ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS
( Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang )
SKRIPSI OLEH :
ANGGIA WULANDARI 030304038
SEP-AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS
( Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang )
SKRIPSI
OLEH :
ANGGIA WULANDARI 030304038
SEP-AGRIBISNIS
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, Msi ) ( H.M. Mozard B. Darus, Msc )
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
ANGGIA WULANDARI (030304038 / SEP), dengan judul skripsi
“ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS”. Studi kasus di Desa Bangun Sari,
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
Daerah penelitian ditentukan secara Purposive, dimana Desa Bangun Sari
merupakan salah satu sentra usahatani tanaman hias diKecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang.
Penentuan sampel dilakukan secara Statified Random Sampling. Petani yang
dijaikan sampel adalah petani tanaman hias yang melakukan usahatani tanaman hias
dengan kriteria < 1000 tanaman dan > 1000 tanaman. Populasi sampel sebanyak 165
petani dan diambil sampel sebanyak 30 petani.
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan biaya produksi pada usahatani tanaman hias antara skala
kecil dan skala besar, dimana rerata biaya produksi skala kecil sebesar Rp
884.500/petani dan skala besar sebesar Rp 2.691.500/petani.
2. Terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pada usahatani tanaman hias antara
skala kecil dan skala besar, dimana rerata curahan tenaga kerja skala kecil
sebesar 7,35/HKP (TKDK) dan 2,12/HKP (TKLK) sedangkan skala besar
3. Terdapat perbedaan penerimaan pada usahatani tanaman hias antara skala
kecil dan skala besar, dimana rerata penerimaan skala kecil sebesar Rp
15.557.500/petani, dan skala besar sebesar Rp 47.150.500/petani.
4. Terdapat perbedaan pendapatan bersih pada usahatani tanaman hias antara
skala kecil dan skala besar, dimana rerata pendapatan bersih skala kecil
sebesar Rp 14.673.000/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.000/petani.
Sedangkan perbedaan rerata pendapatan keluarga antara skala kecil dan skala
besar yaitu skala kecil sebesar Rp 14.673.037/petani dan skala besar sebesar
Rp 44.459.033/petani.
5. Tingkat kesejahteraan petani tanaman hias di daerah penelitian termasuk dalam
RIWAYAT HIDUP
Anggia Wulandari lahir di Medan pada tanggal 25 Mai 1984 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda M.Hafidz dan Ibunda Sofia Endria Nst.
Jenjang pendidikan :
1. Tahun 1991, masuk SD Swasta Y.P. Mulia Medan dan tamat tahun 1997.
2. Tahun 1997, masuk SLTP Negeri 4 Medan dan tamat tahun 2000.
3. Tahun 2000, masuk SMU Swasta Angkasa 1 Medan dan tamat tahun 2003.
4. Tahun 2003, diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.
5. Bulan Juni – Juli 2007, melaksanakan PKL di Desa Sambaliang, Kecamatan
Berampu, Kabupaten Dairi.
6. Bulan Oktober – November 2007, melaksanakan penelitian di Desa Bangun
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerahNYA yang selalu menyertai penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
Skripsi ini berjudul “ Analisis Usahatani Tanaman Hias “, sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, Msi sebagai ketua komisi pembimbing. 2. Bapak H.M. Mozard B. Darus, Msc sebagai anggota komisi pembimbing. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, Ms sebagai ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian.
4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, Ms sebagai Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 5. Seluruh Staf pengajar dan pegawai jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
6. Kedua orangtuaku Ayahanda M.Hafidz dan Ibunda Sofia Endria Nst atas kasih
sayang, kesabaran, pengorbanan moril dan materiil, dorongan dan doa yang
tidak henti-hentinya kepada penulis.
7. Adikku Ade Ira Sabrina dan seluruh teman-teman di jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian yang telah banyak memberi doa, dorongan dan bantuan selama ini.
8. Bapak/Ibu kepala Desa dan sekretaris desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang.
9. Para responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini atas bantuan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih dan kiranya dapat bermanfaat.
Medan, Juli 2008
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN ……… i
RIWAYAT HIDUP ……… ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI……… iv
DAFTAR TABEL……… vi
DAFTAR GAMBAR………... vii
DAFTAR LAMPIRAN………... viii
PENDAHULUAN……… 1
Latar Belakang……….. 1
Identifikasi Masalah……….. 6
Tujuan Penelitian………... 7
Kegunaan Penelitian……….. 7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,……… 8
DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka……… 8
Landasan Teori……….. 10
Kerangka Pemikiran……….. 13
Hipotesis Penelitian………... 15
METODOLOGI PENELITIAN……… 16
Metode Penentuan Daerah Penelitian dan Sampel………... 16
Metode Analisis Data………... 16
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN………. 20
KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian……… 20
Karakteristik Petani Sampel……… 24
HASIL DAN PEMBAHASAN……… 27
Perbedaan Biaya Produksi dan Komponen-komponen Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias……….. 27
Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias………. 30
Perbedaan Penerimaan Usahatani Tanaman Hias……….. 32
Perbedaan Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias……….. 33
Perbedaan Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias……….. 35
Analisis Uji Beda Rata-Rata Usahatani Tanaman Hias………. 36
KESIMPULAN DAN SARAN………. 39
Kesimpulan………. 39
Saran……… 40
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara Setiap Kabupaten/Kota……… 4
2. Luas Tanaman Hias Kabupaten Deli Serdang Setiap Kecamatan……… 5
3. Luas Tanaman Hias Kecamatan Tanjung Morawa Setiap Desa………. 5
4. Sampel Petani Pada Masing-masing Strata………. 16
5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa……… 21
Bangun Sari 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa……….. 22
Bangun Sari 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa……… 22
Bangun Sari 8. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa……… 23
Bangun Sari 9. Sarana dan Prasarana di Desa Bangun Sari………... 24
10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bangun Sari……… 25
11. Rerata Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Usahatani……….. 27
Tanaman Hias di Desa Bangun Sari 12. Rerata Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias di……….. 30
Desa Bangun Sari 13. Rerata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari………. 32
14. Rerata Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias di……… 33
Desa Bangun Sari 15. Rerata Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias di……… 35
Desa Bangun Sari 16. Analisis Uji Beda Rata-rata Usahatani Tanaman Hias di………. 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran……….. 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara Setiap Kabupaten/Kota………. 4
2. Luas Tanaman Hias Kabupaten Deli Serdang Setiap Kecamatan………. 5
3. Luas Tanaman Hias Kecamatan Tanjung Morawa Setiap Desa……… 5
4. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tanaman Hias,……….………... 43
5. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per Petani……… 44
6. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman……….. 45
7. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman………. 46
8. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman………… 47
9. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per Petani…………... 48
10. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman…… 49
11. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Petani……… 50
12. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman……….. 51
13. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman……… 52
14. Penerimaan Usahatani Tanaman Hias……… 53
15. Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias………. 54
16. Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias………. 54
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin majunya Ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin tinggi pula
tingkat kepuasan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga
menuntut pendapatan yang tinggi pula. Terutama dalam pemuasan selera dan pola
fikir yang terus meningkat. Begitu halnya dengan kebutuhan akan kesejukan dan
kenyamanan dalam lingkungan tempat tinggal, dimana kebutuhan akan tanaman hias
juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga situasi ini juga dapat dimanfaatkan
oleh para produsen maupun pedagang tanaman hias untuk menjual tanaman hiasnya
yang banyak dicari oleh konsumen.
