• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan dan Sanksi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan dan Sanksi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SANKSI TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK RAKYATINDONESIA

(BRI) PERSERO, TBK CABANG SISINGAMANGARAJA MEDAN

OLEH

DESENTINA LIDYA N. PANE 120521024

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI D E P A R T E M E N M A N A J E M E N

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SANKSI TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA

(BRI), PERSERO, TBK CABANG SISINGAMANGARAJA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhkepemimpinan dan sanksi terhadap disiplin kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey. Sampel dalam penelitian yang digunakan adalah karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan yang berjumlah 40 orang. Data yang digunakan adalah data sekunder. Data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis kuantitatif yaitu dengan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemimpinan dan sanksi berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja karyawan dilihat dari Adjusted R Square38 % sedangkan sisanya sebesar 62,0% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti sikap kerja, pengalaman kerja, motivasi kerja, kompensasi dan lain sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dan sanksi dapat mempengaruhi dalam peningkatan disiplin kerja karyawan baik secara langsung atau tidak langsung. Variabel yang dominan mempengaruhi disiplin kerja adalah variabel kepemimpinan.

(3)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LEADERSHIP AND SANCTIONS AGAINST EMPLOYEE DISCIPLINE PT. BANK RAKYAT INDONESIA(BRI), PERSERO, TBK

BRANCH SISINGAMANGARAJA MEDAN

The purpose of this research was to identify and analyze theinfluenceof leadership and sanctions ondiscipline of work employees at PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Limited, Tbk Branch Singamangaraja Medan. This type of research is survey. The sample in this research were employees at PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Limited, Tbk Branch Singamangaraja Medan as much as 40 respondence. The data used are secondary data. The primary data was collected using a questionnaire. The methods of analysis used in this research is descriptive and quantitative with path analysis.The results of this research was indicate that the result showed that the partially variable leadership and sanctions variableondiscipline of work variable have significant impact the coeffiecient of Adjusted R Square as much as 38 % while the remaining62.0% can be explainedbyothervariablesnot examined inthis studyaswork attitude, work experience, work motivation, compensationand so forth. It can be concluded that leadership and sanctions can be impact on theimprovement ofdiscipline of workemployees either directly or indirectly. The most dominant variable influencing the discipline of work is leadership variable.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur dalam kerendahan hati penulis panjatkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keselamatan dan kasih

karunia yang melampui segala akal dan pikiran. Teristimewa penulis

mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda John

Edward Pane, BA dan Ibunda Saurida Simatupang yang telah memberikan doa dan restu serta dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan dan Sanksi

Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI),

Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan” ditujukan untuk memenuhi salah

satu syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai gelar sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen Konsentrasi Sumber Daya Manusia pada program

Strata-I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini

banyak dukungan, saran dan motivasi yang diterima baik berupa doa, dukungan

moril serta dukungan materil dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E. selaku Ketua Departemen dan Ibu

Marhayanie, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Departemen Manajemen

(5)

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Komariah Pandia, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan mulai dari awal pengerjaan skripsi ini sampai

dengan selesainya.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Dosen Penguji I dan

SekretarisProgram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan saran untuk

perbaikan skripsi ini.

6. Bapak Edison Tampubolon selaku Pimpinan Cabang, Bapak Edi R.

Hasibuan selaku Asisten Manager Operasional, Ibu Cut Faizuna Hayani

selaku bagian SDM dan Sekretariat, serta seluruh karyawan terkhusus

bagian pemasaran PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang

Sisingamangaraja Medan yang telah memberikan izin dan sumbangsihnya

bagi penulis dalam melakukan penelitian.

7. Seluruh StaffPengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara atas semua jasa-jasanya dalam membimbing dan mengajarkan

ilmunya kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kakak dan

adik-adikku tersayang Dr. Christina Susilawaty Siregar, Maria Sri Ratu Pane,

AM.Keb, SKM, Baginda Parhimpunan Pane, Maya Sari Rejeki Pane,

(6)

atas segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang yang tidak

terhingga.

9. Untuk kekasih hati Arjuna Sembiring, SH yang telah memberikan doa,

dukungan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih dapat

kekurangan untuk itu penulis mengharap kritik dan saran. Akhir kata, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi

perkembangan dan kemajuan civitas akademik.

Medan, April 2015 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

DAFTAR ISI ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

BAB I: PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Kepemimpinan ... 10

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan ... 10

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan ... 11

2.1.3. Tipe Kepemimpinan ... 13

2.1.4. Ciri-Ciri Kepemimpinan ... 16

2.1.5. Indikator-Indikator Kepemimpinan ... 16

2.1.6. Tanggung Jawab dan Wewenang Kepemimpinan ... 17

2.1.7. Gaya Kepemimpinan ... 18

2.2. Sanksi Pekerjaan ... 21

2.2.1. Pengertian Sanksi Pekerjaan ... 21

2.2.2. Tingkat Pengenaan Sanksi Pelanggaran Disiplin ... 23

2.2.3. Sanksi Pelanggaran Disiplin ... 26

2.3. Disiplin Kerja ... 28

2.3.1. Pengertian Disiplin Kerja ... 28

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja ... 31

2.3.3. Ukuran Disiplin Kerja ... 37

2.3.4. Tingkat dan Jenis Disiplin Kerja ... 38

2.3.5. Teknik-Teknik Disiplin Kerja ... 41

2.3.6. Indikator-Indikator Disiplin Kerja ... 42

2.4. Penelitian Terdahulu ... 43

2.5. Kerangka Konseptual ... 44

2.6. Hipotesis ... 47

BAB III: METODE PENELITIAN ... 48

3.1. Jenis Penelitian ... 48

(8)

3.3. Batasan Operasional ... 48

3.4. Defenisi Operasional Variabel ... 49

3.5.Operasional Variabel ... 50

3.6. Skala Pengukuran Variabel ... 51

3.7. Populasi dan Sampel ... 51

3.8. Jenis Data ... 52

3.9. Metode Pengumpulan Data ... 53

3.10. Uji Validitas dan Reliabillitas ... 53

3.10.1. Uji Validitas ... 54

3.10.2. Uji Reliabilitas ... 54

3.11. Teknik Analisis ... 56

3.11.1. Metode Analisis Deskriptif ... 56

3.11.2. Metode Analisis Linier Berganda ... 59

3.11.3. Pengujian Hipotesis ... 60

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 63

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan ... 63

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan ... 66

4.1.3. Ruang Lingkup Perusahaan ... 67

4.1.4. Lokasi dan Stuktur OrganisasiPT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan ... 69

4.1.5. Produk Perusahaan ... 74

4.2Hasil Penelitian ... 75

4.2.1Analisis Deskriptif ... 75

4.2.1.1Karakteristik Responden ... 75

4.2.1.2Deskripsi Jawaban Responden ... 78

4.3Analisis Statistik Penelitian ... 85

4.3.1Uji Asumsi Klasik ... 85

4.3.2Analisis Regresi Linier Berganda ... 92

4.4Pengujian Hipotesis ... 94

4.4.1Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 94

4.4.2Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 95

4.4.3Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 95

4.5Pembahasan ... 98

4.5.1Pengaruh Variabel Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja ... 98

4.5.1Pengaruh Variabel Sanksi Terhadap Disiplin Kerja ... 101

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN...104

(9)

5.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA...

