• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS

( Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang )

SKRIPSI OLEH :

ANGGIA WULANDARI 030304038

SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS

( Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang )

SKRIPSI

OLEH :

ANGGIA WULANDARI 030304038

SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, Msi ) ( H.M. Mozard B. Darus, Msc )

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

ANGGIA WULANDARI (030304038 / SEP), dengan judul skripsi

“ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS”. Studi kasus di Desa Bangun Sari,

Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive, dimana Desa Bangun Sari

merupakan salah satu sentra usahatani tanaman hias diKecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang.

Penentuan sampel dilakukan secara Statified Random Sampling. Petani yang

dijaikan sampel adalah petani tanaman hias yang melakukan usahatani tanaman hias

dengan kriteria < 1000 tanaman dan > 1000 tanaman. Populasi sampel sebanyak 165

petani dan diambil sampel sebanyak 30 petani.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan biaya produksi pada usahatani tanaman hias antara skala

kecil dan skala besar, dimana rerata biaya produksi skala kecil sebesar Rp

884.500/petani dan skala besar sebesar Rp 2.691.500/petani.

2. Terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pada usahatani tanaman hias antara

skala kecil dan skala besar, dimana rerata curahan tenaga kerja skala kecil

sebesar 7,35/HKP (TKDK) dan 2,12/HKP (TKLK) sedangkan skala besar

(4)

3. Terdapat perbedaan penerimaan pada usahatani tanaman hias antara skala

kecil dan skala besar, dimana rerata penerimaan skala kecil sebesar Rp

15.557.500/petani, dan skala besar sebesar Rp 47.150.500/petani.

4. Terdapat perbedaan pendapatan bersih pada usahatani tanaman hias antara

skala kecil dan skala besar, dimana rerata pendapatan bersih skala kecil

sebesar Rp 14.673.000/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.000/petani.

Sedangkan perbedaan rerata pendapatan keluarga antara skala kecil dan skala

besar yaitu skala kecil sebesar Rp 14.673.037/petani dan skala besar sebesar

Rp 44.459.033/petani.

5. Tingkat kesejahteraan petani tanaman hias di daerah penelitian termasuk dalam

(5)

RIWAYAT HIDUP

Anggia Wulandari lahir di Medan pada tanggal 25 Mai 1984 sebagai anak

pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda M.Hafidz dan Ibunda Sofia Endria Nst.

Jenjang pendidikan :

1. Tahun 1991, masuk SD Swasta Y.P. Mulia Medan dan tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997, masuk SLTP Negeri 4 Medan dan tamat tahun 2000.

3. Tahun 2000, masuk SMU Swasta Angkasa 1 Medan dan tamat tahun 2003.

4. Tahun 2003, diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juni – Juli 2007, melaksanakan PKL di Desa Sambaliang, Kecamatan

Berampu, Kabupaten Dairi.

6. Bulan Oktober – November 2007, melaksanakan penelitian di Desa Bangun

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerahNYA yang selalu menyertai penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat

selesai dengan baik.

Skripsi ini berjudul “ Analisis Usahatani Tanaman Hias “, sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, Msi sebagai ketua komisi pembimbing. 2. Bapak H.M. Mozard B. Darus, Msc sebagai anggota komisi pembimbing. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, Ms sebagai ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian.

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, Ms sebagai Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 5. Seluruh Staf pengajar dan pegawai jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

6. Kedua orangtuaku Ayahanda M.Hafidz dan Ibunda Sofia Endria Nst atas kasih

sayang, kesabaran, pengorbanan moril dan materiil, dorongan dan doa yang

tidak henti-hentinya kepada penulis.

7. Adikku Ade Ira Sabrina dan seluruh teman-teman di jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian yang telah banyak memberi doa, dorongan dan bantuan selama ini.

8. Bapak/Ibu kepala Desa dan sekretaris desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang.

9. Para responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini atas bantuan

(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih dan kiranya dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ……… i

RIWAYAT HIDUP ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL……… vi

DAFTAR GAMBAR………... vii

DAFTAR LAMPIRAN………... viii

PENDAHULUAN……… 1

Latar Belakang……….. 1

Identifikasi Masalah……….. 6

Tujuan Penelitian………... 7

Kegunaan Penelitian……….. 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,……… 8

DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka……… 8

Landasan Teori……….. 10

Kerangka Pemikiran……….. 13

Hipotesis Penelitian………... 15

METODOLOGI PENELITIAN……… 16

Metode Penentuan Daerah Penelitian dan Sampel………... 16

Metode Analisis Data………... 16

(9)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN………. 20

KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian……… 20

Karakteristik Petani Sampel……… 24

HASIL DAN PEMBAHASAN……… 27

Perbedaan Biaya Produksi dan Komponen-komponen Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias……….. 27

Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias………. 30

Perbedaan Penerimaan Usahatani Tanaman Hias……….. 32

Perbedaan Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias……….. 33

Perbedaan Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias……….. 35

Analisis Uji Beda Rata-Rata Usahatani Tanaman Hias………. 36

KESIMPULAN DAN SARAN………. 39

Kesimpulan………. 39

Saran……… 40

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara Setiap Kabupaten/Kota……… 4

2. Luas Tanaman Hias Kabupaten Deli Serdang Setiap Kecamatan……… 5

3. Luas Tanaman Hias Kecamatan Tanjung Morawa Setiap Desa………. 5

4. Sampel Petani Pada Masing-masing Strata………. 16

5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa……… 21

Bangun Sari 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa……….. 22

Bangun Sari 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa……… 22

Bangun Sari 8. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa……… 23

Bangun Sari 9. Sarana dan Prasarana di Desa Bangun Sari………... 24

10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bangun Sari……… 25

11. Rerata Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Usahatani……….. 27

Tanaman Hias di Desa Bangun Sari 12. Rerata Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias di……….. 30

Desa Bangun Sari 13. Rerata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari………. 32

14. Rerata Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias di……… 33

Desa Bangun Sari 15. Rerata Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias di……… 35

Desa Bangun Sari 16. Analisis Uji Beda Rata-rata Usahatani Tanaman Hias di………. 36

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran……….. 14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara Setiap Kabupaten/Kota………. 4

2. Luas Tanaman Hias Kabupaten Deli Serdang Setiap Kecamatan………. 5

3. Luas Tanaman Hias Kecamatan Tanjung Morawa Setiap Desa……… 5

4. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tanaman Hias,……….………... 43

5. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per Petani……… 44

6. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman……….. 45

7. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman………. 46

8. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman………… 47

9. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per Petani…………... 48

10. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman…… 49

11. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Petani……… 50

12. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman……….. 51

13. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman……… 52

14. Penerimaan Usahatani Tanaman Hias……… 53

15. Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias………. 54

16. Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias………. 54

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin majunya Ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin tinggi pula

tingkat kepuasan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga

menuntut pendapatan yang tinggi pula. Terutama dalam pemuasan selera dan pola

fikir yang terus meningkat. Begitu halnya dengan kebutuhan akan kesejukan dan

kenyamanan dalam lingkungan tempat tinggal, dimana kebutuhan akan tanaman hias

juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga situasi ini juga dapat dimanfaatkan

oleh para produsen maupun pedagang tanaman hias untuk menjual tanaman hiasnya

yang banyak dicari oleh konsumen.