Salah satu cara untuk meningkatkan persaingan antar pedagang tanaman hias
adalah dengan melakuka reorientasi sistem usahatani dari sistem tradisional menuju
sistem agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan, dan
terdesentralisasi dari tingkat hulu ( penyediaan sarana produksi ) ke tingkat hilir
(penanganan pasca panen dan pemasarannya). Penerapan sistem agribisnis akan
mendorong partisipasi aktif petani dalam menerapkan teknologi inovatif secara
dinamis untuk menghasilkan produk-produk tanaman hias berdaya saing tinggi,
sehinga petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, kesejahteraan yang
Untuk menghasilkan produk tanaman hias yang bersaing tinggi maka
diperlukan cara untuk mempetinggi kuantitas dan kualitas dari tanaman hias tersebut
secara rasional, efisien dan ekonomis, serta dalam hal penataan pertanaman
(Cropping System) yaitu cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang
diusahakan pada sebidang tanah selama jangka waktu tertentu.
Pada tanaman bunga Melati memerlukan kelembaban udara yang sedang
hingga tinggi, pemupukan dapat dilakukan dalam waktu 2 minggu sekali dan untuk
perbanyakannya dapat dilakukan dengan cara stek pucuk tanaman tersebut. Bunga
Melati ini merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang mempunyai bentuk
bunga yang hanya terdiri dari 4-5 kelopak bunga dengan warna bunga putih dan
memiliki wangi yang khusus. Nilai jual bunga Melati ini termasuk stabil dalam arti
tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah sehingga para penggemar bunga ini
dapat terus memperolehnya.
Bunga Krisan memiliki komposisi bunga yang sangat menarik, karena sengaja
diciptakan dengan memberi perlakuan khusus agar diperoleh bunga yang indah dan
memiliki kelopak bunga yang banyak. Kelembaban udara yang diperlukan antara
sedang sampai tinggi, suhu idealnya 20-21ºC. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali
untuk jenis tanaman hias berbunga dan perbanyakkan juga dapat dilakukan dengan
cara stek pucuk dan melalui biji.
Anthurium merupakan jenis tanaman hias yang pada tahun 2005 lalu menjadi
primadona dikalangan penggemar Anthurium. Jenis Anthurium ini ada beberapa jenis
dengan nilai jual yang tinggi dan bervariasi juga, jenis yang paling digemari antara
lain Supernova, Jenmanii, Gelombang Cinta, Keris Jumbo, Corong Filipine, dan
Hurry Black. Perbanyakkannya dapat dilakukan dengan cara biji (generative) dan stek
± 3 m dengan jumlah daun lebih dari 30 lembar daun dan jumlah tongkol bunga yang
bisa mencapai 10 tongkol bunga. Dengan kelembaban yang sedang, Anthurium dapat
dikatakan sebagai jenis tanaman hias daerah tropis dan merupakan tanaman hias asli
dari Indonesia.
Tanaman hias Palem memiliki kelembaban yang sedang hingga tinggi dengan
cara perbanyakkan dapat melalui anakan. Jenis tanaman Palem yang paling banyak di
minati yaitu jenis Palem Botol karena bentuknya yang hampir menyerupai botol,
tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias di pinggir jalan dan juga sebagai
tanaman di taman kota. Walaupun banyak digunakan sebagai tanaman hias di kota,
Palem juga memiliki kelebihan lain pada buahnya yang dapat digunakan sebagai obat.
Heliconia merupakan jenis tanaman hias yang mirip dengan pohon pisang, tapi
Heliconia dapat dibedakan dengan tanaman pisang-pisangan lainnya dengan adanya
bunga pada ujung tanaman tersebut yang warna bunganya berbeda-beda dan bentuk
daun yang lebih melebar. Tanaman ini memiliki kelembaban yang sedang hingga
tinggi dengan pemupukan yang sama untuk jenis tanaman berbunga yaitu 2 minggu
sekali dan perbanyakkan juga melalui anakan atau umbi.
Anggrek merupakan bunga yang banyak keunggulannya mulai dari warna
bunga, untaian sempurna, ukuran dan wilayah penyebaran yang cukup luas sehingga
dapat disebut sebagai bunga puspa pesona. Jenis Anggrek yang paling diminati yaitu
Anggrek Bulan, Anggrek Menur, Anggrek Terbang, dan Anggrek Wulan. Anggrek
juga dapat diperbanyak dengan cara perkawinan silang dengan tanda munculnya
bunga selama 1 bulan dan pemupukan dilakukan 2 minggu sekali.
Usahatani tanaman hias baik tanaman berbunga maupun yang tidak berbunga
pada tahun 2005 luasnya mencapai 209.409 Ha. Dengan jenis tanaman hias yang
Krisan, Melati, dan Palem. Dari ke-6 jenis tanaman hias ini yang paling luas adalah
jenis Anggrek yakni 43.201 Ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara di Setiap Kabupaten/Kota, Tahun 2004/2005.
Kab/Kota Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh
Medan 12489 485 1230 210 9443 1290 32437
Langkat 1983 0 18 15 248 251 2766
D.Serdang 5725 45 1165 53 743 4835 17401
Simalungun 1793 2180 3627 110 3220 2218 15366
Karo 3250 0 0 120250 0 0 123500
Asahan 1077 3 53 60 206 362 2123
L.Batu 34 6 0 6 0 0 46
T.Utara 10032 9370 177 550 136 14 20293
T.Tengah 15 0 0 0 0 3 21
Jumlah 43201 12150 6728 121965 15796 9569 224978
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, Medan 2007.
Dari tabel di atas diperoleh daerah penelitian di Kabupaten Deli Serdang
karena di daerah tersebut terdapat usahatani tanaman hias dari ke-6 jenis tanaman hias
tersebut dan merupakan sentra jual beli produk tanaman hias tersebut sehingga
kabupaten ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan tanaman
hias di Sumatera Utara. Sedangkan di kota Medan, umumnya hanya melakukan jual
belinya saja tanpa ada cara bercocok tanamnya.
Di daerah Kabupaten Deli Serdang terdapat beberapa Kecamatan yang
berusahatani tanaman hias. Kecamatan yang paling luas usahatani tanaman hias
terdapat pada Kecamatan Tanjung Morawa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 di
Tabel 2. Luas Tanaman Hias di Kabupaten Deli Serdang di Setiap Kecamatan, Tahun 2004/2005.
Kecamatan Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh
L.Pakam 466 0 165 0 85 385 1101
Sumber : Dinas Pertanian Lubuk Pakam, Tahun 2007.
Di daerah Kecamatan Tanjung Morawa terdapat beberapa desa yang
berusahatani tanaman hias. Desa yang paling luas usahatani tanaman hiasnya terdapat
di Desa Bangun Sari, seperti yang yang tercantum pada Tabel 3 berikut ini
Tabel 3. Luas Tanaman Hias di Kecamatan Tanjung Morawa di Setiap Desa, Tahun 2004/2005.
Desa Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh
Tj.Mulia 35 0 20 0 25 30 110
Sumber : Dinas Pertanian Lubuk Pakam, Tahun 2007.
Usahatani tanaman hias ini dapat dibagi 2 yaitu usahatani skala kecil dan
usahatani skala besar. Bagaimana perbedaan jumlah biaya produksi, pencurahan
tenaga kerja, jumlah penerimaan, jumlah pendapatan bersih, dan jumlah pendapatan
keluarga per petani antara skala kecil dan skala besar belum diketahui. Hal inilah yang
menyebabkan perlunya dilakukan penelitian.
Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang telah disinggung masalah penelitian ini, maka dapat
diientifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan biaya produksi usahatani tanaman hias antara skala
kecil dan skala besar per petani?
2. Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja usahatani tanaman hias antara
skala kecil dan skala besar per petani?
3. Bagaiamana perbedaan penerimaan Usahatani Tanaman Hias antara skala
kecil dan skala besar per petani?
4. Bagaimana perbedaan pendapatan bersih dan keluarga usahatani tanaman hias
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menjawab identifikasi masalah yang telah
disebutkan di atas, sbagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi usahatani tanaman hias antara
skala kecil dan skala besar.
2. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja usahatani tanaman hias
antara skala kecil dan skala besar.
3. Untuk mengetahui perbedaan penerimaan usahatani tanaman hias antara skala
kecil dan skala besar.
4. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan bersih dan keluarga antara skala
kecil dan skala besar.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk :
1. Sebagai bahan informasi untuk dapat membantu petani tanaman hias dalam
mengelola usahataninya agar lebih efisien.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam menentukan strategi
pembinaan petani tanaman hias.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Berkembangnya suatu usahatani sangat bergantung pada syarat pokok atau syarat mutlak (essential). Tanpa salah satu dari syarat berikut maka tidak akan ada
pembangunan usahatani. Adapun syarat pokok ini adalah :
1. Pasaran untuk hasil usahatani
2. Tekhnologi yang selalu berubah
3. Tersedianya input produksi
4. Perangsang produksi bagi petani
5. Pengangkutan
Selain syarat mutlak, untuk mempercepat pembangunan usahatani diperlukan
faktor-faktor pelancar (accelerators factors) sebagai berikut :
1. Pendidikan pembangunan
2. Kredit produksi
3. Group action petani
4. Perbaikan dan perluasan lahan pertanian
5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian (Mosher, A.T.,1987).
Usahatani tanaman hias memproduksikan hasil yang tergolong pada keindahan
alam. Permintaan akan hasil tanaman hias ini masih belum banyak karena kurangnya
kemampuan daya beli penggemarnya (Simanjuntak, 1996).
Bila di luar negri untuk mengembangkan tanaman hias memerlukan rumah
kaca, maka di Indonesia tidak demikian. Hal ini akan memungkinkan untuk
mampu merealisasikan ekspor dari hasilnya. Hal ini karena tekhnologi yang masih
rendah karena investasi yang masih rendah juga (Nazaruddin, 1999).
Orang yang menanam tanaman hias menurut tujuannya dapat dibagi menjadi
dua yaitu orang yang bukan atau tidak bertujuan bisnis dan orang yang bertujuan
bisnis. Orang yang bukan bertujuan bisnis tidak memerlukan analisis biaya dan
pendapatan dalam kegiatannya. Orang yang bertujuan bisnis termasuk usahatani
tanaman hias membutuhkan analisis biaya produksi dan pendapatan dalam
kegiatannya (Rukmana,R.,19997).
Dalam analisis biaya produksi terdapat beberapa komponen yang perlu
diketahui. Sehingga komponen tersebut dapat diperhitungkan dalam bisnis tanaman
hias. Komponen yang dimaksud adalah penggunaan pupuk, pestisida, dan jumlah
bibit yang dipakai. Besar kecilnya pemakaian pupuk dapat mempengaruhi
produktivitas dari produksi tanaman hias. Penggunaan pupuk majemuk lebih sering
digunakan karena leih praktis, hemat biaya, waktu, dan tenaga. Pemberian dosis
pupuk sangat perlu diperhatikan agar tepat sasaran dimana pupuk dapat terbagi atas
pupuk akar dan pupuk daun. Penggunaan pupuk disesuaikan dengan jenis tanaman
agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakkan pada tanaman,
penambahan garam tanah dan kerugian bagi petani (Adiwilaga, 1982).
Penggunaan pestisida dapat disesuaikan dengan jenis hama penyakit yang ada
pada tanaman hias, seperti :
- akarisida : untuk membunuh tungau/kutu
- bakterisida : untuk membunuh bakteri
- fungisida : untuk memberantas jamur
- insektisida : untuk membunuh serangga
- nematisida : untuk membunuh cacing
- nodentisida : untuk membunuh binatang pengerat
dan juga berdasarkan PH tanah sebagai media tanam. Penggunaan pestisida tidak
boleh dilakukan sembarangan, hanya dapat dilakukan pada keadaan tertentu saja.
Penggunaan dosis pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan rusaknya lingkungan
dan pemborosan sedangkan penggunaan dosis yang terlalu sedikit pun dapat
menyebabkan timbulnya kekebalan pada tanaman hias. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyemprotan pestisida pada tanaman hias khususnya yaitu
keadaan angin, suhu udara, kelembaban dan curah hujan (Soekartawi, 1996).
Selain pupuk dan pestisida, jumlah bibit pun perlu diketahui agar dapat
diperkirakan berapa besar dan kecilnya jumlah produksi yang akan dipasarkan.
Umumnya permintaan terhadap produk usahatani tanaman hias selalu mengalami
pasang surut. Jika diatasi dengan cara memperkirakan jumlah produksi dengan
permintaan pasar maka tidak akan terjadi kelebihan prouksi tapi jika tidak
diperkirakan maka para petani akan melakukan cara terakhir yaitu menurunkan harga
di bawah harga pasar sehingga bisa disebut rugi bagi petani (Rahardi, 1997).
Landasan Teori
Menurut Mosher (1987) usahatani pada dasarnya adalah tanah. Usahatani
dapat sebagai suatu cara hidup (a way of life). Jenis ini termasuk usahatani untuk
memenuhi kebutuhan sendiri atau subsisten dan primitive. Jenis usahatani seperti ini
pada saat sekarang sudah langka ditemui. Pada saat sekarang pada umumnya jenis
usahatani yang termasuk perusahaan (the farm business). Setiap petani pada
hakekatnya menjalankan perusahaan pertanian di atas usahataninya. Itu merupakan
dijual kepasar atau untuk dikonsumsi sendiri oleh keluarganya. Usahatani tanaman
hias yang bertujuan ekonomis termasuk usahatani perusahaan.
Dalam menjalankan suatu usahatani, petani memerlukan sejumlah biaya. Biaya
usahatani adalah nilai dari semua yang di korbankan (input) ekonomis yang
diperlukan, yang dapat diukur. Biaya produksi ini terdiri dari :
1. Sarana produksi yang habis terpakai
2. Bunga modal
3. Sewa tanah (lahan)
4. Alat produksi yang tahan lama
5. Tenaga kerja
6. Upah (fee) pengelola
(Soekartawi, 2002).
Sarana produksi yang habis terpakai misalnya: bibit, pupuk, dan pestisida.
Biaya bunga modal (interest) adalah bunga modal yang digunakan untuk usahatani
sebesar bunga uang di bank. Baik modal sendiri atau modal pinjaman (kredit)
diperhitungkan biaya bunga modal. Biaya tanah (lahan) adalah sewa yang akan
diterima jika tanah tersebut disewakan kepaa orang lain. Tanah adalah faktor produksi
yang tidak aus, bahkan nilai tanah semakin lama semakin naik. Karena itu
diperhitungkan biaya sewa tanah, baik tanah milik sendiri maupun dikontrakkan.
