PERBEDAAN KADAR SERUM ADIPONEKTIN PADA
HAMIL PREEKLAMPSIA BERAT DAN HAMIL NORMAL
DI RSUP.H.ADAM MALIK, RSUD.Dr.PIRNGADI DAN
RS JEJARING FK USU MEDAN
T E S I S
O L E H :
IVO FITRIAN CANITRY
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP. H. ADAM MALIK
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
PEMBIMBING:
Dr.dr.Sarma N Lumbanraja, SpOG(K)
dr.Letta S Lintang, M.Ked(OG),SpOG
PENYANGGAH :
dr.Makmur Sitepu, M.Ked(OG),SpOG(K)
Dr.dr.Binarwan Halim, M.Ked(OG),SpOG(K)
Prof.dr.M.Fauzie Sahil, SpOG(K)
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian ini telah disetujui oleh TIM – 5 :
PEMBIMBING :
Dr.dr.Sarma N Lumbanraja, SpOG(K)
Pembimbing I Tgl : Oktober 2013
.………..
dr.Letta S Lintang, M.Ked(OG), SpOG(K)
Pembimbing II Tgl : Oktober 2013
…...
PENYANGGAH
dr.Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG(K)
Sub bagian Feto Maternal Tgl : Oktober 2013
..………...
Dr.dr.Binarwan Halim, M.Ked(OG), SpOG(K)
Sub bagian Fertilitas Endokrinologi & Reproduksi Tgl : Oktober 2013
...
Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K)
Sub bagian Onkologi Ginekologi Tgl : Oktober 2013
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat ridho dan
karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk menyelesaikan program pendidikan spesialis dalam bidang
Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini
banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan
saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“PERBEDAAN KADAR SERUM ADIPONEKTIN
PADA HAMIL PREEKLAMPSIA BERAT DAN HAMIL NORMAL DI RSUP.H.ADAM MALIK, RSUD.Dr.PIRNGADI,
DAN RS JEJARING FK USU MEDAN”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti
Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.
2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Hendry Salim, SpOG(K),
Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr.
M. Rhiza Z Tala, M.Ked(OG),SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; ketua divisi fetomaternal SMF Kebidanan
dan Penyakit Kandungan RSHAM: dr. Makmur Sitepu,M.Ked(OG), SpOG(K); ketua
divisi Fertilisasi Endokrinologi dan Reproduksi SMF kebidanan dan penyakit
kandungan RSHAM: dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K); ketua divisi
Onkologi SMF kebidanan dan penyakit kandungan RSHAM Prof. dr. M. Fauzie
Sahil, SpOG(K); dan juga Prof. dr. Jusuf Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Djafar Siddik,
SpOG(K); Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. DR. dr. M. Thamrin
Tanjung, SpOG(K); Prof. dr. T.M. Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Budi R. Hadibroto,
SpOG(K); Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea,
SpOG(K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti
pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG(K) selaku pembimbing tesis saya, yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan kepada saya dalam melakukan penelitian
ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya bersama dengan dr. Letta S Lintang,
M.Ked(OG), SpOG yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk
membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai
bersama dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG(K); Dr. dr. Binarwan Halim,
M.Ked(OG), SpOG(K) ; dan Prof. dr. M Fauzie Sahil, SpOG(K), selaku penyanggah
sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis
ini hingga selesai.
4. Terima Kasih kepada dr.Najaruddin Jaffar, SpOG(K) selaku pembimbing Referat
Mini Feto Maternal saya yang berjudul “Peripartum Kardiomiopati” ; Kepada dr.
Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku pembimbing Referat Mini Fertilitas
Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul “Reseptivitas Endometrium”;
Kepada Prof. dr. M Fauzie Sahil, SpOG(K) selaku pembimbing Referat Mini
Onkologi Ginekologi saya yang berjudul “Anatomi dan Topography Pelvis
Wanita”
5. dr. Riza Rivani SpOG(K) selaku Bapak Angkat yang telah banyak mengayomi,
membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya
dalam menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.
6. dr. Surya Dharma dan dr. Arlinda yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing saya dalam penyelesaikan uji statistik tesis ini.
7. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H.
Adam Malik; RSUD Dr. Pirngadi Medan; Rumkit KESDAM TK.II; RSU.Sundari; RSU
Haji; RS.PTPN II Tembakau Deli yang secara langsung telah banyak membimbing
dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha
8. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan
sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan spesialis
Departemen Obstetri dan Ginekologi di departemen Obstetri dan Ginekologi FK
USU Medan.
9. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Wadir Pelayanan RSUD Dr. Pirngadi
Medan dr. Rushakim Lubis, SpOG beserta Ketua SMF Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K);
sekretaris SMF kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan;
Koordinator Pendidikan dokter spesialis SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Sanusi Piliang, SpOG ; koordinator penelitian SMF
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Fadjrir, SpOG;
koordinator pelayanan SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr.
Pirngadi Medan, dr. Jenius L. Tobing, SpOG; ketua divisi fetomaternal SMF
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Christoffel
Tobing, SpOG(K); ketua divisi Fertilisasi Endokrinologi dan Reproduksi SMF
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Aswar Aboet,
SpOG(K) ; ketua divisi Onkoginekologi SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG(K), dan dr. John. S.
Khoman, SpOG(K); beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana
untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi
10. Ka Rumkit Tk II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Ka.SMF OBGYN Rumkit Tk
II Puteri Hijau KESDAM I BB Medan Mayor CKM dr.Gunawan Rusuldi, SpoG; dr
M.Yazim Yakub, SpOG; dr.Santa Sianipar, SpOG; dr. Agnes Dwi H, SpOG(K) yang
telah memberikan kesempatan dan sarana serta bimbingan selama saya bertugas
di rumah sakit tersebut.
11. Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Haji
Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staff yang telah memberikan
kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.
12. Direktur RSU Sundari Medan dan kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU
Sundari Medan dr. H.M.Haidir, MHA, SpOG; dr. Ali Akbar Hasibuan, M.Ked(OG),
SpOG; dr. Juni Hardi Tarigan, SpOG; dan ibu Bd. Sundari, Am.Keb yang telah
memberikan saya kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di rumah sakit
tersebut.
13. Direktur dan seluruh staff di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD.SIPIROK
Kab.Tapanuli Selatan yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk
menjalani pendidikan dan segala bantuan moril selama saya bertugas di rumah
sakit tersebut.
14. Kepada Almarhummah Ibu Hj. Asnawati Hasibuan; beserta Ibu Hj. Sosmalahayati;
Ibu Zubaedah; Ibu Sudarmawan; ibu Bani; Rahmi, Amd; Winta Widyasari,Amd;
Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr.
Pirngadi Medan, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
15. Kepada senior-senior saya dr. David Luther Lubis, M.Ked(OG), SpOG; dr. M. Rizki
Yaznil, M.Ked(OG),SpOG; dr. Ilham Sejahtera Lubis, SpOG; dr. T.Jeffrey Abdillah,
SpOG; dr. Nur Aflah, SpOG; dr. Maya Hasmita, SpOG; dr. Riza Hendrawan, SpOG;
dr. M. Yusuf Rachmatsyah, SpOG; dr. Benni Johan Marpaung, SpOG; dr.Ari
Abdurrahman Lubis; SpOG; dr. Hatsari Marintan Siahaan, SpOG; dr. Yuri
Andriansyah, spOG; dr. Ulfah W. Kusumah, M.Ked(OG), SpOG; dr. Heidy Tan,
SpOG; dr. Errol hamzah, SpOG; dr. Rizka Heriansyah, SpOG; dr. Boy Rifai Siregar,
SpOG; dr. Reynanta, SpOG; dr. T. Johan Avicena, M.Ked(OG), SpOG; dr. Tigor P.
Hasugian, M.Ked(OG),SpOG; dr. Hendryadi Syahputra, M.Ked(OG), SpOG; dr.
Arjuna saputra, M.Ked(OG), SpOG; dr. Riske Eka Putri, M.Ked(OG); dr. Ali Akbar
Hsb, M.Ked(OG), SpOG; dr. Irwansyah Putra, M.Ked(OG),SpOG; dr. Janwar
sahnanda, M.Ked(OG),SpOG; dr. Aries misrawani, dr. Robby Pakpahan; dr.
