• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) Pada Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Coconut Oil (CNO) Secara Spektrofotometri di PT. Palmcoco Laboratories

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) Pada Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Coconut Oil (CNO) Secara Spektrofotometri di PT. Palmcoco Laboratories"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Amin,S. 2009. Cocopreunership Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa.Edisi pertama. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Khopkar,S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Ketaren,S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Mulja,M. 1995. Analisa Instrumental. Jakarta : Universitas Airlangga Press.

Suhardikono,L. 1988. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatanya.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tambun,R. 2002. Proses Pembuatan Asam Lemak Seara Langsung dari Buah Kelapa Sawit. Medan : Penerbit Universitas Sumatera Utara – Press.

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan

Aspek Pemasaran. Jakarta : Penerbit Swadaya.

(2)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat- alat

• Spektrofotometri UV – Visible Cary 50 • Beaker Glass 100 ml pyrex • Kuvet

• Labu ukur 100 ml pyrex • Neraca Analitik

• Spatula

3.1.2 Bahan-bahan

Crude Palm Oil (CNO) Crude Coconut Oil (CNO)

(3)

3.2 Prosedur penelitian

3.2.1 Persiapan sampel

Sampel yang diperlukan untuk analisa DOBI adalah sampel CPO dan CNO. Sebelum dilakukan analisa, maka sampel CPO dan CNO dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan cara memanaskan sampel (CPO dan CNO) di dalam oven pada suhu 80⁰C selama 15 menit agar sampel homogen dan mudah dalam melakukan

penimbangan dan memperoleh hasil yang maksimum.

3.2.2a Penentuan DOBI untuk sampel CPO pada range visibel 446 nm dengan

pelarut N-Heksan

a. Dimasukkan larutan normal heksan dalam masing – masing kuvet b. Diukur absorbansi pada λ 446 nm danλ 269 nm

c. Diambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai absorbansi yang terbesar sebagai tempat sampel

d. Ditimbang sampel sebanyak 0,5 gram dalam labu takar 100 ml yang telah dipanaskan dalam oven pada suhu 80°C

e. Dilarutkan dengan N-Heksan sampai garis tanda

(4)

g. Dicatat nilai absorbansi yang dihasilkan

3.2.2b Penentuan DOBI untuk sampel CPO pada range UV 269 nm dengan

pelarut N-Heksan

a. Dimasukkan larutan normal heksan dalam masing – masing kuvet b. Diukur absorbansi pada λ 446 nm dan λ 269 nm

c. Diambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai absorbansi yang terbesar sebagai tempat sampel

d. Ditimbang sampel sebanyak 0,5 gram dalam labu takar 100 ml yang telah dipanaskan dalam oven pada suhu 80°C

e. Dilarutkan dengan N-Heksan sampai garis tanda

f. Diukur serapan atom padaλ 269 nm dengan cell 1 cm dengan N-Heksan sebagai larutan blanko

g. Dicatat nilai absorbansi yang dihasilkan

3.2.3a Penentuan DOBI untuk sampel CNO pada range visible 446 nm dengan

pelarut N- Heksan

a. Dimasukkan larutan normal heksan dalam masing – masing kuvet b. Diukur absorbansi pada λ 446 nm dan λ 269 nm

(5)

d. Ditimbang sampel sebanyak 0,5 gram dalam labu takar 100 ml yang telah dipanaskan dalam oven pada suhu 80°C

e. Dilarutkan dengan N-Heksan sampai garis tanda

f. Diukur serapan atom padaλ 446 nm dengan cell 1 cm dengan N-Heksan sebagai larutan blanko

g. Dicatat nilai absorbansi yang dihasilkan

3.2.3b Penentuan DOBI untuk sampel CNO pada range UV 269 nm dengan

pelarut N – Heksan

a. Dimasukkan larutan normal heksan dalam masing – masing kuvet b. Diukur absorbansi pada λ 446 nm dan λ 269 nm

c. Diambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai absorbansi yang terbesar sebagai tempat sampel

d. Ditimbang sampel sebanyak 0,5 gram dalam labu takar 100 ml yang telah dipanaskan dalam oven pada suhu 80°C

e. Dilarutkan dengan N-Heksan sampai garis tanda

f. Diukur serapan atom padaλ 269 nm dengan cell 1 cm dengan N-Heksan sebagai larutan blanko

(6)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil analisis yang dilakukan di P.T Palmcoco Laboratories untuk kadar DOBI (Deoteration Of Bleacability Index) ditunjukkan pada :

Tabel 4.1 Data Analisis DOBI Pada Sampel CPO

(7)

Keterangan : A = Sampel CPO yang berasal dari daerah Batam B = Sampel CPO yang berasal dari daerah Dumai C = Sampel CPO yang berasal dari daerah Belawan

Tabel 4.2 Data Analisis DOBI Pada Sampel CNO

Kode

(8)