Biaya produksi yang tahan lama dihitung melalui biaya penyusutan. Biaya ini
bergantung pada nilai pembelian alat dan jangka usia ekonomis alat (oleh juga
diperhitungkan nilai sisa alat itu). Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tenaga kerja
dalam keluarga (TKDK) dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya atau
upah tenaga kerja dihitung atas dasar biaya yang seharusnya dibayarkan menurut
1. Seorang pria dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 1 HKP
2. Seorang wanita dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 0,8 HKP
3. Seorang anak dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 0,5 HKP
Upah pengelola adalah upah seorang petani dalam mengelola usahataninya (bukan
upah tenaga kerja fisiknya). Petani mengorganisasikan, memimpin, mencatat dalam
menjalankan usahataninya, dan ini patut diberikan sejumlah upah (Soekartawi, 1995).
Ilmu usahatani termasuk dalam ilmu ekonomi mikro. Dalam ekonomi mikro
dikenal konsep biaya sebagai berikut :
1. Biaya Total (Total Cost = TC) adalah seluruh pengorbanan dalam proses
produksi untuk menghasilkan produk (output).
2. TC adalah jumlah biaya variabel (Variabel Cost = VC) ditambah biaya tetap
(Fixed Cost =FC), atau TC = VC + FC.
3. VC adalah biaya yang beubah-ubah jumlahnya bergantung pada jumlah
output.
4. FC adalah biaya yang tetap jumlahnya (dalam jangka pendek) walaupun
berubah jumlah output.
5. Biaya Total Rata-Rata (Average Cost = AC) adalah jumlah TC dibagi dengan
jumlah output atau AC = TC/Y.
6. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variabel Cost = AVC) adalah jumlah VC
dibagi dengan jumlah output atau AVC = AC/Y.
7. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost =AFC) adalah TC dibagi dengan
Dari sisi output, penerimaan dan pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Penerimaan Total (Total Revenue = TR) adalah jumlah output dikalikan harga jual
atau TR = Y x Py, Penerimaan Rata-Rata (Average Revenue = AR) adalah TR
dibagi Y atau AR= TR/Y.
2. Pendapatan Bersih (Net Income= NI) adalah TR-TC, NI Rata-Rata adalah
pendapatan bersih dibagi jumlah output atau NI/Y (Soekartawi, 1995).
Khusus dalam usahatani dikenal pendapatan keluarga (Family Income = FI) yaitu
pendapatan bersih ditambah biaya tenaga kerja keluarga atau FI = NI + Upah TKDK.
Kerangka Pikiran
Biaya produksi yang dikorbankan oleh usahatani skala kecil maupun skala
besar belum dapat ditentukan skala mana yang lebih kecil dan skala mana yang lebih
besar, mungkin terdapat perbedaan yang nyata. Sedangkan pencurahan tenaga kerja
antara usahatani skala kecil dan skala besar per petaninya juga belum ditentukan mana
yang lebih kecil dan mana yang lebih besar yang menyebabkan adanya perbedaan
antara keduanya. Jumlah biaya produksi dan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per
petaninya bergantung pada tingkat efisiensi pengunaan biaya dan tenaga kerja pada
kedua skala tersebut.
Jumlah output usahatani skala kecil dan skala besar per petani belum diketahui
mungkin terdapat perbedaan. Demikian juga halnya dengan jumlah penerimaam dan
jumlah pendapatan usahatani skala kecil dan skala besar juga belum dapat diketahui.
Jumlah output ini bergantung pada jumlah biaya dan tenaga kerja yang dikorbankan.
Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah output dan harga jual.
Kerangka pikiran di atas dapat disajikan dengan skema sebagai berikut :
Usahatani Tanaman Hais
Skala
Kecil
Skala Besar
Per Petani :
1.Biaya Produksi
2.CurahanTenagaKerja
3.Jumlah Penerimaan
4.Jumlah Pendapatan
PERBEDAAN NYATA
Gambar : Skema Kerangka Pikiran
Hubungan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikiran yang telah diuraikan dapat
dirumuskan beberapa hipotesis yang akan diuji secara empiris. Adapun hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan nyata biaya produksi antara usahatani skala kecil dan
skala besar per petani.
2. Terdapat perbedaan nyata curahan tenaga kerja antara usahatani skala kecil
dan skala besar per petani.
3. Terdapat perbedaan nyata jumlah penerimaan antara usahatani skala kecil dan
skala besar per petani.
4. Terdapat perbedaan nyata jumlah pendapatan bersih dan pendapatan keluarga
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah dan Sampel Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Terpilihnya desa tersebut
karena di desa itu banyak yang berusahatani tanaman hias termasuk ke-6 komoditi
tanaman hias tersebut yang akan diteliti di desa itu.
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani tanaman
hias. Besar populasi (the size of population) adalah 165 petani, yang terdiri dari petani
berusahatani skala kecil dan berusahatani skala besar. Pemilihan petani sampel adalah
dengan Stratified Random Sampling dengan besar sampel (the size of sample) adalah
30 petani (n = 30). Dengan besarnya n = 30 maka sudah termasuk the large sample
dan rumus uji t sudah dapat digunakan. Adapun besar sampel masing-masing strata
adalah sebagai berikut :
Skala Usahatani Kriteria Populasi Sampel
Skala Kecil < 1.000 tanaman 108 petani 20 petani Skala Besar > 1.000 tanaman 57 petani 10 petani
Jumlah - 165 petani 30 petani
(Singarimbun, 1987).
Metode Analisis Data
Pengumpulan data dengan teknik wawancara terhadap petani sampel dengan
memakai daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah selesai
data dikumpulkan, lalu dilanjutkan dengan ditabulasi. Dari data yang telah ditabulasi
maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t. Semua hipotesis
_ _
X 1 – X 2 t-h = ∂√ /n 1 + /n 2 Rumus t-test :
∂ = √ n1s1² + n2s2² n1 + n2 -2
X1 = rata-rata dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih,
pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala besar = ∑X1/n1.
X2 = rata-rata dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih,
pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala kecil = ∑X2/n2.
S1 = varians dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih, pendapatan
keluaga per petani dari usahatani skala besar.
S2 = varians rata-rata dari biaya total, tenaga kerja. Penerimaan, pendapatan bersih,
pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala kecil.
n1 = besar sampel X1, n2 = besar sampel X2
t-h = nilai t-hitung
∂ = standard deviasi sampel
Pengambilan keputusan :
Ho = tidak ada perbedaan nyata
H1 = terdapat perbedaan nyata
Bila t-h < t-tabel 5%/2 maka Ho ditolak
Bila t-h > t-tabel 5%/2 maka H1 diterima
Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dibuat definisi dan
batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Usahatani tanaman hias adalah sistem budidaya yang mengusahakan tanaman
hias mulai dari budidaya sampai panen atau penjualan dengan berupaya untuk
memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin.
2. Jenis tanaman yang dominan diusahakan oleh seluruh petani pengusaha adalah
Anggrek, Anthurium, Heliconia, Krisan, Melati, dan Palem.
3. Skala usaha adalah usahatani tanaman hias berdasarkan banyaknya jumlah
tanaman hias yang diusahakan oleh petani sampel.
4. Petani sampel adalah petani yang menanam beberapa jenis tanaman hias
didaerah penelitian.