Salah satu cara untuk meningkatkan persaingan antar pedagang tanaman hias

adalah dengan melakuka reorientasi sistem usahatani dari sistem tradisional menuju

sistem agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan, dan

terdesentralisasi dari tingkat hulu ( penyediaan sarana produksi ) ke tingkat hilir

(penanganan pasca panen dan pemasarannya). Penerapan sistem agribisnis akan

mendorong partisipasi aktif petani dalam menerapkan teknologi inovatif secara

dinamis untuk menghasilkan produk-produk tanaman hias berdaya saing tinggi,

sehinga petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, kesejahteraan yang

(14)

Untuk menghasilkan produk tanaman hias yang bersaing tinggi maka

diperlukan cara untuk mempetinggi kuantitas dan kualitas dari tanaman hias tersebut

secara rasional, efisien dan ekonomis, serta dalam hal penataan pertanaman

(Cropping System) yaitu cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang

diusahakan pada sebidang tanah selama jangka waktu tertentu.

Pada tanaman bunga Melati memerlukan kelembaban udara yang sedang

hingga tinggi, pemupukan dapat dilakukan dalam waktu 2 minggu sekali dan untuk

perbanyakannya dapat dilakukan dengan cara stek pucuk tanaman tersebut. Bunga

Melati ini merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang mempunyai bentuk

bunga yang hanya terdiri dari 4-5 kelopak bunga dengan warna bunga putih dan

memiliki wangi yang khusus. Nilai jual bunga Melati ini termasuk stabil dalam arti

tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah sehingga para penggemar bunga ini

dapat terus memperolehnya.

Bunga Krisan memiliki komposisi bunga yang sangat menarik, karena sengaja

diciptakan dengan memberi perlakuan khusus agar diperoleh bunga yang indah dan

memiliki kelopak bunga yang banyak. Kelembaban udara yang diperlukan antara

sedang sampai tinggi, suhu idealnya 20-21ºC. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali

untuk jenis tanaman hias berbunga dan perbanyakkan juga dapat dilakukan dengan

cara stek pucuk dan melalui biji.

Anthurium merupakan jenis tanaman hias yang pada tahun 2005 lalu menjadi

primadona dikalangan penggemar Anthurium. Jenis Anthurium ini ada beberapa jenis

dengan nilai jual yang tinggi dan bervariasi juga, jenis yang paling digemari antara

lain Supernova, Jenmanii, Gelombang Cinta, Keris Jumbo, Corong Filipine, dan

Hurry Black. Perbanyakkannya dapat dilakukan dengan cara biji (generative) dan stek

(15)

± 3 m dengan jumlah daun lebih dari 30 lembar daun dan jumlah tongkol bunga yang

bisa mencapai 10 tongkol bunga. Dengan kelembaban yang sedang, Anthurium dapat

dikatakan sebagai jenis tanaman hias daerah tropis dan merupakan tanaman hias asli

dari Indonesia.

Tanaman hias Palem memiliki kelembaban yang sedang hingga tinggi dengan

cara perbanyakkan dapat melalui anakan. Jenis tanaman Palem yang paling banyak di

minati yaitu jenis Palem Botol karena bentuknya yang hampir menyerupai botol,

tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias di pinggir jalan dan juga sebagai

tanaman di taman kota. Walaupun banyak digunakan sebagai tanaman hias di kota,

Palem juga memiliki kelebihan lain pada buahnya yang dapat digunakan sebagai obat.

Heliconia merupakan jenis tanaman hias yang mirip dengan pohon pisang, tapi

Heliconia dapat dibedakan dengan tanaman pisang-pisangan lainnya dengan adanya

bunga pada ujung tanaman tersebut yang warna bunganya berbeda-beda dan bentuk

daun yang lebih melebar. Tanaman ini memiliki kelembaban yang sedang hingga

tinggi dengan pemupukan yang sama untuk jenis tanaman berbunga yaitu 2 minggu

sekali dan perbanyakkan juga melalui anakan atau umbi.

Anggrek merupakan bunga yang banyak keunggulannya mulai dari warna

bunga, untaian sempurna, ukuran dan wilayah penyebaran yang cukup luas sehingga

dapat disebut sebagai bunga puspa pesona. Jenis Anggrek yang paling diminati yaitu

Anggrek Bulan, Anggrek Menur, Anggrek Terbang, dan Anggrek Wulan. Anggrek

juga dapat diperbanyak dengan cara perkawinan silang dengan tanda munculnya

bunga selama 1 bulan dan pemupukan dilakukan 2 minggu sekali.

Usahatani tanaman hias baik tanaman berbunga maupun yang tidak berbunga

pada tahun 2005 luasnya mencapai 209.409 Ha. Dengan jenis tanaman hias yang

(16)

Krisan, Melati, dan Palem. Dari ke-6 jenis tanaman hias ini yang paling luas adalah

jenis Anggrek yakni 43.201 Ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara di Setiap Kabupaten/Kota, Tahun 2004/2005.

Kab/Kota Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh

Medan 12489 485 1230 210 9443 1290 32437

Langkat 1983 0 18 15 248 251 2766

D.Serdang 5725 45 1165 53 743 4835 17401

Simalungun 1793 2180 3627 110 3220 2218 15366

Karo 3250 0 0 120250 0 0 123500

Asahan 1077 3 53 60 206 362 2123

L.Batu 34 6 0 6 0 0 46

T.Utara 10032 9370 177 550 136 14 20293

T.Tengah 15 0 0 0 0 3 21

Jumlah 43201 12150 6728 121965 15796 9569 224978

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, Medan 2007.

Dari tabel di atas diperoleh daerah penelitian di Kabupaten Deli Serdang

karena di daerah tersebut terdapat usahatani tanaman hias dari ke-6 jenis tanaman hias

tersebut dan merupakan sentra jual beli produk tanaman hias tersebut sehingga

kabupaten ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan tanaman

hias di Sumatera Utara. Sedangkan di kota Medan, umumnya hanya melakukan jual

belinya saja tanpa ada cara bercocok tanamnya.

Di daerah Kabupaten Deli Serdang terdapat beberapa Kecamatan yang

berusahatani tanaman hias. Kecamatan yang paling luas usahatani tanaman hias

terdapat pada Kecamatan Tanjung Morawa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 di

(17)

Tabel 2. Luas Tanaman Hias di Kabupaten Deli Serdang di Setiap Kecamatan, Tahun 2004/2005.

Kecamatan Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh

L.Pakam 466 0 165 0 85 385 1101

Sumber : Dinas Pertanian Lubuk Pakam, Tahun 2007.

Di daerah Kecamatan Tanjung Morawa terdapat beberapa desa yang

berusahatani tanaman hias. Desa yang paling luas usahatani tanaman hiasnya terdapat

di Desa Bangun Sari, seperti yang yang tercantum pada Tabel 3 berikut ini

Tabel 3. Luas Tanaman Hias di Kecamatan Tanjung Morawa di Setiap Desa, Tahun 2004/2005.

Desa Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh

(18)

Tj.Mulia 35 0 20 0 25 30 110

Sumber : Dinas Pertanian Lubuk Pakam, Tahun 2007.

Usahatani tanaman hias ini dapat dibagi 2 yaitu usahatani skala kecil dan

usahatani skala besar. Bagaimana perbedaan jumlah biaya produksi, pencurahan

tenaga kerja, jumlah penerimaan, jumlah pendapatan bersih, dan jumlah pendapatan

keluarga per petani antara skala kecil dan skala besar belum diketahui. Hal inilah yang

menyebabkan perlunya dilakukan penelitian.

Identifikasi Masalah

Dalam latar belakang telah disinggung masalah penelitian ini, maka dapat

diientifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan biaya produksi usahatani tanaman hias antara skala

kecil dan skala besar per petani?

2. Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja usahatani tanaman hias antara

skala kecil dan skala besar per petani?