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Rekapitulasi Absensi Karyawan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia, Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan ... 3

1.2 Tata Aturan PT. Bank Rakyat Indonesia, Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan ... 4

1.3 Target dan Realisasi Penghimpunan Dana Periode Januari- Desember 2014... 5

2.1Jurnal dan Penelitian Terdahulu. ... 43

3.1Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 50

3.2Skala Pengukuran Variabel ... 51

3.3Hasil Uji Validitas ... 54

3.4Hasil Uji Reabilitas ... 55

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

4.2Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 76

4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 77

4.4Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 77

4.5Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Kepemimpinan ... 78

4.6Frekuensi Jawaban Responden Tentang VariabelSanksi ... 81

4.7Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Disiplin Kerja ... 83

4.8Hasil Normalitas Pendekatan Kolgomorov-Smirnov... 88

4.9Hasil Uji Glejser Heterokedastisitas ... 90

4.10Hasil Uji Nilai Tolerance dan VIF ... 91

4.11Hasil regresi Linier Berganda ... 93

4.12Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 95

4.13Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 96

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 46

4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk cabang Sisingamangaraja Medan ... 71

4.2Histogram Uji Normalitas Disiplin Kerja ... 86

4.3 Grafik Uji Normalitas Disiplin Kerja ... 87

(12)

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SANKSI TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA

(BRI), PERSERO, TBK CABANG SISINGAMANGARAJA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhkepemimpinan dan sanksi terhadap disiplin kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey. Sampel dalam penelitian yang digunakan adalah karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan yang berjumlah 40 orang. Data yang digunakan adalah data sekunder. Data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis kuantitatif yaitu dengan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemimpinan dan sanksi berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja karyawan dilihat dari Adjusted R Square38 % sedangkan sisanya sebesar 62,0% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti sikap kerja, pengalaman kerja, motivasi kerja, kompensasi dan lain sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dan sanksi dapat mempengaruhi dalam peningkatan disiplin kerja karyawan baik secara langsung atau tidak langsung. Variabel yang dominan mempengaruhi disiplin kerja adalah variabel kepemimpinan.

(13)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LEADERSHIP AND SANCTIONS AGAINST EMPLOYEE DISCIPLINE PT. BANK RAKYAT INDONESIA(BRI), PERSERO, TBK

BRANCH SISINGAMANGARAJA MEDAN

The purpose of this research was to identify and analyze theinfluenceof leadership and sanctions ondiscipline of work employees at PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Limited, Tbk Branch Singamangaraja Medan. This type of research is survey. The sample in this research were employees at PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Limited, Tbk Branch Singamangaraja Medan as much as 40 respondence. The data used are secondary data. The primary data was collected using a questionnaire. The methods of analysis used in this research is descriptive and quantitative with path analysis.The results of this research was indicate that the result showed that the partially variable leadership and sanctions variableondiscipline of work variable have significant impact the coeffiecient of Adjusted R Square as much as 38 % while the remaining62.0% can be explainedbyothervariablesnot examined inthis studyaswork attitude, work experience, work motivation, compensationand so forth. It can be concluded that leadership and sanctions can be impact on theimprovement ofdiscipline of workemployees either directly or indirectly. The most dominant variable influencing the discipline of work is leadership variable.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan

kegiatannya, bank berorientasi berdasarkan pada penawaran dan kualitas layanan

yang menjadi faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan usaha tersebut.

Kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat

layanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat layanan yang

diharapkan (expected service).

PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang (KC) Sisingamangaraja Medan

merupakan salah satu jenis bank umum konvensional yang memiliki banyak

pesaing terutama dari bank-bank yang menawarkan pelayanan serta fasilitas yang

lebih menarik konsumen di Kota Medan. Untuk itu PT. Bank Rakyat Indonesia

Kantor Cabang (KC) Sisingamangaraja Medan dituntut untuk meningkatkan

kinerja pelayanannya agar dapat mempertahankan nasabah yang telah ada dan

menambah jumlah nasabah baru. Kondisi persaingan yang dihadapi industri

perbankan membuat setiap bank yang ada berupaya untuk memberikan pelayanan

yang terbaik bagi nasabahnya.

Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan juga oleh faktor

kepemimpinan. Menurut Suwatno dan Priansa (2011:140), kepemimpinan

(15)

bawahannya bisa mencapai tujuan. Pemimpin juga harus menentukan gaya

kepemimpinannya agar sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebab gaya

kepemimpinan juga berpengaruh terhadap kesuksesan organisasi dalam mencapai

tujuan (Hasan, 2008).

Dalam melakukan kegiatan, karyawan memerlukan petunjuk kerja atau

pemberitahuan bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan dari perusahaan agar

pelaksanaan pekerjaan tersebut sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

perusahaan. Dan hal tersebut harus didukung dengan kepemimpinan yang

baik dan sanksi dari pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan agar tercipta

disiplin kerja dan tidak terjadi penyimpangan.Menurut Rivai (2011:825), disiplin

kerja adalah suatu alat untuk merubah sikap seseorang agar bisa mentaati dan

menghormati peraturan-peraturanyang berlaku. Para karyawan harus

membudayakan disiplin kerja agar dapat mendukung pencapaian tujuan

organisasi, hal ini akan mencerminkan dari kepatuhan seorang karyawan terhadap

peraturan kerja dan juga sebagai tanggung jawab terhadap perusahaan.