Muhammad Yusuf, M.Ked(OG), SpOG; dr. Dany ariyani, M.Ked(OG), SpOG; dr.
Morel sembiring; dr. M. Arief Siregar, M.Ked(OG); dr. Yudha Sudewo, M.Ked(OG);
dr. Ferdiansyah Putra Harahap, M.Ked(OG), dr. Eka Handayani, M.Ked(OG); dr. M.
Rizky P Lubis, dr. Pantas; dr. Sri Damayana, M.Ked(OG); serta senior-senior saya
lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, terimakasih untuk
16. Kepada teman – teman seangkatan saya (G18); dr. Ika Sulaika; dr.Edi Rizaldi;
dr.Hotbin Purba; dr.Kiko Marpaung, M.Ked(OG); dr. Edward Sugito Manurung,
M.Ked(OG); dr. Erwin Edi Harahap, dr.Abdur Rohim Lubis, M.Ked(OG); dr.Ricca
Puspita Rahim, M.Ked(OG); dr.Rizal Sangadji, dr.Julita Adriani Lubis, M.Ked(OG);
dr.Novrial; dan dr.M. Wahyu Wibowo, M.Ked(OG); dr.Ray C. Barus, M.Ked(OG);
dr.Nureliani Amni, dr.Hiro Danial Nasution, dr.Fifianti P. Adella, dr. Anindita Novna,
M.Ked(OG); kita lah angkatan yang anggotanya paling banyak, terima kasih untuk
kebersamaan dan kerjasamanya selama pendidikan ini.
17. Kepada tim jaga ku tersayang; dr. Ray C Barus, M.Ked(OG); dr. Julita Adriani
Lubis, M.Ked(OG); dr.M. Wahyu Wibowo, M.Ked(OG); dr. Bandini; dr. Juhriyani
Malahayati Lubis; dr. Indra Setiawan; dr. Adrian Oktora Sinuhaji; dr. Nafon zaitun;
dr.Aurora; dr. Eva Maya Puspita; dr. Sugeng; dr.Luthfi Adityarahman; dr. Muhar
terima kasih untuk kebersamaan, kerjasama, dan bantuannya selama pendidikan
ini
18. Kepada junior-junior saya; dr. M. Faisal Fahmi; dr. Ninong Ade Putri; dr. Apriza
Prahatama; dr. Hendrik Tarigan Tua; dr. Masitah; dr. Hilma P. Lubis; dr. Dona
Wirniaty; dr. Chandran F. Saragih; dr.Alfred; dr. Renny Anggraini; dr. Yasmien
Hasby; dr. Johan Ricardo; dr. Arvitamuriany, dr.Daniel Simbolon; dr. M. Wahyu
Utomo; dr. Renny Junitasari; dr. Hamima nurul adisty, M.Ked(OG); dr. Obed; dr.
Rizal Aritonang; dr. Trisna; dr. Servin P. Djaganata; dr. Safik; dr. Larry; dr. Donni;
dr. Toni Simarmata; dr. Diah; dr. Irliansyah Putra; dr. Heikal; dr. Ratih; dr. Dalmy
Lidya Irtifany Lubis; dr. Zulkarnaen tambunan; dr.Anisya; dr. Dahler; dr. Marissa J
Tobing; dr. Ria Suci Nurlianti; dr. Devi Meliana; dr.Syauki; dr.Isnayu; dr. Diah
nurvita; dr. Qisthi; alm dr. Kartika; dr. Rizky Fahreza Hrp; dr.Wardi; dr.Vivi;
dr.Nutrisia; dr. Rina; serta seluruh teman sejawat asisten ahli lainnya yang tidak
mungkin saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan
kerjasamanya selama menjalani pendidikan ini.
19. Teman sejawat asisten ahli dari departemen lainnya, dokter muda, bidan,
paramedis, karyawan/karyawati, dan pasien-pasien yang telah ikut membantu dan
bekrjasama dengan saya dalam menjalani Program Pendidikan Dokter spesialis
Obstetri dan Ginekologi di departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU/RSUP.H.Adam Malik; RSUD.Dr.Pirngadi; RS Rumkit TK II Puteri Hijau
KESDAM II/BB; RSU. Sundari; RSU. Haji; RS.PTPN. Tembakau Deli.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan
kepada kedua Orang Tua saya yang Tersayang dan Terkasih, Ayahanda Drs.
H.Nursal Buchari, Msi dan Ibunda Bd. Hj.Syafyeni, Amd.Keb,S.SiT; tiada kata
terindah yang dapat saya ucapkan melainkan rasa syukur dan terima kasih kepada
Allah SWT yang tidak terhingga karena telah menitipkan saya kepada kedua orang
tua terhebat yang pernah saya temui, yang telah membesarkan, membimbing,
mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil
hingga kini, memberikan keteladanan yang baik dalam menjalani hidup serta
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga saya sampaikan
kepada Bapak Mertua Ir. H.Syamsul Mirwan (Alm) dan Ibu Mertua Hj.Rajnizeti
Razak yang telah banyak membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan
perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.
Buat Suamiku yang Tercinta dan Tersayang, dr. Syamsul Irman, SE tiada kata
lain yang bisa saya sampaikan selain rasa terima kasih buat cinta dan kasih sayang
serta kesabaran, dorongan, semangat, pengorbanan dan doa sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada kakak-kakakku tercinta Yasmawita, S.Kep dan keluarga, serta Bd. Yulizar
dan keluarga, serta adik-adikku tercinta Ovi Maharani Canitry dan Ivan Ramdani
Candra terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa yang telah
diberikan selama ini.
Kepada kakak-kakak iparku tercinta Virgiawanti, SH, Sp1 dan Arief Ramayandi,
Ph.D; Syamsul Hadi, ST,MM dan Rosmardiana, ST; dr. Syamsul Iman
dan dr. Sheilla Virarisca Siregar, MPH; terima kasih atas bantuan, dorongan
semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan
banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan banyak
terima kasih.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua. Amin
Ya Rabbal ’Alamin.