3. Bagaiamana perbedaan penerimaan Usahatani Tanaman Hias antara skala

kecil dan skala besar per petani?

4. Bagaimana perbedaan pendapatan bersih dan keluarga usahatani tanaman hias

(19)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjawab identifikasi masalah yang telah

disebutkan di atas, sbagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi usahatani tanaman hias antara

skala kecil dan skala besar.

2. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja usahatani tanaman hias

antara skala kecil dan skala besar.

3. Untuk mengetahui perbedaan penerimaan usahatani tanaman hias antara skala

kecil dan skala besar.

4. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan bersih dan keluarga antara skala

kecil dan skala besar.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

1. Sebagai bahan informasi untuk dapat membantu petani tanaman hias dalam

mengelola usahataninya agar lebih efisien.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam menentukan strategi

pembinaan petani tanaman hias.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Berkembangnya suatu usahatani sangat bergantung pada syarat pokok atau syarat mutlak (essential). Tanpa salah satu dari syarat berikut maka tidak akan ada

pembangunan usahatani. Adapun syarat pokok ini adalah :

1. Pasaran untuk hasil usahatani

2. Tekhnologi yang selalu berubah

3. Tersedianya input produksi

4. Perangsang produksi bagi petani

5. Pengangkutan

Selain syarat mutlak, untuk mempercepat pembangunan usahatani diperlukan

faktor-faktor pelancar (accelerators factors) sebagai berikut :

1. Pendidikan pembangunan

2. Kredit produksi

3. Group action petani

4. Perbaikan dan perluasan lahan pertanian

5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian (Mosher, A.T.,1987).

Usahatani tanaman hias memproduksikan hasil yang tergolong pada keindahan

alam. Permintaan akan hasil tanaman hias ini masih belum banyak karena kurangnya

kemampuan daya beli penggemarnya (Simanjuntak, 1996).

Bila di luar negri untuk mengembangkan tanaman hias memerlukan rumah

kaca, maka di Indonesia tidak demikian. Hal ini akan memungkinkan untuk

(21)

mampu merealisasikan ekspor dari hasilnya. Hal ini karena tekhnologi yang masih

rendah karena investasi yang masih rendah juga (Nazaruddin, 1999).

Orang yang menanam tanaman hias menurut tujuannya dapat dibagi menjadi

dua yaitu orang yang bukan atau tidak bertujuan bisnis dan orang yang bertujuan

bisnis. Orang yang bukan bertujuan bisnis tidak memerlukan analisis biaya dan

pendapatan dalam kegiatannya. Orang yang bertujuan bisnis termasuk usahatani

tanaman hias membutuhkan analisis biaya produksi dan pendapatan dalam

kegiatannya (Rukmana,R.,19997).

Dalam analisis biaya produksi terdapat beberapa komponen yang perlu

diketahui. Sehingga komponen tersebut dapat diperhitungkan dalam bisnis tanaman

hias. Komponen yang dimaksud adalah penggunaan pupuk, pestisida, dan jumlah

bibit yang dipakai. Besar kecilnya pemakaian pupuk dapat mempengaruhi

produktivitas dari produksi tanaman hias. Penggunaan pupuk majemuk lebih sering

digunakan karena leih praktis, hemat biaya, waktu, dan tenaga. Pemberian dosis

pupuk sangat perlu diperhatikan agar tepat sasaran dimana pupuk dapat terbagi atas

pupuk akar dan pupuk daun. Penggunaan pupuk disesuaikan dengan jenis tanaman

agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakkan pada tanaman,

penambahan garam tanah dan kerugian bagi petani (Adiwilaga, 1982).

Penggunaan pestisida dapat disesuaikan dengan jenis hama penyakit yang ada

pada tanaman hias, seperti :

- akarisida : untuk membunuh tungau/kutu

- bakterisida : untuk membunuh bakteri

- fungisida : untuk memberantas jamur

- insektisida : untuk membunuh serangga

(22)

- nematisida : untuk membunuh cacing

- nodentisida : untuk membunuh binatang pengerat

dan juga berdasarkan PH tanah sebagai media tanam. Penggunaan pestisida tidak

boleh dilakukan sembarangan, hanya dapat dilakukan pada keadaan tertentu saja.

Penggunaan dosis pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan rusaknya lingkungan

dan pemborosan sedangkan penggunaan dosis yang terlalu sedikit pun dapat

menyebabkan timbulnya kekebalan pada tanaman hias. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penyemprotan pestisida pada tanaman hias khususnya yaitu

keadaan angin, suhu udara, kelembaban dan curah hujan (Soekartawi, 1996).

Selain pupuk dan pestisida, jumlah bibit pun perlu diketahui agar dapat

diperkirakan berapa besar dan kecilnya jumlah produksi yang akan dipasarkan.

Umumnya permintaan terhadap produk usahatani tanaman hias selalu mengalami

pasang surut. Jika diatasi dengan cara memperkirakan jumlah produksi dengan

permintaan pasar maka tidak akan terjadi kelebihan prouksi tapi jika tidak

diperkirakan maka para petani akan melakukan cara terakhir yaitu menurunkan harga

di bawah harga pasar sehingga bisa disebut rugi bagi petani (Rahardi, 1997).

Landasan Teori

Menurut Mosher (1987) usahatani pada dasarnya adalah tanah. Usahatani

dapat sebagai suatu cara hidup (a way of life). Jenis ini termasuk usahatani untuk

memenuhi kebutuhan sendiri atau subsisten dan primitive. Jenis usahatani seperti ini

pada saat sekarang sudah langka ditemui. Pada saat sekarang pada umumnya jenis

usahatani yang termasuk perusahaan (the farm business). Setiap petani pada

hakekatnya menjalankan perusahaan pertanian di atas usahataninya. Itu merupakan

(23)

dijual kepasar atau untuk dikonsumsi sendiri oleh keluarganya. Usahatani tanaman

hias yang bertujuan ekonomis termasuk usahatani perusahaan.

Dalam menjalankan suatu usahatani, petani memerlukan sejumlah biaya. Biaya

usahatani adalah nilai dari semua yang di korbankan (input) ekonomis yang

diperlukan, yang dapat diukur. Biaya produksi ini terdiri dari :

1. Sarana produksi yang habis terpakai

2. Bunga modal

3. Sewa tanah (lahan)

4. Alat produksi yang tahan lama

5. Tenaga kerja

6. Upah (fee) pengelola

(Soekartawi, 2002).

Sarana produksi yang habis terpakai misalnya: bibit, pupuk, dan pestisida.

Biaya bunga modal (interest) adalah bunga modal yang digunakan untuk usahatani

sebesar bunga uang di bank. Baik modal sendiri atau modal pinjaman (kredit)

diperhitungkan biaya bunga modal. Biaya tanah (lahan) adalah sewa yang akan

diterima jika tanah tersebut disewakan kepaa orang lain. Tanah adalah faktor produksi

yang tidak aus, bahkan nilai tanah semakin lama semakin naik. Karena itu

diperhitungkan biaya sewa tanah, baik tanah milik sendiri maupun dikontrakkan.

Biaya produksi yang tahan lama dihitung melalui biaya penyusutan. Biaya ini

bergantung pada nilai pembelian alat dan jangka usia ekonomis alat (oleh juga

diperhitungkan nilai sisa alat itu). Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tenaga kerja

dalam keluarga (TKDK) dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya atau

upah tenaga kerja dihitung atas dasar biaya yang seharusnya dibayarkan menurut

(24)

1. Seorang pria dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 1 HKP

2. Seorang wanita dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 0,8 HKP

3. Seorang anak dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 0,5 HKP

Upah pengelola adalah upah seorang petani dalam mengelola usahataninya (bukan

upah tenaga kerja fisiknya). Petani mengorganisasikan, memimpin, mencatat dalam

menjalankan usahataninya, dan ini patut diberikan sejumlah upah (Soekartawi, 1995).

