• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Audio (Lagu Anak-Anak) Dan Media Visual (Kartu Bergambar) Terhadap Pengetahuan Gizi (PUGS Dan PHBS) Serta Tingkat Penerimaannya Pada Anak Usia Sekolah dasar Negeri Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Media Audio (Lagu Anak-Anak) Dan Media Visual (Kartu Bergambar) Terhadap Pengetahuan Gizi (PUGS Dan PHBS) Serta Tingkat Penerimaannya Pada Anak Usia Sekolah dasar Negeri Di Kota Bogor"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IMAM SALOSO. The Influence of Audio Media (Children’s Songs) and Visual Media (Drawing Cards) to Nutritional Knowledge (PUGS and PHBS) and its Level of Acceptance In Public Elementary School-Aged Children In Bogor. Under direction of HADI RIYADI.

The study assesed the influence of children's songs and drawing cards as nutrition education media in wich was aimed at increasing nutrition knowledge of public elementary school-aged children and their acceptance level of the media. This research was using aquasy experimental study with a pretest-posttest control group design. The study was undertaken in three public schools in Bogor, with 5th grade children as the subjects. Research sites are Balungbang Jaya 03 elementary school, Kebon Pedes 3 elementary school, and Ciluar 2 elementary school. The subjects was divided into three groups, such as the control group (Kebon Pedes 3 elementary school) by the number of 38 students, the children’s songs group treatment (Balungbang Jaya 03 elementary school) by the number of 35 students, as well as the treatment group drawing cards (Ciluar 2 elementary school) by the number of 36 students.The methods included interviewing subjects to determine the characteristics of the subjects and its parent, pretest a week before the intervention, intervention / treatment, posttest 1 (shortly after the intervention), and ended by posttest 2 (one month after the intervention). At the intervention phase, only the treatment groups who were given a children's song and drawing cards media. Media was given twice for each treatment group. The Results showed that children in treatment groups had an average increase in nutrition knowledge (74.7 + 15.0 to 88.8 + 11.2) and (74.9 + 9.4 to 85.0+11.7). That was significantly (p<0.05) different than a control group (72.6+15.1 to70.9+ 11.8). After a month of intervention, there was a decrease in nutrition knowledge of treatment groups (88.8 + 11.2 to 83.8 +12.9) and (85.0 +11.7 to 81.9+ 12.8). However, this second posttest result was significantly (p <0.05) better than in the control group (73.4+14.6). The acceptance level of the media was high. About 77.1% children categorized as “very” like to the children’s songs media and about 80.6% children categorized as “very” like to the drawing cards media.

(2)

Di Indonesia, masalah gizi dan kesehatan yang berkaitan dengan ketidakseimbangan intik makanan merupakan masalah utama bagi sebagian besar penduduk, termasuk anak sekolah. Hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan secara nasional masih rendahnya kualitas kesehatan dan perilaku tidak sehat pada anak sekolah dasar (6-14 tahun). Rata-rata status gizi kurus (IMT<2SD) pada anak usia sekolah (AUS) (6-14 tahun) adalah 13.3% laki-laki dan 10.9% perempuan. Prevalensi anemia pada anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9.4%. Sebaliknya kelebihan berat badan dan obesitas juga mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Selain itu anak sekolah berisiko terhadap penyakit tidak menular, yang ditunjukkan kurangnya konsumsi sayur dan buah 93.6% dan sudah biasa merokok 2%. Perilaku hidup bersih juga masih rendah, yaitu yang benar berperilaku buang air besar 68.2%, dan yang benar dalam cuci tangan hanya 17.2%. AUS (10-14 tahun) mengkonsumsi makanan berisiko, yaitu mengandung penyedap 75.4% dan makanan/minuman manis 63.1% (Depkes 2008). Data terbaru hasil Riskesdas 2010 memperlihatkan bahwa 41.2 % AUS di Indonesia mengkonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal.

Hal-hal tersebut diatas sangat bertentangan dengan konsep PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang berisikan pesan-pesan sebagai upaya pencapaian hidup yang lebih baik. Pemahaman PUGS dan PHBS dapat diperoleh melalui pendidikan gizi baik itu secara formal ataupun nonformal. Pendidikan gizi terkait PUGS dan PHBS dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode diantaranya metode ceramah, diskusi maupun metode lainnya.

AUS merupakan target pendidikan gizi yang paling penting, karena kebiasaan makan pada masa anak-anak dapat mempengaruhi preferensi dan konsumsi pangan pada kehidupan selanjutnya. Namun demikian, AUS seringkali diabaikan sebagai kelompok sasaran, mereka tidak terjangkau oleh program-program perlakuan yang menitikberatkan pada anak balita dan ibu hamil melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) (Kurniawan 2002).

(3)

perlu dikembangkan dan diajarkan sejak dini. Namun, Penyuluhan gizi tidak terlepas dari peran media. Dalam menentukan media yang digunakan, harus memperhatikan beberapa faktor, salah satunya adalah karateristik dan selera sasaran penyuluhan, supaya yang disampaikan dapat diterima secara efektif (Zulkifli 2002: 39). Dalam hal ini, sasaran penyuluhan gizi adalah anak sekolah dasar. Anak memiliki sifat suka bermain. Dalam diri mereka terdapat dorongan batin dan dorongan mengembangkan diri. Sehingga peran permainan dalam perkembangan anak merupakan hal yang tidak boleh diabaikan (Zulkifli 2002: 39).

Media lagu anak-anak dan kartu bergambar merupakan salah satu media yang tidak terlepas dari sifat permainan sehingga dapat digunakan dalam melakukan pendidikan gizi pada AUS dasar. Media Lagu yang digunakan dalam penelitian ini adalah lagu anak-anak sebagai media pendidikan gizi yang berisikan pesan-pesan PUGS dan PHBS serta kartu sebagai media pendidikan gizi yang terbuat dari karton tebal berukuran 9 x 7 cm yang memiliki gambar dibagian tengah terkait PUGS dan PHBS.

Berdasarkan penelitian (Ariyani 2008) dalam (Prapita 2009) bahwa penggunaan media kartu bergambar efektif untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa inggris. Demikian pula menurut (Pariyono 2007) dalam (Prapita 2009) bahwa pembelajaran dengan media kartu bergambar berpengaruh positif terhadap penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak tuna aksara di SLB Dharma Bhakti Semarang tahun 2006/2007. Penggunaan media lagu juga pernah dilakukan dalam penelitian Satrianingsih (2006), bahwa musik/lagu memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan kecerdasan emosi anak usia TK.

(4)

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan media lagu anak-anak dan kartu bergambar serta tingkat penerimaannya dalam pendidikan gizi terkait PUGS dan PHBS terhadap pengetahuan gizi anak usia Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh meliputi jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan orang tua, asal daerah, besar keluarga, pendidikan terakhir orang tua, serta hobi dan minat contoh.

2. Menganalisis pengaruh media pendidikan gizi lagu anak-anak terhadap tingkat pengetahuan gizi contoh.

3. Menganalisis pengaruh media pendidikan gizi kartu bergambar terhadap tingkat pengetahuan gizi contoh.

4. Menganalisis tingkat penerimaan contoh terhadap media lagu anak-anak dan kartu bergambar dilihat dari tingkat kesukaannya.

Perumusan Masalah

Masalah gizi dan kesehatan pada AUS khusunya ketidakseimbangan intik makanan serta perilaku bersih dan sehat yang masih rendah memicu timbulnya keadaan gizi yang tidak sehat. Bahkan dalam jangka panjang, keadaan gizi yang tidak sehat memudahkan terjangkitnya berbagai penyakit infeksi sehingga, kehidupan yang baik sulit dicapai.

Kebiasaan anak seperti kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah, kebiasaan merokok, mencuci tangan yang tidak baik dan benar serta mengkonsumsi makanan yang beresiko merupakan permasalahan umum yang terjadi pada AUS.

(5)

Hipotesis Penelitian

1. Penggunaan media lagu anak-anak dan kartu bergambar meningkatkan pengetahuan gizi.

2. Sebagian besar contoh (>80%) menyukai media lagu anak-anak dan kartu bergambar.

Kegunaan Penelitian

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Usia Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6-12 tahun atau biasa disebut dengan periode intelektual. Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis. Anak akan belajar untuk mengenal lingkungannya baik lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun sekolah. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring dengan bertambahnya usia , keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak (Jatmika 2005).

Menurut Hurlock (1980), anak usia sekolah termasuk ke dalam fase akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dengan masuk sekolah, dunia dan minat anak-anak bertambah luas dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan benda-benda. Anak-anak sekarang memasuki apa yang oleh Piaget disebut sebagai “tahap

operasi konkret” dalam berpikir, suatu masa dimana konsep yang pada awal masa anak-anak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang menjadi konkret dan tertentu.