Medan, Oktober 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
ABSTRAK ... xvii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang... 1
1.2.Pertanyaan Penelitian... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II ... 6
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1.Preeklampsia ... 6
2.1.1.Definisi ... 6
2.1.2.Etiologi ... 6
2.1.3.Insidensi dan Faktor Resiko Preeklampsia ... 8
2.1.4.Klasifikasi ... 9
2.1.5.Preeklampsia Onset Dini dan Onset Lambat...10
2.1.6.Gejala Klinis ... 11
2.2.Adiponektin ... 15
2.2.1.Definisi ... 16
2.2.2.Struktur... 17
2.2.3.Sekresi ... 18
2.2.4.Faktor yang berpengaruh terhadap Adiponektin ... 23
2.3.Adiponektin pada Preeklampsia ... 24
2.4.Pemeriksaan Adiponektin ... 27
2.5.Kerangka Teori ... 28
2.6.Kerangka Konsep ... 29
2.7.Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III ... 30
METODE PENELITIAN ... 30
3.1.Rancangan Penelitian... 30
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian... 30
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.3.1.Populasi ... 30
3.3.2.Sampel ... 31
a.Besar Sampel... 31
b.Metode Pengambilan Sampel ... 31
c.Kriteria lnklusi ... 32
d.Kriteria Eksklusi... 32
e.Alat yang Digunakan ... 32
g.Cara Kerja ... 33
h.Analisis Data dan Uji Statistik... 35
i.Batasan Operasional... 35
j.Alur Penelitian ... 36
k.Etika Penelitian... 37
BAB IV... 38
HASIL DAN PEMBAHASAN...38
4.1.Karakteristik subjek penelitian ... 38
4.2.Korelasi antara adiponektin dengan usia ibu hamil normal dan PEB ..39
4.3.Korelasi adiponektin dengan gravida ibu hamil normal dan PEB ...41
4.4.Korelasi adiponektin dengan umur kehamilan pada hamil normal dan PEB...42
4.5.Perbedaan kadar adiponektin antara hamil PEB dengan hamil normal...44
4.6.Kadar Gula Darah Sewaktu pada hamil normal dan PEB... 45
4.7.Perbedaan kadar insulin antara hamil PEB dengan hamil normal ... 46
4.8.Korelasi antara kadar insulin dengan adiponektin pada hamil normal dengan hamil PEB...47
BAB V... 49
KESIMPULAN DAN SARAN...49
5.1.Kesimpulan ... 49
5.2.Saran ... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Implantasi plasenta ... 13
Gambar 2. Arteri spiralis pada kehamilan normal dan preeklampsia... 14
Gambar 3. Struktur adiponektin... 16
Gambar 4. Bentuk multimer adiponektin... 18
Gambar 5. Obesitas, resistensi adiponektin, dan resistensi insulin... 20
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian... 38
Tabel 2. Korelasi antara adiponektin dengan usia ibu pada hamil normal ...39
Tabel 3. Korelasi antara adiponektin dengan usia ibu pada hamil PEB.... ...40
Tabel 4. Korelasi antara kadar adiponektin dengan gravida pada hamil normal...41
Tabel 5. Korelasi antara kadar adiponektin dengan gravida pada hamil PEB41 Tabel 6. Korelasi antara kadar adiponektin dengan usia kehamilan ibu pada hamil normal... 42
Tabel 7. Korelasi antara kadar adiponektin dengan usia kehamilan ibu pada hamil PEB...43
Tabel 8. Perbedaan kadar adiponektin pada hamil normal dan PEB... 44
Tabel 9. Kadar rerata gula darah sewaktu pada hamil normal dan PEB... 45
Tabel 10. Perbedaan kadar insulin antara hamil normal dan PEB... 46
Tabel 11. Korelasi antara kadar insulin dan adiponektin pada hamil normal... 47
DAFTAR SINGKATAN
AdipoR1 = Adiponektin Reseptor 1 AdipoR2 = Adiponektin Reseptor 2
ACRP 30 = Adipocyte Complement Related Protein 30 APMI = Adiposa Most Abundant Gene Transcript I
AMPK = Adenosin Monophosphate Activated Proteinkinase BMP = Bone Morphogenic Protein
ICAM-1 = Intracelluler Adhesion Moleculer – 1
NO = Nitrid Oxyde
NF-kβ = Nuclear Factor Kappa β
PEB = Preeklampsia Berat PER = Preeklampsia Ringan
PAI = Plasminogen Activator Inhibitor
PPARα = Peroxisome Proliferator Activator Receptor α RIA = Radioimmunoassay
ROS = Reactive Oxygen Species
TNF = Tumor Nekrosis Faktor TGF = Transforming Growth Factor
PERBEDAAN KADAR SERUM ADIPONEKTIN
PADA HAMIL PREEKLAMPSIA BERAT DAN HAMIL NORMAL
DI RSUP. H.ADAM MALIK , RSUD.Dr.PIRNGADI DAN RS JEJARING FK USU MEDAN
Canitry IF
Sitepu Makmur, Halim Binarwan, Sahil MF , Lumbanraja SN, Lintang LS,
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Indonesia, Oktober 2013.
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Preeklampsia merupakan penyumbang angka kematian ibu. Beberapa faktor dan kemungkinan preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Hal yang paling penting adalah terdapatnya kerusakan endotel sebagai akhir dari preeklampsia. Adiponektin berperan dalam menekan proses inflamasi dan perubahan vaskuler. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar serum adiponektin pada pasien hamil preeklampsia berat dengan hamil normal.
TUJUAN: Untuk mengetahui perbedaan kadar adiponektin serum pada pasien hamil preeklampsia berat dengan hamil normal,
METODE: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan di kamar bersalin bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP H.Adam Malik, RSUD.Dr.Pirngadi dan RS Jejaring FK USU di Medan. Pemeriksaan kadar serum adiponektin dilakukan di Laboratorium Prodia Medan. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi. Populasi adalah wanita hamil normal dan preeclampsia berat di kamar bersalin bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP.H.Adam Malik, RSUD.Dr.Pirngadi, dan RS Jejaring FK USU di Medan. Dengan variable bebas: adiponektin, variable bergantung: preeklampsia berat dan hamil normal. Analisis data dan uji statistik dilakukan untuk menganalisa perbedaan antara kadar adiponektin hamil normal dengan preeclampsia berat menggunakan program uji statistik t-test dengan tingkat kepercayaan 95%.
HASIL: Karakteristik subyek penelitian terbanyak dengan diagnosa PEB berumur 20-35 tahun (75%), hamil normal 20-35 tahun (85%) primigravida (40%), dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu (70%). Rerata kadar adiponektin pada hamil preekalmpsia berat adalah 2.686 μg/mL dan rerata kadar adiponektin pada hamil normal 6.372 μg/mL dimana perbedaan tersebut bermakna secara statistik (p <0.001). Rerata kadar insulin
pada hamil Preeklampsia berat adalah 6.576 μIU/mL dan hamil normal adalah 7,172 μIU/mL dimana perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05).
KESIMPULAN: Kadar adiponektin pada hamil preeklampsia berat adalah lebih rendah dibandingkan hamil normal
ADIPONECTIN SERUM LEVEL DIFERRENCES BETWEEN SEVERE
PREECLAMPSIA PREGNANCY WITH NORMAL PREGNANCY ON ADAM MALIK HOSPITAL, Dr. PIRNGADI HOSPITAL, AND AFFILIATED HOSPITAL OF FACULTY
OF MEDICINEOF UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
Canitry IF
Sitepu Makmur, Halim Binarwan, Sahil MF , Lumbanraja SN, Lintang LS,
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine University of North Sumatra,
Indonesia, Oktober 2013 ABSTRACT
BACKGROUND: preeclampsia is one of the contributor for maternal mortality rate. There are many factors and possibility can complicate and leads to mortality.the most important factor is endothelial damage by the end of preeclampsia stage. Adiponectin’s role is to reduce inflammation and vascular alteration. This research is held to find out adiponectin serum level differences between severe preeclampsia pregnancy with normal pregnancy.
OBJECTIVE : to know the differences between adionectin levels in severe preeclampsia and normotensive preeclampsia
METHODS: This study was cross sectional study. Research was held on delivery room of Obstetric and Gynecology department of Adam Malik Hospital, Dr. Pirngadi Hospital, and affiliated hospital of University of North Sumatra. Adinopectin serum level assessment was done on Prodia Laboratory Medan. Research was start from June 2013 untill the sample quantity was fulfilled. The population of sample are pregnant woman with preeclampsia and normal pregnancy on delivery room of Obstetric and Gynecology department of Adam Malik Hospital, Dr. Pirngadi Hospital, and affiliated hospital of University of North Sumatra. The independent variable is adiponectin, dependent variable is severe preeclampsia and normal pregnancy. Data analysis and statistical tests was perform to analyze difference between adiponectin level between normal pregnancy and preeclampsia using t-test statistic program with reliability level 95%.
RESULT: The common characteristics of study subjects with severe preeclampsia was 20 – 35 years old (75%), primigravida (40%), with gestational age ≥ 37 weeks (70%). Average adiponectin level on pregnancy with severe preeclampsia is 2.686 μg/mL and average adiponectin level on normal pregnancy is 6.372 μg/mL which there is a statistically significant difference (p <0.001). Average insulin level on pregnancy with severe preeclampsia is 6.576 μIU/mL and normal pregnancy is 7,172 μIU/mL which no statistically significant difference (p>0,05).
CONCLUTION: Adiponectin level on pregnancy with severe preeclampsia is lower than normal pregnancy.
PERBEDAAN KADAR SERUM ADIPONEKTIN
PADA HAMIL PREEKLAMPSIA BERAT DAN HAMIL NORMAL
DI RSUP. H.ADAM MALIK , RSUD.Dr.PIRNGADI DAN RS JEJARING FK USU MEDAN
Canitry IF
Sitepu Makmur, Halim Binarwan, Sahil MF , Lumbanraja SN, Lintang LS,
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Indonesia, Oktober 2013.
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Preeklampsia merupakan penyumbang angka kematian ibu. Beberapa faktor dan kemungkinan preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Hal yang paling penting adalah terdapatnya kerusakan endotel sebagai akhir dari preeklampsia. Adiponektin berperan dalam menekan proses inflamasi dan perubahan vaskuler. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar serum adiponektin pada pasien hamil preeklampsia berat dengan hamil normal.