Setiap bulannya pimpinan cabang melaporkan rekapitulasi absensi/daftar

hadir pegawai kepada Pimpinan Wilayah Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia

(BRI), Persero, Tbk Kanwil I Putri Hijau untuk diketahui sebagai laporan dan

(16)

Tabel 1.1

Rekapitulasi Absensi Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan

Bulan Jumlah

Karyawan (orang) Jumlah Hari Kerja (hari) Keterangan Ketidakhadiran (hari) Total (hari)

CT SI TBL DT TK

Januari 40 26 26 5 11 10 4 56

Februari 40 25 12 9 18 5 2 46

Maret 40 25 18 10 16 11 3 58

April 40 26 26 14 14 8 1 63

Mei 40 26 20 12 16 9 3 60

Juni 40 24 29 3 20 16 - 68

Juli 40 28 38 5 16 8 3 70

Agustus 40 21 30 13 6 4 1 54

September 40 26 16 6 9 7 4 42

Oktober 40 25 16 7 10 8 5 46

November 40 25 31 8 20 13 2 74

Desember 40 24 41 0 7 12 3 63

Ket : CT = Cuti Tahunan, SI = Sakit Ijin, TBL = Tugas Belajar, DT = Datang Terlambat TK= Tanpa Keterangan

Total = Jumlah ketidakhadiran dalam hari kerja dari jumlah karyawan keseluruhan

Sumber : Daftar Absensi Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan.

Disiplin kerja akan tercipta dengan baik bila perusahaan mampu

menciptakan dan mengimplementasikan aturan dan sanksi yang dibentuk oleh

cara kepemimpinan kerja terhadap karyawannya. Hal tersebut berarti bahwa

perusahaan harus mensosialisasikan aturan dan sanksi yang telah dibuat kepada

karyawan sampai karyawan memahami dan dapat melaksanakan dengan baik.

Namun tidak jarang, karyawan tidak dapat memahami atau bahkan

berbenturan dengan aturan kepemimpinan tersebut sehingga disiplin kerja

karyawan menjadi menurun. Hal ini terjadi sebagai akibat dari perbedaan

kepentingan antara karyawan dengan perusahaan dan perusahaan tidak dapat

menyesuaikan aturan tersebut. Dengan demikian, perusahaan harus mampu

membuat sanksi kerja yang dapat membuat kepentingan tersebut bisa disesuaikan

(17)

perusahaan. Berikut ini dijelaskan mengenai tata aturan dan sanksi yang

ditetapkan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk Cabang

Sisingamangaraja Medan, yaitu:

Tabel 1.2

Tata Aturan dan Sanksi PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero,TbkCabang Sisingamangaraja Medan

No Ketentuan Keterangan

1. Hadir pukul 07.30 WIB Telat diberikan denda Rp 5.000/ 5 menit

2. Jam istirahat pukul 12.00 WIB Jatah jam istirahat 1 jam (bagi Teller dan Costumer Service ada rotasi waktu)

3. Jam pulang pukul 16.30 WIB Lewat dari jam kerja, diberikan uang Lembur

4. Reward Berupa insentif berbentuk uang dan produk

5. Pelatihan 1x setiap tahun (berbentuk Attitude Training,

Communication Training, dll)

6. Sanksi - Dalam kasus pelanggaran ringan terhadap

tata aturan diberikan teguran secara lisan dan menunjukkan perbaikan.

- Dalam kasus pelanggaran yang lebih berat diberikan surat peringatan mulai dari SP 1, kemudian SP 2, dan SP 3.

- Dalam kasus lainnya dapat dikenakan sanksi berupa penurunan grade atau mutasi apabila diperlukan.

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk CabangSisingamangaraja Medan

Selain itu, penerapan sanksi pekerjaan tersebut harus dilakukan secara

tegas. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan kerja sehingga

permasalahan disiplin kerja dapat diatasi. Dengan demikian disiplin kerja akan

tercapai dan tujuan perusahaan pun akan tercapai. Untuk setiap tahunnya Bank

Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Sisingamangaraja Medan menetapkan

target-target yang harus dicapai. Kemudian biasanya target-target yang dicapai tidak akan jauh

(18)

Tabel 1.3

Target dan Realisasi Penghimpunan Dana Periode Januari – Desember 2014

(Rp 000.000,-)

Bulan Target Realisasi Persentase

Realisasi (%)

Januari 1.290.582 1.875.722 146.60

Februari 1.572.200 2.038.765 135.45

Maret 1.650.524 2.006.980 120.73

April 1.954.250 2.299.731 117.32

Mei 2.028.567 1.982.678 96.86

Juni 2.241.458 2.183.450 98.77

Juli 2.432.550 2.534.158 104.46

Agustus 2.669.680 2.540.750 96.89

September 2.868.450 2.630.365 93.91

Oktober 3.052.069 2.745.300 89.67

November 3.287.150 2.982.567 89.71

Desember 3.450.800 3.132.245 89.52

Sumber : Bagian Pemasaran PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa target PT. Bank Rakyat Indonesia

(BRI), Persero, Tbk. Cabang Sisingamangaraja Medan di bulan Januari sampai

dengan bulan April terus mengalami pertumbuhan, memenuhi target bahkan

melebihinya, dibandingkan bulan Mei sampai Agustus, target hanya dicapai di

bulan Juli, meskipun realisasinya juga hampir mendekati target. Dan jika dilihat

pada bulan September sampai Desember 2014 mengalami penurunan bahkan tidak

mencapai target. Berdasarkan data yang ada di bulan Januari sampai April berarti

ada kepercayaan lebih yang diberikan nasabah kepada Bank Rakyat Indonesia

(BRI) dibanding dengan bulan berikutnya, dan ini sangat berkaitan dengan

pelayananyang diberikan para karyawan kepada nasabah.

Sehubungan dengan pelayanan tersebut, pengaruh kepemimpinan dan juga

sanksi yang ditetapkan terhadap disiplin kerja karyawan harus diperhatikan karena

(19)

Disiplin Kerja dapat terjadi di semua bentuk organisasi atau perusahaan,

terutama perusahaan dengan skala yang lebih besar. Seperti yang terjadi pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk cabang Sisingamangaraja Medan. Dari

berbagai faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, penulis melihat bahwa

kepemimpinan dan sanksi pekerjaan menjadi faktor yang dominan yang

mempengaruhi disiplin kerja karyawan dimana peran dari kepemimpinan dan

sanksi pekerjaan di perusahaan tersebut dirasakan masih kurang maksimal.