Pertumbuhan anak sekolah relatif lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada waktu bayi dan prasekolah. Masa sekolah merupakan masa persiapan untuk pertumbuhan pesat pada usia remaja (Papila & Olds 1979 dalam Khapipah 2000). Meskipun laju pertumbuhan anak sekolah dasar lebih lambat dibandingkan sebelumnya, namun anak sekolah dasar membutuhan makanan dengan jumlah dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Kenaikan jumlah zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik anak sekolah. Selain itu juga untuk melindungi anak terhadap penyakit infeksi dan menular (Harper, Deaton & Driskel 1986). Masa sekolah merupakan saat yang tepat untuk memberikan pengetahuan tentang makanan yang sehat dan bergizi serta untuk mendorong tumbuhnya kebiasaan makan yang baik (Khapipah 2000).

(7)

masa kelas-kelas rendah SD (umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun), dan masa anak-anak kelas tinggi SD (umur 9 atau 10 tahun sampai kira-kira umur 13 tahun). Sifat khas anak-anak pada masa kelas-kelas rendah antara lain adalah apabila tidak dapat mengerjakan suatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting. Pada masa kelas-kelas tinggi anak-anak bersifat ingin tahu, ingin belajar, cermat, realistik, dan menjelang akhir masa ini telah tumbuh minat kepada hal-hal tertentu dan mata pelajaran khusus. Setelah umur 11 tahun umumnya anak-anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri (Hurlock 1980). Untuk itu, contoh dalam penelitian ini menggunakan siswa pada masa kelas-kelas tinggi dengan pertimbangan pada masa tersebut anak-anak bersifat ingin tahu, ingin belajar, cermat dan realistik.

Pendidikan Gizi

Di negara maju, sejak kecil anak-anak telah mendapatkan pendidikan gizi secara teratur. Melalui pembelajaran di kelas dan program makan siang di sekolah (school lunch), anak-anak dididik supaya memahami dan mempraktikkan pedoman gizi seimbang. Dengan pedoman tersebut, hampir setiap hari mereka diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan, terutama jenis sayur dan buah-buahan. Mereka juga diajarkan menjaga kebersihan dan memperhatikan label pembungkus atau kaleng makanan untuk menghindari makanan tercemar ataupun kadaluwarsa (Nuryati 2010).

Menurut (Soekirman 2000) dalam (Nuryati 2010), pada umumnya sikap kritis dan hati-hati dalam soal makan belum dimiliki anak Indonesia. Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia belum mengajarkan ilmu gizi secara profesional. Di samping itu, tidak banyak sekolah yang mengenalkan acara makan siang di sekolah yang diprogramkan dengan baik. Sejak 1950-an, satu-satunya alat peraga pendidikan gizi yang dikenal masyarakat adalah poster ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Kini, kedudukan poster tersebut menjadi tidak jelas karena sejak 1990-an dalam acara-acara pendidikan gizi, poster ”Empat Sehat Lima Sempurna” tidak digunakan lagi. Namun, poster tersebut masih ditemukan di sekolah-sekolah dasar bahkan digunakan sebagai bahan pengajaran di sebagian sekolah.

(8)

makanan bergizi, manfaat gizi bagi kehidupan, dan sebagainya. Pendidikan gizi mempunyai tujuan akhir mengubah sikap dan tindakan ke arah kesadaran untuk melakukan pemenuhan kebutuhan gizi agar hidupnya sehat.

Pendidikan gizi semestinya ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini (TK/SD) baik oleh orang tua maupun guru. Materi pelajaran gizi mestinya menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti daripada orang tua.

Materi pelajaran tentang gizi yang diberikan harus menyajikan kenyataan/masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah yang sederhana dan mudah dikenal pula sehingga murid mudah menerimanya dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif. Dalam menyampaikan materi gizi, guru/pendidik dapat memilih metode yang akan digunakan, apakah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen, atau pemberian tugas (Nuryati 2010).

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Menurut (Madrie 1981) dalam (Fatima dan Yuliati 2002), pengetahuan dan pengalaman akan membentuk sikap seseorang. Pengetahuan merupakan fase awal dari keputusan dimana akhirnya seseorang akan bertindak seperti pengetahuan yang diperolehnya.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2009).

(9)

Penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa SD di Bogor tahun 2010 tentang pengetahuan gizi, sebanyak 63% siswa SD di kota maupun di kabupaten, memiliki pengetahuan gizi yang masih rendah meskipun masih ada yang tergolong baik hanya sebanyak 3.0% siswa dan sisanya tergolong sedang 34.0% (Adriani 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Andarwulan et al. (2008) tentang pengetahuan gizi dan keamanan pangan secara nasional pada siswa SD, rata-rata skor pengetahuan gizi sekitar 63 atau termasuk cukup. Siswa di SD yang berakreditasi A memiliki tingkat pengetahuan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa di SD yang berakreditasi B, C, dan tidak terakreditasi. Sedangkan siswa di luar Jawa memiliki tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan lebih baik dibandingkan dengan siswa di Jawa.

Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi makanan. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu menerapkan pengetahun gizinya di dalam pemilihan bahan makanan, sehingga konsumsi makanan dapat tercukupi (Khomsan 2000). Menurut Suhardjo (1989), pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah. Pendidikan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu juga dapat diperoleh dengan melihat dan mendengar sendiri atau melalui alat-alat komunikasi, seperti membaca surat kabar dan majalah, mendengar siaran radio, dan menyaksikan siaran televisi ataupun melalui penyuluhan kesehatan dan gizi.

Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi siswa dapat diperoleh melalui skor dari beberapa pertanyaan yang berbentuk multiple choice. Selanjutnya tingkat pengetahuan gizi siswa dikategorikan dengan menetapkan

cutt of point dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori untuk tingkat pengetahuan gizi dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu baik (> 80%), sedang (60% - 80%), dan kurang (<60%).

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Di negara Indonesia yang telah memasuki era globalisasi, ternyata masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih dengan berbagai resiko penyakit yang ditimbulkan. Masalah gizi ganda ini terdapat di pedesaan dan juga perkotaan (Depkes 2003).

(10)

satunya dengan penyuluhan. Untuk itu diperlukan suatu acuan edukasi atau pendidikan tentang perilaku gizi yang baik dan benar, yakni PUGS atau Pedoman Umum Gizi Seimbang ini. PUGS ini terdiri dari 13 pesan dasar gizi seimbang yang bertujuan agar setiap orang berperilaku gizi yang baik dan benar sehingga memiliki gizi yang baik (Depkes 2003).

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) telah diperkenalkan kepada masyarakat sejak beberapa tahun yang lalu, tetapi masih belum cukup diketahui masyarakat keberadaannya. PUGS adalah dietary guidelines yang berisi petunjuk-petunjuk terperinci tentang cara memperbaiki pola konsumsi pangan. Pola itu akan membuat seseorang terhindar dari masalah gizi lebih atau kurang. Sementara itu, 4 Sehat 5 Sempurna adalah petunjuk umum tentang ragam makanan yang sebaiknya kita konsumsi (Khomsan & Anwar 2008).

Adapun 13 pesan PUGS antara lain : 1. Makanlah Aneka Ragam Makanan

2. Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi

3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi

5. Gunakan garam beryodium

6. Makanlah makanan sumber zat besi

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya

8. Biasakan makan pagi

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya 10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur

11. Hindari minuman yang beralkohol

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes 2003).

Pesan-pesan tersebut disusun oleh pakar-pakar gizi Indonesia dibantu oleh seorang konsultan dari Cornell University (Prof.Latham). Dengan memerhatikan jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia dan memperhatikan

(11)

masalah karena yang lebih penting adalah bagaimana pesan-pesan tersebut dapat dimasyarakatkan (Khomsan & Anwar 2008).

Tidak semua pesan dalam PUGS mudah dipahami oleh masyarakat awam. Sosialisasi PUGS dapat dianggap sebagai satu upaya mengisi program pendidikan gizi masyarakat. Penggunaan media massa cetak dan elektronik sangat perlu. Semakin meningkatnya kemampuan baca tulis masyarakat, maka kedua media tersebut bisa berperan penting dalam penyampaian pesan PUGS. Selain itu, PUGS hendaknya menjadi salah satu materi kurikulum pendidikan dasar. Hal itu akan membuat sejak dini siswa-siswa sudah menyadari pentingnya menata pola makan yang sehat agar terhindar dari segala macam penyakit, khususnya penyakit non-infeksi (Khomsan & Anwar 2008).