4.2 Perhitungan

Absorbansi pada λ 446 nm

DOBI = --- Absorbansi pada λ 269 nm

DOBI 1 + DOBI 2 + DOBI 3 DOBI rata-rata = ---

3

g CPO (DOBI rata-rata CPO) + g CNO (DOBI rata-rata CNO) DOBI teoritis = ---

(9)

4.3.Pembahasan

DOBI adalah suatu cara penentuan kualitas minyak yang berdasarkan rasio perbandingan absorbansi pada range visible dan absorbansi pada range UV. Maka untuk menganalisa DOBI dilakukan dengan metode spektrofotometri UV – Visible. Untuk mengukur absorbansi pada range visible dan UV maka terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang maksimumnya dengan menggunakan normal heksan sebagai larutan blankonya.

DOBI ditentukan untuk memenuhi standar mutu CPO yang baik karena semakin tinggi nilai DOBI maka akan semakin baik kualitas CPO, sehingga daya jual CPO akan semakin tinggi pula. DOBI ditentukan untuk memenuhi standar perdagangan yang telah ditetapkan oleh deprindag yaitu harga kualitas DOBI yang baik adalah ≥ 3.

DOBI yang diperoleh dari sampel CPO secara praktek adalah 2,70 dimana DOBI yang dihasilkan dari praktek belum dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan karena tidak dapat memenuhi nilai 3 walaupun kualitas dari DOBI CPO tersebut hampir mendekati nilai 3. Sedangkan untuk sampel CNO harga kualitas DOBI secara teoritis belum dapat ditetapkan sampai sekarang.

(10)

• Kontaminasi CPO dengan minyak sawit oksidasi endapan • Sterilisasi yang lama dari buah tandan

(11)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan data penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

 Nilai DOBI CPO Batam (= 2,66) lebih besar daripada nilai DOBI CNO Batam

(=1,61)

 Nilai DOBI CPO Dumai (= 2,66) lebih besar daripada nilai DOBI CNO Dumai

(= 1,52)

 Nilai DOBI CPO Belawan (= 2,67) lebih besar daripada nilai DOBI CNO

Belawan (= 1,54)

(12)

5.2. Saran

Diharapkan pada peneliti selanjutnya, agar meneliti :

 DOBI pada sampel CPO dan CNO yang berasal dari sumber yang berbeda  DOBI pada daerah Dumai, Batam dan Belawan dengan sampel CPKO

 CPO dan CNO untuk parameter yang lain pada daerah Dumai, Batam dan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tanaman Kelapa

Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya

catatan sejarah , telah diketahui penggunaan buah kelapa sebagai bahan makanan dan kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat bermanfaat, tanpa efek samping. Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan yang memberikan hasi panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air kelapa, santan, dan minyaknya.

(14)

integral dari kehidupan mereka sehari – hari. Selama Perang Dunia II, air kelapa muda dari jenis kelapa hijau telah digunakan sebagai pengganti air garam yang banyak menyelamatkan nyawa sekutu. Akan tetapi, semua ini berubah pada tahun 1950-an. Kala itu, penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab utama kematian di kalangan orang dewasa masyarakat Amerika Serikat. Ancel Keys dapat dikatakan sebagai pelopor kampanye anti-lemak jenuh di Amerika Serikat. Semenjak tahun 1953 – 1957, Keys membuat serangkaian pernyataan seputar atherogenesitas lemak. Pernyataannya antara lain: “Semua lemak meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Hampir setengah dari total lemak berasal dari lemak nabati dan minyak”. Lemak jenuh meningkatkan kolesterol, sedangkan lemak poli tak jenuh menurunkan kolesterol. Lemak nabati yang dihidrogenasi adalah biang keladi dari masalah jantung koroner. Demikian lemak hewan penyebab penyakit jantung koroner.

2.1.1.Buah Kelapa

Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran lebih kurang sebesar kepala manusia. Buah terdiri dari sabut (ekskarp dan mesokarp), tempurung (endokarp), daging buah (endosperm) dan air buah. Tebal sabut kelapa lebih kurang 5 cm dan tebal daging buah 1 cm atau lebih. (Ketaren,S.2008)

(15)

bahan bumbu masakan, diproses menjadi santan kelapa, kelapa parut kering, minyak goreng atau minyak kelapa murni. Daging buah dapat dikeringkan menjadi kopra. Kopra itu dapat diproses menjadi minyak goreng, sabun, lilin, es krim, produk oleokimia seperti asam lemak (fatty acid), fatty alcohol dan gliserin. (Amin,S.2009)

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa Pada Berbagai Tingkat

(16)

2.1.2 Proses Pengolahan Minyak Kelapa

Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses basah, kaena pada proses ini ditambahkan air untuk mengestraksi minyak. Sedangkan pembuatan minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal dengan proses kering.