Kurangnya peran kepemimpinan dan sanksi pekerjaan tersebut mengakibatkan

disiplin kerja karyawan menjadi tidak terpantau sehingga bepengaruh terhdap

kinerja karyawan menjadi rendah. Dari gambaran permasalahan diatas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor Kepemimpinan dan

Sanksi Pekerjaan yang dikaitkan dengan faktor Disiplin Kerja di perusahaan

tersebut dengan mengambil judul “PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN

SANKSI TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) PERSERO, TBK CABANG SISINGAMANGARAJA MEDAN”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukanan, kajian utama

dari penelitian ini adalah kurangnya disiplin kerja karyawan dan hal tersebut

akan berdampak buruk terhadap proses pencapaian tujuan perusahaan.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dirumuskan suatu pertanyaan penelitian

(20)

1. Apakah Kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Disiplin Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero,

Tbk cabang Sisingamangaraja Medan?

2. Apakah Sanksi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Disiplin

Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk

cabang Sisingamangaraja Medan?

3. ApakahKepemimpinan dan Sanksi berpengaruh positif dan

signifikansecara bersama terhadap Disiplin Kerja Karyawan pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk cabang Sisingamangaraja

Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisapengaruh Kepemimpinan terhadap

Disiplin Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero,

Tbk cabang Sisingamangaraja Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Sanksi terhadap Disiplin

Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk

cabang Sisingamangaraja Medan.

3. Untuk mengetahuidan menganalisa pengaruh Kepemimpinan dan Sanksi

terhadap Disiplin Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

(21)

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam menerapkan ilmu

yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam dunia kerja yang

sesungguhnya.

2. Bagi perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berharga

bagi perusahaan dalam pengelolaan SDM beserta segala kebijakan

yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek SDM secara lebih baik.

3. Bagi almamater

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi

karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi. Jika

seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka orang

tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya.

Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu sikap seorang pimpinan

yang memiliki kemampuan dalam mengadakan koordinasi, membuat konsep

sekaligus menjabarkan tujuan-tujuan umum yang jelas, bersikap adil dan tidak berat

sebelah, sanggup membawa kelompok kepada tujuan yang pasti dan menguntungkan,

dan membawa pengikutnya kepada kesejahteraan (Kartono, 2005: 41). Menurut

Matondang (2008:5), Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang

lain agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan, dengan menjalin suatu hubungan

interaksi antara pengikut (follower) dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,

atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok

(Thoha, 2009:9). Kepemimpinan tidak hanya dibatasi oleh aturan - aturan atau

tatakrama birokrasi, tidak harus diikat dalam organisasi tertentu, melainkan dapat

terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi

(23)

Menurut Dharma (2003:136) Kepemimpinan adalah proses kerjasama

diantara manusia untuk mencapai tujuan, sebagai suatu bentuk energi yang

memotorisetiap usaha bersama, yang memberikan model untuk di teladani, yang

memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan

untuk mengendalikan diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,

sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering

diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja

bawahannya (Tampubolon, 2007).

Berdasarkan definisi gaya kepemimpinan diatas dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mengarahkan,

mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang lain atau bawahan

untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela

dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan

keinginan kelompok. Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang

dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa

yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap

pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu

kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan,

(24)

perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu

tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan

tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan

peranannya sebagai seorang pemimpin.

Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik

dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan

merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan

gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan

adalah :

1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin

(leader)

2. Adanya orang lain yang dipimpin

3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan

mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di

dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan menyimpulkan ada

empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :

1. Pemimpin

Dalam kaitannya dengan Kepemimpinan, Pemimpin memang merupakan

(25)

memang harus mengerti apa yang harus dia tahu dan apa yang harus dia

perbuat, atau istilah lainnya The Right Man on The Right Place.

2. Pengikut (Followers)

Adalah salah satu faktor kepemimpinan yang membuat Faktor pertama itu ada.

Karena tanpa adanya Pengikut, otomatis Pemimpin pun tak ada. Oleh karena

itu Faktor Kepemimpinan dalam Pengikut ini lebih cenderung pengertian akan

apa saja yang Followers inginkan sehingga sebuah satuan fungsi manajemen

bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Serta ada pula yang

mengatakan kalau berbeda Pemimpin maka berbeda pula gaya

kepemimpinannya. Oleh karena itu Pengikut disini memang harus

menyesuaikannya dengan cepat.

3. Komunikasi

Salah satu hal yang menjembatani antara Pemimpin dan Pengikut adalah proses

Komunikasi itu sendiri. Dengan adanya komunikasi. Hubungan kerja antara

dua belah pihak baik atasan maupun bawahan dapat sinergis dan berjalan

sesuai dengan apa yang telah dirancangkan sebelumnya.

4. Situasi

Dalam sebuah situasi tertentu, terkadang kita diharusnkan untuk bertindak

secara cepat dan refleks untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu kondusifitas

situasi antara Atasan dan Bawahan memang harus saling dikuatkan agara selalu

(26)

2.1.3Tipe Kepemimpinan

Terdapat lima tipe kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi

menurut Siagian (2002), yaitu:

1. Tipe pemimpin yang otokratik

Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang:

a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

b. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

c. Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata

d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

e. Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya

f. Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan

approach yangmengandung unsur paksaan dan bersifat

menghukum

2. Tipe pemimpin yang militeristik

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang

pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern.

Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin

yang memiliki sifat-sifat:

a. Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang

seringdipergunakan

b. Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung

pada pangkat dan jabatan

(27)

d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya

3. Tipe pemimpin yang paternalistik

a. Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa

b. Bersikap terlalu melindungi

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil keputusan

d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

inisiatif

e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan daya kreasi dan fantasi

f. Sering bersikap mau tahu

4. Tipe pemimpin yang kharismatik

Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang

demikian sangat diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif

mengalahkan sifatnya yang positif.

5. Tipe pemimpin yang demokratik

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe

pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi

modern karena:

a. Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari

bawahan

b. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork mencapai

(28)

c. Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari sebelumnya

d. Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya

sebagai pemimpin

2.1.4 Ciri-Ciri Kepemimpinan

Menurut Davis dalam Reksohadiprojo dan Handoko

(2003:290-291)ciri-ciri utama yang harus dimilki oleh seorang pemimpin adalah :

1. Kecerdasan (intelligence)

Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukan bahwa seorang

pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada

pengikutnya, tetapi tidak sangat berbeda.

2. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan Sosial yang luas (social maturity and

breadth)

Pemimpin cendrung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau

matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.

3. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Pemimpin secara relative mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi

yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.