PUGS dibuat untuk memperbaiki pola konsumsi pangan masyarakat. Perubahan perilaku menuntut rentang waktu yang panjang. Di samping itu, perubahan perilaku pangan tidak dapat diklaim sebagai dampak satu program saja karena masalah gizi adalah masalah yang kompleks. Jadi, pemasyarakatan PUGS lebih baik dilaksanakan melalui penyebaran informasi dengan memanfaatkan beragam media. Keberhasilan pemasyarakatan PUGS adalah apabila dalam jangka panjang kita dapat menekan masalah gizi di Indonesia (Khomsan & Anwar 2008).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Depkes 2007). Sedangkan, menurut Sinaga et al. (2005) dalam Pusat Promosi Kesehatan (2007), program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan bentuk perwujudan paradigma sehat, terutama pada aspek budaya perorangan, keluarga dan masyarakat. Program PHBS adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, meenolong dirinya dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang tinggi. PHBS dapat diterapkan diberbagai tempat antara lain di rumah tangga, di sekolah, di institusi kesehatan, di tempat kerja serta di tempat-tempat umum.

(12)

sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Pusat Promosi Kesehatan 2007). Penerapan PHBS ini dapat dilakukan salah satunya melalui pendidikan gizi pada peserta didik.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Menggunakan air dan jamban yang bersih dan sehat 4. Olahraga yang teratur dan terukur

5. Memberantas jentik nyamuk 6. Tidak merokok di sekolah

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan 8. Membuang sampah pada tempatnya (Pusat Promosi Kesehatan 2007).

Jumlah anak yang besar yakni 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 73 Juta orang dan usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga anak-anak berpotensi sebagai agen perubahaan untuk mempromosikan PHBS, salah satunya di lingkungan sekolah (Depkes 2006). Namun, pada masa kanak-kanak, masalah kesehatan dan kebersihan menjadi masalah yang dinomorduakan, akibat anak lebih memperhatikan waktu yang menyenangkan untuk bermain daripada memperhatikan keadaan dirinya (Hurlock 1996). Maka dari itu, penerapan, pendidikan serta pengawasan PHBS di sekolah mutlak diperlukan untuk terciptanya pribadi dan sekolah yang sehat.

Media Pendidikan Gizi

(13)

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran.Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media (Arsyad 2009). Haryoko (2009), mengemukakan media pembelajaran sebagai media yang digunakan untuk memperlancar proses komunikasi dalam pembelajaran. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.

Media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (1985: 28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan utnuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Secara garis besar manfaat penggunaan media pembelajaran antara lain (1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian dan pesan informasi (2) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar serta interaksi lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya (3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. (4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka (Arsyad 2009).

(14)

bertambah setelah dilakukan pendidikan gizi menggunakan media buku cerita bergambar.

Media Audio(Media Lagu Anak-Anak)

Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata (Setyosari, Punaji & Sihkabuden, 2005: 148; Munadi, 2008).

Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitude yang berubah secara kontinyu terhadap waktu. Suara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 966) di antaranya berarti bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia, bunyi binatang, ucapan (perkataan), dan bunyi bahasa (bunyi ujar). Berdasarkan hal tersebut, dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio ini bisa menyampaikan pesan verbal maupun non verbal. Pesan verbal berupa bahasa lisan atau kata-kata, sedangkan pesan non verbal berwujud bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain.

Sudjana dan Rivai (1990:130) mengemukakan hubungan media audio dengan pengembangan keterampilan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Keterampilan yang dapat dicapai dengan penggunaan media audio meliputi :

1. Pemusatan dan perhatian 2. Mengikuti pengarahan 3. Melatih daya analisis

4. Menentukan arti dari konteks

5. Memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan

6. Merangkum, mengemukakan kembali, atau mengingat kembali informasi. Media audio dalam pembelajaran dapat menggunakan radio, lagu,

phonograph dan lain-lain. Menurut Puspito (2006), lagu adalah gabungan antara teori dan ilmu harmoni dan ilmu bentuk musik, khususnya untuk nyanyian ditambah dengan teknik syair. Lagu yang digunakan sebagai media pendidikan gizi dalam penelitian ini adalah lagu anak-anak, dengan mempertimbangkan sasaran penelitian yaitu AUS.

Media Visual (Kartu Bergambar)

(15)

oleh pelajar. Media yang dapat digunakan antara lain dalam bentuk komputer, kartun, televisi, video dan kartu bergambar (Campbell 1990).

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Arsyad 2009). Penggunaan gambar merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan retensi (methods for enhancing retention) siswa (Engel 1990). Mc Kim (1980) menyatakan bahwa kemampuan visual sesorang ditentukan oleh tiga wilayah, yaitu : persepsi imageri eksternal (fakta atau realitas yang dikenal individu dari indera penglihatannya), persepsi imageri internal (persepsi seseorang terhadap sesuatu yang dirupakan dalam bentuk mimpi dan imajinasi), imageri ciptaan (imageri yang dihasilkan oleh aktivitas sesorang dalam bentuk gambar atau lukisan).

Manfaat yang dapat diambil dari penggunaan media menurut Oemar Hamalik (1994:18) adalah media dapat membangkitkan motivasi dan pengaruh psikologis bagi peserta didik. Efektifitas proses pembelajaran juga akan terlaksana bila memanfaatkan media pembelajaran. Lebih lanjut (Levie dan Lentz 1982) dalam (Arsyad 2009:16) mengemukakan empat fungsi dari pemanfaatan media pembelajaran visual. Pertama, fungsi atensi. Media visual dipergunakan sebagai alat sentral dalam proses pembelajaran. Tampilan atau bentuk media visual yang menarik akan mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi pada materi yang disampaikan. Kedua, fungsi afektif. Media visual mampu membangkitkan minat peserta didik untuk memperhatikan materi yang disampaikan. Ketiga, fungsi kognitif. Media visual akan mempermudah dalam memahami dan mengingat terhadap pesan yang terkandung dalam gambar. Keempat, fungsi kompensatoris. Media visual yang dipergunakan dapat mengakomodir kelemahan peserta didik dalam menerima dan memahami materi yang ditampilkan dalam gambar . Peserta didik yang lemah dalam memahami materi yang disampaikan dalam bentuk verbal akan terbantu dengan penggunaan media visual.

(16)

berbentuk persegi panjang. Gambar yang digunakan dalam kartu bergambar adalah gambar bitmap dan gambar vektor. Gambar Bitmap sering disebut juga dengan gambar raster. Gambar Bitmap adalah gambar yang terbentuk dari pixel, dengan setiap pixelnya mempunyai warna tertentu. Format gambar bitmap sering dipakai dalam foto dan gambar. Dua istilah yang perlu dipahami ketika bekerja dengan gambar bitmap adalah resolusi dan kedalaman warna. Gambar bitmap biasanya diperoleh dengan cara : Scanner, Camera Digital, Video Capture dan lain-lain. Gambar Vektor dihasilkan dari perhitungan matematis dan tidak berdasarkan pixel. Jika gambar di perbesar atau diperkecil, kualitas gambar relatif tetap baik dan tidak berubah. Gambar vektor biasanya dibuat menggunakan aplikasi-aplikasi gambar vektor misalkan : Corel Draw, Adobe Illustrator, Macromedia Freehand, Autocad dan lain-lain. Media kartu bergambar ini dibuat dengan ukuran 9 x 7 cm.

(17)

KERANGKA PEMIKIRAN

Proses pendidikan gizi dengan menggunakan alat peraga (media) berarti mencoba memperlihatkan situasi yang hampir mirip dengan realitas kepada sasaran, dengan demikian sasaran akan lebih cepat menangkap pesan-pesan yang disampaikan (Khomsan 2000). Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga mampu meningkatkan daya serap sasaran (Khomsan 2000). Media Visual dalam pendidikan gizi merupakan media yang dapat dilihat. Jenis-jenis media ini antara lain gambar, foto, kartu, buku, leaflet dan poster. Sedangkan media audio dalam pendidikan gizi merupakan media yang dapat didengar. Jenis media ini berupa suara seperti lagu atau musik. Media kartu bergambar yang digunakan merupakan jenis kartu permainan jodoh yang terdiri dari kartu berukuran 9 x 7 cm yang dibagian tengahnya memiliki gambar yang divisualisasikan dengan menarik terkait materi PUGS dan PHBS. Sedangkan media lagu anak-anak yang digunakan berupa lagu yang memiliki lirik terkait PUGS dan PHBS yang mudah dipahami sasaran dengan menggunakan irama lagu anak-anak yang sudah dikenal.