Ilmu usahatani termasuk dalam ilmu ekonomi mikro. Dalam ekonomi mikro

dikenal konsep biaya sebagai berikut :

1. Biaya Total (Total Cost = TC) adalah seluruh pengorbanan dalam proses

produksi untuk menghasilkan produk (output).

2. TC adalah jumlah biaya variabel (Variabel Cost = VC) ditambah biaya tetap

(Fixed Cost =FC), atau TC = VC + FC.

3. VC adalah biaya yang beubah-ubah jumlahnya bergantung pada jumlah

output.

4. FC adalah biaya yang tetap jumlahnya (dalam jangka pendek) walaupun

berubah jumlah output.

5. Biaya Total Rata-Rata (Average Cost = AC) adalah jumlah TC dibagi dengan

jumlah output atau AC = TC/Y.

6. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variabel Cost = AVC) adalah jumlah VC

dibagi dengan jumlah output atau AVC = AC/Y.

7. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost =AFC) adalah TC dibagi dengan

(25)

Dari sisi output, penerimaan dan pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut :

1. Penerimaan Total (Total Revenue = TR) adalah jumlah output dikalikan harga jual

atau TR = Y x Py, Penerimaan Rata-Rata (Average Revenue = AR) adalah TR

dibagi Y atau AR= TR/Y.

2. Pendapatan Bersih (Net Income= NI) adalah TR-TC, NI Rata-Rata adalah

pendapatan bersih dibagi jumlah output atau NI/Y (Soekartawi, 1995).

Khusus dalam usahatani dikenal pendapatan keluarga (Family Income = FI) yaitu

pendapatan bersih ditambah biaya tenaga kerja keluarga atau FI = NI + Upah TKDK.

Kerangka Pikiran

Biaya produksi yang dikorbankan oleh usahatani skala kecil maupun skala

besar belum dapat ditentukan skala mana yang lebih kecil dan skala mana yang lebih

besar, mungkin terdapat perbedaan yang nyata. Sedangkan pencurahan tenaga kerja

antara usahatani skala kecil dan skala besar per petaninya juga belum ditentukan mana

yang lebih kecil dan mana yang lebih besar yang menyebabkan adanya perbedaan

antara keduanya. Jumlah biaya produksi dan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per

petaninya bergantung pada tingkat efisiensi pengunaan biaya dan tenaga kerja pada

kedua skala tersebut.

Jumlah output usahatani skala kecil dan skala besar per petani belum diketahui

mungkin terdapat perbedaan. Demikian juga halnya dengan jumlah penerimaam dan

jumlah pendapatan usahatani skala kecil dan skala besar juga belum dapat diketahui.

Jumlah output ini bergantung pada jumlah biaya dan tenaga kerja yang dikorbankan.

Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah output dan harga jual.

(26)

Kerangka pikiran di atas dapat disajikan dengan skema sebagai berikut :

Usahatani Tanaman Hais

Skala

Kecil

Skala Besar

Per Petani :

1.Biaya Produksi

2.CurahanTenagaKerja

3.Jumlah Penerimaan

4.Jumlah Pendapatan

PERBEDAAN NYATA

Gambar : Skema Kerangka Pikiran

Hubungan

(27)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikiran yang telah diuraikan dapat

dirumuskan beberapa hipotesis yang akan diuji secara empiris. Adapun hipotesis

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan nyata biaya produksi antara usahatani skala kecil dan

skala besar per petani.

2. Terdapat perbedaan nyata curahan tenaga kerja antara usahatani skala kecil

dan skala besar per petani.

3. Terdapat perbedaan nyata jumlah penerimaan antara usahatani skala kecil dan

skala besar per petani.

4. Terdapat perbedaan nyata jumlah pendapatan bersih dan pendapatan keluarga

(28)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah dan Sampel Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Terpilihnya desa tersebut

karena di desa itu banyak yang berusahatani tanaman hias termasuk ke-6 komoditi

tanaman hias tersebut yang akan diteliti di desa itu.

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani tanaman

hias. Besar populasi (the size of population) adalah 165 petani, yang terdiri dari petani

berusahatani skala kecil dan berusahatani skala besar. Pemilihan petani sampel adalah

dengan Stratified Random Sampling dengan besar sampel (the size of sample) adalah

30 petani (n = 30). Dengan besarnya n = 30 maka sudah termasuk the large sample

dan rumus uji t sudah dapat digunakan. Adapun besar sampel masing-masing strata

adalah sebagai berikut :

Skala Usahatani Kriteria Populasi Sampel

Skala Kecil < 1.000 tanaman 108 petani 20 petani Skala Besar > 1.000 tanaman 57 petani 10 petani

Jumlah - 165 petani 30 petani

(Singarimbun, 1987).

Metode Analisis Data

Pengumpulan data dengan teknik wawancara terhadap petani sampel dengan

memakai daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah selesai

data dikumpulkan, lalu dilanjutkan dengan ditabulasi. Dari data yang telah ditabulasi

maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t. Semua hipotesis

(29)

_ _

X 1 – X 2 t-h = ∂√ /n 1 + /n 2 Rumus t-test :

∂ = √ n1s1² + n2s2² n1 + n2 -2

X1 = rata-rata dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih,

pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala besar = ∑X1/n1.

X2 = rata-rata dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih,

pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala kecil = ∑X2/n2.

S1 = varians dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih, pendapatan

keluaga per petani dari usahatani skala besar.

S2 = varians rata-rata dari biaya total, tenaga kerja. Penerimaan, pendapatan bersih,

pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala kecil.

n1 = besar sampel X1, n2 = besar sampel X2

t-h = nilai t-hitung

∂ = standard deviasi sampel

Pengambilan keputusan :

Ho = tidak ada perbedaan nyata

H1 = terdapat perbedaan nyata

Bila t-h < t-tabel 5%/2 maka Ho ditolak

Bila t-h > t-tabel 5%/2 maka H1 diterima

(30)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dibuat definisi dan

batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Usahatani tanaman hias adalah sistem budidaya yang mengusahakan tanaman

hias mulai dari budidaya sampai panen atau penjualan dengan berupaya untuk

memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin.

2. Jenis tanaman yang dominan diusahakan oleh seluruh petani pengusaha adalah

Anggrek, Anthurium, Heliconia, Krisan, Melati, dan Palem.

3. Skala usaha adalah usahatani tanaman hias berdasarkan banyaknya jumlah

tanaman hias yang diusahakan oleh petani sampel.

4. Petani sampel adalah petani yang menanam beberapa jenis tanaman hias

didaerah penelitian.

5. Produksi usahatani tanaman hias adalah hasil dari usahatani tanaman hias

dalam bentuk segar yang dihitung berdasarkan jumlah tanaman.

6. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani selama proses

produksi berlangsung sampai siap dipasarkan.

7. Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan yang diperoleh petani dari hasil

usahatani dikurangi produksi.

8. Pendapatan tenaga kerja keluarga adalah selisih antara penerimaan dengan

seluruh biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja baik dari dalam maupun luar

(31)

9. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga

petani yaitu suami, istri, anak, maupun orang lain yang menjadi tanggungan

keluarga.

10. Biaya tetap adalah biaya yang relative jumlahnya dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

11. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

yang didapat.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitin adalah pada bulan Oktober tahun 2007.