a. Proses basah

Asal mula untuk memperoleh minyak dari buah kelapa, adalah bukan dari kopra. Kopra dibuat pada waktu itu untuk memenuhi kekurangan minyak yang melanda daratan Eropa. Daging buah kelapa merupakan bahan yang mudah membusuk, hal ini disebabkan oleh kandungan airnya yang tinggi. Agar dapat tahan lama diperjalanan, maka daging buah kelapa dikeringkan dengan maksud memperoleh kopra. Di daerah pertanian kelapa, minyak diperoleh dari daging buah kelapa. Menurut Banzon J. A. Dan Velasco J. R. (1982) komposisi kimia daging buah kelapa adalah sebagai berikut :

(17)

6. Karbohidrat 7,3 %

Pada waktu daging buah kelapa diparut, sel – selnya akan rusak dan isi sel dengan mudah dikeluarkan dalam wujud emulsi berwarna putih yang dikenal dengan santan. Santan demikian mengandung minyak sebanyak 50 %. Sisa minyak yang lain dapat diperoleh dengan penambahan air dan pemerasan kedua dan ketiga. Cara – cara ekstraksi minyak dengan proses basah yang banyak dilakukan sebagai berikut :

1) Ekstraksi minyak pada industri rumah tangga

Di daerah pedesaan, pada umumnya penyedian kebutuhan minyak berasal dari industri rumah tangga. Tahapan – tahapan pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Daging buah kelapa diparut untuk memperkecil ukurannya dan unruk merusak sel – sel dari daging buah kelapa, sehingga isi selnya mudah dikeluakan.

b) Daging buah kelapa parutan ditempatkan pada kain yang berfungsi untuk menyaring, kemudian diperas dengan tangan.

(18)

Pekerjan ini diulangi sekali lagi. Penambahan air sama dengan berat dagingbuah kelapa parutan.

d) Santan yang diperoleh dicampur menjadi satu, dimasukkan kedalam wajan untuk diuapkan airnya.

e) Setelah air seluruhya menguap, diperoleh minyak dan endapanny disebut blondho.

f) Minyak diambil dan blondho dipres untuk mengeluarkan minyaknya, dari sisanya diperoleh khetak.

g) Minyak didingankan, kemudian dimasukkan ke dalam botol atau dalam kaleng yang berisi kurang lebih 18 g.

Proses dengan cara ini sebenarnya kurang menguntungkan,karena jumlah minyak yang diperoleh hanya antara 70 – 80 % dari minyak yang terkandung di dalam daging buah kelapa.

2) Proses menurut lava

(19)

4, sehingga cream pecah dan mengalami dekomposisi yang menghasilkan minyak.

Masalah yang umum terjadi pada proses basah, dalam mengembangkan proses ini Lava menemukan dua masalah utama yaitu :

a) Kesulitan mengekstraksi minyak dalam bentuk santan. Minyak yang diperoleh maksimum 80 %, disamping itu dipengaruhi juga oleh tingkat kemasakan buah kelapa. Menurut Manzanilla (1953) yang mengamati penampang daging buah kelapa dengan mikroskop mengemukakan bahwa 60 – 70 % minyak dengan mudah dapat diekstraksi, karena merupakan minyak yang bebas, dan terlihat dalam bentuk globula – globula.

b) Kesulitan untuk membebaskan minyak dari emulsi yang mirip dengan susu. Santan merupakan emulsiminyak di dalam air yang agak stabil. Emulsifikasinya kadang – kadang bersma – sama protein.

(20)

kopra bukan hanya sekedar pemakaian bahan setengah jadi,melainkan pembuatan kopra dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. b. Proses kering

Cara paling sederhana untuk memperoleh untuk memperoleh minyak dari kopra, adalah dengan membungkus kopra dalam kain,kemudian ditumbuk menggunakan penumbuk dari kayu dan selanjutnya dimasukkan ke dalam air mendidih. Minyakakan mengapung dipermukaan dan dapat dipisahkan dari air dengan mengambil minyaknya. Dengan demikian minyak yang diperolehnya hanya sedikit untuk meningkatkan perolehan minyak, kopra diberi perlakuan penekanan pada wadah statis yang selanjutnya berkembang dengan pengunaan penekan ulir.

(21)

Untuk memperoleh minyak dalam jumlah lebih banyak, telah ditemukan perlakuan – perlakuan yang paling baik, sebelum kopra dimasukkan kedalam expeller, terdiri atas :

1. Pembersihan kopra, terdiri atas pemisahan benda – benda asing khususnya bahan dari besi seperti paku. Pembersihan dilakukan dengan magnetic separator.

2. Memperkecil ukuran kopra,menggunakan mesin pemecah dan penggiling. 3. Mengeringkan kopra sampai pada kadar air yang tepat. Menurut Thieme

(22)

baik dan memenuhi standar mutu minyak yang dipersyaratkan di dalam Standar Industri Minyak yang diperoleh adalah 12 % dari kelapa butiran.