Pendidikan gizi merupakan proses penyampaian pesan-pesan gizi dari pendidik terhadap peserta didik untuk membantu peserta didik menjadi tahu apa yang sebelumnya tidak diketahui. Di dalam suatu pendidikan ada proses belajar sesorang dan mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan yang terjadi bisa dari aspek pengetahuan, sikap dan perilaku sesorang. Selain itu, kegiatan proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dimana saja (Notoatmodjo 2007). Proses pendidikan gizi melibatkan tiga unsur penting yaitu pendidik sebagai sumber informasi, media pendidikan gizi sebagai alat bantu penyampaian informasi dan peserta didik sebagai sasaran pendidikan gizi. Ketiga unsur tersebut saling berinteraksi satu sama lain selama proses pendidikan gizi berlangsung. Media pendidikan gizi yang digunakan dalam hal ini adalah media audio (lagu anak-anak) dan media visual (kartu bergambar). Penggunaan media dalam proses pendidikan gizi akan sangat terkait dengan penggunaan metode pendidikan gizi (Arsyad 2009).

(18)
(19)

Keterangan :

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Pengaruh yang akan diteliti

Pengaruh yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Pesan Gizi dan Kesehatan Metode Pendidikan Gizi Tingkat Penerimaan Media Pemberi Pesan/ Pendidik Faktor Internal :

Keterampilan Komunikasi, Keadaan Fisiologis dan Psikologis, Gaya Komunikasi serta Tingkat Pengetahuan

Faktor Eksternal : Situasi dan Kondisi Belajar serta Sistem Sosekbud

Faktor Internal : Sikap, Keadaan Fisiologis dan Psikologis, Pandangan Hidup, Kebiasaan dan Pengalaman Karakteristik Contoh Penelitian dan Karakteristik Keluarga Contoh (Umur, Jenis Kelamin, Besar Keluarga, Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan Orang Tua)

Media Pendidikan Gizi (Media Audio = Lagu Anak-anak dan Media

Visual = Kartu Bergambar)

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Anak Usia Sekolah Dasar (AUS)

Sikap serta Perilaku Gizi dan Kesehatan Anak Usia Sekolah

(20)

METODOLOGI

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah quasy experimental study dengan pretest-posttest control group design. Stouffer (1950) dan Campbell (1957) dalam Hatsjarjo (2008) merumuskan eksperimen kuasi (quasiexperiment) sebagai eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen, namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan pembandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive dengan kriteria 1). Merupakan Sekolah Dasar Negeri di kota Bogor yang memiliki nilai akreditasi yang sama 2). Kemudahan akses dan perizinan 3). Memiliki nilai rata-rata semester yang hampir sama. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Balungbang Jaya 3 Kecamatan Bogor Barat, SDN Kebon Pedes 03 Kecamatan Tanah Sareal, serta SDN Ciluar 2 Kecamatan Bogor Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2011 yang meliputi pencarian lokasi penelitian, perizinan penelitian, pembuatan media lagu anak-anak dan kartu bergambar serta pengambilan data, kemudian dilanjutkan pengolahan data, analisis data, penafsiran data serta penyusunan laporan pada bulan Agustus hingga September 2011.

Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh

(21)

Jumlah contoh awal dalam penelitian ini sebanyak 128 siswa yang tersebar di tiga kelompok penelitian. Jumlah contoh pada kelompok perlakuan lagu anak-anak sebanyak 39 siswa, sedangkan jumlah kelompok pada kelompok perlakuan kartu bergambar dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 45 siswa dan 44 siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dick & Carey (2001), jumlah minimal untuk mewakili target populasi adalah 30 orang. Berikut ini disajikan proses penarikan contoh penelitian.

Gambar 2 Proses Penarikan Contoh

Pada tahap awal penelitian, jumlah contoh penelitian sebanyak 128 siswa yang berasal dari ketiga sekolah tempat penelitian. Kemudian, pada tahap-tahap penelitian berikutnya jumlah contoh berkurang sehingga jumlah total contoh penelitian pada akhir peneitian berjumlah 109 siswa. Berkurangnya contoh penelitian diakibatkan siswa tidak mengikuti keseluruhan tahap penelitian dengan alasan sakit, izin keperluan keluarga, izin mengikuti perlombaan serta pindah sekolah.

Siswa kelas 5 SD N Balungbang Jaya 3, SD N Kebon Pedes 03

dan SD N Ciluar 2

Berusia 9-12 tahun dan bersedia mengikuti seluruh tahap

Siswa kelas 5 SD N Balungbang Jaya 3 (Kelompok Perlakuan

Lagu Anak-anak)

Siswa kelas 5 SD N Kebon Pedes 03 (Kelompok Kontrol)

Siswa kelas 5 SD N Ciluar 2 (Kelompok Perlakuan

Kartu Bergambar)

39 Siswa 44 Siswa 45 Siswa

Drop Out

(22)

Proses Pembuatan Media

Media yang dipilih dalam penelitian ini adalah media audio berupa lagu anak-anak dan media visual berupa kartu bergambar. Proses pembuatan media meliputi tahap penentuan tema atau materi hingga proses mixing untuk media lagu anak-anak dan pencetakan untuk media kartu bergambar.

Tema atau materi yang disampaikan melalui media tersebut adalah pesan-pesan gizi dan kesehatan yang tertuang dalam PUGS dan PHBS yang masing-masing materi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Materi PUGS dan PHBS

No PUGS PHBS

1 Konsumsi makanan yang beragam Mencuci tangan dengan air mengalir dan dengan sabun

2 Membiasakan sarapan pagi Menggunakan air yang bersih 3 Melakukan aktivitas fisik setiap hari Memberantas jentik nyamuk 4 Menngkonsumsi makanan yang aman

bagi kesehatan

Membuang sampah pada tempatnya

Setelah penentuan tema, pembuatan media lagu anak-anak dilakukan dengan menyesuaikan pemilihan lagu anak-anak dengan masing-masing pesan yang ingin disampaikan. Lagu anak-anak yang akan dibuat berjumlah delapan buah lagu mengikuti jumlah pesan yang ingin disampaikan dengan durasi masing-masing lagu kurang lebih dua menit. Lagu anak-anak yang dipilih merupakan lagu anak-anak yang sudah dikenal seperti lagu pelangi, lihat kebunku, dan naik delman. Setelah penentuan lagu, kemudian dilakukan proses pengubahan lirik lagu menjadi lirik-lirik yang berisikan pesan PUGS dan PHBS. Setelah lirik selesai disesuaikan dengan irama lagu, kemudian dilakukan proses rekaman di studio rekaman dengan menggunakan perangkat lunak Steinberg Nuendo 4. Proses selanjutnya adalah melakukan mixing antara suara dengan irama lagu untuk mengurangi kemungkinan adanya noise selama proses rekaman. Setelah proses mixing selesai , kemudian dilakukan proses formating

ke dalam bentuk yang mudah dipakai seperti mp3 dan wav.

(23)

keseluruhan kartu sebanyak 64 buah. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan dalam pembuatan kartu yaitu Bauhaus 8 – 13 pt. Setelah proses desain selesai kemudian dilakukan proses editing untuk menyempurnakan kartu bergambar. Terakhir, setelah kartu selesai dilakukan proses editing, dilakukan tahap pencetakan kartu bergambar.

Media lagu anak-anak dan kartu bergambar ini kemudian dievaluasi dengan cara evaluasi satu-satu, yaitu dengan melibatkan seorang siswa untuk me-review hasil desain pembelajaran yang sedang dikembangkan dengan didampingi oleh seorang evaluator (Morrison et.al 2001). Suparman (1997) mengatakan bahwa evaluasi satu-satu dimaksudkan untuk mendapatkan komentar siswa agar dapat mengindentifikasi dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang secara nyata terdapat dalam hasil desain pembelajaran. Hal-hal yang dievaluasi untuk lagu anak-anak adalah tata bahasa atau lirik, kemudahan pelafalan, kemudahan menghafal, dan kejelasan isi atau pesan yang disampaikan. Sedangkan hal-hal yang dievaluasi untuk kartu bergambar adalah kesesuaian gambar dengan tema, kejelasan gambar, kemudahan penggunaan atau permainan, dan kejelasan huruf atau membaca pesan . Hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi lagu anak-anak dan kartu bergambar. Selain media lagu anak-anak dan kartu bergambar yang dievaluasi, dilkukan juga evaluasi atau uji coba terhadap kuesioner pretest dan posttest penelitian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pretest dan posttest serta kuesioner.

(24)

anak-anak dan kartu bergambar hanya diberikan kepada siswa yang menjadi kelompok perlakuan media tersebut. Data sekunder didapatkan berdasarkan data arsip sekolah yang meliputi gambaran umum sekolah, profil sekolah, serta sarana penunjang belajar dan kegiatan ekstrakurikuler siswa.