TUJUAN: Untuk mengetahui perbedaan kadar adiponektin serum pada pasien hamil preeklampsia berat dengan hamil normal,
METODE: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan di kamar bersalin bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP H.Adam Malik, RSUD.Dr.Pirngadi dan RS Jejaring FK USU di Medan. Pemeriksaan kadar serum adiponektin dilakukan di Laboratorium Prodia Medan. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi. Populasi adalah wanita hamil normal dan preeclampsia berat di kamar bersalin bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP.H.Adam Malik, RSUD.Dr.Pirngadi, dan RS Jejaring FK USU di Medan. Dengan variable bebas: adiponektin, variable bergantung: preeklampsia berat dan hamil normal. Analisis data dan uji statistik dilakukan untuk menganalisa perbedaan antara kadar adiponektin hamil normal dengan preeclampsia berat menggunakan program uji statistik t-test dengan tingkat kepercayaan 95%.
HASIL: Karakteristik subyek penelitian terbanyak dengan diagnosa PEB berumur 20-35 tahun (75%), hamil normal 20-35 tahun (85%) primigravida (40%), dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu (70%). Rerata kadar adiponektin pada hamil preekalmpsia berat adalah 2.686 μg/mL dan rerata kadar adiponektin pada hamil normal 6.372 μg/mL dimana perbedaan tersebut bermakna secara statistik (p <0.001). Rerata kadar insulin
pada hamil Preeklampsia berat adalah 6.576 μIU/mL dan hamil normal adalah 7,172 μIU/mL dimana perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05).
KESIMPULAN: Kadar adiponektin pada hamil preeklampsia berat adalah lebih rendah dibandingkan hamil normal
ADIPONECTIN SERUM LEVEL DIFERRENCES BETWEEN SEVERE
PREECLAMPSIA PREGNANCY WITH NORMAL PREGNANCY ON ADAM MALIK HOSPITAL, Dr. PIRNGADI HOSPITAL, AND AFFILIATED HOSPITAL OF FACULTY
OF MEDICINEOF UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
Canitry IF
Sitepu Makmur, Halim Binarwan, Sahil MF , Lumbanraja SN, Lintang LS,
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine University of North Sumatra,
Indonesia, Oktober 2013 ABSTRACT
BACKGROUND: preeclampsia is one of the contributor for maternal mortality rate. There are many factors and possibility can complicate and leads to mortality.the most important factor is endothelial damage by the end of preeclampsia stage. Adiponectin’s role is to reduce inflammation and vascular alteration. This research is held to find out adiponectin serum level differences between severe preeclampsia pregnancy with normal pregnancy.
OBJECTIVE : to know the differences between adionectin levels in severe preeclampsia and normotensive preeclampsia
METHODS: This study was cross sectional study. Research was held on delivery room of Obstetric and Gynecology department of Adam Malik Hospital, Dr. Pirngadi Hospital, and affiliated hospital of University of North Sumatra. Adinopectin serum level assessment was done on Prodia Laboratory Medan. Research was start from June 2013 untill the sample quantity was fulfilled. The population of sample are pregnant woman with preeclampsia and normal pregnancy on delivery room of Obstetric and Gynecology department of Adam Malik Hospital, Dr. Pirngadi Hospital, and affiliated hospital of University of North Sumatra. The independent variable is adiponectin, dependent variable is severe preeclampsia and normal pregnancy. Data analysis and statistical tests was perform to analyze difference between adiponectin level between normal pregnancy and preeclampsia using t-test statistic program with reliability level 95%.
RESULT: The common characteristics of study subjects with severe preeclampsia was 20 – 35 years old (75%), primigravida (40%), with gestational age ≥ 37 weeks (70%). Average adiponectin level on pregnancy with severe preeclampsia is 2.686 μg/mL and average adiponectin level on normal pregnancy is 6.372 μg/mL which there is a statistically significant difference (p <0.001). Average insulin level on pregnancy with severe preeclampsia is 6.576 μIU/mL and normal pregnancy is 7,172 μIU/mL which no statistically significant difference (p>0,05).
CONCLUTION: Adiponectin level on pregnancy with severe preeclampsia is lower than normal pregnancy.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tahun
2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu
270 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sampai saat ini angka
kematian ibu (AKI) tidak dapat turun seperti yang diharapkan, di Indonesia
menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 angka
kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Target
Millenium Development Goal (MDG) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup. Penyumbang angka kematian yang
tinggi ini meliputi perdarahan, preeklampsia, eklampsia dan infeksi.(1)
Insiden preeklampsia di Indonesia diperkirakan 3,4% – 8,5%, di RSU
Hasan Sadikin Bandung 6,4%, RSU Palembang 5,1%, dan RSU Dr. Sarjito
Yogyakarta 3,63% (Suroso, 2003), di RSU Tarakan Jakarta 3,26%
(Sudhaberata, 2001), di RSUD Dr. Pirngadi Medan 4,65% (Simanjuntak, 1999),
RSUP Karyadi 2,85% (Wibisono, 1997) dan RS pendidikan di Makasar 2,61%
(Rambulangi, 2003). Di RS Sanglah Denpasar 1,21% (Armanza,2005).
(2,3)
Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti,
bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan kemungkinan
kematian. Berbagai teori telah dikemukakan seperti teori gizi, genetik, hormonal,
imunologi untuk menjawab etiologi dari preeklampsia. Hal yang paling penting
adalah terdapatnya kerusakan endotel sebagai akhir dari preeklampsia.
Resistensi insulin adalah ketidaksanggupan insulin memberi efek biologik
yang normal pada kadar gula darah tertentu, resistensi insulin menimbulkan
disfungsi endotel dimana disfungsi endotel merupakan dasar untuk terjadinya
manifestasi klinis pada preeklampsia. Resistensi insulin akan menyebabkan
hiperinsulinemia, hiperinsulinemia merupakan faktor predisposisi hipertensi
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dari ginjal. Hiperinsulinemia juga
menyebabkan gangguan profil lipid.
(3)
(4)
Sebelum terjadinya kerusakan endotel pada preeklampsia terdapat suatu
respon inflamasi yang ditandai dengan peningkatan sitokin proinflamasi dan
akumulasi makrofag ke perivaskuler yang dikenal dengan proses aterosis.
Adiponektin berperan dalam menekan proses inflamasi dan perubahan vaskuler.
Adiponektin adalah hormon yang dihasilkan oleh jaringan adiposa.
Banyak bukti yang di dapatkan dari penelitian eksperimental dan studi
epidemiologi yang mendukung peran adiponektin dalam regulasi resistensi
insulin, aterosklerosis, dan respon inflamasi. Berbeda dengan hormon lain yang
dihasilkan jaringan adiposa (adipositokin), konsentrasi adiponektin berkorelasi
negatif dengan resistensi insulin, obesitas, dislipidemia, dan hipertensi. (5)
Adiponektin menekan transformasi makrofag ke sel busa dan
Beberapa laporan penelitian mendapatkan anti inflamasi dari adiponektin,
termasuk menekan produksi makrofag pro inflamasi sitokin, seperti tumor
nekrosis faktor (TNF-α), interferon-gamma (IFN-ƴ) dan interleukin-6 (IL-6).
Zhonghua (2008) mengatakan kadar adiponektin serum pada wanita
hamil dengan preeklampsia berat (3.0984 ± 1.4604) berbeda secara signifikan,
dimana didapatkan lebih rendah dibanding kadar adiponektin serum pada wanita
hamil dibandingkan dengan preeklampsia ringan (5.8360 ± 8.910) dan wanita
hamil normal (5.3246 ± 1.7554), dan tidak terdapat perbedaan kadar adiponektin
serum pada preeklampsia berat yang hamil aterm dibandingkan dengan hamil
preterm (3.8890 ± 2.0386 vs 2.9319 ± 0.8997). Zhonghua mendapatkan bahwa
ekspresi dari adiponektin berkurang pada preeklampsia berat dan
mengindikasikan bahwa ekspresi abnormal dari adiponektin berperan pada
patogenesis dari preeklampsia.