(32)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa

Desa Bangun Sari berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli

Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 1059,97 Ha. Jumlah penduduk

yang ada di desa Bangun Sari ini berjumlah 8796 jiwa dengan tingkat kepadatan

penduduk rata-rata 8,35 jiwa/Ha.

Daerah ini berada pada ketinggian 30 m di atas permukaan laut, banyaknya

curah hujan rata-rata 1500-2500 mm/tahun.

Desa Bangun Sari berjarak 3,5 Km dari ibukota Kecamatan Tanjung Morawa

dan 16 Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang. Dilihat dari jarak antara desa

dengan ibukota kecamatan relative dekat, maka desa tersebut dapat menerima arus

informasi yang berasal dari luar daerah, sehingga akan berpengaruh terhadap

perkembangan dan kemajuan desa.

Adapun batas-batas Desa Bangun Sari adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Limau Manis dan Ujung Serdang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan Ujung

Serdang

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bangun Sari Baru

Keadaan Penduduk

Penduduk desa Bangun Sari berjumlah 8796 jiwa dengan jumlah rumah

(33)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Sari,

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kelompokusia produktif (> 15 tahun

– 64 tahun) di Desa Bangun Sari sebanyak 6516 jiwa (74%), sedangkan kelompokusia

tidak produktif sebanyak 2282 jiwa (25,9%). Dengan demikian besarnya depensi ratio

adalah 0,35%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 jiwa produktif akan menanggung

0,35% jiwa yang tidak produktif. Dengan demikian potensi sumber tenaga kerja

masih cukup tersedia.

Desa Bangun Sari merupakan salah satu daerah yang kebanyakkan

penduduknya bermata pencaharian sebagai karyawan swasta. Lebih terperinci dapat

(34)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005.

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah

Jiwa Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 365 10,36

2 ABRI 36 1,02

3 Karyawan Swasta 1587 45,06

4 Wiraswasta/pedagang 871 24,73

5 Tani 567 16,10

6 Pensiunan 96 2,73

Jumlah 3522 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa 45,06% penduduk tertinggi adalah

bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, sedangkan terendah yaitu 1,02%

bermata pencaharian sebagai ABRI. Untuk tani adalah sebesar 16,10%, hal ini

diketahui karena sebagian besar penduduk di Desa Bangun Sari melakukan Usahatani

sebagai pekerjaan sampingan namun tidak sedikit pula yang melakukan usahatani

dapat menghidupi seluruh anggota keluarganya hingga dapat menyelesaikan

pendidikannya.

Adapun keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat

dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

Jiwa Persentase (%)

1 Taman kanak-kanak 378 4,30

2 SD 1757 19,97

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Bangun Sari

yang memiliki tingkat pendidikan rendah rata-rata sebanyak 2.135 jiwa (24,27%),

(35)

296 jiwa (3,39%). Dari sini dapat dilihat bahwa umumnya penduduk Desa Bangun

Sari telah banyak yang mengenyam pendidikan menengah.

Penggunaan Tanah

Luas wilayah Desa Bangun Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal

pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, dan untuk sosial budaya. Agar lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Bangun Sari, Tahun 2005.

No. Uraian Jumlah

6 Pekuburan, jalan raya, sekolah, masjid, gereja

25,65 2,42

Jumlah 1059,97 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan kering merupakan

yang terluas yaitu 495 Ha (46,70%). Lahan kering banyak digunakan untuk

perkebunan Negara, padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Lahan yang

digunakan untuk pemukiman 257,32 Ha (24,28%).

Lahan yang digunakan untuk perikanan seluas 6 Ha (0,57%), sedangkan untuk

perkebunan 180 Ha (16,98%), sawah 96 Ha (9,06%). Lahan yang digunakan untuk

pekuburan, jalan raya, sekolah, mesjid,dan gereja seluas 25,65 Ha (2,42%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasaran yng terdapat di suatu daerah akan mempengaruhi

perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Semakin

(36)

perkembangan daerah tersebut. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa

Bangun Sari dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :

Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005. No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Perhubungan

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana di

Desa Bangun Sari telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik dibidang

pendidikan, perekonomian, maupun sosial budaya. Akan tetapi untuk bidang

pendidikan di Desa Bangun Sari belum memiliki sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) dan seolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sehingga harus keluar dari desa

tersebut untuk melanjutkan pendidikan setelah selesai SD.

Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

Yang diambil menjadi variabel karakteristik petani sampel dalam penelitian

ini luas lahan usahatani tanaman hias, jumlah populasi tanaman hias, umur petani,

pendidikan formal yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman

(37)

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. UsahaSkala Kecil Usaha Skala Besar Over All No. Uraian

Rerata Range Rerata Range Rerata Range

1 Luas lahan (Ha)

0,06 0,01-0,09 0,16 0,08-0,40 0,09 0,01-0,40

2 Umur (Tahun)

42,6 35-54 49,10 44-56 44,76 35-56

3 Pendidikan

11,65 5-20 12,50 7-20 11,93 5-20

6 Hasil produksi (populsi)

777,50 250-800 1.325 1.175-1.500 960 250-1.500

Sumber : Data Diolah, Tahun 2007 (Lampiraan 1).

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rerata luas lahan yang digunakan

untuk usahatani tanaman hias adalah 0,09 Ha dengan range 0,01-0,40. Luas lahan ini

tergolong kecil untuk ukuran pertanian. Hal ini dikarenakan pada daerah penelitian

usahatani tanaman hias tidak memerlukan tempat yang luas karena tanamannya dapat

dikelola dalam suatu tempat (pot/polybag dan rak tanaman) dan juga dikarenakan

jumlah tanaman yang tidak terlalu banyak.

Adapun rerata umur petani adalah 44,76 tahun. Umur tersebut masih termasuk

kedalam usia produktif sehingga dapat diartikan bahwa petani pengusaha tanaman

hias masih sangat potensial di dalam mengembangkan usahataninya.

Rerata pendidikan formal yang dimiliki oleh petani pengusaha tanaman hias

adalah 10 tahun. Itu artinya setara dengan tamatan SLTP yang akan melanjutkan

pendidikan SLTA. Pendidikan yang dimiliki petani tersebut termasuk cukup baik

karena pada umumnya petani pengusaha tanaman hias sudah dapat membaca dan

(38)

Jumlah tanggungan keluarga oleh setiap petani tanaman hias ini berbeda-beda.

Adapun rerata jumlah tanggungan keluarga petani adalah 5 jiwa. Jumlah tanggungan

ini tergolong kecil karena anak-anak pateni banyak yang sudah dewasa atau bahkan

sudah menikah sehingga tidak lagi menjadi tanggungan petani tanaman hias. Tapi

tidak sedikit juga petani yang hanya memiliki anak yang sedikit.

Pengalaman bertani tanaman hias maksudnya adalah lamanya petani yang

telah mengusahakan tanaman hias pada lahan usahataninya yang dihitung dalam per

tahunnya. Adapun rerata pengalaman bertani para petani tanaman hias adalah 11,93

tahun atau 12 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa petani di desa tersebut telah

cukup berpengalaman dalam berusahatani tanaman hias, tapi ada juga yang baru

beberapa tahun memulai usahatani tanaman hias tersebut.

Hasil produksi yang dimaksud yaitu jumlah tanaman hias yang bisa diproduksi

oleh petani tanaman hias yang kemudian dapat dijual ke konsumen. Rerata hasil

produksi adalah 960 populasi tanaman hias dengan range 250-1500 populasi tanaman

hias dengan jenis tanaman hias yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa

petani tanaman hias di Desa Bangun Sari telah dapat memproduksi dan menjual

(39)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Biaya Produksi dan Komponen-Komponen Biaya Produksi Pada Usahatani Tanaman Hias.