5. Produksi usahatani tanaman hias adalah hasil dari usahatani tanaman hias
dalam bentuk segar yang dihitung berdasarkan jumlah tanaman.
6. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani selama proses
produksi berlangsung sampai siap dipasarkan.
7. Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan yang diperoleh petani dari hasil
usahatani dikurangi produksi.
8. Pendapatan tenaga kerja keluarga adalah selisih antara penerimaan dengan
seluruh biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja baik dari dalam maupun luar
9. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga
petani yaitu suami, istri, anak, maupun orang lain yang menjadi tanggungan
keluarga.
10. Biaya tetap adalah biaya yang relative jumlahnya dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
11. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang didapat.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang.
2. Waktu penelitin adalah pada bulan Oktober tahun 2007.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa
Desa Bangun Sari berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 1059,97 Ha. Jumlah penduduk
yang ada di desa Bangun Sari ini berjumlah 8796 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk rata-rata 8,35 jiwa/Ha.
Daerah ini berada pada ketinggian 30 m di atas permukaan laut, banyaknya
curah hujan rata-rata 1500-2500 mm/tahun.
Desa Bangun Sari berjarak 3,5 Km dari ibukota Kecamatan Tanjung Morawa
dan 16 Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang. Dilihat dari jarak antara desa
dengan ibukota kecamatan relative dekat, maka desa tersebut dapat menerima arus
informasi yang berasal dari luar daerah, sehingga akan berpengaruh terhadap
perkembangan dan kemajuan desa.
Adapun batas-batas Desa Bangun Sari adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Limau Manis dan Ujung Serdang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan Ujung
Serdang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bangun Sari Baru
Keadaan Penduduk
Penduduk desa Bangun Sari berjumlah 8796 jiwa dengan jumlah rumah
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Sari,
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kelompokusia produktif (> 15 tahun
– 64 tahun) di Desa Bangun Sari sebanyak 6516 jiwa (74%), sedangkan kelompokusia
tidak produktif sebanyak 2282 jiwa (25,9%). Dengan demikian besarnya depensi ratio
adalah 0,35%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 jiwa produktif akan menanggung
0,35% jiwa yang tidak produktif. Dengan demikian potensi sumber tenaga kerja
masih cukup tersedia.
Desa Bangun Sari merupakan salah satu daerah yang kebanyakkan
penduduknya bermata pencaharian sebagai karyawan swasta. Lebih terperinci dapat
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005.
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah
Jiwa Persentase (%)
1 Pegawai Negeri Sipil 365 10,36
2 ABRI 36 1,02
3 Karyawan Swasta 1587 45,06
4 Wiraswasta/pedagang 871 24,73
5 Tani 567 16,10
6 Pensiunan 96 2,73
Jumlah 3522 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa 45,06% penduduk tertinggi adalah
bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, sedangkan terendah yaitu 1,02%
bermata pencaharian sebagai ABRI. Untuk tani adalah sebesar 16,10%, hal ini
diketahui karena sebagian besar penduduk di Desa Bangun Sari melakukan Usahatani
sebagai pekerjaan sampingan namun tidak sedikit pula yang melakukan usahatani
dapat menghidupi seluruh anggota keluarganya hingga dapat menyelesaikan
pendidikannya.
Adapun keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat
dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
Jiwa Persentase (%)
1 Taman kanak-kanak 378 4,30
2 SD 1757 19,97
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Bangun Sari
yang memiliki tingkat pendidikan rendah rata-rata sebanyak 2.135 jiwa (24,27%),
296 jiwa (3,39%). Dari sini dapat dilihat bahwa umumnya penduduk Desa Bangun
Sari telah banyak yang mengenyam pendidikan menengah.
Penggunaan Tanah
Luas wilayah Desa Bangun Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal
pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, dan untuk sosial budaya. Agar lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Bangun Sari, Tahun 2005.
No. Uraian Jumlah
6 Pekuburan, jalan raya, sekolah, masjid, gereja
25,65 2,42
Jumlah 1059,97 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan kering merupakan
yang terluas yaitu 495 Ha (46,70%). Lahan kering banyak digunakan untuk
perkebunan Negara, padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Lahan yang
digunakan untuk pemukiman 257,32 Ha (24,28%).
Lahan yang digunakan untuk perikanan seluas 6 Ha (0,57%), sedangkan untuk
perkebunan 180 Ha (16,98%), sawah 96 Ha (9,06%). Lahan yang digunakan untuk
pekuburan, jalan raya, sekolah, mesjid,dan gereja seluas 25,65 Ha (2,42%).
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran yng terdapat di suatu daerah akan mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Semakin
perkembangan daerah tersebut. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa
Bangun Sari dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005. No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Perhubungan
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana di
Desa Bangun Sari telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik dibidang
pendidikan, perekonomian, maupun sosial budaya. Akan tetapi untuk bidang
pendidikan di Desa Bangun Sari belum memiliki sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) dan seolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sehingga harus keluar dari desa
tersebut untuk melanjutkan pendidikan setelah selesai SD.
Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian
Yang diambil menjadi variabel karakteristik petani sampel dalam penelitian
ini luas lahan usahatani tanaman hias, jumlah populasi tanaman hias, umur petani,
pendidikan formal yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman
Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. UsahaSkala Kecil Usaha Skala Besar Over All No. Uraian
Rerata Range Rerata Range Rerata Range
1 Luas lahan (Ha)
0,06 0,01-0,09 0,16 0,08-0,40 0,09 0,01-0,40
2 Umur (Tahun)
42,6 35-54 49,10 44-56 44,76 35-56
3 Pendidikan
11,65 5-20 12,50 7-20 11,93 5-20
6 Hasil produksi (populsi)
777,50 250-800 1.325 1.175-1.500 960 250-1.500
Sumber : Data Diolah, Tahun 2007 (Lampiraan 1).
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rerata luas lahan yang digunakan
untuk usahatani tanaman hias adalah 0,09 Ha dengan range 0,01-0,40. Luas lahan ini
tergolong kecil untuk ukuran pertanian. Hal ini dikarenakan pada daerah penelitian
usahatani tanaman hias tidak memerlukan tempat yang luas karena tanamannya dapat
dikelola dalam suatu tempat (pot/polybag dan rak tanaman) dan juga dikarenakan
jumlah tanaman yang tidak terlalu banyak.
Adapun rerata umur petani adalah 44,76 tahun. Umur tersebut masih termasuk
kedalam usia produktif sehingga dapat diartikan bahwa petani pengusaha tanaman
hias masih sangat potensial di dalam mengembangkan usahataninya.
Rerata pendidikan formal yang dimiliki oleh petani pengusaha tanaman hias
adalah 10 tahun. Itu artinya setara dengan tamatan SLTP yang akan melanjutkan
pendidikan SLTA. Pendidikan yang dimiliki petani tersebut termasuk cukup baik
karena pada umumnya petani pengusaha tanaman hias sudah dapat membaca dan
Jumlah tanggungan keluarga oleh setiap petani tanaman hias ini berbeda-beda.
Adapun rerata jumlah tanggungan keluarga petani adalah 5 jiwa. Jumlah tanggungan
ini tergolong kecil karena anak-anak pateni banyak yang sudah dewasa atau bahkan
sudah menikah sehingga tidak lagi menjadi tanggungan petani tanaman hias. Tapi
tidak sedikit juga petani yang hanya memiliki anak yang sedikit.