Pada awal penelitian, contoh diwawancara untuk mengetahui data primer (karakteristik contoh serta minat contoh) dengan panduan kuesioner. Setelah itu, tahap selanjutnya contoh diberikan pretest untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi awal. Setelah dilakukan pretest seminggu kemudian contoh diberikan perlakuan atau intervensi. Pemberian media lagu anak-anak dan kartu bergambar diberikan dua kali pada contoh penelitian. Pemberian pertama untuk menyampaikan pesan-pesan PUGS dan pemberian kedua untuk menyampaikan pesan-pesan PHBS. Contoh perlakuan lagu mendengarkan sendiri lagu anak-anak yang diputarkan dan contoh kelompok perlakuan kartu bergambar bermain secara kelompok dengan tipe permainan kartu jodoh. Durasi untuk setiap kali intervensi kurang lebih 120 menit. Setelah pemberian media atau proses pendidikan gizi pada kelompok intervensi dilakukan posttest 1 dan sebulan kemudian setelah posttest 1 dilakukan posttest 2. Ada beberapa alasan yang mendasari pemberian jarak waktu seminggu antara pretest dan perlakuan, serta jarak waktu sebulan antara posttest 1 dengan posttest 2. Menurut Vaus (2005), jarak antara pretest dengan perlakuan sebaiknya dilakukan sependek mungkin untuk meminimalisir terjadinya paparan-paparan dari luar sebelum intervensi dilakukan. Tetapi yang menjadi kelemahannya, jika intervensi diadakan sesaat setelah pretest, maka kemungkinan besar akan terjadi interaksi antara pretest dan perlakuan yang menyebabkan contoh menjadi lebih sensitif terhadap isu yang ada. Selain itu, jarak yang terlalu pendek antara pretest dan perlakuan juga akan menyebabkan contoh mengingat soal pretest dan ingatannya ini akan dapat mempengaruhi responnya terhadap perlakuan dan posttest yang diadakan setelah perlakuan. Berikut ini merupakan taraf perlakuan contoh penelitian.

(25)

penelitian-penelitian sebelumnya, waktu yang tepat adalah satu bulan setelah perlakuan diberikan. Berikut disajikan taraf perlakuan contoh penelitian.

1 Minggu Kemudian

1 Bulan Kemudian

Gambar 3 Taraf perlakuan contoh penelitian

Posttest Kedua :Pengetahuan Gizi 109 siswa

35 siswa kelompok perlakuan lagu

anak-anak

38 siswa kelompok kontrol

36 siswa kelompok perlakuan kartu

bergambar

Intervensi Media Lagu Anak-anak

Intervensi Media Kartu Bergambar

Posttest Pertama :Pengetahuan Gizi

Kuesioner Tingkat Kesukaan Media Lagu Anak-anak

Kuesioner Tingkat Kesukaan Media Lagu Anak-anak Wawancara (Karakteristik dan Minat Contoh Penelitian)

(26)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi menggunakan microsoft excell 2007 for windows, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan SPSS 1.6.0 for windows. Pengolahan statistik inferensia dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah pemberian pendidikan gizi melalui media lagu anak-anak dan kartu bergambar antara kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok kontrol.

Data mengenai karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, agama. Data mengenai jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Data mengenai usia dikelompokkan sesuai dengan sebaran contoh penelitian yaitu 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun dan 12 tahun. Data mengenai urutan kelahiran dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu urutan lahir ke-1, urutan lahir ke-2, urutan lahir ke-3, urutan lahir ke-4, urutan ke-5, serta urutan ke-6 sesuai dengan sebaran contoh.

Data mengenai karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pekerjaan orang tua, suku atau asal daerah serta pendidikan terakhir orang tua. Data mengenai besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil (< 4), keluarga besar (5-7 orang), keluarga besar (> 8 orang) sesuai dengan sebaran contoh. Data mengenai pekerjaan orang tua dikelompokkan menjadi tujuh kategori yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta, buruh, TNI/ Polisi /ABRI (khusus ayah) , wiraswasta, supir (khusus ayah), ibu rumah tangga (khusus ibu) serta tidak bekerja. Suku atau asal daerah dibagi menjadi tujuh kategori yaitu Sunda, Banten, Betawi, Jawa, Sumatera, Campuran, serta Lainnya menurut sebaran contoh. Data mengenai pendidikan terakhir orang tua dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas / Kejuruan (SMA/SMK/STM), D1 / D2 / Ahli Madya, serta Sarjana/Pascasarjana.

(27)

menyanyi, bermain game modern, bermain game tradisional, serta lainnya. Pilihan lainnya dipilih jika contoh memiliki hobi lain selain hobi yang telah disebutkan sebelumnya. Contoh dapat memilih hobi lebih dari satu pilihan. Pertanyaan mengenai lagu yang sering didengar memiliki tujuh pilihan jawaban yaitu lagu pop bahasa Indonesia, rock bahasa Indonesia, pop bahasa asing, rock

bahasa asing, dangdut, anak-anak, dan lainnya. Sama halnya dengan pilihan jawaban pertanyaan lagu yang sering didengar, pertanyaan lagu yang paling disuka memiliki pilihan jawaban tersebut. Pertanyaan mengenai lagu anak-anak yang paling disuka diberikan lima pilihan jawaban, diantaranya lagu “Pelangi”, “Balonku”, “Cicak di Dinding”, “Bintang Kecil”, dan lainnya. Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai lagu anak-anak yang menarik dengan empat pilihan jawaban diantaranya, lagu anak-anak dengan lirik bahasa Indonesia, lagu anak-anak dengan lirik bahasa asing, lagu anak-anak dengan lirik bahasa daerah serta lagu anak-anak dengan lirik campuran.

Pertanyaan untuk mengetahui minat siswa berikutnya adalah mengenai jenis permainan kartu yang paling sering dimainkan. Pertanyaan ini memiliki lima pilihan jawaban yaitu kartu remi, kartu jodoh, kartu “UNO”, kartu berkarakter, serta lainnya. Pertanyaan terkait jenis permainan kartu yang paling disuka memiliki pilihan jawaban yang sama dengan pertanyaan jenis kartu yang paling sering dimainkan. Pertanyaan mengenai tokoh kartun pada kartu yang paling disuka diberikan empat pilihan jawaban yaitu kartun “Disney”, kartun “Upin dan Ipin”, kartun Jepang, serta lainnya. Pertanyaan berikutnya adalah pertanyaan terhadap ukuran kartu bergambar yang menarik Pertanyaan ini diberikan tiga pilihan jawaban yaitu kartu ukuran kecil (7 x 5 cm), kartu ukuran sedang (9 x 7 cm) dan kartu ukuran besar (12 x 10 cm). Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan mengenai gambar dan tulisan pada kartu bergambar yang dapat dijawab dengan empat pilihan jawaban, diantaranya kartu dengan gambar yang besar dengan sedikit tulisan, kartu dengan gambar yang kecil dan banyak tulisan, kartu dengan gambar yang besar dan banyak tulisan, serta kartu dengan gambar yang kecil dan sedikit tulisan.

(28)

mengikuti pesan-pesan dalam lagu yang disampaikan. Sedangkan, komponen untuk kartu bergambar adalah permainan kartu bergambar, ukuran gambar, penggunaan gambar dalam kartu, tulisan pada kartu bergambar, pesan gizi dan kesehatan pada kartu bergambar, bagian yang disukai pada kartu bergambar serta ketertarikan untuk mengikuti pesan-pesan yang disampaikan melalui kartu. Pilihan jawaban terhadap pertanyaan atau variabel penggunaan lagu, lirik lagu, permainan kartu bergambar, serta penggunaan gambar dalam kartu menggunakan skala likert empat point. Pilihan netral tidak digunakan agar diperoleh jawaban contoh yang condong ke arah tertentu.

Tabel 2 Variabel dan pilihan jawaban yang menggunakan skala likert empat point

No Variabel Pilihan jawaban 1 Penggunaan Lagu dan

Permainan Kartu Bergambar

Sangat Menarik Menarik

Cukup Menarik Tidak Menarik 2 Lirik Lagu dan

Penggunaan Gambar pada Kartu

Sangat menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan Cukup Menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan Kurang Menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan Tidak Menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan

Pertanyaan mengenai panjang lagu diberikan pilihan jawaban terlalu panjang, panjang, pendek, dan terlalu pendek. Pertanyaan terkait irama lagu diberikan pilihan jawaban berupa sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Pertanyaan terkait bagian yang paling disukai dan tidak disukai diberikan pilihan lirik lagu, suara dalam lagu, irama lagu dan jenis lagu anak yang digunakan. Pertanyaan terkait ukuran gambar diberikan pilihan jawaban terlalu besar, besar, kecil, terlalu kecil. Pertanyaan mengenai tulisan pada kartu bergambar diberikan tiga pilihan yaitu terlalu besar, cukup, dan terlalu kecil. Sedangkan, pertanyaan mengenai bagian yang disukai dan tidak disukai pada kartu diberikan pilihan jawaban berupa gambar pada kartu, bentuk kartu, pesan-pesan pada kartu, dan ukuran kartu. Pertanyaan mengenai pesan-pesan gizi dan kesehatan pada kartu bergambar dan lagu diberikan pilihan jawaban berupa sangat sulit dipahami, sulit dipahami, mudah dipahami, sangat mudah dipahami. Pertanyaan terakhir terkait kesediaan contoh mengikuti pesan gizi dan kesehatan pada lagu dan kartu diberikan dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak.