1. Ekstraksi minyak menggunakan solvent

Untuk memperoleh minyak kelapa di samping dilakukan dengan proses basah, dapat pula diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan solvent (zat pelarut). Prinsip yang digunakan dalam ekstraksi solvent ini adalah memperoleh minyak kelapa dari kopra dengan melarutkan minyak kelapa dalam larutan solvent yang sesuai. Terdapat beberapa jenis solvent yang dapat dipergunakan seperti hidrokarbon, aseton, dietil eter, karbon disulfida, karbon tetraklorida dan bahkan alkohol. Agar dapat dipergunakan sebagai solvent untuk mengekstraksi minyak kelapa, maka solvent harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Mempunyai kemampuan melarutkan minyak kelapa yang tinggi. b) Tidak meninggalkan residu beracun.

c) Tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak kelapa atau pembungkus minyak kelapa yang dapat menghasilkan senyawa beracun

(23)

e) Tidak mudah terbakar atau minimal tidak mempunyai tendensi membentuk campuran yang mudah terbakar jika berhubungan dengan udara.

Pada saat ini telah dipergunakan secara luas pemakaian heksan suatu senyawa hidrokarbon yang merupakan hasil industri minyak bumi, karena solvent ini dapat memenuhi persyaratan seperti telah disebutkan di atas.

Sebagaimana gambaran sederhana prinsip kerja ekstraksi solvent iniadalah ekstraktor soklet di laboratorium. Pada sistem ini kopra di tempatkan pada ruangan dan direndam di dalam larutan solvent selama 40 menit. Selanjutnya cairan dialirkan ke dalam labu. Dari labu ini solvent diuapkan dan dikondensasikan, kemudian kondesat dikembalikan ke daalam ruangan yang berisi kopra. Proses diulangi sampai 15 – 16 kali. Akhirnya larutan ini diuapkan solventnya, sehingga diperoleh minnyak kelapa. Claudio dan kawan – kawan (1968) menyatakan bahwa tipe lain dari ekstraksi solvent, yaitu dengan cara menapis terus – menerus padaa wadah kopra yang mendatar atau vertikal, sehingga cara ini disebut dengan ekstraksi penyaringan.

(24)

yang masih mengandung minyak kelapa sekitar 17,78 % dimasukkan ke dalam instalansi solvent ekstraktor menggunakan normal heksan. Dari ekstraktor ini sisa minyak yang masih tertinggal di dalam bungkil rata - rata sebesar 0,03 %.

2 Pemurnian minyak mentah

Minyak mentah yang keluar dari expeller nampak keruh, disebabkan oleh partikel – partikel kopra yang tidak tersaring di dalam barrel dari expeller. Perlakuan yang sesuai untukdiberikan kepada minyak demikian adalah pengendapan. Minyak yang telah diendapkan ini masih sedikit keruh, unruk menjernihkannya, maka minyak dialirkan ke penyaring seperti penyaring penekan. Jika di dalam endapan diperoleh dari proses pengendapan dan bungkil hasil penyaringan masih mengandung sejumlah minyak, maka untuk instalansi yang mempunyai kapasitas besar, bahan ini dicampurkan dengan kopra yang akan dimasukkan ke dalam expeller.

(25)

Kopra yang bertemperatur tinggi pada waktu diperas di dalam expeller menyebabkan minyak yang dihasilkan berwarna cokelat kemerah – merahan. Untuk memenuhi beberapa keperluan, dipandang perlu untuk mengurangi warna dan pekerjaan ini disebut dengan pekerjaan pemucatan. Pemurnnian alkali sering kali mampu menurunkan warna. Keseluruhan pemurnian minyak kelapa terdiri atas pembuangan asam lemak bebas, pemucatan dan penghilangan bau. ( Suhardikono.L, 1988 )

2.2 Buah Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau hitam, semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada wkatu sudah masak berwarna merah kuning (jingga). Mulai dari penyerbukan sampai buah matang diperlukan waktu kurang lebih 5 – 6 bulan. Cuaca kering yang terlalu panjang dapat memperlambat pematangan buah.

(26)

tanaman yang sehat berat tandannya berkisar antara 3 – 6 kg. Tanaman semakin tua, berat tandannya pun bertambah,yaitu antara 25 – 35 kg / tandan.

Banyaknya buah yang terdapat dalam suatu tandan tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur tanaman, faktor lingkungan, faktor genetik dan juga tergantung pada teknik budi dayanya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1.600 buah. Panjang buah antara 2 – 5 cm dan beratnya sekitar 20-30 g per buah.

Secara anatomi, bagian – bagian buah kelapa sawit dari luar kedalam adalah sebagai berikut :

1. Perikarpium terdiri dari :

a. Epikarpium yaitu kulit buah keras dan licin.

b. Mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi (tinggi rendahnya kandungan minyak sawit ini tergantung pada umur dan varietas tanaman kelapa sawit).

2. Biji, mempunyai bagian :

a. Endokarpium (kulit biji = tempurung), berwarna hitam dan keras.

b. Endosperm (kernel = daging biji), berwarna putih dan dari bagian ini akan dihasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi.