(7,8)
Rosario (2005) melakukan penelitian dengan mengukur kadar adiponektin
serum pada ibu hamil dengan preeklampsia, hipertensi dan kehamilan normal
sebagai kontrol mendapatkan kadar adiponektin pada kehamilan dengan
preeklampsia dan hipertensi berbeda signifikan lebih rendah dibandingkan
kehamilan normal (7.6 versus 13.0 μ/ml) (p=0,01) dan juga terdapat perbedaan
yang signifikan lebih rendah dari kadar plasma adiponektin pada kehamilan
preeklampsia dibandingkan dengan kehamilan dengan hipertensi saja. (9)
Berdasarkan teori yang ada, terdapat hubungan antara kadar adiponektin
dengan kejadian preeklampsia, namun belum banyak penelitian yang
1.2. Pertanyaan penelitian
Bagaimana kadar serum adiponektin pada wanita hamil preeklampsia berat dan
wanita hamil normal di RSUP. H. Adam Malik, RSUD.Dr. Pirngadi, dan RS.
Jejaring FK USU di Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan kadar adiponektin serum pada pasien
hamil preeklampsia berat dengan hamil normal
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui korelasi antara kadar serum adiponektin dengan
karakteristik penderita hamil Preeklampsia berat dan normal.
b. Untuk mengetahui perbedaaan kadar adiponektin pada hamil preeklampsia
berat dan hamil normal.
c. Untuk mengetahui gambaran rerata kadar gula darah sewaktu pada
hamil preeklampsia berat dan hamil normal.
d. Untuk mengetahui perbedaan kadar insulin sewaktu pada hamil
preeklampsia berat dan hamil normal.
e. Untuk mengetahui korelasi antara kadar insulin dan adiponektin pada hamil
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kadar
adiponektin pada preeklampsia berat dan hamil normal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Preeklampsia
2.1.1 Definisi
Preeklampsia merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang mengenai
wanita hamil dengan usia kehamilan > 20 minggu dengan tanda yang utama berupa
adanya hipertensi dan proteinuria, biasanya terkait dengan ibu obesitas dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan obesitas, misalnya hipertensi, intoleransi glukosa, resistensi
insulin dan hiperlipidemia.
Preeklampsia, terjadi pada 3,4% – 8,5% kehamilan dengan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi, adalah sindrom spesifik yang menyebabkan berkurangnya
perfusi organ sekunder untuk vasospasme dan aktivasi endotel pada kehamilan. (11)
(12)
2.1.2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi pasti dari preeklampsia belum diketahui secara pasti.
Pengetahuan mengenai etiologi dan patogenesis pada tahun-tahun belakangan ini telah
berubah secara dramatis. Semula preeklampsia hanya dianggap sebagai kelainan
kejang saja, kemudian berkembang menjadi penyakit yang berhubungan dengan
gangguan ginjal dan hipertensi. Preeklampsia dipandang sebagai kelainan multiorgan
dengan terjadinya disfungsi vaskuler.
Beberapa teori menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas, sehingga
Sampai saat ini etiologi preeklampsia masih belum jelas, terdapat hipotesis
mengenai etiologi preeklampsia
1. Invasi trofoblast abnormal (12,13)
Tidak seperti pada implantasi normal, pada preeklampsia trofoblast mengalami
invasi inkomplit.
2. Faktor imunologis
Resiko gangguan hipertensi meningkat cukup besar pada keadaan-keadaan
ketika pembentukan antibodi menjadi penghambat terhadap tempat-tempat
antigen di plasenta mungkin terganggu.
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular dan peradangan dari
kehamilan normal dalam berbagai cara diperlihatkan bahwa peradangan akan
diikuti oleh lepasnya mediator/agen yang dapat memicu kerusakan endogen.
4. Faktor nutrisi
Sejumlah defisiensi atau berlebihnya kandungan dalam diet seperti protein dan
lemak dianggap berperan pada terjadinya preeklampsia.
5. Faktor psikologi
Ibu yang berada dalam tekanan psikologi (stress) memiliki resiko
berkembangnya penyakit hipertensi dalam kehamilan.
2.1.3. Insidens dan Faktor Resiko Preeklampsia
Insidens preeklampsia dan eklampsia berkisar antara 3,4% – 8,5% pada wanita
hamil, 3-7 % terjadi pada nullipara dan 0,8-5 % pada multipara. Angka kejadian
Penelitian di Medan oleh Girsang (2004), melaporkan angka kejadian
preeklampsia berat di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan periode
2000-2003 adalah 5,94 %, sedangkan eklampsia 1,07 %.
Wanita dengan resiko kehamilan resiko tinggi perlu diperiksa untuk memprediksi
dan mencegah terjadinya preeklampsia. Kejadian preeklampsia ditemukan meningkat
pada wanita diabetes yaitu 9,9% dibandingkan pada wanita yang tidak menderita
diabetes. Adanya hipotiroidisme yang tidak diterapi juga memicu terjadinya
preeklampsia-eklampsia.
(15)
Kehamilan multipel merupakan salah satu faktor resiko terjadinya preeklampsia.
Kehamilan kembar akan meningkatkan resiko 4x lipat. Usia ibu lebih dari 40 tahun juga
ditemukan lebih beresiko untuk menderita preeklampsia. (16)
(17)
Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan adanya pengaruh keturunan, tetapi
riwayat preeklampsia berat pada keluarga merupakan faktor resiko. Dari sebuah
penelitian pada wanita dengan preeklampsia, ditemukan ibu pasien tersebut 14%
menderita preeklampsia berat.
Nullipara merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia, dimana preeklampsia
di diagnosis pada 64% wanita nulipara dan hanya pada 36% wanita multipara. Wanita
dengan BMI (Body Mass Index) lebih dari 35 sebelum kehamilan akan memiliki faktor resiko 4x lipat lebih berat dibandingkan wanita dengan BMI 19 – 27, Pada wanita
dengan BMI <20 merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia. (18)
2.1.4. Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia berat dan preeklampsia ringan
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
2. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
3. Proteinuria yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu (≥ 5 g dalam jumlah urin
selama 24 jam atau dipstick ≥ +3)
2. Preeklampsia ringan
(15)
Tanda dan gejala preeklampsia ringan (16)
1. Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg
2. Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
3. Proteinuria minimal (≥ 2g/L/24 jam)
4. Tidak disertai gangguan fungsi organ
3. Jika terjadi tanda – tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai
adanya kejang, maka dapat digolongkan kedalam eklampsia
Preeklampsia berat dibagi dalam beberapa kategori,yaitu:
a. PEB tanpa impending eklampsia
(11,26)
b. PEB dengan impending eklampsia dengan gejala – gejala impending adalah nyeri
kepala, mata kabur, mual, muntah, dan nyeri epigastrium.
2.1.5. Onset Dini (Early onset) dan Onset Lambat (Late onset) preeklampsia
Preeklampsia juga dibedakan menjadi Onset dini dan Onset lambat. Onset dini preeklampsia apabila manifestasi klinis timbul sebelum 34 minggu kehamilan dan onset
Saat ini penelitian mulai menemukan jika onset dini dan onset lambat
preeklampsia memiliki patofisiologis berbeda yang menunjukkan pada onset dini
preeklampsia sering dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
maternal yang lebih tinggi, karena pada onset dini preeklampsia ditemukan gangguan
perfusi uteroplasenta (peningkatan resistensi aliran uteroplasenta), sementara onset
lambat preeklampsia sering dihubungkan dengan faktor maternal seperti obesitas pada
wanita hamil.(28)
Onset dini dan onset lambat preeklampsia memiliki perbedaan etiologi sehingga
manifestasi klinisnya berbeda. Pada onset lambat preeklampsia dihubungkan dengan
pertumbuhan janin yang baik tanpa adanya tanda-tanda gangguan pertumbuhan janin
dengan gambaran velosimetri doppler arteri uterina yang normal atau sedikit meningkat,
dimana tidak terdapat gangguan aliran darah umbilikus dan lebih beresiko pada wanita
dengan plasenta yang besar dan luas. Onset dini preeklampsia sering menimbulkan
kasus dengan klinis yang berat, yaitu dihubungkan dengan adanya invasi trofoblast
yang abnormal pada arteri spiralis sehingga menimbulkan perubahan aliran darah di
arteri subplasenta, peningkatan resistensi aliran darah dan arteri umbilikal serta adanya
tanda-tanda gangguan pertumbuhan janin.
(29)
2.1.6. Gejala klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan proteinuria.
Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Pada
waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, dan nyeri epigastrium
a) Tekanan darah Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol
sehingga tanda peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan darah.
Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan
tekanan sistolik dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
menunjukan keadaan abnormal.
b) Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama
disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala
edema nondependen yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata, kedua
lengan, atau tungkai yang membesar. Penambahan berat badan ½ kilogram
seminggu pada orang hamil dianggap normal. jika > 1 kg seminggu atau 3 kg
dalam sebulan dapat dicurigai adanya preeklampsia.
(28)
c) Proteinuria Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu
penyebab fungsional dan bukan organik. Proteinuia disebabkan vasospasme
pembuluh darah ginjal. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya
minimal atau tidak ditemukan sama sekali.
(29)
d) Nyeri epigastrium Nyeri epigastrium merupakan keluhan yang sering ditemukan
pada preeklampsia berat dan dapat menjadi prediktor serangan kejang yang akan
terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh peregangan kapsula hepar akibat
edema atau perdarahan.
(30)
e) Nyeri kepala Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi semakin
sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah
frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
Pada wanita hamil yang mengalami serangan eklampsia, nyeri kepala hebat
hampir selalu mendahului serangan kejang pertama.
(31)
f) Gangguan penglihatan Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di antaranya
pandangan yang sedikit kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian atau total.
Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan perdarahan petekie pada
korteks oksipital.(3)
2.1.7. Patogenesis
Patogenesis dari Preeklampsia dianggap melibatkan 3 tahap: cacat plasentasi,
iskemia plasenta dan disfungsi sel endotel. Pertumbuhan vaskuler abnormal dan
gangguan fungsi endotel pada plasenta terkait dengan kondisi kehamilan abnormal
seperti preeklampsia, yang terjadi akibat dari invasi trofoblas yang tidak layak dari arteri
spiralis ibu selama awal kehamilan.(19)
Gambar 1. implantasi plasenta(14)
Preeklampsia telah dipelajari secara ekstensif selama beberapa dekade, dan
sering diduga mengalami dua tahap patogenesis. Pada tahap pertama yaitu pada
masa awal kehamilan, proses endotelialisasi dari sitotrofoblas mengalami gangguan
spiralis tetap mengecil. Terjadilah plasentasi abnormal dan iskemia dari plasenta yang
akan menimbulkan keadaan hipoksia (stress oksidatif). Tahap kedua terjadi pada
kehamilan lanjut.(3)
Gambar 2. Perbedaan arteri spiralis pada kehamilan normal dan PE(3)
Pada perkembangan plasenta yang normal, invasi trofoblast ke arteri spiralis
menyebabkan diameter yang kecil menjadi membesar untuk memenuhi kebutuhan
perfusi dalam perkembangan janin. Selama proses invasi vascular sitotrofoblas
berubah dari fenotip epitel menjadi fenotip endotel (Pseudovaskulogenesis) pada
preeklampsia, sitotrofoblas gagal melakukan invasi tersebut, yang menyebabkan
Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Bila spasme arteriolar juga
ditemukan di seluruh tubuh, maka dapat dipahami bahwa tekanan darah yang
meningkat merupakan kompensasi mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi
jaringan tetap tercukupi. (33)
Sedangkan peningkatan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan
cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui penyebabnya. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang
rendah dan kadar prolaktin yang tinggi dibandingkan pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
serta natrium. Pada preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena vasodilatasi perifer
yang diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol. Hal ini kemungkinan akibat
meningkatnya kadar progesteron di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar
vasokonstriktor seperti angiotensin II, adrenalin, dan noradrenalin, dan atau
menurunnya respon terhadap zat-zat vasokonstriktor. Semua hal tersebut akan
meningkatkan produksi vasodilator atau prostanoid. Pada trimester ketiga akan terjadi
peningkatan tekanan darah yang normal seperti tekanan darah sebelum hamil. (34)
2.2. Adiponektin
Lemak merupakan organ yang secara pasif menyimpan kelebihan
energi (seperti trigliserida). Namun bukti terkini menyarankan bahwa jaringan lemak
khususnya jaringan lemak visceral dipertimbangkan sebagai organ endokrin. Lemak
visceral saat ini dikenal sebagai pemeran utama dalam terjadinya berbagai faktor resiko
dan dalam perubahan vaskular. Studi eksperimental pada adiposit mencatat bahwa
adiposit menghasilkan dan mengsekresi berbagai substansi yang disebut adipositokin.
Terdapat 2 tipe adipositokin : adipose tissue spesific bioactive substances (true adipositokin) contohnya adalah adiponektin dan leptin dan adipositokin yang disekresikan secara berlebihan dari jaringan lemak tetapi tidak spesifik untuk jaringan
lemak, contohnya adalah Plasminogen Activator Inhibitor (PAI-I) dan Tumor Necrosis Faktor (TNF).(25)
2.2.1. Definisi
Adiponektin yang dikenal juga sebagai Adiposity Complement Related Protein 30 kilodalton (ACRP 30), AdipoQ, Adiposa Most Abundant Gene Transcript I (APMI) dan
Gelatin Binding Protein 28 kilodalton (GBP 28) adalah salah satu adipositokin yang pertama kali ditemukan pada tahun 1995 oleh Scherer, Adiponektin diinduksi pada awal diferensiasi sel sel lemak (adiposit) dan sekresinya distimulasi oleh insulin dalam
sirkulasi konsentrasi adiponektin lebih tinggi dibandingkan adipositokin lainnya yaitu
Gambar 3. Struktur adiponektin(24)
Adiponektin terdiri dari suatu kolagen dengan terminal N dan domain globular
dengan terminal C, dan memiliki struktur yang homolog dengan subunit faktor
komplemen CIq. (24)
Adiponektin adalah hormon yang berasal dari adiposit yang bertindak sebagai
adipokin anti diabetik, anti atherosklerotik dan anti inflamasi, dan penurunan
konsentrasi adiponektin sirkulasi terkait dengan obesitas, resistansi insulin dan diabetes
tipe 2.
Adinopektin adalah hormon penting yang berasal dari adiposit yang bisa
melindungi endotelium.(20)
2.2.2. Struktur
Struktur Adiponektin adalah protein yang terbentuk dari 247 asam amino yang
terdiri dari 4 bagian yaitu, terminal asam amino, regio variabel, domain collagenous
(cAd) dan domain globular terminal karboksiGlobular C-terminal domain of adiponectin
(gAd). Adiponektin termasuk superfamili kolagen yang larut dan memiliki struktur yang
Gambaran kristalografi X-ray dari gAd menampakkan struktur yang homolog dengan
TNF-α. Hal ini mengindikasikan adanya kaitan perkembangan evolusi antara TNF-α
dengan adiponektin. Kedua komponen tersebut memiliki fungsi yang berlawanan yaitu
TNF-α sebagai proinflamasi dan adiponektin sebagai anti inflamasi.(20)
Bentuk dasar adiponektin adalah trimer yang dibentuk ikatan tiga monomer
pada domain globular. Bentuk monomer tidak ditemukan disirkulasi tetapi tertahan di
adiposit. Empat sampai enam trimer membentuk struktur yang lebih tinggi disebut
oligomer dengan konsentrasi dalam plasma 5 – 30 μg/ml. (24)
Gambar 4. Bentuk multimer adiponektin (24)
Bentuk multimer adiponektin terdiri dari High Molecular Weight (HMW, 12-36 mers), Medium Moleculer Weight (MMW, Hexamer), Low Moleculer Weight (LMW, Trimer). Dengan aktivitas berbeda-beda. Kadar HMW lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan pria. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa bentuk multimer HMW
adalah bentuk aktif.
Terdapat 2 reseptor adiponektin yaitu AdipoRl dan AdipoR2. AdipoRl lebih
banyak diproduksi diotot skeletal dan adipoR2 dihati. AdipoRl memediasi aktivasi
Peroxisome Proliferator Activator Receptor-a (PPAR-a), Adenosin Monophosphate Activated Proteinkinase (AMPK), pengambilan glukosa dan P oksidasi sehingga
meningkatkan glukoneogenesis. AdipoR2 terlibat dalam aktivasi nuclear reseptor PPAR untuk memediasi B oksidasi dan penangkapan ROS.(24)
2.2.3 Sekresi
Jaringan adiposa mengsekresi berbagai macam protein ke dalam sirkulasi.