(29)

mengetahui tingkat kesukaan contoh yaitu pertanyaan yang menggunakan skala

likert dan pertanyaan terkait panjang lagu, irama lagu, ukuran gambar, serta tulisan pada gambar. Setelah itu, hasil skor dipersentasikan. Jika skor contoh < 40% maka contoh tergolong tidak menyukai, skor 40-60% contoh kurang menyukai, skor 60-80% contoh cukup menyukai, dan skor > 80% contoh sangat menyukai. Berikut ini disajikan cara pemberian skor tingkat kesukaan contoh.

Tabel 3 Cara penskoran tingkat kesukaan contoh terhadap lagu anak-anak dan kartu bergambar

No Variabel Jawaban dan Skor 1 Penggunaan

Lagu dan Permainan Kartu

Bergambar

Sangat Menarik (3) Menarik (2)

Cukup Menarik (1) Tidak Menarik (0) 2 Lirik Lagu dan

Penggunaan Gambar pada

Kartu

Sangat menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan (3) Cukup Menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan (2) Kurang Menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan (1) Tidak Menggambarkan Pesan Gizi dan Kesehatan (0) 3 Pesan Gizi dan

Kesehatan pada Lagu dan Kartu

Bergambar

Sangat Sulit Dipahami (0) Sulit Dipahami (0)

Mudah Dipahami (1)

Sangat Mudah Dipahami (2) 4 Panjang Lagu Sangat Panjang (0)

Panjang (1) Pendek (1)

Sangat Pendek (0) 5 Irama Lagu Sangat Sesuai (2)

Sesuai (1) Tidak Sesuai (0)

Sangat Tidak Sesuai (0) 6 Ukuran Gambar Terlalu Besar (0)

Besar (1) Kecil (1) Terlalu Kecil (0) 7 Tulisan pada

Kartu

(30)

Kuesioner tingkat kesukaan contoh penelitian ini hanya diberikan kepada kelompok perlakuan. Pertanyaan terkait tingkat kesukaan media lagu anak-anak hanya diberikan pada kelompok perlakuan lagu anak-anak sedangkan pertanyaan terkait tingkat kesukaan media kartu bergambar hanya diberikan pada kelompok perlakuan media kartu bergambar. Hanya satu jawaban dari tiap pertanyaan yang diberikan yang bisa dipilih oleh contoh penelitian.

Tes pengetahuan gizi dilakukan dengan memberikan 20 butir soal yang berjenis multiple choice dengan satu jawaban benar (correct answer multiple choice) dengan kisaran nilai 0 sampai 100. Setiap jawaban benar diberikan nilai 5 dan jawaban salah diberikan nilai 0. Pengkategorian tingkat pengetahuan gizi dilakukan dengan menetapkan cut-off point sesuai dengan khomsan (2000), pengetahuan gizi kurang jika skor < 60, pengetahuan gizi sedang jika skor 60-80, dan pengetahuan gizi baik > 80.

Data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.Adapun untuk mengetahui perbedaan karakteristik contoh dan keluarga antara kelompok kontrol dan perlakuan digunakan uji beda chi-square. Untuk menganalisis perbedaan skor pengetahuan gizi contoh kelompok kontrol dan kelompok perlakuan digunakan uji

one way ANOVA (p = 0.05) dilanjutkan dengan uji Duncan. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan skor sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan digunakan uji Paired sample-T dengan taraf signifikansi p = 0.05.

Definisi Operasional

Contoh adalah anak usia sekolah dasar usia 9-12 tahun kelas 5 SD di SDN Balungbang Jaya 3, SDN Kebon Pedes 03, dan SDN Ciluar 2.

Media lagu Anak-anak adalah media pendidikan gizi berupa nyanyian lagu anak-anak yang berisi pesan-pesan gizi dan kesehatan.

Media kartu bergambar adalah media pendidikan gizi berupa karton persegi panjang berukuran 9 x 7 cm yang berisi gambar mengenai gizi dan kesehatan.

Karakteristik contoh adalah ciri-ciri yang terdapat pada contoh yang meliputi jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, agama serta minat dan hobi contoh.

Jenis kelamin adalah pembagian contoh ke dalam laki-laki atau perempuan. Usia adalah ukuran satuan tahun contoh penelitian.

(31)

Hobi adalah kegiatan sehari-hari yang disukai contoh.

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri yang ada pada keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pekerjaan orang tua serta pendidikan orang tua. Besar keluarga adalah banyaknya jumlah individu yang ada dalam suatu keluarga yang dikategorikan menjadi keluarga kecil, sedang dan besar. Pekerjaan orang tua adalah jenis mata pencahariaan orang tua contoh yang

dikategorikan menjadi pegawai negeri, karyawan swasta, wiraswasta, ABRI/TNI/POLRI, buruh, supir (khusus ayah) Ibu rumah tangga (khusus ibu), serta tidak bekerja.

Pendidikan orang tua adalah riwayat pendidikan terakhir yang ditempuh orang tua contoh penelitian yang dikategorikan menjadi SD, SMP, SMA/SMK/STM, Ahli Madya, Sarjana/Pascasarjana serta tidak sekolah. Tingkat kesukaan contoh adalah tingkat kesukaan contoh terhadap media lagu

anak-anak dan media kartu bergambar yang dinilai berdasarkan komponen media-media tersebut dan hasilnya dapat digunakan untuk mengetahui tinngkat penerimaan.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di tiga sekolah yang berlokasi di kota Bogor dengan akreditasi B. Lokasi penelitian yang pertama adalah SDN Balungbang Jaya 3. Sekolah ini terletak di Jalan Cilubang, Kelurahan Balungbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1980 yang saat ini dikepalai oleh Bapak Suparno HP, S.Pd. Jumlah tenaga pengajar tetap di sekolah ini sebanyak 10 orang dengan rata-rata pendidikan terakhir yaitu Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sarjana. Sedangkan, jumlah tenaga pengajar tidak tetap (honorer) berjumlah dua orang dengan pendidikan terakhir masing-masing D2 dan D3.

Sekolah ini memiliki enam kelas yang masing-masing tingkatan hanya terdiri dari satu kelas. Jumlah keseluruhan murid disekolah ini yaitu 225 murid dengan komposisi murid laki-laki berjumlah 117 siswa dan murid perempuan berjumlah 108 siswi. Murid kelas V disekolah ini berjumlah 39 murid dengan komposisi 18 murid laki-laki dan 21 murid perempuan.

SDN Balungbang Jaya 3 hanya memiliki enam ruangan kelas tanpa ada fasilitas ruangan lain seperti perpustakaan, kantin sekolah ataupun laboratorium komputer. Jam belajar di sekolah ini hanya dilakukan di pagi hari yaitu dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB untuk kelas I dan II serta hingga pukul 12.00 WIB untuk kelas III, IV, V, dan VI. Tidak ada kegiatan ekstrakurikuler lain disamping kegiatan pramuka yang dapat diikuti oleh siswa-siswi SDN Balungbang Jaya 3.

Lokasi penelitian lain adalah SDN Kebon Pedes 3. Lokasi berdirinya sekolah ini yaitu di Jalan Kebon Pedes No. 31, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini dikepalai oleh Bapak Hasan Sadjeli WP. Bed. Jumlah total tenaga pengajar di sekolah ini sebanyak 26 orang dimana sebagian besar tenaga pengajar dengan status tenaga pengajar tetap berjumlah 22 orang dan empat orang lainnya sebagai tenaga pengajar tidak tetap (honorer). Sebagian besar tenaga pengajar tetap menempuh pendidikan terakhir sebagai sarjana. Sedangkan, sebagian besar tenaga pengajar tidak tetap menempuh pendidikan terakhir hingga tingkat pascasarjana.