Dalam menjalankan usahataninya petani pengusaha tanaman hias harus

mengeluarkan sejumlah biaya produksi agar dapat diperoleh hasil dari usahatani

tersebut. Biaya produksi yang harus dikeluarkan terdiri dari bibit, pupuk, dan

pestisida. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa biaya produksi yang

harus dikeluarkan oleh petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada tabel 10

berikut :

Tabel 10. Rerata Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Yang Diusahakan di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Komponen

- Bibit 301.750 547,79 547.785,72

- Pupuk 102.750 191,12 191.115,01

- Pestisida 480.000 889,26 889.257,69

Skala Besar

- Bibit 1.126,250 850 850.000

- Pupuk 215.250 162,56 162.558,79

- Pestisida 1.350.000 1.015,34 1.015.343,88

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 2,3,4).

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui besarnya masing-masing komponen

sarana produksi untuk skala kecil dan skala besar. Pada usahatani skala kecil

penggunaan sarana produksi tertinggi terletak pada penggunaan pestisida yaitu

sebesar Rp480.000/petani dan yang terendah pada penggunaan pupuk yaitu sebesar

Rp102.750/petani. Sedangkan pada skala besar penggunaan sarana produksi tertinggi

yaitu pada penggunaan pestisida yaitu sebesar Rp1.350.000/petani dan yang terendah

pada penggunaan pupuk yaitu sebesar Rp215.250/petani. Hal ini terjadi karena pada

(40)

petani cukup mahal sedangkan penggunaan pupuk pada skala besar lebih banyak

daripada skala kecil, sedangkan penggunaan pestisida pada skala kecil lebih sedikit

juga dari pada penggunaan pestisida pada skala besar yang disebabkan oleh mahalnya

harga pestisida bagi petani skala kecil sehingga banyak dari petani skala kecil yang

dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman hiasnya hanya secara alami saja tanpa

harus banyak menggunakan pupuk dan pestisida seperlunya saja, dan jumlah

penggunaan bibit untuk skala kecil juga lebih sedikit dari pada penggunaan bibit pada

skala besar.

Perbedaan-perbedaan dalam hal penggunaan jumlah sarana produksi lebih

dikarenakan pada faktor harga dan kepada pengertian masing-masing petani mengenai

bagaimana cara hemat dan praktis dalam merawat dan memelihara tanaman hias.

Sarana produksi yang digunakan oleh petani tanaman hias adalah sebagai berikut :

Skala kecil : - Pupuk : NPK = Rp 4.000,-/Kg Kandang = Rp 3.000,-/Kg

- Pestisida : Antracol = Rp 40.000,-/L

- Bibit = Rp 5.00,-/bibit - Batang = Rp 5.00,-/batang

Skala besar : - Pupuk : NPK = Rp 4.500,-/Kg Kandang = Rp 3.000,-/Kg

- Pestisida : Antracol = Rp 45.000,-/L

- Bibit = Rp 850,-/bibit - Batang = Rp 850,-/batang

Menurut Dinas Pertanian Sumatera Utara, penggunaan pupuk dan pestisida

dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman hias. Penggunaan pestisida disesuaikan

(41)

berdasarkan PH tanah sebagai media tanam. Penggunaan pestisida tidak boleh

dilakukan sembarangan, hanya dalam keadaan tertentu saja. Sewaktu menggunakan

pestisida perlu dilakukan keadaan angin yang dapat menyebabkan melayangnya

partikel pestisida ke udara, suhu permukaan tanah yang panas akan menyebabkan

pestisida naik ke atas, kelembaban dan curah hujan yang tinggi dapat mencuci

pestisida yang telah digunakan. Sedangkan untuk penggunaan pupuk disesuaikan

dengan jenis tanaman agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakkan

pada tanaman, penambahan garam tanah dan kerugian bagi petani itu sendiri.

Jumlah produksi atau bibit pada tanaman hias banyak yang menggunakan

batang (stek/sambung) dan bibit, tetapi banyak dari konsumen yang lebih memilih

tanaman hias dari hasil proses stek atau sambung dari pada bibit karena dari hasil stek

atau sambung tanaman hias dapat lebih bagus lagi bentuk dan hasilnya. Sedangkan

para petani lebih banyak memproduksi tanaman hias dari bibit karena mereka tidak

ingin merubah bentuk asli tanaman hias itu dan karena akan lebih banyak lagi biaya

yang harus dikeluarkan.

Di daerah penelitian sendiri masih didapat beberapa petani yang menggunakan

pupuk dan pestisida tidak berdasarkan anjuran penggunaan yang baik, mereka lebih

mengandalkan pengalaman mereka selama berusahatani tanaman hias dan

berdasarkan pengalaman tersebut pula para petani merasa tidak terjadi

keluhan-keluhan yang besar baik untuk diri mereka maupun untuk jenis tanaman hias mereka.

Biasanya produsen langsung berhadapan dengan konsumen dalam menjual

produknya. Harga yang dibayar konsumen sama besarnya dengan yang diterima oleh

produsen. Dengan demikian dari segi harga produsen akan mendapatkan harga yang

wajar dan konsumen merasa puas karena mendapat produk yang segar, bagus dan

(42)

- Lingkup pasar / konsumen tidak begitu luas

-

Produsen / petani tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan

mengolah produk menjadi bentuk lain dengan harga yang lebih baik, serta

tidak dapat meluaskan pasar (terlepas dari profesi sebagai petani / produsen).

Analisis Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam

melaksanakan kegiatan usahatani, karena tanpa adanya tenaga kerja maka proses

produksi tanaman tidakakan berlangsung dengan baik. Tenaga kerja yang digunakan

dalamusahatani tanaman hias adalah tenaga kerja dalam keluarga, akan tetapi jika

pada waktu tertentu terjadi kekurangan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maka

digunakan tenaga kerja upahan yang berasal dari luar keluarga (TKLK).

Besarnya curahan tenaga kerja per petani yang digunakan oleh petani tanaman

hias di Desa Bangun Sari dalam 1 tahun dapat dilihat pada tabel 11 berikut :

Tabel 11. Rerata Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Petani di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Skala Kecil Skala Besar Kegiatan

Pembibitan 1,13 0,04 1,17 1,58 0,30 1,88

Pemeliharaan 1,07 0,24 1,31 1,03 0,44 1,47

Pemupukan 0,90 0,23 1,13 1,15 0,21 1,36

Penyiraman 0,76 0,52 1,28 0,41 0,88 1,29

Total 7,35 2,11 9,46 8,55 3,45 12

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 8 ).

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa sistem usahatani tanaman hias

(43)

pada usahatani skala besar yaitu 12 HKP/petani, sedangkan curahan tenaga kerja yang

paling rendah yaitu pada usahatani skala kecil yaitu 9,46 HKP/petani.

Usahatani tanaman hias benyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga

dibandingkan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan bahwa petani tanaman

hias di daerah penelitian tidak begitu memerlukan tenaga kerja upahan karena faktor

luas lahan yang tidak besar dan jumlah populasi tanaman yang tidak banyak sehingga

masih bisa dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga saja.

Menurut Dinas Pertanian Sumatera Utara, penggunaan tenaga kerja pada suatu

usahatani sangat diperlukan agar usahatani tersebut dapat berproduksi dengan baik.

Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang

diperlukan dalam mengelola usahatani, cukup atau tidaknya tenaga kerja, sehingga

memerlukan tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK). Bagi pengusaha tanaman hias

yang sudah maju, kebutuhan tenaga kerja dapat lebih besar dan memiliki

penggolongan atau pembagian tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang

dibutuhkam maka semakin besar pula biaya yang diperlukan.