Pengalaman bertani tanaman hias maksudnya adalah lamanya petani yang
telah mengusahakan tanaman hias pada lahan usahataninya yang dihitung dalam per
tahunnya. Adapun rerata pengalaman bertani para petani tanaman hias adalah 11,93
tahun atau 12 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa petani di desa tersebut telah
cukup berpengalaman dalam berusahatani tanaman hias, tapi ada juga yang baru
beberapa tahun memulai usahatani tanaman hias tersebut.
Hasil produksi yang dimaksud yaitu jumlah tanaman hias yang bisa diproduksi
oleh petani tanaman hias yang kemudian dapat dijual ke konsumen. Rerata hasil
produksi adalah 960 populasi tanaman hias dengan range 250-1500 populasi tanaman
hias dengan jenis tanaman hias yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa
petani tanaman hias di Desa Bangun Sari telah dapat memproduksi dan menjual
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Biaya Produksi dan Komponen-Komponen Biaya Produksi Pada Usahatani Tanaman Hias.
Dalam menjalankan usahataninya petani pengusaha tanaman hias harus
mengeluarkan sejumlah biaya produksi agar dapat diperoleh hasil dari usahatani
tersebut. Biaya produksi yang harus dikeluarkan terdiri dari bibit, pupuk, dan
pestisida. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa biaya produksi yang
harus dikeluarkan oleh petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada tabel 10
berikut :
Tabel 10. Rerata Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Yang Diusahakan di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Komponen
- Bibit 301.750 547,79 547.785,72
- Pupuk 102.750 191,12 191.115,01
- Pestisida 480.000 889,26 889.257,69
Skala Besar
- Bibit 1.126,250 850 850.000
- Pupuk 215.250 162,56 162.558,79
- Pestisida 1.350.000 1.015,34 1.015.343,88
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 2,3,4).
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui besarnya masing-masing komponen
sarana produksi untuk skala kecil dan skala besar. Pada usahatani skala kecil
penggunaan sarana produksi tertinggi terletak pada penggunaan pestisida yaitu
sebesar Rp480.000/petani dan yang terendah pada penggunaan pupuk yaitu sebesar
Rp102.750/petani. Sedangkan pada skala besar penggunaan sarana produksi tertinggi
yaitu pada penggunaan pestisida yaitu sebesar Rp1.350.000/petani dan yang terendah
pada penggunaan pupuk yaitu sebesar Rp215.250/petani. Hal ini terjadi karena pada
petani cukup mahal sedangkan penggunaan pupuk pada skala besar lebih banyak
daripada skala kecil, sedangkan penggunaan pestisida pada skala kecil lebih sedikit
juga dari pada penggunaan pestisida pada skala besar yang disebabkan oleh mahalnya
harga pestisida bagi petani skala kecil sehingga banyak dari petani skala kecil yang
dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman hiasnya hanya secara alami saja tanpa
harus banyak menggunakan pupuk dan pestisida seperlunya saja, dan jumlah
penggunaan bibit untuk skala kecil juga lebih sedikit dari pada penggunaan bibit pada
skala besar.
Perbedaan-perbedaan dalam hal penggunaan jumlah sarana produksi lebih
dikarenakan pada faktor harga dan kepada pengertian masing-masing petani mengenai
bagaimana cara hemat dan praktis dalam merawat dan memelihara tanaman hias.
Sarana produksi yang digunakan oleh petani tanaman hias adalah sebagai berikut :
Skala kecil : - Pupuk : NPK = Rp 4.000,-/Kg Kandang = Rp 3.000,-/Kg
- Pestisida : Antracol = Rp 40.000,-/L
- Bibit = Rp 5.00,-/bibit - Batang = Rp 5.00,-/batang
Skala besar : - Pupuk : NPK = Rp 4.500,-/Kg Kandang = Rp 3.000,-/Kg
- Pestisida : Antracol = Rp 45.000,-/L
- Bibit = Rp 850,-/bibit - Batang = Rp 850,-/batang
Menurut Dinas Pertanian Sumatera Utara, penggunaan pupuk dan pestisida
dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman hias. Penggunaan pestisida disesuaikan
berdasarkan PH tanah sebagai media tanam. Penggunaan pestisida tidak boleh
dilakukan sembarangan, hanya dalam keadaan tertentu saja. Sewaktu menggunakan
pestisida perlu dilakukan keadaan angin yang dapat menyebabkan melayangnya
partikel pestisida ke udara, suhu permukaan tanah yang panas akan menyebabkan
pestisida naik ke atas, kelembaban dan curah hujan yang tinggi dapat mencuci
pestisida yang telah digunakan. Sedangkan untuk penggunaan pupuk disesuaikan
dengan jenis tanaman agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakkan
pada tanaman, penambahan garam tanah dan kerugian bagi petani itu sendiri.
Jumlah produksi atau bibit pada tanaman hias banyak yang menggunakan
batang (stek/sambung) dan bibit, tetapi banyak dari konsumen yang lebih memilih
tanaman hias dari hasil proses stek atau sambung dari pada bibit karena dari hasil stek
atau sambung tanaman hias dapat lebih bagus lagi bentuk dan hasilnya. Sedangkan
para petani lebih banyak memproduksi tanaman hias dari bibit karena mereka tidak
ingin merubah bentuk asli tanaman hias itu dan karena akan lebih banyak lagi biaya
yang harus dikeluarkan.
Di daerah penelitian sendiri masih didapat beberapa petani yang menggunakan
pupuk dan pestisida tidak berdasarkan anjuran penggunaan yang baik, mereka lebih
mengandalkan pengalaman mereka selama berusahatani tanaman hias dan
berdasarkan pengalaman tersebut pula para petani merasa tidak terjadi
keluhan-keluhan yang besar baik untuk diri mereka maupun untuk jenis tanaman hias mereka.
Biasanya produsen langsung berhadapan dengan konsumen dalam menjual
produknya. Harga yang dibayar konsumen sama besarnya dengan yang diterima oleh
produsen. Dengan demikian dari segi harga produsen akan mendapatkan harga yang
wajar dan konsumen merasa puas karena mendapat produk yang segar, bagus dan
- Lingkup pasar / konsumen tidak begitu luas
-
Produsen / petani tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan denganmengolah produk menjadi bentuk lain dengan harga yang lebih baik, serta
tidak dapat meluaskan pasar (terlepas dari profesi sebagai petani / produsen).
Analisis Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam
melaksanakan kegiatan usahatani, karena tanpa adanya tenaga kerja maka proses
produksi tanaman tidakakan berlangsung dengan baik. Tenaga kerja yang digunakan
dalamusahatani tanaman hias adalah tenaga kerja dalam keluarga, akan tetapi jika
pada waktu tertentu terjadi kekurangan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maka
digunakan tenaga kerja upahan yang berasal dari luar keluarga (TKLK).
Besarnya curahan tenaga kerja per petani yang digunakan oleh petani tanaman
hias di Desa Bangun Sari dalam 1 tahun dapat dilihat pada tabel 11 berikut :
Tabel 11. Rerata Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Petani di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Skala Kecil Skala Besar Kegiatan
Pembibitan 1,13 0,04 1,17 1,58 0,30 1,88
Pemeliharaan 1,07 0,24 1,31 1,03 0,44 1,47
Pemupukan 0,90 0,23 1,13 1,15 0,21 1,36
Penyiraman 0,76 0,52 1,28 0,41 0,88 1,29
Total 7,35 2,11 9,46 8,55 3,45 12
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 8 ).