(33)

jumlah murid laki-laki sebanyak 338 siswa dan jumlah murid perempuan sebanyak 351 siswa. Jumlah total murid kelas V berjumlah 135 murid. Kelas V yang terpilih sebagai kelas penelitian adalah kelas VA dengan jumlah murid sebanyak 44 murid yang didominasi oleh murid perempuan sebanyak 28 siswi dan sisanya murid laki-laki sebanyak 16 siswa.

Sekolah ini hanya memiliki 10 ruang kelas dengan fasilitas tambahan berupa satu ruang laboratorium komputer dan satu ruang perpustakaan. Jam belajar yang diterapkan di sekolah ini dibagi menjadi dua yaitu jam belajar pagi dan siang. Jam belajar pagi dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 Wib terkecuali untuk kelas I dan II hingga pukul 10.00 WIB. Jam belajar siang dimulai pukul 12.30 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini yaitu pramuka dan bela diri.

Sekolah terakhir yang menjadi lokasi penelitian adalah SDN Ciluar 2. Sekolah ini bertempat di Jalan Sukaraja No. 36, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini berdiri sejak 1981 dan saat ini dikepalai oleh Bapak Gunarto S.Pd. Tenaga pengajar tetap di sekolah ini berjumlah 12 orang dengan pendidikan terakhir S1. Sedangkan tenaga pengajar tidak tetap berjumlah dua orang dengan pendidikan terakhir D2.

Total keseluruhan kelas di sekolah ini berjumlah 15 kelas. Kelas I, II, dan III masing berjumlah tiga kelas sedangkan kelas IV, V, dan VI masing-masing berjumlah dua kelas. Jumlah keseluruhan murid yaitu 628 murid dimana murid laki-laki berjumlah 324 siswa dan murid perempuan berjumlah 302 siswi. Kelas V yang dijadikan sebagai contoh penelitian adalah kelas VB dengan jumlah 45 murid yang terdiri dari 21 siswa dan 24 siswi.

Jam belajar yang diterapkan disekolah ini dibagi menjadi dua yaitu jam belajar pagi dan siang. Jam belajar pagi dimulai pukul 07.00 WIB hingaa pukul 12.00 WIB terkecuali kelas I dan II hingga pukul 10.00 WIB. Sedangkan jam belajar siang dimulai pukul 12.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB. Sekolah ini hanya memiliki sembilan ruang sekolah. Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup beragam. Terdapat fasilitas perpustakaan, kantin sekolah, serta laboratorium komputer. Kegiatan ekstrakurikuler disekolah ini terdiri dari dua kegiatan yaitu pramuka dan bela diri.

(34)

kelas V pada tahun 2009 dan 2010. Berikut ini disajikan rata-rata nilai ujian semester di tiga sekolah tersebut.

Tabel 4 Rata-rata nilai ujian semester tahun 2009 dan 2010

No Nama Sekolah Tahun 2009 Tahun 2010 Semester 1 Semester 2 Semester 1 1. Balungbang Jaya 3 67 71 74 2. Kebon Pedes 03 72 75 79

3. Ciluar 2 70 72 75

Karakteristik Keluarga

Besar Keluarga

Besar keluarga contoh dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu keluarga kecil (< 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang) dan keluarga besar (> 8 orang). Hasil memperlihatkan bahwa sebagian besar contoh penelitian berada pada kelompok keluarga kecil (< 4 orang) dengan persentase sebesar 54.1% dan kemudian diikuti pada kelompok keluarga sedang (5-7 orang) dengan persentase 44% dari total keseluruhan contoh penelitian. Hanya 1.8% saja dari total contoh penelitian yang tergolong keluarga besar (> 8 orang). Hal ini juga terlihat pada ketiga kelompok penelitian. Pada kelompok kontrol lebih dari setengahnya (52.6%) tergolong keluarga kecil dan 44.7% nya tergolong keluarga sedang. Sama halnya pada kelompok perlakuan lagu, besar keluarga didominasi oleh keluarga kecil dengan persentase 62.9% dan sisanya adalah keluarga sedang dengan persentase 37.1%. Perbedaan terjadi pada kelompok perlakuan kartu yang didominasi oleh keluarga sedang dengan persentase 50% kemudian diikuti dengan keluarga kecil dengan persentase 47.2%. Uji statistika menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara besar keluarga pada kelompok-kelompok penelitian (p=0.654, p>0.05). Di bawah ini adalah sebaran contoh berdasarkan besar keluarga.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

(35)

Asal Daerah

Keluarga contoh dalam penelitian memiliki asal daerah yang cukup beragam. Diantaranya adalah berasal dari daerah Sunda, Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Betawi dan Sumatera (Lampung, Padang, dan Palembang). Terdapat keluarga contoh yang berasal dari dua daerah yang berbeda sehingga dalam tabel digolongkan ke dalam suku campuran.

Hasil memperlihatkan bahwa sebagian besar contoh penelitian berasal dari daerah Sunda dengan persentase 46.8% diikuti dengan campuran yang didominasi dari perpaduan suku Jawa dan Sunda sebesar 42.2% dari total keseluruhan. Asal daerah kelompok kontrol setengahnya (50%) didominasi dari suku campuran dengan persentase paling banyak dari perpaduan suku Jawa dan Sunda. Berbeda dengan kelompok kontrol, pada kelompok perlakuan lagu asal daerah contoh paling banyak berasal dari suku Sunda dengan persentase 65.7%. Sedangkan, pada kelompok perlakuan kartu asal daerah contoh terbanyak terdapat pada suku Jawa dan campuran dengan persentase yang sama yaitu masing-masing sebesar 41.7%. Tidak ada perbedaan yang signifikan untuk asal daerah pada ketiga kelompok penelitian (p =0.080, p>0.05). Berikut ini disajikan sebaran contoh berdasarkan asal daerah keluarga contoh.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan asal daerah keluarga Asal Daerah Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

Sunda 13 34.2 23 65.7 15 41.7 51.0 46.8 Betawi 0 0.0 0 0.0 1 2.8 1.0 0.9

Jawa 3 7.9 0 0.0 4 11.1 7.0 6.4 Sumatera 3 7.9 0 0.0 1 2.8 4.0 3.7 Campuran 19 50.0 12 34.3 15 41.7 46.0 42.2

Total 38 100 35 100 36 100 109 100

Pekerjaan Orangtua

(36)
[image:36.595.110.511.287.469.2]

Pekerjaan orangtua (Ayah) pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan kartu didominasi oleh karyawan swasta dengan persentase pada masing-masing kelompok berturut-turut sebesar 34.2% dan 66.7%. Berbeda halnya dengan pekerjaan orang tua (Ayah) pada kelompok perlakuan lagu yang didominasi oleh pekerjaan sebagai buruh dengan persentase 37.1%. Terdapat satu contoh pada kelompok kontrol yang ayahnya sudah meninggal dunia sehingga jumlah ayah pada kelompok kontrol berkurang menjadi 37 orang. Uji statistika menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk pekerjaan orangtua (Ayah) pada kelompok penelitian. (p=0.001, p<0.05). Berikut ini adalah sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua (Ayah).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua (Ayah)

Pekarjaan Ayah Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

Karyawan Swasta 13 34.2 8 22.9 24 66.7 45.0 41.3 Pegawai Negeri

Sipil 3 7.9 1 2.9 3 8.3 7.0 6.4 TNI/Polisi/ABRI 1 2.6 0 0.0 0 0.0 1.0 0.9 Buruh 8 21.1 13 37.1 4 11.1 25.0 22.9 Wiraswasta 12 31.6 7 20.0 5 13.9 24.0 22.0 Supir 0 0.0 2 5.7 0 0.0 2.0 1.8 Tidak Bekerja 0 0.0 4 11.4 0 0.0 4.0 3.7 Alm. 1 2.6 0 0.0 0 0.0 1.0 0.9 Total 38 100 35 100 36 100 109 100

(37)
[image:37.595.110.506.102.245.2]

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua (Ibu) Pekerjaan Ibu Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

Karyawan Swasta 0 0.0 1 2.9 1 2.8 2.0 1.8 Pegawai Negeri Sipil 2 5.3 0 0.0 2 5.6 4.0 3.7 Buruh 0 0.0 3 8.6 0 0.0 3.0 2.8 Wiraswasta 3 7.9 3 8.6 0 0.0 6.0 5.5 Ibu Rumah Tangga 33 86.8 28 80.0 32 88.9 93.0 85.3

Alm. 0 0.0 0 0.0 1 2.8 1.0 0.9 Total 38 100 35 100 36 100 109 100

Pendidikan Terakhir Orangtua

Pendidikan terakhir orangtua contoh dibagai menjadi dua bagian sama halnya dengan pekerjaan orangtua contoh. Pembagian ini didasarkan atas pendidikan terakhir Ayah serta pendidikan terakhir Ibu. Pendidikan terakhir Ayah digolongkan menjadi SD, SMP, SMA/SMK/STM, D1/D2/Ahli Madya, serta Sarjana/Pascasarjana. Hasil memperlihatkan bahwa sebagian besar pendidikan terakhir orangtua (Ayah) contoh adalah pada tingkat SMA/SMK/STM dengan persentase 46.8% kemudian selanjutnya diikuti pendidikan terakhir orangtua (Ayah) contoh pada tingkat SD dengan persentase 22.9% dari total keseluruhan contoh penelitian.