(27)

2.3 Minyak

Minyak merupakan bahan cair hal ini disebabkan karena rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom – atom karbonnya.

Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan. ( F.G Winarno, 1991).

Asam lemak secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap ( hanya memiliki ikatan tunggal ) pada rantai karbonnya.

2. Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya.

Asam Lemak Bebas

(28)

(Tambun.R, 2002)

Zat warna alamiah yang terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α dan β karoten, xanthofil, klorofil, dan anthosyanin. Zat warna ini

menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan.

(29)

Karatenoid tersebut tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi. (Ketaren, S, 1986).

Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga untuk digunakan sebagai bahan baku harus melakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksud untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan standard mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond yang didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna kuning 35.

( Tim Penulis PS, 1998).

2.4 Pengolahan Minyak Sawit Mentah menjadi Minyak Sawit Murni

Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama Tandan Buah Segar (TBS)

di pabrik, yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak initi sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas tahap – tahap pengolahan diuraikan sebagai berikut :

1. Pengangkutan TBS ke pabrik

(30)

TBS yang telah ditimbang beserta kalorinya selanjutnya direbus di dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125 ºC. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel.

3. Perontokan dan pelumatan buah.

4 Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan selama 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi adalah untuk mengambil minyak dari masa adukan.

(31)

tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni (RBD Palm Olein) dan hasil olahan lainnya.

5. Pengeringan dan pemecahan biji

Sebelum dipecah, biji – biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50ºC. Akibat proses pengeringan ini, inti sawit akanmengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji – biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji.

6. Pemisahan inti sawit dari tempurung

(32)

2.5Peranan BOBI dalam Penentuan Harga Minyak Sawit

DOBI ( Deoteration of Bleachability Index) merupakan index derajat kecepatan minyak sawit mentah. Angka minimal DOBI CPO adalah 2,8. Karena tidak terpenuhinya angka standar Dobi maka harga CPO diIndonesia di pasar internasional selalu dipotong antara 300 – 500 rupiah per kilogram. DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan antara serapan atom terhadap asam lemak bebas.

(33)

Tabel 2.2 SNI ( Standar Nasional Indonesia) tentang hubungan DOBI

2.6Deterio Indeks Pemutihan (DOBI) dan Hubungannya dengan Kualitas

Minyak Sawit

(34)

Analisa dari asam lemak bebas, kelembaban dari kotoran sendiri tidak mencukupi untuk mengindikasi kualitas CPO yang baik sedangkan daalam analisis DOBI dapat memberikkan indikasi yang lebih baik serta memberikan indikasi yang lebih baik serta memberikan kemmudahan CPO dalam pemrosesan.

Dobi adalah rasio angka dari penyerapan spektrofotometer pada ⋋ 446 nm dan λ 269 nm. Metode ini dikembangkan oleh Dr.P.A.T.Swaboda dari

Institut Penelitian Minyak Sawit dari Malaysia (Malaysia Palm Oil Board). Pengukuran yang dibuat dengan melarutkan minyak sawit memakai pelarut n-heksan dan kemudian menentukan penyerapan nya dalam spektrofotometer. Keck Seng menggunakan suatu alat spektrofotometer UV – Visible Hitachi U-2000.

(35)

Tabel 2.3 PORIM tentang hubungan DOBI dengan kualitas

DOBI Kualitas

<1,68 1,76 – 2,30 2,36 – 2,92 2,99 – 3,24

>3,24

Minyak sawit endapan atau ekuivalennya Kurang

Cukup Baik Terbaik

(36)

Tabel 2.4 Petunjuk Keck seng untuk DOBI dan tingkat Refinabilitas

Minyak sawit endapan atau ekuivalennya Kurang

Cukup Baik Terbaik

2.7 Penyebab – penyebab DOBI yang rendah

Adapun penyebab DOBI yang rendah antara lain adalah sebagai berikut :

Persentase yang tinggi dari tandan buah yang berwarna hitam Penundaan pemrosesan terutama pada musim hujan

Kontaminasi dari CPO dengan kondensasi sterizer

Kontaminasi dari CPO dengan minyak sawit oksidasi endapan Sterilisasi yang lama dari tandan buah

Pemanasan (>55ºC) dari CPO dalam tanki penyimpanan

(37)

pemrosesan hingga pada bagian mesin sementara, suhu tinggi pada tingkat suhu yang lain.

Tandan buah segar yang menunjukkan dua kategori dari kematangan Tandan berwarna hitam yang mengandung minyak dengan DOBI yang lebih rendah dan tandan yang berwarna kuning dengan DOBI yang lebih tinggi. Ekstraksi minyak dari tandan yang lebih hitam DOBI < 1,5 dimana dari tandan yang berwarna kuning memiliki DOBI > 3,5. Dalam praktek DOBI > 3,0 dapat dicapai dengan melakukan pemanenan dan pemrosesan yang baik.

