Pemilihan panjang gelombang dari panjang gelombang dimana mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan, dan serapan memenuhi hukum Lambert Beer yaitu 0,2 – 0,6. Penentuan panjang gelombang analisis dengan memilih lima panjang gelombang secara variable bebas. Pada metode ini tidak diperlukan proses pemisahan komponen zat aktif karena kadar kloramfenikol dan prednisolon dapat ditetapkan secara bersama-sama (Andrianto, 2009).

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar campuran kloramfenikol dan prednisolon pada sediaan krim dengan metode spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan aplikasi metode panjang gelombang berganda.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah metode spektrofotometri ultraviolet dengan cara penentuan panjang gelombang berganda dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran kloramfenikol dan prednisolon?

Gambar

Gambar 21. Spektrum serapan Larutan Baku Campuran Kloramfenikol dan             Prednisolon pengulangan 4
Gambar 24. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan             Prednisolon pengulangan 1
Gambar 27. Spektrum serapan Krim X Campuran Kloramfenikol dan             Prednisolon pengulangan 4
Gambar 4.1  Spektrum serapan maksimum kloramfenikol konsentrasi nm.16,0 μg/mL
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENETAPAN KADAR HIDROKORTISON ASETAT DAN KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN METODE..

Dari hasil analisis penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim menunjukkan hidrokortison asetat dan kloramfenikol memenuhi persyaratan

Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim secara simultan (tanpa pemisahan terlebih dahulu) yaitu

Judul Skripsi : Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda.. Dengan

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Derivatif dengan zero crossing.. Medan: Fakultas Farmasi

Validasi Metode Penetaan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Secara Spektrofotometri UV dengan Aplikasi Panjang Gelombang Berganda.. Yogyakarta: Fakultas Farmasi

Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum Kloramfenikol dimasukkan ke labu 10mL dan dicukupkan dengan etanol dimasukkan.. ke labu 10mL dan dicukupkan

Apakah kadar kloramfenikol dan prednisolon dalam sediaan krim yang ditetapkan menggunakan spektrofotometri derivatif pada panjang gelombang zero crossing memenuhi persyaratan USP 30