Pada daerah penelitan jumlah tenaga kerja lebih banyak menggunakan tenaga

kerja dalam keluarga karena usahatani tanaman hias petani di Desa Bangun Sari

masih dikategorikan sebagai usahatani kecil dan menengah. Hal ini dikarenakan luas

lahan yang diusahakan petani tanaman hias masih relative kecil sehingga untuk

melakukan kegiatan usahatani tanaman hias masih bisa dilakukan oleh anggota

keluarga petani. Tenaga kerja baik dari dalam maupun luar keluarga yang bekerja,

memimpin, dan mengorganisasikan usahataninya dapat menerima sejumlah upah

sebagai bayaran atas tenaga dan jasa yang telah digunakan.

(44)

Penerimaan yang diperoleh petani pengusaha tanaman hias merupakan hasil

dari jumlah produksi tanaman hias dikalikan dengan harga jual setiap tanaman hias.

Besarnya penerimaan yang diterima petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada

tabel 12 berikut :

Tabel 12. Rerata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Skala Usaha Per Petani (Rp)

Per Tanaman (Rp)

Per 1000 Tanaman (Rp)

Kecil 15.557.500 142.100 142.100.000

Besar 47.150.500 210.000 210.000.000

Overall 62.708.000 352.100 352.100.000

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 11).

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa rerata penerimaan yang di terima

oleh petani pengusaha tanaman hias pada skala kecil yaitu sebesar Rp

15.557.500/petani dan pada skala besar yaitu Rp 47.150.500/petani. Secara overall

yaitu sebesar Rp 62.708.000/petani.

Penerimaan usahatani skala kecil lebih rendah dari pada penerimaan skala

besar. Hal ini terjadi karena jumlah produksi, biaya sarana produksi, dan jumlah

tenaga kerja yang digunakan berbeda-beda antar petani, sehingga jumlah

penerimaannya pun juga berbeda-beda. Jumlah penerimaan pada usahatani skala kecil

tidak sebesar penerimaan usahatani pada skala besar, tetapi dari hasil tersebut para

petani sudah merasa cukup karena mereka bisa tetap melanjutkan usahataninya

sampai sekarang dan juga dapat membiayai pendidikan anak-anak mereka.

Tidak jarang pula para petani tanaman hias yang ada di Desa Bangun Sari

dapat menambah koleksi tanaman hiasnya dengan jenis tanaman hias yang cukup

mahal dari hasil penerimaan mereka agar usahatani mereka tidak kalah saing dengan

usahatani-usahatani tanaman hias yang ada di daerah lain.

(45)

Pendapatan bersih merupakan pengurangan hasil penerimaan usahatani

tanaman hias dengan seluruh biaya produksi. Dari hasil penelitian di daerah penelitian

diperoleh pendapatan untuk masing-masing skala usahatani pada tabel 13 berikut :

Tabel 13. Rerata Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Skala Usaha Per Petani (Rp)

Per Tanaman (Rp)

Per 1000 Tanaman (Rp)

Skala kecil 14.673.000 140.471,84 140.471.841,59

Skala besar 44.459.000 207.972,10 207.972.097,33

Overall 59.132.000 348.443,94 348.443.938,92 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 12).

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa pendapatan bersih yang

diperoleh petani pengusaha tanaman hias skala kecil lebih rendah yaitu sebesar

Rp14.673.000/petani sedangkan pendapatan bersih usahatani tanaman hias skala besar

lebih besar yaitu sebesar Rp 44.459.000/petani. Secara overall yaitu sebesar Rp

59.132.000/petani. Hal ini terjadi karena jumlah produksi tanaman hias yang

diusahakan petani skala kecil lebih sedikit dari pada usahatani skala besar dengan

harga jual yang jauh berbeda-beda yaitu :

(46)

Melati = Rp 15.000-Rp 20.000,-

Palem = Rp 35.000-Rp 40.000,-

Harga yang tertera di atas di hitung berdasarkan ukuran tanaman dan berdasarkan

ukuran wadah tanam yang digunakan yaitu : pot = Rp 5.000,-/pot dan polybag = Rp

12.000,-/Kg.

Di daerah penelitian harga jual masing-masing jenis tanaman hias masih bisa

berubah karena beberapa hal, diantaranya karena antara penjual dan pembeli saling

kenal sebelumnya, karena si pembeli akan membeli tanaman hias yang dimaksud

dengan jumlah yang cukup banyak, dan juga karena beberapa hal lainnya. Harga jual

akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual yang

ditetapkan harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen

disamping terpenuhinya pencapaian tujuan usahatani tersebut.

Berdasarkan Dinas Pertanian Sumatera Utara, suatu usahatani yang dikelola

oleh beberapa tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar

keluarga dan mengeluarkan biaya sebagai sarana produksi, maka apa yang harus

diterima oleh petani tersebut dapat memiliki keuntungan ataupun tidak berada

dibawah harga jual (pendapatan > pengeluaran). Tapi tidak jarang pula suatu

usahatani masih memiliki pengeluaran yang sedikit lebih besar dari pada pendapatan

tapi hal ini tidak menjadi alasan untuk mengatakan usahatani lebih sering merugi.

(47)

Pendapatan keluarga yang diperoleh petani pengusaha tanaman hias berasal

dari pendapatan bersih di tambah dengan pendapatan TKDK. Pendapatan keluarga ini

sangat dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dihasilkan, total biaya produksi yang

harus dikeluarkan dan harga jual. Besarnya pendapatan keluarga yang diterima oleh

petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada tabel 14 berikut :

Tabel 14. Rerata Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.

Skala Usaha Per Petani (Rp)

Per Tanaman (Rp)

Per 1000 Tanaman (Rp)

Skala kecil 14.673.037 142.900,10 142.819.662,59

Skala besar 44.459.033 219.512,10 219.475.372,33

Overall 59.132.070 362.412,20 362.295.034,62 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 13).

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa rerata pendapatan keluarga yang

diterima oleh petani tanaman hias terkecil yaitu petani skala kecil yaitu sebesar Rp

14.673.037/petani dan pendapatan keluarga yang terbesar yaitu petani skala besar

yaitu sebesar Rp 44.459.033/petani. Dan secara overall pendapatan keluarga yaitu

sebesar Rp 59.132.070/petani. Hal ini dikarenakan jumlah pendapatan bersih yang

diterima oleh pengusahatani tanaman hias skala kecil lebih sedikit dari pada

pengusahatani skala besar sehingga pendapatan keluarga yang diperoleh juga

berbeda-beda.

Berdasarkan Dinas Pertanian Sumatera Utara, yang menjadi ukuran usahatani

adalah pendapatan bersih bukan pendapatan keluarga. Tapi pendapatan keluarga juga

dapat menjadi ukuran usahatani jika tenaga kerja yang digunakan oleh suatu usahatani

hanya memakai tenaga kerja dari dalam keluarga saja. Jadi dapat dikatakan bahwa

pada daerah penelitian yaitu Desa Bangun Sari yang menjadi ukuran usahataninya

(48)

keluarga suatu usahatani tanaman hias akan dapat mempengaruhi kehidupan suatu

keluarga yang hanya bergantung pada usahatani tanaman hias tersebut.

Analisis Uji Beda Rata-Rata

Analisis uji beda rata-rata pada usahatani tanaman hias skala kecil dan skala

besar dapat dilihat pada tabel 15 berikut :

Tabel 15. Analisis Uji Beda Rata-Rata Usahatani Tanaman Hias Pada Skala Kecil dan Skala Besar, Tahun 2007.