Protein ini secara kolektif disebut adipositokin yang sekarang lebih sering disebut
sebagai adipokin. Adipokin ini terdiri dari adiponektin, Free Fafty Acid (FFA), leptin, TNF-α, Plasminogen Activator lnhibitor-l (PAl-l), adipsin, resistin, Bone Morphogenic Protein (BMP), lnsulin like Growth Factor (lGF), interleukin (lL), Transforming Growth Factor (TGF) dan asam lemak.(23)
Adiponektin diproduksi selama diferensiasi sel lemak (adiposa). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jaringan adiposa bukan hanya sebagai tempat penyimpanan
lemak, tetapi juga merupakan organ endokrin yang berperan penting dalam interaksi
signal endokrin, metabolik, dan inflamasi untuk mengatur homeostatis energi tubuh.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika terdapat peningkatan jaringan adiposa
maka terjadi juga peningkatan dari sekresi adipokin proinflamasi, bersamaan dengan itu
terjadi penurunan dari sekresi adiponektin yang bersifat protektif, begitu juga sebaliknya
dapat disimpulkan bahwa adiponektin
(22)
berperan sebagai anti inflamasi yang menekan proses inflamasi.
Adiponektin merupakan golongan adipokin baru dan mempunyai peranan
penting dalam berbagai efek biologis jaringan adiposa. Komponen c Deoksibo Nucleate Acid (cDNA) Adiponektin pertama kali diisolasi dalam jumlah besar dengan random sequencing dari library cDNA jaringan adiposa manusia. Komponen ini merupakan
protein yang mirip dengan kolagen, yang secara khusus disintesis di jaringan adiposa
putih, dan diproduksi saat diferensiasi serta bersirkulasi dalam konsentrasi cukup tinggi
dalam serum. (20)
Penurunan kadar adiponektin bisa disebabkan oleh faktor genetik, seperti di
jepang telah diketahui 10 tipe genotip yang berpengaruh terhadap kadar adiponektin,
salah satunya adalah genotip SNP 276.
(20,24)
Mekanisme Tindakan Adiponektin
1. Sensitivitas insulin
(24)
Adiponektin mengurangi kandungan trigliserida jaringan dan mengatur kenaikan
pemberian sinyal insulin. Dalam otot skeletal, adiponektin meningkatkan ekspresi
molekul-molekul yang terlibat dalam pengangkutan asam-lemak seperti CD36, dalam pembakaran asam-lemak seperti acetylcoenzym A oxidase, dan dalam pelepasan energi seperti pelepasan protein. Perubahan-perubahan ini menyebabkan penurunan
kandungan trigeliserida jaringan dalam otot skeletal.
Peningkatan kandungan trigeliserida jaringan dilaporkan mengganggu aktivasi
phosphatidylinositol (PI) 3-kinase distimulasi insulin dan translokasi transporter 4 glukosa selanjutnya dan penyerapan glukosa, yang menyebabkan resistensi insulin.
Dengan demikian, penurunan kandungan trigliserida jaringan dalam otot mungkin
memberi kontribusi kepada peningkatan transduksi sinyal insulin. (20)
Gambar 5. Obesitas, resistensi adiponektin, dan resistensi insulin. (14)
Beberapa studi mendukung hipotesis adiponektin berfungsi Sebagai insulin
sensitisasi melalui penurunan keluaran glukosa hepatik dan berkontribusi pada
pengaturan homeostasis glukosa seluruh tubuh. Hipoadiponektinemia berhubungan
dengan resistensi insulin dan telah dibuktikan pada penderita diabetes gestasional dan
diabetes tipe 2. Hipoadiponektinemia berkontribusi langsung terhadap pengaturan
homeostasis glukosa dan penurunan sensitivitas insulin pada penderita diabetes.(22)
2. Anti aterogenik
Efek anti aterogenik adiponektin adalah meningkatkan efek vasodilatasi endotel,
penekanan tahapan atherosklerosis, menekan ekspresi molekul adhesi, menghambat
produksi TNF α, mengurangi efek pertumbuhan sel otot polos,menghambat efek
oxLDL, menekan proliferasi dan produksi superoksida dan aktivitas N4APK,
meningkatkan produksi NO, merangsang proses angiogenesis, menghambat proliferasi
dan migrasi sel endotel, mengurangi penebalan tunika intima dan proliferasi sel otot
Goldstein et al melaporkan adiponektin mampu menghambat proliferasi sel yang diinduksi oleh oxidized Low Density Lipoprotein (oxLDL), menghambat pengeluaran superoxide yang diinduksi dan diaktifasi p24/p44 MA-PK oleh oxLDL. Dampak oxLDL
tersirkulasi pada dinding vaskuler mengakibatkan terbentuknya sel busa, inaktifasi
endothelial Nitric Oxide (eNO), induksi respon inflamasi dan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS). Semua komponen tersebut diketahui berperan aktif pada proses atherogenesis, dari penelitian ini didapatkan kadar kolesterol yang tinggi
terutama LDL menekan kadar adiponektin.(30)
3. Anti Inflamasi
Secara in vitro, adiponektin menghambat signal transkripsi nuclear faktor NF-kβ
di endotel yang memediasi efek TNF-α dan sitokin proinflamasi lain. Adiponektin juga menstimulasi produksi Nitric Oxyde (NO) di sel endotel vaskuler dan menghambat ekspresi molekul – molekul adhesi, menghambat ekspresi reseptor scavenger kelas A di makrofag dan menghambat proliferasi dan migrasi sel-sel otot polos aorta pada
manusia.
Peran adiponektin dan TNF-α menghambat produksi satu sama lain pada jaringan adiposa. Ekspresi C Reactive Protein (CRP) diregulasi negatif oleh adiponektin pada jaringan lemak. Ekspresi adiponektin ditekan oleh lL- 6
(20)
pada jaringan lemak. Adiponektin menghambat perlekatan monosit dan ekspresi
molekul adhesi yang diinduksi oleh TNF-α , transfomasi makrofag menjadi sel busa, ekspresi TNF-α di makrofag dan proliferasi sel otot polos.(22)
Adiponektin dapat memperbaiki dampak negatif dari TNF-α terhadap fungsi
endotel, Adiponektin menekan perubahan inflamasi dengan menghambat fosforilasi
inhibitory Nuclear Factor Kappa β (NF-kβ ) dan aktifasi NF-kβ tanpa mempengaruhi aktifasi. Adiponektin menghambat pembentukan koloni leukosit, menurunkan aktifitas
fagositosis, dan sekresi TNF-α.(24)
Gambar 6. Peran adiponektin pada kaskade inflamasi (24)
2.2.4 Faktor yang berpengaruh terhadap kadar Adiponektin
Nien (2007) melakukan penelitian pengukuran adiponektin terhadap usia
kehamilan dan Indeks Massa Tubuh, dari penelitiannya tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara usia kehamilan terhadap kadar adiponektin, tetpi pengukuran
terhadap Indeks Massa Tubuh terdapat perbedaan yang signifikan antara hamil dengan
IMT < 25% dibanding wanita hamil dengan Indeks Massa Tubuh >25%. Pada penelitian
ini Nien mendapat kadar adiponektin pada hamil aterm yaitu 8,87 μ/mL.
Abbasi (2006) dalam penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara
kadar adiponektin yang merokok dan tidak merokok [8,6 μ/l (6,9-10,8) vs 11,7 μg/l (9,2
tidak perokok. Pada perokok terdapat peningkatan kadar zat pro inflamasi dan ROS
yang berasal dari rokok, sehingga kerjanya menekan adiponektin yang bersifat anti
inflamasi.