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa sistem usahatani tanaman hias
pada usahatani skala besar yaitu 12 HKP/petani, sedangkan curahan tenaga kerja yang
paling rendah yaitu pada usahatani skala kecil yaitu 9,46 HKP/petani.
Usahatani tanaman hias benyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
dibandingkan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan bahwa petani tanaman
hias di daerah penelitian tidak begitu memerlukan tenaga kerja upahan karena faktor
luas lahan yang tidak besar dan jumlah populasi tanaman yang tidak banyak sehingga
masih bisa dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga saja.
Menurut Dinas Pertanian Sumatera Utara, penggunaan tenaga kerja pada suatu
usahatani sangat diperlukan agar usahatani tersebut dapat berproduksi dengan baik.
Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam mengelola usahatani, cukup atau tidaknya tenaga kerja, sehingga
memerlukan tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK). Bagi pengusaha tanaman hias
yang sudah maju, kebutuhan tenaga kerja dapat lebih besar dan memiliki
penggolongan atau pembagian tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang
dibutuhkam maka semakin besar pula biaya yang diperlukan.
Pada daerah penelitan jumlah tenaga kerja lebih banyak menggunakan tenaga
kerja dalam keluarga karena usahatani tanaman hias petani di Desa Bangun Sari
masih dikategorikan sebagai usahatani kecil dan menengah. Hal ini dikarenakan luas
lahan yang diusahakan petani tanaman hias masih relative kecil sehingga untuk
melakukan kegiatan usahatani tanaman hias masih bisa dilakukan oleh anggota
keluarga petani. Tenaga kerja baik dari dalam maupun luar keluarga yang bekerja,
memimpin, dan mengorganisasikan usahataninya dapat menerima sejumlah upah
sebagai bayaran atas tenaga dan jasa yang telah digunakan.
Penerimaan yang diperoleh petani pengusaha tanaman hias merupakan hasil
dari jumlah produksi tanaman hias dikalikan dengan harga jual setiap tanaman hias.
Besarnya penerimaan yang diterima petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada
tabel 12 berikut :
Tabel 12. Rerata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Skala Usaha Per Petani (Rp)
Per Tanaman (Rp)
Per 1000 Tanaman (Rp)
Kecil 15.557.500 142.100 142.100.000
Besar 47.150.500 210.000 210.000.000
Overall 62.708.000 352.100 352.100.000
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 11).
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa rerata penerimaan yang di terima
oleh petani pengusaha tanaman hias pada skala kecil yaitu sebesar Rp
15.557.500/petani dan pada skala besar yaitu Rp 47.150.500/petani. Secara overall
yaitu sebesar Rp 62.708.000/petani.
Penerimaan usahatani skala kecil lebih rendah dari pada penerimaan skala
besar. Hal ini terjadi karena jumlah produksi, biaya sarana produksi, dan jumlah
tenaga kerja yang digunakan berbeda-beda antar petani, sehingga jumlah
penerimaannya pun juga berbeda-beda. Jumlah penerimaan pada usahatani skala kecil
tidak sebesar penerimaan usahatani pada skala besar, tetapi dari hasil tersebut para
petani sudah merasa cukup karena mereka bisa tetap melanjutkan usahataninya
sampai sekarang dan juga dapat membiayai pendidikan anak-anak mereka.
Tidak jarang pula para petani tanaman hias yang ada di Desa Bangun Sari
dapat menambah koleksi tanaman hiasnya dengan jenis tanaman hias yang cukup
mahal dari hasil penerimaan mereka agar usahatani mereka tidak kalah saing dengan
usahatani-usahatani tanaman hias yang ada di daerah lain.
Pendapatan bersih merupakan pengurangan hasil penerimaan usahatani
tanaman hias dengan seluruh biaya produksi. Dari hasil penelitian di daerah penelitian
diperoleh pendapatan untuk masing-masing skala usahatani pada tabel 13 berikut :
Tabel 13. Rerata Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Skala Usaha Per Petani (Rp)
Per Tanaman (Rp)
Per 1000 Tanaman (Rp)
Skala kecil 14.673.000 140.471,84 140.471.841,59
Skala besar 44.459.000 207.972,10 207.972.097,33
Overall 59.132.000 348.443,94 348.443.938,92 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 12).
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa pendapatan bersih yang
diperoleh petani pengusaha tanaman hias skala kecil lebih rendah yaitu sebesar
Rp14.673.000/petani sedangkan pendapatan bersih usahatani tanaman hias skala besar
lebih besar yaitu sebesar Rp 44.459.000/petani. Secara overall yaitu sebesar Rp
59.132.000/petani. Hal ini terjadi karena jumlah produksi tanaman hias yang
diusahakan petani skala kecil lebih sedikit dari pada usahatani skala besar dengan
harga jual yang jauh berbeda-beda yaitu :
Melati = Rp 15.000-Rp 20.000,-
Palem = Rp 35.000-Rp 40.000,-
Harga yang tertera di atas di hitung berdasarkan ukuran tanaman dan berdasarkan
ukuran wadah tanam yang digunakan yaitu : pot = Rp 5.000,-/pot dan polybag = Rp
12.000,-/Kg.
Di daerah penelitian harga jual masing-masing jenis tanaman hias masih bisa
berubah karena beberapa hal, diantaranya karena antara penjual dan pembeli saling
kenal sebelumnya, karena si pembeli akan membeli tanaman hias yang dimaksud
dengan jumlah yang cukup banyak, dan juga karena beberapa hal lainnya. Harga jual
akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual yang
ditetapkan harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
disamping terpenuhinya pencapaian tujuan usahatani tersebut.
Berdasarkan Dinas Pertanian Sumatera Utara, suatu usahatani yang dikelola
oleh beberapa tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar
keluarga dan mengeluarkan biaya sebagai sarana produksi, maka apa yang harus
diterima oleh petani tersebut dapat memiliki keuntungan ataupun tidak berada
dibawah harga jual (pendapatan > pengeluaran). Tapi tidak jarang pula suatu
usahatani masih memiliki pengeluaran yang sedikit lebih besar dari pada pendapatan
tapi hal ini tidak menjadi alasan untuk mengatakan usahatani lebih sering merugi.
Pendapatan keluarga yang diperoleh petani pengusaha tanaman hias berasal
dari pendapatan bersih di tambah dengan pendapatan TKDK. Pendapatan keluarga ini
sangat dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dihasilkan, total biaya produksi yang
harus dikeluarkan dan harga jual. Besarnya pendapatan keluarga yang diterima oleh
petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada tabel 14 berikut :
Tabel 14. Rerata Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Skala Usaha Per Petani (Rp)
Per Tanaman (Rp)
Per 1000 Tanaman (Rp)
Skala kecil 14.673.037 142.900,10 142.819.662,59
Skala besar 44.459.033 219.512,10 219.475.372,33
Overall 59.132.070 362.412,20 362.295.034,62 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 13).
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa rerata pendapatan keluarga yang
diterima oleh petani tanaman hias terkecil yaitu petani skala kecil yaitu sebesar Rp
14.673.037/petani dan pendapatan keluarga yang terbesar yaitu petani skala besar
yaitu sebesar Rp 44.459.033/petani. Dan secara overall pendapatan keluarga yaitu
sebesar Rp 59.132.070/petani. Hal ini dikarenakan jumlah pendapatan bersih yang
diterima oleh pengusahatani tanaman hias skala kecil lebih sedikit dari pada
pengusahatani skala besar sehingga pendapatan keluarga yang diperoleh juga
berbeda-beda.