4. Sikap-Sikap Hubungan Manusiawi

Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat

pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi

(29)

2.1.5 Indikator-Indikator Kepemimpinan

Menurut Haris dalam Kartono (2005:16), indikator-indikator

kepemimpinan dapat dilihat sebagai berikut :

a. Pengambilan keputusan

Suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk

melakukan aktifitas pada masa yang akan datang.

b. Hubungan antara atasan dan bahwan

Hubungan yang bersifat mendidik dan memberikan pengarahan kepada

bawahannya, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan dan sikap

kerja merupakan tanggung jawab atasan.

c. Penetapan tujuan

Pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dilakukan dan apa

yang tidak harus dilakukan.

d. Pemecahan masalah

Proses penghilangan perbedaan yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan

hasil yang diinginkan danmemilih solusi yang terbaik dari sejumlah

alternative yang tersedia.

2.1.6 Tanggung Jawab dan Wewenang Kepemimpinan

Tanggung jawab dan kewenangan kepemimpinan menurut Ranupandojo

dalam Miljus (2001:218) adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan pelaksanaan realitas (dalam arti kuantitas, kualitas,

(30)

2. Melengkapi para kayawan dengan sumberdaya yang diperlukan untuk

menjalankan tugasnya.

3. Mengkomunikasikan pada karyawan tentang apa yang diharapkan dari

mereka.

4. Memberikan susunan imbalan atau hadiah yang sepadan untuk mendorong

prestasi.

5. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang

partisipasi apabila diperlukan.

6. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan efektif.

7. Menilai pelaksanaan pekerja dan mengkomunikasikan hasilnya.

8. Menunjukan perhatian kepeda bawahan, yang penting dalam hal ini adalah

tanggung jawab dalam memadukan seluruh kegitan dan mencapai tujuan

organisasi tersebut secara harmonis, sehinggga tercapai tujuan organisasi

yang efektif dan efisien.

2.1.7 Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan memegang peran yang signifikan terhadap kesuksesan

dan kegagalan sebuah organisasi. Sedangkan Robinss (2006)

mengidentifikasi empat jenis gaya kepemimpinan antara lain:

1. Gaya kepemimpinan kharismatik

Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau

yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu

(31)

kharismatik:

a. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal

yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan

mampu mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang

lain.

b. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko

personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam

pengorbanan diri untuk meraih visi.

c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis

kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk

membuat perubahan.

d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik

perseptif (sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan

responsif terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.

e. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam

perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.

2. Gaya kepemimpinan transaksional

Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu

atau memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan

dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan

transaksionallebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa

adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat

(32)

a. Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya

yang dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui

pencapaian.

b. Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dean

mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh

tindakan perbaikan.

c. Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi

hanya jika standar tidak dipenuhi.

d. Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari

pembuatan keputusan.

3. Gaya kepemimpinan transformasional

Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal

dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut, Pemimpin

transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan

persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan

cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan

mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai

sasaran kelompok. Terdapat empat karakteristik pemimpin transformasional:

a. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan

kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.

b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan

(33)

penting secara sederhana.

c. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan

pemecahan masalah secara hati-hati.

d. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi,

melayani karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.

4. Gaya kepemimpinan visioner

Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang

realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit

organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini

jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan

besar sehingga bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa

depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk

mewujudkannya.

2.2 Sanksi

2.2.1 Pengertian Sanksi

Pada dasarnya pengertian sanksi dapat diartikan sebagai suatu tindakan

yang diberikan kepada seseorang baik secara perorangan, kelompok, maupun

organisasi karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku.

Sanksi dikenakan terhadap suatu pelanggaran dengan tujuan untuk memberikan

pengertian mengenai adanya aturan yang harus diikuti serta memberi peringatan

terhadap tindakan yang salah. Sanksi menjadi peringatan untuk mendidik

(34)

Dengan sanksi hukuman, diharapkan tidak terjadi lagi pelanggaran oleh karyawan

yang bersangkutan.

Henle & Blanchard(2008) menyatakanbahwa organisasi merupakan

sebuah sistem peran yang menyediakan berbagaimacam tugas kerja untuk tiap

peran dari karyawan untuk karyawandalam melaksanakan perannya dalam

organisasi. Setiap karyawan dapatmemberikan feedback untuk kesuksesan

organisasi, memberikan masukan atautindakan korektif dalam keputusan yang

diambil dalam hal yang berhubungandengan kinerjanya, dan pemberian sanksi

jika terjadi kesalahan.

Sanksi merupakan tindakan yang diberikan pada karyawan jika

karyawanmenyalahi aturan yang telah diterapkan di perusahaan (Henle &

Blanchard,2008). Sanksi dikenakan jika karyawan melanggar apa yang telah

menjadiperaturan di perusahaan tersebut. Ada beberapa tahap pemberian sanksi

dalam disiplin kerja kepadakaryawan menurut Siagian (2002), yaitu:

1. Peringatan lisan oleh penyelia

2. Peringatan tertulis ketidakpuasan oleh atasan langsung

3. Penundaan kenaikan gaji berkala

4. Penundaan kenaikan pangkat

5. Pembebasan dari jabatan

6. Pemberhentian sementara

7. Pemberhentian atas permintaan sendiri

8. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

(35)

2.2.2Tingkat Pengenaan Sanksi Pelanggaran Disiplin

Perusahaan berkewajiban menegakkan disiplin dan kewibawaan serta

nama baik perusahaan, sehingga terjalin hubungan yang saling menghormati

antara pimpinan dan karyawan.Untuk menegakkan keadilan serta kewibawaan dan

menciptakan suasana yang diharapkan, perlu dilakukan pembinaan atau

tindakan terhadap pelanggaran disiplin.Tingkat pelanggaran disiplin ditetapkan

sebagai berikut :

a. Pelanggaran Tingkat I, apabila karyawan melakukan tindakan pelanggaran

sebagai berikut :

1. Tidak mematuhi jam kerja dan telah diperingatkan secara lisan oleh

atasannya

2. Mencatatkan kehadiran karyawan lain

3. Tidak dapat melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya walaupun telah dibimbing dan dicoba ditempatkan pada

unit yang dipandang sesuai dengan kemampuannya

4. Tidak menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau malas dalam

bekerja dan kurang tekun melaksanakan tugas dan pekerjaan, tanpa

ada usaha untuk mengatasinya walaupun telah diperingatkan secara

lisan oleh atasannya

5. Melanggar tata tertib kerja, walaupun telah diperingatkan secara

lisan oleh atasannya

6. Sering meninggalkan tempat kerja tidak untuk kepentingan dinas

(36)