Pada proses infeksi dan inflamasi, terjadi mekanisme patobiologi yang rumit
dengan pengerahan organ dan sistem seluler dan humoral, dan secara empiris terbukti
bahwa selain perubahan pada endotel pembuluh darah, kelompok protein (sitokin)
berperan besar : kelompok sitokin yang menimbulkan dan menyebabkan peradangan,
disebut sitokin proinflamasi yang dimotori oleh sitokin TNF-α. Tentu saja hal ini sangat
berpengaruh terhadap kadar adiponektin, karena adiponektin mempunyai kerja
berlawanan dengan sitokin pro inflamasi. (36)
(37)
2.3. Adiponektin pada preeklampsia
Preeklampsia merupakan penyakit yang muncul selama kehamilan setelah usia
kehamilan > 20 minggu. Penyakit ini ditandai oleh vasospasme arteriol secara umum,
akibat disfungsi endotel. Peningkatan tekanan darah lebih atau sama dengan 140/90
mmHg dan terdapatnya proteinuria sebagai diagnostik preeklampsia, dimana lolosnya
protein 300 mg per 24 jam atau terdapat protein dalam 30 mg/dl (+1 dipstik) pada
sampel urin sewaktu)
Preeklampsia menampilkan banyak konsep patofisiologi yang berhubungan
dengan aterosklerosis, disfungsi endotel, resistensi insulin, dan inflamasi. Banyak
hormon adiposit misalnya tumor necrosis factor (TNF α), leptin, adiponektin, dan
interleukin 6 (IL 6), yang secara kolektif disebut adiponektin memainkan peran penting dalam proses inflamasi dan aterosklerotik. Adiponektin merupakan satu dari sekian
banyak protein spesifik jaringan lemak diekspresikan dan disekresikan secara spesifik
dari jaringan lemak. (22)
Pada preeklampsia terjadi defisiensi imunologi invasi trofoblas ke arteri spiralis
yang menyebabkan hipoperfusi plasenta, keadaan ini mendorong dilepaskannya zat-zat
kedalam sirkulasi ibu, perubahan ini memicu aktivasi endotel vaskular. Endotel yang
utuh akan memiliki sifat anti koagulan dan menumpulkan respon otot polos pembuluh
terhadap agonis. Sebaliknya endotel yang rusak akan mengaktifkan sel-sel endotel
untuk meningkatkan pembekuan serta kepekaan terhadap zat vasopresor.
Adiponektin merupakan protein plasma adiposit diyakini terlibat terutama dalam
pengaturan resistensi insulin dan homeostasis glukosa. Studi eksperimental dan klinis
telah menyatakan bahwa kadar adiponektin plasma rendah terkait dengan metabolik
yang berhubungan dengan obesitas dan penyakit pembuluh darah. keduanya yang
merupakan faktor risiko untuk preeklampsia. Resistensi insulin, kadarnya meningkat
pada kehamilan trimester ketiga. Selain itu, resistensi insulin meningkat pada kehamilan
dengan komplikasi dan preeklampsia.
(14)
Adiponektin berinteraksi dengan banyak faktor risiko preeklampsia, misalnya
resistensi insulin, gangguan inflamasi dan reaktivitas vaskular yang abnormal. (12)
Adiponektin berperan memperbaiki sensitivitas insulin, menghambat inflamasi
pembuluh darah. Hipoadiponektinemia diduga merupakan risiko independen untuk
hipertensi, terutama preeklampsia..
(20)
Beberapa laporan menunjukkan bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT)
meningkatkan dua kali lipat risiko preeklampsia dan mengajukan bahwa obesitas
mengekspresikan berbagai protein seperti leptin, TNF-α dan adiponektin, yang
mengatur pengeluaran energi, metabolisme lipid dan resistensi insulin.
Peningkatan pelepasan adiponektin oleh jaringan adiposit pada pasien dengan
preeklampsia dapat menjadi umpan balik (feedback) positif untuk memperkecil akumulasi lemak di jaringan pada wanita dengan preeklampsia. Peningkatan
konsentrasi adiponektin juga dapat menekan perlengketan (adhesi) molekul-molekul lain pada endotel pembuluh darah dan produksi sitokin dari makrofag. Hal tersebut
yang menghambat proses inflamasi yang menjadi salah satu patofisiologi terjadinya
preeklampsia.
(19)
Obesitas adalah faktor risiko untuk preeklampsia dan adiponektin adalah hormon
penting yang berasal dari adiposit yang bisa melindungi endotelium. Disfungsi endotel
dapat terjadi akibat obesitas. Akan tetapi, obesitas juga berhubungan dengan
peningkatan resistensi insulin, yang memiliki peran penting dalam mengakibatkan
preeklampsia. (23)
(24)
Dari penjelasan diatas benang merah antara adiponektin dengan preeklampsia.
Adiponektin mempunyai sifat sebagai anti inflamasi dan sebagai anti aterosis serta
sensitivitas insulin yang sangat berperan untuk mencegah terjadinya preeklampsia.
Telah dijelaskan bahwa preeklampsia terjadi karena adanya disfunsi endotel yang
2.4. Pemeriksaan Adiponektin
Metode yang ada sekarang adalah metode radioimmunoassay(RlA)
(24)
untuk mengukur bentuk multimerik dan Enzyme Linked lmmunosorbent Assay (ELISA) untuk mengenali bentuk monomer yang mengalami denaturasi. Kadar adiponektin yang
terdeteksi pada kedua metode tersebut memberikan hasil yang hampir sama. RIA
kompetitif dan ELISA sandwich adalah salah satu jenis pemeriksaan untuk mengukur
adiponektin manusia. RIA (Linco Research, Inc) memiliki batas deteksi yang rendah
yaitu 1 μg/L dan rentang linier 0,78 - 200 μg/L, sedangkan ELISA (R&D Systems)
memiliki batas deteksi yang lebih rendah yaitu 0,079 - 0,891 μg/L dan rentang linier
3,58 – 9,66 μg/mL. Kadar adiponektin manusia stabil hingga 36 jam di dalam spesimen
whole blood yang disimpan dalam Vacutainers EDTA atau heparin natrium jika
2.5. Kerangka Teori
- Disfungsi sel endotel - Iskemia plasenta - Cacat plasentasi
Reaksi Inflamasi Interleukin 6, TNFα, CRP stress oksidatif
Preeklampsia Berat
Hamil Normal
2.6. Kerangka Konsep
232
HAMIL
HAMIL NORMAL
HAMIL
PREEKLAMPSIA
BERAT
ADIPONEKTIN
- Obesitas - Infeksi - Rokok
Variabel yang diteliti
Variabel independen
Variable dependen
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori pada uraian kepustakaan diatas, maka dibuat hipotesis,
terdapat perbedaan antara kadar serum adiponektin pada hamil
preeklampsia berat dengan ibu hamil normal, dimana kadar serum
adiponektin pada ibu hamil preeklampsia berat lebih rendah dibandingkan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang (cross sectional study).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kamar bersalin bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP
H.Adam Malik, RSUD.Dr.Pirngadi dan RS Jejaring FK USU di Medan.
Pemeriksaan kadar serum adiponektin, insulin sewaktu, kadar gula darah
sewaktu dilakukan di Laboratorium Prodia Medan. Penelitian dilakukan mulai
bulan Juni 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wanita hamil normal dan preeklampsia di kamar bersalin bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUP.H.Adam Malik, RSUD.Dr.Pirngadi, dan RS
3.3.2.. Sampel
a. Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus
(Zα+Zβ) S 2
n = Besarnya sampel, α = Tingkat kemaknaan
2
Pada penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) sebesar 0,05 dan interval
kepercayaan 95 %. Dari tabel diperoleh zα = 1,96, zβ = 0,842
S = simpang baku dari kedua kelompok, dari kepustakaan, S = 3,2
X
(rosario 2005)
1 – X2
(1,96+0,842) 3,2 2
= perbedaan klinis yang diinginkan ( clinical judgement ) = 3
n1=n2
3 = 2 ________
n1=n2 = 17,86 dibulatkan jadi 18, maka jumlah sampel minimal masing-masing grup
adalah 18 orang.
b. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yang terdiri dari:
• Kelompok ibu hamil normal
• Kelompok preeklampsia berat
Variabel penelitian:
• Variabel bebas : Adiponektin
• Variabel tergantung : Preeklampsia berat dan hamil normal
c. Kriteria lnklusi
1. lbu hamil normal
2. lbu preeklampsia berat
3. Hamil tunggal
4. Tidak Hipertensi Kronis
5. Tidak Superimposed preeklampsia
6. Tidak merokok
7. Bersedia ikut penelitian
d. Kriteria Eksklusi
1. Diabetes Mellitus
2. Sampel darah rusak
e. Alat yang Digunakan
1. Stetoskop
2. Tensimeter air raksa nova riester
3. Tabung reaksi.