Berdasarkan Dinas Pertanian Sumatera Utara, yang menjadi ukuran usahatani
adalah pendapatan bersih bukan pendapatan keluarga. Tapi pendapatan keluarga juga
dapat menjadi ukuran usahatani jika tenaga kerja yang digunakan oleh suatu usahatani
hanya memakai tenaga kerja dari dalam keluarga saja. Jadi dapat dikatakan bahwa
pada daerah penelitian yaitu Desa Bangun Sari yang menjadi ukuran usahataninya
keluarga suatu usahatani tanaman hias akan dapat mempengaruhi kehidupan suatu
keluarga yang hanya bergantung pada usahatani tanaman hias tersebut.
Analisis Uji Beda Rata-Rata
Analisis uji beda rata-rata pada usahatani tanaman hias skala kecil dan skala
besar dapat dilihat pada tabel 15 berikut :
Tabel 15. Analisis Uji Beda Rata-Rata Usahatani Tanaman Hias Pada Skala Kecil dan Skala Besar, Tahun 2007.
Uraian Skala Kecil
Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata biaya produksi dan curahan tenaga
kerja pada usahatani tanaman hias maka diperoleh nilai hitung = …..dengan nilai
t-tabel = …..sehingga keputusan hipotesis 1 dan 2 adalah H1 diterima pada tingkat
kepercayaan 95%, artinya terdapat perbedaan nyata antara biaya produksi dan curahan
tenaga kerja usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh factor-faktor perbedaan lain. Sedangkan uji beda rata-rata
antara penerimaan dan pndapatan bersih usahatani tanaman hias di peroleh nilai
t-hitung = ……dengan t-tabel = …..sehingga keputusan hipotesis 3 dan 4 adalah H1
diterima pada tingkat kepercayaan 95%, artinya terdapat perbedaan nyata antara
penerimaan dan pendapatan bersih usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala
besar sedangkan sisanya dipengaruhi oleh factor-faktor perbedaan lainnya.
Dari hasil analisis uji beda antara biaya produksi dan tenaga kerja dengan
penerimaan dan pendapatan besih diperoleh nilai hitung yang………dimana nilai
t-hitung biaya produksi dan tenaga kerja sebesar……sedangkan penerimaan dan
pendapatan bersih sebesar……Nilai t-hitung…….lebih……daripada…..karena pada
daerah penelitian masih banyaknya para petani tanaman hias yang lebih
memperhatikan produksi daripada produktivitas kerja sehingga masih banyak pula
para tenaga kerja yang memiliki pembagian kerja yang lebih dari 1, artinya 1 orang
pekerja memiliki beberapa pembagian kerja dengan upah yang relative sedikit. Nilai
t-tabel diperoleh dari rumus sebagai berikut : Jumlah Sampel – Jumlah Variabel – 1
:
: …… t-tabel ke….=
Menurut dinas pertanian, produktivitas kerja sangat diperlukan untuk
membantu menentukan rendabilitas suatu perusahaan guna melakukan persesuaian
terdapat penggunaan kerja yang berlebihan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Produktivitas kerja dapat ditingkatkan dengan penggunaan alat dan mesin pertanian.
Produktivitas kerja dapat diukur dengan standard-standard produktivitas yaitu
kemampuan seseorang untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan tertentu dalam
jangka waktu tertentu pula. Di Indonesia, untuk meperoleh data tentang produktivitas
belum banyak di lakukan, karena disesuaikan dengan lingkungan tempat kerja dan
keadaan pasar yang sering melakukan persaingan usaha. Jadi untuk dapat
mengefisienkan antara produksi dan produktivitas kerja sangat diperlukan
keseimbangan dalam penggunaannya.
Jika para petani tanaman hias dapat menekan biaya produksi serendah
mungkin dan menyesuaikan penggunaan tenaga kerja maka penerimaan dan
pendapatan usahatani pun akan sesuai dengan apa yang telah dikorbankan dan
usahataninya pun akan dapat dikatakan sukses dengan tidak lupa untuk
memperhatikan mutu produk yang baik dan bagus sehingga dapat diekspor keluar
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasilpenelitian pada usahatani tanaman hias di Desa Bangun Sari
Kecamatan Tanjng Morawa Kabupaten Deli Serdang, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan biaya produksi pada usahatani tanaman hias antara skala
kecil dan skala besar, dimana rerata biaya produksi skala kecil sebesar Rp
884.500/petani dan skala besar sebesar Rp 2.691.500/petani.
2. Terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pada usahatani tanaman hias antara
skala kecil dan skala besar, dimana rerata curahan tenaga kerja skala kecil
sebesar 7,35/HKP (TKDK) dan 2,12/HKP (TKLK) sedangkan skala besar
8,55/HKP (TKDK) dan 3,44/HKP (TKLK).
3. Terdapat perbedaan penerimaan pada usahatani tanaman hias antara skala kecil
dan skala besar, dimana rerata penerimaan skala kecil sebesar Rp
15.557.500/petani, dan skala besar sebesar Rp 47.150.500/petani.
4. Terdapat perbedaan pendapatan bersih pada usahatani tanaman hias antara skala
kecil dan skala besar, dimana rerata pendapatan bersih skala kecil sebesar Rp
14.673.000/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.000/petani.
Sedangkan perbedaan rerata pendapatan keluarga antara skala kecil dan skala
besar yaitu skala kecil sebesar Rp 14.673.037/petani dan skala besar sebesar Rp
Saran
1. Kepada petani disarankan agar lebih memahami keadaan pasar khususnya
pasar tanaman hias sehingga dapat bersaing dan dapat menjadikan produk
tanaman hias lebih disenangi dan terkenal ke luar negeri dan lebih intensif lagi
dalam berusahatani tanaman hias agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik
lagi.
2. Kepada pemerintah agar dapat memberikan bantuan berupa pemberian pupuk
bersubsidi kepada petani yang membutuhkan sehingga tidak ada lagi
permasalahan mengenai keterbatasan pupuk bagi petani.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, A.Ir.Prof., 1982, Ilmu Usahatani, Penerbit Alumni, Bandung.
Boediono, 1984, Synopsis Teori Ekonomi I, Ekonomi Mikro, UGM, yoyakarta.
Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2005, Laporan Tahunan, Medan.
Dinas Pertanian Deli Serdang, 2005, Laporan Tahunan, Lubuk Pakam.
Mosher, A.T., 1987, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Cetakkan II,
C.V.Yasaguna, Jakarta.
Nazaruddin, 1999, Palem Hias, Penebar Swadaya, Jakarta.
Nugroho, B.A., 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rahardi, F., 1997, Bercocok Tanam Dalam Pot, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, R, 1997, Anthurium, Seri Tanaman Hias, Kanisius, Yogyakarta.
Simanjuntak, R.H., 1996, Budidaya tanaman hias Suplir, Penerbit Ghratara, Jakarta.
Singarimbun, M dan Effendi, S., 1987, Metode Penelitian Survei, LP3ES,
Yogyakarta.
Soekartawi, 1995, Analisis Usahatani, UI PRESS, Jakarta.
Soekartawi, 1996, Manajemen Agribisnis Bunga Potong, UI PRESS, Jakarta.
1999, Agribisnis teori dan Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.