2.8 Tindakan – tindakan yang harus dilakukan untuk memastikan CPO

mempunyai kualitas yang tinggi

Keck seng yang dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan CPO dalam perkebunan kelapa sawit pada saat penggilingan dan pembersihan minyak sawit. Tindakan yang dilakukan Keck seng untuk menghasilkan DOBI minyak sawit yang lebih tinggi yaitu :

 Memberi peringatan kepada perkebunan agar memanen buah pada keadaan

sudah benar – benar masak

 Sterilisasi kondensasi dengan endapan yang buruk tidak diijinkan untuk

(38)

dilihat pada kualitas minyak dan masalah pemurtihan selama pembersihan. Dalam penggilingan sisi positif yang lain banyak diabaikan.

 Keck seng menggunakan kondensasi sterilisasi yang lemah. Dalam hal ini

dilakukan untuk mengecilkan tandan buah setelah pengupasan dan menggunakan pnghancur tandan yang tinggi.

Menggunakan uap bertekanan rendah untuk pemanasan CPO pada suhu di bawah 50ºC. (http://www.deptan.go.id )

2.9 Spektrofotometri UV - Visible

(39)

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinu, monokromator, sel pengadsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk menngukur perbedaan adsorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. (S.M.Khopkar, 1990)

(40)

Gambar Skema :

( Tim Penulis PS, 1998)

Spektrofotometer UV – Visible adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190 – 380 nm) dan sinar tampak (380 – 780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer.

(41)

nm merupakan daerah radiasi infra merah. Oleh sebab itu pengukuran diatas panjang gelombang 780 nm harus dipakai detektor dengan kualitas sensitif terhadap radiasi infra merah..

Spektrofotometer UV – Vis melibatkan energi eelektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV – Vis lebih banyak dipakai untuk analisa kuantitatif dibandingkan kualitatif

Spektrofotometer UV – Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan gas atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan harus diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain :

• Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugai

pada struktur molekulnya dan tidak berwarna

• Tidak terjadi interaksi molekul dengan senyawa yang dianalisis • Kemurniaannya harus tinggi

(42)

Panjang gelombang dimana akan terjadinya eksitas elektronik memberikan absorban yang maksimum sebagai panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum yang tetap dapat dipakai untuk identifikasi molekul bersifat karekteristik sebagai data sekunder. Dengan demikian spektrum UV – Vis dapat dipakai untuk tujuan kualitatif (data sekunder) dan kuantitatif.

Analisis dengan spektrometer UV – Vis selalu melibatkan pembacaan absorban radiasi elektromagnetik yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorban tanpa satuan dan ditransmisikan dalam satuan persen. (Mulja M, 1995).

(43)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanaman kelapa yang juga disebut dengan poohon kehidupan, merupakan tanaman serbaguna, karena dari setiap bagian tanaman dapat diambil hasilnya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup manusia. Disamping itu tanaman kelapa juga merupakan komoditi sosial, mengingat tanaman ini dibudidayakan oleh jutaan petani pengabun dan mampu menopang kehidupan puluhan juta masyarakat.

Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara – negara Asia dan Pasifik. Kelapa di samping dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata pencarian jutaan petani. Menurut FAO ( Food and Agriculture organization ) pada tahun 1976, negara – negara di Asia dan Pasifik menghasilkan 82 % dari produksi kelapa dunia, sedangkan sisanya dihasilkan oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan.

(44)

Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari daging buah kelapa sawit kaya akan oleat dan palmitat yang terikat dalam bentuk ester dan gliserol sebagai trigliserida. Minyak kelapa sawit digunakan baik sebagai minyak yang dapat dikonsumsi maupun bahan industri kimia oleo. Minyak kelapa sawit diubah dalam bentuk minyak goreng, minyak salad dan margarine. Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori pada bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap maka makin baik mutu minyak goreng tersebut. Titik asap suatu inyak goreng tergantung dari kadar gliserol bebas. Lemak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada umumnya suhu penggorengan adalah 177 - 221ºC.

(45)

mengatasinya diupayakan pengolahan lebih lanjut yaitu pemindahan fraksi cair Refire Blenching Deodarizing Palm Olein dan fraksi padat Refire Blenching Deodarizing Palm Stearin, dan fraksi olein telah dikembangkan menjadi minyak goreng. Untuk mendapatkan minyak goreng dengan mutu yang dapat diterima konsumen, minyak sawit mentah dapat diolah melalui beberapa tahap proses pemurnian. Proses pemurnian yang banyak diterapkan adalah refinasi secara fisik yang terdiri dari penghilangan gum, pemucatan, dan deodorasi.