7. Mengganggu ketenangan, ketentraman dan kenyamanan pegawai

lainnya diwaktu jam kerja

8. Tidak memakai pakaian seragam, sesuai dengan ketentuan pada

hari yang telah ditetapkan

9. Tingkat kehadiran kurang dari 90% (sembilan puluh perseratus)

untuk karyawan

10.Merokok didalam kantor, walaupun telah diingatkan baik oleh

atasan maupun teman sekerja

b. Pelanggaran Tingkat II, apabila karyawan melakukan tindakan

pelanggaran sebagai berikut :

1. Merupakan pengulangan Pelanggaran Disiplin Tingkat I yaitu

untuk pelanggaran disiplin yang sama atau berbeda jenisnya pada

saat karyawan tersebut sedang menjalani hukuman disiplin

2. Dengan sengaja atau lalai sehingga mengakibatkan dirinya tidak

dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dan

mengakibatkan kerugian pihak lain dan/atau perusahaan

3. Tingkat kehadiran kurang dari 70% (tujuh puluh perseratus) untuk

karyawan

4. Memberikan keterangan palsu atas ketidakhadirannya

5. Menyalahgunakan peralatan atau merusak barang milik perusahaan

6. Memanfaatkan karyawan lain dan/atau peralatan milik perusahaan,

dalam jam atau waktu kerja untuk kepentingan pribadi tanpa ijin

(37)

c. Pelanggaran Tingkat III, melakukan kesalahan sebagai berikut :

1. Merupakan pengulangan Pelanggaran Disiplin Tingkat II yaitu

untuk pelanggaran disiplin yang sama atau berbeda jenisnya pada

saat karyawan tersebut sedang menjalani hukuman disiplin

2. Terlibat langsung atau tidak langsung dalam tindakan penipuan,

pencurian, dan penggelapan barang dan/atau uang di lingkungan

perusahaan

3. Mabuk dan/atau meminum minuman keras, penyalahgunaan

dan/atau memperdagangkan narkotika dan/atau obat-obat terlarang

(narkoba), dan/atau obat-obatan lainnya yang dilarang oleh

peraturan perundang-undangan yang ada

4. Melakukan perbuatan asusila dan/atau melakukan perjudian di

lingkungan perusahaan

5. Menyerang, mengintimidasi, menganiaya, mengancam secara fisik

dan/atau mental, memfitnah, menghina secara kasar karyawan

dan/atau keluarganya baik dalam lingkungan perusahaan maupun

di luar lingkungan perusahaan

6. Membujuk karyawan untuk melakukan sesuatu perbuatan yang

bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta peraturan

perundangan yang berlaku

7. Dengan ceroboh/melalaikan tugas atau sengaja merusak, sehingga

merugikan atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik

(38)

8. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan diri

sendiri atau karyawan lain dalam keadaan bahaya

9. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau nasabah

mencemarkan nama baik karyawan dan keluarganya yang

seharusnya dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan negara

10.Melakukan tindak kejahatan dan dinyatakan bersalah oleh

pengadilan

11.Menolak perintah dinas yang diberikan oleh atasannya tanpa alasan

yang dapat diterima walaupun telah diberi peringatan secara lisan

oleh atasan tentang akibat pelanggaran atau penolakan tersebut

serta telah mendapat SP sampai dengan II, tetap tidak

mengindahkan

12.Langsung atau tidak langsung terlibat dalam penyalahgunaan

tugas, jabatan, dan wewenang

13.Membuat kegaduhan dan/atau kekacauan di tempat kerja,

menghalang-halangi karyawan lainnya masuk kerja dan/atau

berkelahi di tempat kerja

2.2.3 Sanksi Pelanggaran Disiplin

Sanksi pelanggaran disiplin dikenakan terhadap pelaku pelanggaran

disiplin berdasarkan berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan sesuai

dengan tingkat pelanggarannya. Jenis sanksi pelanggaran disiplin terdiri dari :

a. Sanksi pelanggaran disiplin ringan

(39)

c. Sanksi pelanggaran disiplin berat

Sanksi untuk pelanggaran disiplin ialah :

1. Pelanggaran disiplin tingkat I, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin

ringan. Jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan terdiri dari :

a. Peringatan lisan

b. Peringatan tertulis I, disertai pembinaan selama 3 (tiga) bulan atau

dimutasikan, dimana masa berlaku Peringatan tertulis I adalah, 2

(dua) tahun terhitung sejak ditanda tangani oleh yang berwenang

menjatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.

2. Pelanggaran disiplin tingkat II, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin

sedang. Jenis sanksi pelanggaran disiplin sedang terdiri dari :

a. Peringatan tertulis II, disertai pembinaan selama 6 (enam)

bulan, dengan masa berlaku 4 (empat) tahun

b. Penundaan kenaikan golongan/penyesuaian gaji berkala untuk

jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun

c. Pembebasan dari jabatannya atau diturunkan jabatannya setingkat

lebih rendah.

3. Pelanggaran disiplin tingkat III, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin

berat. Jenis sanksi pelanggaran disiplin berat berupa :

a. Pemberhentian sementara sampai dengan proses hukumnya

berkekuatan hukum tetap

(40)

c. Karyawan yang melakukan pelanggaran berat dapat diberi sanksi

tambahan berupa berkewajiban mengembalikan dan/atau

mengganti semua kerusakan atau kerugian materiil dan sejenisnya

yang diakibatkan oleh pelanggaran tersebut

2.3 Disiplin Kerja

2.3.1 Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai yang bersangkutan maupun

bagi organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja

pegawai. Oleh karena itu, pegawai merupakan motor penggerak utama dalam

organisasi. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab

sesorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Menurut Hasibuan

(2009:193) menyatakan bahwa “Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang

berlaku”. Sedangkan menurut Sutrisno (2009) menyatakan “Disiplin

menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan

terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan”.

Selanjutnya, Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik

tertulismaupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Disiplin kerja pada

dasarnyaselalu diharapkan menjadi ciri setiap sumber daya manusia dalam

organisasi, karena dengan kedisplinan organisasi akan berjalan dengan baik dan

bisamencapai tujuannya dengan baik pula (Setiyawan dan Waridin, 2006:189).

Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer

(41)

suatuperilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran

dankesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-normayang berlaku (Veithzal Rivai dan Ella Jauvani, 2009: 825).Kemudian,

menurut Sinungan (2003) menyatakan “Disiplin adalah sebagai sikap mental yang

tercermin perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat

berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan atau ditetapkan

pemerintah atau etika, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk

tujuan tertentu”.

Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2003) menyatakan bahwa “Disiplin

kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh,

dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun

tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima

sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan

kepadanya”.

Kemudian, menurut Fathoni (2006) menyatakan bahwa “Disiplin adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku”. Disiplin adalah tindakan manajemen untuk

memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan

yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan

pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai

untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik (Werther dan Davis,

(42)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja

adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok orang

yang tergabung dalam organisasi tersebut berkehendak mematuhi dan

menjalankan peraturan-peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak

tertulis dengan dilandasi kesadaran dan keinsyafan akan tercapainya suatu kondisi

antara keinginan dan kenyataan dan diharapkan agar para pegawai memiliki sikap

disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga produktivitasnya meningkat.

Selanjutnya, Tujuan disiplinkerja adalah untuk meningkatkan efisiensi

kerja semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi.

Disiplin kerja dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga

efisiensi dan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam itikad

tidak baik terhadap kelompok. Sastrohadiwiryo (2003:292) menyatakan bahwa:

Secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain : 1) Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik, 2) Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya, 3) Pegawai dapat menggunakan, dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya, 4) Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada organisasi, 5) Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Selanjutnya, menurut Sutrisno (2009) menyatakan bahwa:

(43)

yang tinggi dikalangan karyawan, 5) meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja pada karyawan.

Berdasarkan tujuan disiplin kerja maka disiplin kerja pegawai harus

ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan organisasi pegawai yang

baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah

kunci keberhasilan suatu perusahaan/organisasi untuk mencapai tujuannya.

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Disiplin kerja yang tinggi merupakan harapan bagi setiap pimpinan kepada

bawahan, karena itu sangatlah perlu bila disiplin mendapat penanganan intensif

dari semua pihak yang terlibat dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari

suatu organisasi dan juga pemimpin mempunyai pengaruh langsung atas sikap

kebiasaan yang diperoleh pegawai. Kebiasaan itu ditentukan oleh pimpinan, baik

dengan iklim atau suasana kepemimpinan maupun melalui contoh diri pribadi.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan disiplin yang baik, maka pimpinan harus

memberikan kepemimpinan yang baik pula.

Menurut Hasibuan (2009:195) menyatakan bahwa ”Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan,

2. Keteladanan pimpinan,

3. Balas jasa,

4. Keadilan,

5. Waskat,

(44)

7. Ketegasan,

8. Hubungan kemanusiaan.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja dapat

dijelaskan bahwa:

1.Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan

pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja dengan sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladanan Pimpinan

Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil

serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan keteladanan pimpinan yang

baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap

organisasi atau pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik terhadap

kedisiplinan pegawai yang baik, organisasi harus memberikan balas jasa yang

(45)

jasa yang pegawai terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan

kedisiplinan pegawai.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama

denganmanusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam

memberikan balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang

terciptannya kedisiplinan pegawai yang baik.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam

mewujudkan kedisiplinan pegawai organisasi. Dengan pengawasan melekat

berarti atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,

sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus

selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk,

jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelasaikan

tugasnya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai.

Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan

pengawasan dari atasannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat

mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya,

sehingga kondute setiap bawahan dinilai objektif. Jadi waskat menuntut adanya

kebersamaan aktif antara pimpinan dan pegawai dalam mencapai tujuan

(46)

6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara kedisiplinan pegawai.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan prilaku indisipliner

pegawai akan berkurang. Berat / ringan saksi hukuman yang akan diterapkan

ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman

harusditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan

diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum

setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan. pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi

pegawai indisipliner akan akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh

bawahan.

Selanjutnya, (Singodimedjo dalam Sutrisno, 2009) menyatakan bahwa:

Faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah sebagai berikut : 1)

besar kecilnya pemberian kompensasi; 2) Ada tidaknya keteladanan

pimpinan dalam perusahaan; 3) Ada tidaknya aturan pasti yang dapat

dijadikan pegangan; 4) Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan;

5) Ada tidaknya pengawasan pimpinan; 6) Ada tidaknya perhatian

pimpinan; 7) Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya

(47)

Berdasarkan pernyataan Singodimedjo dalam Sutrisno (2009) dapat dijelas

bahwa:

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Besar kecilnya pemberian kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin.

Para pegawai akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, dan mendapat

jaminan balas jasa sesuai dengan jerih payah yang telah dikonstribusikan oleh

organisasi. Bila pegawai menerima konstribusi yang memadai maka pegawai

akan bekerja dengan tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan

sebaik-baiknya.

2.Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan

organisasi, semua pegawai akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan

dapat menegakkan disiplin. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik,

berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan

keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

Pembinaan disiplin tidak dapa terlaksana dalam organisasi jika tidak ada aturan

tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak

dapat ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan

yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi. Dengan saksi

hukuman yang demakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar

peraturan - peraturan organisasi, sikap, dan prilaku indisipliner pegawai akan

(48)

mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus

ditetapkan berdasarkan pegawai.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Keberanian pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum

setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan. pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi

pegawai indisipliner akan akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh

bawahan.

5.Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Dengan pengawasan melekat berarti atasan langsung harus aktif dan langsung

mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.

Hal ini berarti atasan harus selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi

dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan

dalam menyelasaikan tugasnya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan

moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan,

pengarahan, petunjuk, dan pengawasan dari atasannya. Dengan waskat, atasan

secara langsung dapat pengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu

bawahannya, sehingga kondute setiap bawahan dinilai objektif. Jadi waskat

menuntut adanya kebersamaan aktif antara pimpinan dan pegawai dalam

(49)

6. Ada tidaknya perhatian kepada para pegawai

Pimpinan yang berhasil memberikan perhatian yang besar kepada para pegawai

akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Pimpinan akan selalu

dihormati dan dihargai oleh pegawai, sehingga akan berpengaruh besar kepada

prestasi, semangat kerja, dan moral kerja pegawai.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain adalah sebagai berikut:

a.Saling menghormati, bila bertemu di lingkungan pekerjaan,

b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para

pegawai akan turut merasa bangga akan pujian tersebut,

c.Sering mengikut sertakan pegawai dalam pertemuan-pertemuan, apabila

pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan pegawai,

d.Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan kerja, dengan

menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun untuk

bawahan sekalipun.