Pendidikan terakhir orangtua (Ayah) pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan kartu didominasi pada tingkat SMA/SMK/STM dengan persentase masing-masing secara berturut-turut adalah 55.3% dan 47.2%. Hal yang berbeda pada kelompok perlakuan lagu adalah pendidikan orangtua (Ayah) pada kelompok ini paling banyak berada pada tingkat SD dengan persentase 40%. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk pendidikan orangtua (Ayah) pada kelompok-kelompok penelitian (p=0.051, p>0.05). Berikut ini adalah sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan terakhir orangtua (Ayah).

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir orangtua (Ayah) Pendidikan Ayah Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

SD 5 13.2 14 40.0 6 16.7 25 22.9 SMP 5 13.2 6 17.1 4 11.1 15 13.8 SMA/SMK/STM 21 55.3 13 37.1 17 47.2 51 46.8 D1/D2/Ahli Madya 3 7.9 1 2.9 1 2.8 5 4.6

(38)
[image:38.595.111.512.389.512.2]

Pendidikan terakhir orangtua (Ibu) contoh penelitian juga digolongkan menjadi enam golongan sesuai dengan sebaran contoh. Pada tabel sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir orangtua (Ibu) menunjukkan bahwa orangtua (Ibu) contoh penelitian paling banyak mencapai pendidikan terakhir pada tingkat SMA/SMK/STM dengan persentase 41.3% kemudiaan diikuti pada tingkat SD dengan persentase 31.2% dari total keseluruhan contoh. Pada kelompok perlakuan lagu, pendidikan terakhir (Ibu) berada pada tingkat SD dengan persentase 71.4%. Hal ini berbeda dengan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan kartu dimana pendidikan orangtua (Ibu) didominasi pada tingkat SMA/SMK/STM dengan persentase pada kelompok kontrol sebesar 57.9% dan persentase pada kelompok perlakuan kartu sebesar 47.2%. Berdasarkan hasil uji statistika, terdapat perbedaan yang signifikan untuk pendidikan orangtua (Ibu) pada kelompok-kelompok penelitian (p=0.000, p<0.05). Berikut ini disajikan sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir orangtua (Ibu).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir orangtua (Ibu) Pendidikan Ibu Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

SD 5 13.2 25 71.4 4 11.1 34 31.2 SMP 5 13.2 4 11.4 7 19.4 16 14.7 SMA/SMK/STM 22 57.9 6 17.1 17 47.2 45 41.3 D1/D2/Ahli Madya 1 2.6 0 0.0 2 5.6 3 2.8 S1/S2/S3 5 13.2 0 0.0 6 16.7 11 10.1 Total 38 100 35 100 36 100 109 100

Karakteristik Contoh Penelitian

Jenis Kelamin

(39)

perlakuan lagu berjumlah 19 siswi (54.3%), dan pada kelompok perlakuan kartu berjumlah 21 siswi (58.3%) dari total masing-masing contoh pada tiap kelompok penelitian. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal jenis kelamin pada ketiga kelompok penelitian (p=0.743, p>0.05). Berikut ini disajikan sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

Laki-laki 14 36.8 16 45.7 15 41.7 45 41.3 Perempuan 24 63.2 19 54.3 21 58.3 64 58.7 Total 38 100 35 100 36 100 109 100

Usia

Kriteria pemilihan contoh dalam penelitian ini adalah AUS dasar dengan usia 9- 12 tahun. Penelitian ini menggolongkan pembagian umur contoh penelitian berdasarkan kriteria tersebut. Hasil menunjukkan bahwa secara keseluruhan contoh penelitian berada pada usia 11 tahun dengan jumlah contoh sebanyak 66 siswa atau 60.6% dari total keseluruhan contoh penelitian. Hal ini juga terlihat pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan kartu dengan jumlah contoh terbanyak pada masing-masing kelompok berada pada usia 11 tahun. Jumlah siswa dengan usia 11 tahun pada kelompok kontrol berjumlah 25 siswa atau 65.8% dari total contoh. Sedangkan, pada kelompok perlakuan kartu jumlah siswa yang berusia 11 tahun sebanyak 26 siswa atau 72.2% dari total contoh pada kelompok. Berbeda halnya dengan dua kelompok sebelumnya, kelompok perlakuan lagu didominasi oleh contoh dengan usia 10 tahun dengan jumlah 16 siswa atau setara dengan 45.7% dari total contoh pada kelompok. Tidak ada satupun contoh dari keseluruhan contoh yang berusia sembilan tahun. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk usia pada kelompok-kelompok penelitian (p=0.032, p<0.05). Berikut ini disajikan sebaran contoh berdasarkan usia.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan usia

Usia Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

9 Tahun 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 10 Tahun 13 34.2 16 45.7 7 19.4 36 33.0 11 Tahun 25 65.8 15 42.9 26 72.2 66 60.6 12 Tahun 0 0.0 4 11.4 3 8.3 7 6.4

(40)

Urutan Kelahiran

Urutan kelahiran contoh penelitian cukup bervariasi. Penggolongan urutan kelahiran contoh digolongkan menjadi enam golongan yaitu urutan kelahiran ke-1 hingga urutan kelahiran ke-6 sesuai dengan sebaran contoh. Hasil memperlihatkan bahwa secara keseluruhan contoh penelitian menempati urutan kelahiran pertama dalam keluarganya. Sebanyak 47 siswa atau 43.1% contoh penelitian menempati urutan kelahiran pertama dalam keluarganya dari total keseluruhan contoh penelitian. Selanjutnya contoh penelitian paling banyak menempati urutan kelahiran kedua dengan jumlah 33 siswa atau 30.3% dari total keseluruhan contoh penelitian. Hal yang sama diperlihatkan pada ketiga kelompok penelitian. Pada kelompok kontrol sebanyak 17 siswa atau 44.7% menempati urutan kelahiran pertama dari keseluruhan jumlah contoh dalam kelompok. Pada kelompok perlakuan lagu sebanyak 15 siswa atau 42.9% menempati urutan kelahiran pertama dalam keluarganya. Pada kelompok perlakuan kartu sebanyak 15 siswa menempati urutan kelahiran pertama atau 41.7% dari keseluruhan jumlah contoh pada kelompok. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk urutan kelahiran contoh pada kelompok-kelompok penelitian (p=0.981, p>0.05). Berikut ini disajikan sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran contoh

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarakan urutan kelahiran. Urutan

Kelahiran Kontrol Perlakuan Lagu Perlakuan Kartu Total

n % n % n % n %

Ke-1 17 44.7 15 42.9 15 41.7 47 43.1 Ke-2 13 34.2 10 28.6 10 27.8 33 30.3 Ke-3 5 13.2 7 20.0 7 19.4 19 17.4 Ke-4 1 2.6 1 2.9 2 5.6 4 3.7 Ke-5 1 2.6 2 5.7 1 2.8 4 3.7 Ke-6 1 2.6 0 0.0 1 2.8 2 1.8 Total 38 100 35 100 36 100 109 100

Agama

(41)

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Proses Penarikan Contoh
Gambar 3 Taraf perlakuan contoh penelitian
Tabel 2 Variabel dan pilihan jawaban yang menggunakan skala likert empat point
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan yaitu guru mengenalkan media kartu angka dan kartu bergambar pada anak, setiap

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan kartu angka bergambar terhadap motivasi belajar anak usia dini materi pengenalan angka dan operasi

Berdasarkan permasalahan di atas, maka solusi yang ditawarkan, guru perlu menggunakan media kartu angka bergambar, media kartu angka bergambar berupa gambar dan

Hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka bergambar pada kegiatan anak dalam pengenalan lambang bilangan

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang

Berdasarkan hasil pengumpulan data pengaruh media kartu bergambar terhadap kemampuan berbicara anak kelompok B TK Pertiwi Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang

Langkah pembelajaran menggunakan kartu bergambar adalah sebagai berikut: 1 Guru menyiapkan peserta didik, 2 Guru mengenalkan dan menjelaskan media kartu bergambar pada anak, 3 Guru

Penggunaan media kartu huruf bergambar diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca pada anak usia dini di PAUD Tunas Bangsa 02 sehingga memberikan hasil