Mutu minyak sawit ditentukan oleh beberapa parameter sehingga perlu dianalisa kadarnya. Dimana perlu diketahui apakah kandungan parameter minyak tersebut telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena DOBI merupakan salah satu faktor penentu mutu minyak sawit, maka dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan Penentuan Deoteration Of Bleachabilitty Index (DOBI) pada Crude

Palm Oil ( CPO ) dan Crude Coconut Oil (CNO) Secara Spektrofotometri

(46)

1.2 Permasalahan

Apakah DOBI Crude Palm Oil yang diperoleh dari hasil data perhitungan sesuai dengan standart yang diberlakukan di PT. Palm Coco Laboratories.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai DOBI yang terdapat pada sampel CPO dan CPO 2. Untuk mengetahui apakah nilai DOBI pada sampel CNO sama dengan nilai

DOBI pada CPO

3. Untuk mengetahui kualitas biji sawit yang digunakan pada CPO berdasarkan nilai DOBI yang ditunjukkan

4. Untuk mengetahui kandungan – kandungan yang terdapat pada CPO dan CNO 5. Untuk mengetahui perbedaan kegunaan dari DOBI dengan parameter –

(47)

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kualitas minyak sawit yang ada di Indonesia dengan mengupayakan peningkatan nilai DOBI terhadap minyak kelapa sawit

2. Untuk memberikkan informasi kepada konsumen tentang perlunya penentuan DOBI agar tidak terjadi pemalsuan terhadap minyak

3. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang penentuan kualitas dari minyak

(48)

ABSTRAK

Dari hasil uji kadar DOBI pada sampel CPO dan CNO secara spektrofotometri di P.T Palmcoco Laboratories, dimana DOBI adalah suatu parameter penentuan kualitas minyak yang dilakukan pada proses awal untuk menghasilkan suatu produk akhir yang berkualitas tinggi sebelum dilempar ke pemasaran. Semakin tinggi nilai dari DOBI tersebut maka akan semakin bagus kadar kualitas dari minyak tersebut, oleh karena itu nilai DOBI yang tinggi merupakan hal yang penting untuk membantu pemprosesan yang digunakan untuk pemurnian. Dimana dari sampel yang telah dianalisa diperoleh data dari nilai DOBI pada sampel CPO yaitu dari daerah Batam 2,66, daerah Dumai 2,66 dan daerah Belawan 2,67 sedangkan pada sampel CNO yaitu dari daerah Batam 1,61, daerah Dumai 1,52 dan daerah Belawan 1,54.

(49)

ABSTRACT

The result for the experiment disposal of DOBI from the sample CPO and CNO with the method of Spechtrophotometri in P.T.Palmcoco Laboratories, as whole DOBI is a parameterof oil quality that the manner of first process until to result finish product in high quality before to rejecting inn the marketing. Very high the value of DOBI therefore is very good disposal of oil quality. A high value DOBI is essential to help the prrocessing conditions that be use for refinning. As whole from the sample that be analysis can be result data of value DOBI from the sample CPO in Batam area is 2,66, Dumai area is 2,66 and Belawan area is 2,67. Exactly from the sample CNO in Batam area is 1,61, Dumai area is 1,52 and Belawan area is 1,54.

(50)

PENENTUAN Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) PADA

CRUDE PALM OIL (CPO) DAN CRUDE COCONUT OIL (CNO)

SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT. PALMCOCO

LABORATORIES

TUGAS AKHIR

IRA PAMAWITA SIMAMORA

102401011

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)

PENENTUAN Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) PADA CRUDE PALM OIL (CPO) DAN CRUDE COCONUT OIL (CNO) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI DI P.T PALMCOCO LABORATORIES

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

IRA PAMAWITA SIMAMORA 102401011

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(52)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) PADA CRUDE PALM OIL (CPO) DAN CRUDE

COCONUT OIL (CNO) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : IRA PAMAWITA SIMAMORA

NIM : 102401011

Program Studi : DIPLOMA – 3 KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di : Medan, Juni 2013 Diketahui Oleh :

Ketua

Program studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si

NIP.19551218 198701 2001 NIP. 195504051 198303 1002 Prof.Dr. Zul Alfian, M.sc

Ketua

Departemen Kimia FMIPA USU

(53)

PERNYATAAN

PENENTUAN Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) PADA CRUDE PALM OIL (CPO) DAN CRUDE COCONUT OIL (CNO) SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT. PALMCOCO LABORRATORIES

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

(54)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang diberi judul “

PENENTUAN Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) PADA CRUDE

PALM OIL (CPO) DAN CRUDE COCONUT OIL (CNO) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI DI P.T PALMCOCO LABORATORIES ”. Karya

ilmiah ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan agar dapat menyelesaikan pendidikan Diploma-III Kimia. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua orang tua penulis ayahanda (Alm) Drs.U Simamora dan ibunda L.R Manulang yang telah memberikan kasih sayang dan doa kepada penulis serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Zul Alfian, M.sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan selama penulisan karya ilmiah ini.

2. Ibu DR. Rumondang Bulan Nst,MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si, selaku ketua Jurusan D-III kimia analis.