2.3.3. Ukuran Disiplin Kerja

Dengan diterapkan tata tertib diharapkan dapat menegakkan disiplin

pegawai. Namun, untuk mengetahui apakah pegawai telah bersikap disiplin atau

belum perlu diketahui kriteria yang menunjukkannya. Umumnya, disiplin kerja

dapat terlihat apabila pegawai datang ke kantor teratur dan tepat waktu, jika

mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka menggunakan perlengkapan

(50)

yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang telah ditentukan oleh

organisasi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan semangat kerja. Menurut

Singodimedjo (2000) menyatakan bahwa:

Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin itu antara lain, 1) peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat, 2) Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan, 3) Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain, 4) Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh oleh para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan disiplin kerja, peraturan dan ketepatan organisasi

hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh pegawai. Selain itu,

hendaknya peraturantersebut juga dikomunikasikan sehingga para pegawai

mengetahui apa yang menjadi larangan dan apa yang tidak.

2.3.4. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja

Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai yang

melanggar norma-norma organisasi adalah memperbaiki dan mendidik pegawai

yang melakukan pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan pimpinan

meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja yang dikemukakan

Rivai (2009:831) menyatakan “Sanksi disiplin terdiri atas sanksi disiplin berat,

sanksi disiplin sedang, sanksi disiplin ringan”.

1. Sanksi Disiplin Berat

Sanksi disiplin berat misalnya :

a.Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan yang

(51)

b.Pembebasan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai

biasa bagi yang memegang jabatan.

c.Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri tenaga

kerja yang bersangkutan.

d.Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai tenaga kerja di

organisasi atau perusahaan.

2. Sanksi Disiplin Sedang

Sanksi disiplin sedang misalnya :

a.Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan

sebagaimana tenaga kerja lainnya.

b.Penurunan upah atau gaji sebesar satu kali upah atau gaji yang biasanya

diberikan harian, mingguan atau bulanan.

c.Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada

jabatan yang lebih tinggi.

3. Sanksi Disiplin Ringan

Sanksi disiplin ringan misalnya :

a.Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.

b.Teguran tertulis

c.Pernyataan tidak puas secara tertulis

Selanjutnya, menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa ada 3 (tiga)

(52)

1. Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk medorong

para pegawai agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga

penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah.

2. Disiplin Korektif adalah kegitan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Dan bertujuan untuk

memperbaiki pelanggaran, untuk menghalangipara pegawai yang lain

melakukan kegiatan yang serupa, untuk menjaga berbagai standar

kelompok tetap konsisten dan efektif.

3. Disiplin Progresif adalah suatu kebijakan disiplin yang memberikan

hukuman- hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran

yang berulang. Disiplin progresif ditunjukkan sebagai berikut:

a. Teguran secara lisan kepada penyelia

b. Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia

c. Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari

d. Skorsing satu minggu atau lebih lama

e. Diturunkan pangkatnya

f. Dipecat

Dalam penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada

pegawai yang melanggar hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan

seksama bahwa sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan

(53)

Dengan demikian, sanksi disiplin tersebut dapat diterima dengan rasa

keadilan. Kepada pegawai yang diberikan sanksi disiplin tersebut dapat diterima

dengan rasa keadilan. Kepada pegawai yang pernah diberikan sanksi disiplin dan

mengulangi lagi pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi disiplin yang lebih

berat dengan tetap berpedoman pada kebijakan pemerintah yang berlaku.

2.3.5Tenik– Teknik DisiplinKerja

Menurut Mangkunegara (2011:131), mengemukakan beberapa teknik–

teknikpelaksanaan disiplin kerja sebagai berikut:

a. Teknikpertimbangan sedini mungkin.

b. Teknikmendisiplin sendiri.

c. Teknikkesediaan penyelia disiplin.

d. Teknikmenegurpegawai primadona.

e. Teknikmenimbulkan kesadaran tersendiri.

f. Tekniksandwich.

Budi Setiyawan dan Waridin (2006) dalam Mohammad (2005), ada 5

faktor dalam penilaian disiplin kerja terhadap pemberian layanan pada masyarakat,

yaitu:

a) Kualitas kedisiplinan kerja, meliputi datang dan pulang yang tepat waktu,

pemanfaatan waktu untuk pelaksanaan tugas dan kemampuan

mengembangkan potensi diri berdasarkan motivasi yang positif.

b) Kuantitas pekerjaan meliputi volume keluaran dan kontribusi.

(54)

d) Lokasi tempat kerja atau tempat tinggal.

e) Konservasi meliputi penghormatan terhadapaturan dengan keberanian

untuk selalu melakukan pencegahan terjadinya tindakan yang bertentangan

dengan aturan.

2.3.6 Indikator-IndikatorDisiplinKerja

MenurutMoenir, mengemukakan beberapaindikasi yang berkaitan

dengandisiplin kerja antara lain sebagai berikut:

a. Datang ketempatkerja tepatwaktu.

b. Pulang dari tempatkerja tepatpada waktunya.

c.Tepatwaktu dalammenyampaikan laporan.

d. Mengerjakan waktukerja untukkeperluan dinas.

e. Tepatwaktudalammenyelesaikansuatupekerjaan se

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi Absensi Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Tabel 1.2 Tata Aturan dan Sanksi PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Tabel 1.3 Target dan Realisasi Penghimpunan Dana
Tabel 2.1 Jurnal dan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, dan disiplin

Hasil koefisien determinasi Adjusted R Square sebesar 0,307 berarti 30,7% variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh deskripsi kerja dan disiplin kerja, sedangkan sisanya

Uji parsial menunjukkan bahwa human relation (hubungan antar manusia) dan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap lingkungan kerja dan kinerja

Uji parsial menunjukkan bahwa human relation (hubungan antar manusia) dan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap lingkungan kerja dan kinerja

pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja karyawan,. dan variabel pemberian sanksi berpengaruh positif dan signifikan

Berdasarkan bahwa tabel partisipasi disiplin kerja X2 secara parsial berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap kinerja karyawan pada bank BRI Syariah bahwa

Transformasional berpengaruh signifikan terhadap variabel komitmen kerja karyawan sehingga jika kepemimpinan semakin membaik maka diharapkan komitmen karyawan dapat

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT.. BPR Dana