Uraian Skala Kecil

(49)

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata biaya produksi dan curahan tenaga

kerja pada usahatani tanaman hias maka diperoleh nilai hitung = …..dengan nilai

t-tabel = …..sehingga keputusan hipotesis 1 dan 2 adalah H1 diterima pada tingkat

kepercayaan 95%, artinya terdapat perbedaan nyata antara biaya produksi dan curahan

tenaga kerja usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh factor-faktor perbedaan lain. Sedangkan uji beda rata-rata

antara penerimaan dan pndapatan bersih usahatani tanaman hias di peroleh nilai

t-hitung = ……dengan t-tabel = …..sehingga keputusan hipotesis 3 dan 4 adalah H1

diterima pada tingkat kepercayaan 95%, artinya terdapat perbedaan nyata antara

penerimaan dan pendapatan bersih usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala

besar sedangkan sisanya dipengaruhi oleh factor-faktor perbedaan lainnya.

Dari hasil analisis uji beda antara biaya produksi dan tenaga kerja dengan

penerimaan dan pendapatan besih diperoleh nilai hitung yang………dimana nilai

t-hitung biaya produksi dan tenaga kerja sebesar……sedangkan penerimaan dan

pendapatan bersih sebesar……Nilai t-hitung…….lebih……daripada…..karena pada

daerah penelitian masih banyaknya para petani tanaman hias yang lebih

memperhatikan produksi daripada produktivitas kerja sehingga masih banyak pula

para tenaga kerja yang memiliki pembagian kerja yang lebih dari 1, artinya 1 orang

pekerja memiliki beberapa pembagian kerja dengan upah yang relative sedikit. Nilai

t-tabel diperoleh dari rumus sebagai berikut : Jumlah Sampel – Jumlah Variabel – 1

:

: …… t-tabel ke….=

Menurut dinas pertanian, produktivitas kerja sangat diperlukan untuk

membantu menentukan rendabilitas suatu perusahaan guna melakukan persesuaian

(50)

terdapat penggunaan kerja yang berlebihan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Produktivitas kerja dapat ditingkatkan dengan penggunaan alat dan mesin pertanian.

Produktivitas kerja dapat diukur dengan standard-standard produktivitas yaitu

kemampuan seseorang untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan tertentu dalam

jangka waktu tertentu pula. Di Indonesia, untuk meperoleh data tentang produktivitas

belum banyak di lakukan, karena disesuaikan dengan lingkungan tempat kerja dan

keadaan pasar yang sering melakukan persaingan usaha. Jadi untuk dapat

mengefisienkan antara produksi dan produktivitas kerja sangat diperlukan

keseimbangan dalam penggunaannya.

Jika para petani tanaman hias dapat menekan biaya produksi serendah

mungkin dan menyesuaikan penggunaan tenaga kerja maka penerimaan dan

pendapatan usahatani pun akan sesuai dengan apa yang telah dikorbankan dan

usahataninya pun akan dapat dikatakan sukses dengan tidak lupa untuk

memperhatikan mutu produk yang baik dan bagus sehingga dapat diekspor keluar

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasilpenelitian pada usahatani tanaman hias di Desa Bangun Sari

Kecamatan Tanjng Morawa Kabupaten Deli Serdang, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan biaya produksi pada usahatani tanaman hias antara skala

kecil dan skala besar, dimana rerata biaya produksi skala kecil sebesar Rp

884.500/petani dan skala besar sebesar Rp 2.691.500/petani.

2. Terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pada usahatani tanaman hias antara

skala kecil dan skala besar, dimana rerata curahan tenaga kerja skala kecil

sebesar 7,35/HKP (TKDK) dan 2,12/HKP (TKLK) sedangkan skala besar

8,55/HKP (TKDK) dan 3,44/HKP (TKLK).

3. Terdapat perbedaan penerimaan pada usahatani tanaman hias antara skala kecil

dan skala besar, dimana rerata penerimaan skala kecil sebesar Rp

15.557.500/petani, dan skala besar sebesar Rp 47.150.500/petani.

4. Terdapat perbedaan pendapatan bersih pada usahatani tanaman hias antara skala

kecil dan skala besar, dimana rerata pendapatan bersih skala kecil sebesar Rp

14.673.000/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.000/petani.

Sedangkan perbedaan rerata pendapatan keluarga antara skala kecil dan skala

besar yaitu skala kecil sebesar Rp 14.673.037/petani dan skala besar sebesar Rp

(52)

Saran

1. Kepada petani disarankan agar lebih memahami keadaan pasar khususnya

pasar tanaman hias sehingga dapat bersaing dan dapat menjadikan produk

tanaman hias lebih disenangi dan terkenal ke luar negeri dan lebih intensif lagi

dalam berusahatani tanaman hias agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik

lagi.

2. Kepada pemerintah agar dapat memberikan bantuan berupa pemberian pupuk

bersubsidi kepada petani yang membutuhkan sehingga tidak ada lagi

permasalahan mengenai keterbatasan pupuk bagi petani.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini lebih baik

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A.Ir.Prof., 1982, Ilmu Usahatani, Penerbit Alumni, Bandung.

Boediono, 1984, Synopsis Teori Ekonomi I, Ekonomi Mikro, UGM, yoyakarta.

Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2005, Laporan Tahunan, Medan.

Dinas Pertanian Deli Serdang, 2005, Laporan Tahunan, Lubuk Pakam.

Mosher, A.T., 1987, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Cetakkan II,

C.V.Yasaguna, Jakarta.

Nazaruddin, 1999, Palem Hias, Penebar Swadaya, Jakarta.

Nugroho, B.A., 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS,

Penerbit Andi, Yogyakarta.

Rahardi, F., 1997, Bercocok Tanam Dalam Pot, Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R, 1997, Anthurium, Seri Tanaman Hias, Kanisius, Yogyakarta.

Simanjuntak, R.H., 1996, Budidaya tanaman hias Suplir, Penerbit Ghratara, Jakarta.

Singarimbun, M dan Effendi, S., 1987, Metode Penelitian Survei, LP3ES,

Yogyakarta.

Soekartawi, 1995, Analisis Usahatani, UI PRESS, Jakarta.

Soekartawi, 1996, Manajemen Agribisnis Bunga Potong, UI PRESS, Jakarta.

1999, Agribisnis teori dan Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara di Setiap Kabupaten/Kota,
Tabel 3. Luas Tanaman Hias di Kecamatan Tanjung Morawa di Setiap Desa, Tahun 2004/2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Input dan Output dari usahatani mencakup biaya dan hasil biaya pada usaha pertanian umumnya adalah biaya produksi yang meliputi biaya investasi, yaitu : biaya yang digunakan

Daerah penelitian ditentukan secara purpossive dengan dasar pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat pengusaha usahatani Anthurium Gelombang Cinta dengan jumlah

Untuk itu maka perlu dilakukan pengujian parsial (Uji-t).Dari hasil pengujian parsial (Uji-t), dapat diketahui bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh yang lebih

Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa total biaya produksi, penerimaan usahatani tanaman hias anggrek lebih besar dari pada usahatani tanaman hias anthurium, usahatani

Dari hasil analisis koefisien determinan diperoleh nilai R Adjusted Square (R²) sebesar 0,526hal ini berarti 52,6% variabel Kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala berkat yang telah dianugerahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis pengaruh usaha tanaman hias (modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida) terhadap pendapatan petani di

Untuk itu maka perlu dilakukan pengujian parsial (Uji-t).Dari hasil pengujian parsial (Uji-t), dapat diketahui bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh yang lebih