4. Seluruh dosen dan staff administrasi Jurusan Kimia Analis FMIPA USU yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

(55)

6. Anita Marpaung, Yusventina Situmorang, Nova Kristina Sianturi, Dorli Hutagalung, Farman Nababan, Andriano Sirait, Martha Naibaho, Novita Sianturi, Arrye Parhusip, Renal Bernady, Christin Yohana Siahaan, Feny Angelina Tobing selaku teman – teman terdekat penulis dan kawan – kawan seperjuangan Kimia Analis lainnya

(56)

ABSTRAK

Dari hasil uji kadar DOBI pada sampel CPO dan CNO secara spektrofotometri di P.T Palmcoco Laboratories, dimana DOBI adalah suatu parameter penentuan kualitas minyak yang dilakukan pada proses awal untuk menghasilkan suatu produk akhir yang berkualitas tinggi sebelum dilempar ke pemasaran. Semakin tinggi nilai dari DOBI tersebut maka akan semakin bagus kadar kualitas dari minyak tersebut, oleh karena itu nilai DOBI yang tinggi merupakan hal yang penting untuk membantu pemprosesan yang digunakan untuk pemurnian. Dimana dari sampel yang telah dianalisa diperoleh data dari nilai DOBI pada sampel CPO yaitu dari daerah Batam 2,66, daerah Dumai 2,66 dan daerah Belawan 2,67 sedangkan pada sampel CNO yaitu dari daerah Batam 1,61, daerah Dumai 1,52 dan daerah Belawan 1,54.

(57)

ABSTRACT

The result for the experiment disposal of DOBI from the sample CPO and CNO with the method of Spechtrophotometri in P.T.Palmcoco Laboratories, as whole DOBI is a parameterof oil quality that the manner of first process until to result finish product in high quality before to rejecting inn the marketing. Very high the value of DOBI therefore is very good disposal of oil quality. A high value DOBI is essential to help the prrocessing conditions that be use for refinning. As whole from the sample that be analysis can be result data of value DOBI from the sample CPO in Batam area is 2,66, Dumai area is 2,66 and Belawan area is 2,67. Exactly from the sample CNO in Batam area is 1,61, Dumai area is 1,52 and Belawan area is 1,54.

(58)

DAFTAR ISI

2.1.2. Proses pengolahan minyak kelapa 7

2.2. Buah kelapa sawit 15 2.8. Tindakan – tindakan yang harus dilakukan untuk memastikan CPO 24

mempunyai kualitas yang tinggi

(59)

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 28

3.1.1. Alat-alat 28

3.1.2. Bahan-bahan 28

3.2. Prosedur penelitian 28

3.2.1. Persiapan sampel 28

3.2.2a. Penentuan DOBI untuk sampel CPO pada range visible 29 446 nm dengan pelarut N – Heksan

3.2.2b. Penentuan DOBI untuk sampel CPO pada range visible 29 269 nm dengan pelarut N – Heksan

3.2.3a. Penentuan DOBI untuk sampel CNO pada range visible 30 446 nm dengan pelarut N – Heksan

3.2.3b. Penentuan DOBI untuk sampel CNO pada range visible 30 269 nm dengan pelarut N – Heksan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 31

4.2. Perhitungan 33

4.3. Pembahasan 34

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 35

5.2. Saran 35

(60)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi kimia daging buah kelapa pada berbagai tingkat 7 kematangan

Tabel 2.2. SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang hubungan DOBI 21

Dengan kualitas Tabel 2.3. PORIM tentang hubungan DOBI dengan kualitas 22

Tabel 2.4. Petunjuk Keck Seng untuk DOBI dan tingkat refinabilitas 23

Tabel 4.1. Data analisis DOBI pada sampel CPO 32

Gambar

Tabel 4.1 Data Analisis DOBI Pada Sampel CPO
Tabel 4.2 Data Analisis DOBI Pada Sampel CNO
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa Pada Berbagai Tingkat Kematangan
Tabel 2.2 SNI ( Standar Nasional Indonesia) tentang hubungan DOBI dengan kualitas.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul yang diangkat dalam Karya Ilmiah ini adalah” PENENTUAN NILAI DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) PADA MINYAK SAWIT MENTAH (Crude Palm Oil) DENGAN

Yang menjadi permasalahan dalam penulisan karya ilmiah adalah bagaimana cara menentukan nilai DOBI dari minyak sawit mentah (CPO) dengan menggunakan.

DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan angka serapan absorben terhadap asam lemak bebas, apabila dihubungkan dengan aspek kualitas berdasarkan DOBI, ada 5 kelas minyak

Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta :

Dengan mengetahui kadar asam lemak bebas dari minyak kelapa yaitu Crude Coconut Oil ( CNO ) dan Cococonut Fatty Acid Distillate ( CFAD ), kita dapat

Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama.. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan

Hasil yang terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang diperoleh. dari ekstraksi daging

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa