• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Produktivitas Dengan Pendekatan Green Productivity Di Pks PT. Multimas Nabati Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbaikan Produktivitas Dengan Pendekatan Green Productivity Di Pks PT. Multimas Nabati Asahan"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-Tiap Jabatan pada Struktur

Organisasi

Menurut data bagian kantor Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. Multimas Nabati Asahaan, pembagian tugas dan wewenang berdasarkan jabatan pada struktur organisasi adalah sebagai berikut.

1. Factory Coordinator Tugas:

Sebagai perancangan sekaligus menentukan arah perusahaan, para eksekutif ini bermain pada ranah strategi dan rencana perusahaan.

2. Manager Pabrik (Mill Head) Departemen PKS Tugas:

a. Memimpin pelaksanaan tugas-tugas produksi, lapangan dan kegiatan administrasi.

b. Mengatur, mengawasi, dan memberikan petunjuk kepada asisten dalam pelaksanaan tugas di lapangan.

c. Senantiasa melaksanakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi

d. Secara periodik berkewajiban untuk langsung mengadakan penelitian dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan di lapangan, pabrik dan bagian-bagian lainnya.

e. Bertanggung jawab sepenuhnya atas pengeluaran dan pemakaian uang dari pabrik yang dipimpinnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

(2)

f. Memelihara dan menjaga mutu produksi sebagai bahan baku pabrik sesuai dengan standar yang ditetapkan.

g. Bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan seluruh kekayaan perusahaan yang berada di bawah pimpinannya serta melaksanakan kegiatan dengan baik.

h. Mengadakan rapat kerja periodik dengan asisten dan staf yang berada di bawah pimpinannya untuk membahas masalah yang ada.

3. Asisten Mill Head (Departemen PKS) Tugas:

a. Melakukan pengawasan atau penerimaan bahan baku yang berasal dari suplyer.

b. Menjaga dan memelihara perawatan mesin-mesin dan membuat laporan serta mempersiapkan jadwal pemeliharaannnya yang efektif.

c. Bertanggungjawab atas keamanan pabrik dan seluruh asset yang terdapat di lingkungannya.

d. Melakukan pemeriksaan hasil produksi dan persediaan bahan baku yang diperlukan dalam proses pengolahan sesuai standar yang berlaku.

e. Memberi petunjuk dalam pelaksanaan pengolahan

f. Mengendalikan proses pengolahan untuk mencapai hasil sebaik-baiknya.

(3)

4. Supervisor Sortase Tugas:

a. Mengetahui jumlah dan sumber TBS yang di terima. b. Mengetahui rendemen minyak sawit dan inti sawit. c. Menghitung biaya angkut.

d. Mengetahui hasil produksi minyak ( CPO ) dan inti sawit yang akan di pasarkan.

5. Supervisor Weightbridge Tugas:

a. Mengetahui jumlah dan sumber TBS yang di terima.

b. Mengawasi barang yang masuk dan keluar yang melewati jembatan timbang

c. Merekap netto brutto dan tarra barang yang masuk dan keluar masuk PKS d. Mengatur truk dan alat angkutan yang masuk dan keluar pabrik

6. Supervisor Maintanance Tugas:

(4)

b. Mengadakan perawatan dan pemeriksaan unit pengolahan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit serta instalasi lainnya sebelum mulai mengolah. c. Mengadakan perawatan dan pemeriksaan pada instalasi ketel uap.

d. Mengkoordinir dan mengontrol tenaga tukang listrik, tukang pelumas dan tukang perawatan lori rebusan agar bekerja pada tugasnya masing-masing. e. Membuat rencana kerja harian dan rencana kerja reparasi besar pada

hari-hari libur.

f. Mencatat jam kerja lembur pekerja bengkel umum jika bekerja di luar dinas.

7. Supervisor Proses

a. Memberi pengarahan kepada para pekerja tentang tata cara penggunaan alat-alat pengolahan serta tentang keselamatan para pekerja pada setiap unit pengolahan.

b. Mengkoordinasikan dan memeriksa seluruh tenaga kerja pada unit-unit pengolahan pabrik kelapa sawit.

c. Mengupayakan dan mencari tenaga kerja pengganti apabila pekerja pada unit pengolahan tersebut tidak dapat hadir karena sakit atau karena halangan lainnya.

(5)

e. Memberi laporan kepada asisten pabrik apabila ditemui kerusakan atau hal yang dicurigai terjadi kerusakan untuk diadakan pemeriksaan atau perbaikan.

8. Supervisor Logistik

a. Mengkoordinir audit yang berhubungan sesuai dengan kinerja yang telah ditentukan.

b. Memelihara semua dokumen yang ada pada bagian tata usaha.

c. Melaksanakan dan mengawasi administrasi keuangan, pembukuan dan bidang umum/personalia.

d. Melaksanakan dan mengkoordinasi seluruh pekerjaan administrasi dan membuat surat-menyurat yang berkaitan dengan pabrik.

9. Asisten Supervisor Sortasi

a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan sortir tandan buah segar kelapa sawit.

b. Menjamin bahwa semua buah sawit yang digunakan dalam proses telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

c. Melaksanakan pemeriksaan besarnya losses minyak dan inti yang terjadi selama proses pengolahan berlangsung.

(6)

e. Mengawasi kondisi TBS yang masuk dan membuktikan jumlah TBS yang masuk ke pabrik sesuai dengan SPB dari tiap–tiap truck untuk menentukan kapasitas olah, dan perhitungan rendamen bersama dengan asisten pengolahan.

f. Mengawasi pemeriksaan limbah pabrik dari hasil kegiatan produksi pabrik maupun kegiatan–kegiatan lain dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.

g. Mengawasi jumlah pengeluaran hasil produksi CPO dan inti.

10.Asisten Supervisor Tugas:

a. Membantu supervisor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya b. Memberi laporan rutin proses produksi

11.Foreman Sortasi Tugas:

a. Mengawasi setiap proses penerimaan buah

b. Mengatur truk yang masuk dan keluar stasiun sortasi c. Merekap supplier TBS yang masuk

d. Membuat laporan sebagai informasi TBS yang masuk, persentase kotoran, dan TBS yang dipulangkan.

(7)

12.Foreman Tugas:

a. Mengawasi setiap proses produksi

b. Membantu supervisor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

c. Mengawasi pemeriksaan limbah pabrik baik dari hasil kegiatan produksi pabrik maupun kegiatan-kegiatan lain dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.

d. Membuat laporan sebagai informasi bagi unit pengolahan CPO. e. Mengkoordinir operator dalam melaksanakan tugasnya

13.Operator Tugas:

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ristono. 2010. Ekonomi Teknik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Asian Productivity Organiztion. Handbook on Green Productivity. canada

David M. Himmelblau. 1999. Prinsip Dasar dan Kalkulasi dalam Teknik Kimia. Jilid1 Trans Ita Ananta. Jakarta : PT. Prenhalido Jakarta. Hal 85

Ginting, Rosnani.2007. Sistem Produksi. Graha Ilmu: Yogyakarta.(hal304) Sinulingga, Sukaria, 2010. Manajemen dan Rekayasa Produktivitas

(Medan: USU Press,)

Iftikar Z Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja, (Bandung: ITB.2005). Kasmir dan Jakfar, 2003.Studi Kelayakan Bisnis, Prenada Media, Jakarta

Puttu Dyah Ika (2009). implementasi Green Productivity untuk meningkatkan produktivitas melalui perbaikan proses. Journal ITS

(19)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Produktivitas2

2

Sukaria Sinulingga, Manajemen dan Rekayasa Produktivitas (Medan: USU Press, 2010)

Istilah produktivitas pertama kali dikemukakan oleh Quesnay dalam sebuah artikel yang dituliskan pada tahun 1766. Beliau mengartikan istilah tersebut sebagai situasi dalam keadaan produksi. Lebih satu abad kemudian persisnya tahun 1883, Litre mendefenisikan produktivitas sebagai kemampuan membuat produk secara cakap atau keinginan untuk menghasilkan sesuatu (faculty to produce). Pada abad kedua puluh, istilah produktivitas kemudian diberikan artian sebagai hubungan antara output dan input. Pengertian tersebut selanjutnya digunakan dalam kaitan menghasilkan output yang lebih tinggi. Pada tahun 1950, The Organization for European Coorporation (OEEC) memberikan defenisi produktivitas secara lebih formal yaitu :

……Productivity is the quotient obtained by deviding output by one of the factors of production. In this way it is possible to speak of the productivity of capital, investmenet or raw materials according to whether output is being consideratein relation to capital, investmenet or raw materials etc……

(20)

3.2. Tipe-Tipe Pengukuran Produktivitas

Untuk memudahkan penelusuran sumber permasalahan jika produktivitas menunjukkan kecendrungan menurun atau keunggulan produktivitas jika produktivitas cenderung meningkat, ukuran produktivitas dipandang dikelompokkan atas tiga tipe yaitu produktivitas total (total produvtivity), produktivitas parsial (partial productivity), produktivitas faktor total (total factor produvtivity) dan produktivitas total (total produvtivity).

3.2.1. Produktivitas Total

(21)

Input Output - Tenaga Kerja

- Bahan - Kapital - Energi

- Lain-lain Waste

Gambar 3.1. Input-Output dan Produktivitas

Seperti telah dijelaskan dimuka, ouput ialah seluruh hasil terukur yang memberikan manfaat kepada perusahaan. Output yang terukur antara lain jumlah produk yang dihasilkan, work-in progress, penerimaan (revenue) atas jasa yang diberikan kepada pihak lain. Input yang terukur adalah jumlah operator (man-hours), jam mesin (machine-(man-hours), bahan baku serta luas lantai bangunan, jumlah energi dan lain-lain yang dimanfaatkan.

3.2.2. Produktivitas Parsial

Produktivitas parsial adalah rasio output terhadap salah satu faktor input yang digunakan dalam memproduksi output tersebut. Produktivitas ini mengukur hubungan antara jumlah output relatif terhadap jumlah faktor input tertentu yang digunakan. Jika rasio tersebut menunjukkan kecendrungan yang meningkat dari periode ke periode berikutnya secara berkelanjutan maka dapat dikatakan

(22)

pengelolaan faktor input tersebut dalam kegiatan produksi telah berjalan dengan baik. Karena faktor input bermacam-macam maka didefenisikan satu per satu sebagai berikut :

3.2.3. Produktivitas Total Faktor

(23)

3.3. Pengertian Green Produktivitas3

Green Productivity merupakan aplikasi dari teknik, teknologi dan sistem manajemen yang tepat untuk menghasilkan produk atau jasa yang ramah lingkungan. Green Productivity mendamaikan dua kebutuhan yang selalu dalam konflik, yaitu kebutuhan bisnis untuk menghasilkan keuntungan serta kebutuhan setiap orang untuk melindungi lingkungan. Green Productivity bukan hanya suatu strategi lingkungan, tetapi strategi bisnis total. Faktanya, bahwa ketika Green

Green Productivity adalah suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan kinerja lingkungan pada saat yang bersamaan dalam pengembangan sosial ekonomi secara keseluruhan. Metode ini mengaplikasikan teknik, teknologi dan sistem manajemen untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan lingkungan atau ramah lingkungan.Green Productivity adalah strategi yang luas untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja lingkungan. Penggunaan secara efektif dapat menyebabkan perubahan positif dalam pembangunan sosial-ekonomi.

Atribut Green Productivity terbesar adalah potensi untuk mengintegrasikan perlindungan lingkungan ke dalam operasi bisnis sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini dapat mengakibatkan profitabilitas meningkat, atau arus kas hanya lebih baik.

3

(24)

Productivity diimplementasikan, perusahaan akan mengalami perbaikan produktivitas melalui penurunan pengeluaran pada perlindungan lingkungan, seperti pengurangan sumber daya, minimasi waste, pengurangan polusi dan produksi yang lebih baik. Dari sini, perusahaan dapat mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan melindungi lingkungan yang akan mengarah pada terjadinya sustainable development. Ini meliputi penggunaan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup. Keseluruhan siklus hidup dari produk ini harus berdasarkan pada minimasi dari penggunaan sumber-sumber daya alam dan zat-zat beracun yang dapat mengakibatkan emisi.

Konsep Green Productivity dikembangkan oleh Asian Productivity Organization (APO) pada 1994 untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan. Tujuan utama APO adalah untuk menunjukkan bahwa perlindungan terhadap lingkungan dan peningkatan produktivitas dapat diharmonisasikan, baik bagi perusahaan kecil maupun menengah, karena proses produksi seringkali mengakibatkan pembuangan material dan energi yang akan membebani lingkungan.

Konsep Green Productivity diambil dari penggabungan dua hal penting dalam strategi pembangunan, yaitu:

1. Perlindungan Lingkungan 2. Peningkatan Produktivitas

(25)

1. Getting Started

Permulaan dari proses Green Productivity adalah walk through survey dan mengumpulkan informasi. Walk through survey dilakukan untuk mengidentifikasi urutan-urutan proses produksi. Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan. Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengestimasian alternatif solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya.

2. Planning

Pada tahap planning ini dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu: a. Mengidentifikasi masalah dan penyebabnya

Informasi-informasi yang telah diperoleh dari walk through survey akan digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan penyebabnya. Tool yang akan digunakan untuk menggambarkan permasalahan tersebut adalah diagram sebab akibat (cause effect diagram).

b. Menentukan tujuan dan target

Setelah mengetahui permasalahan dan penyebabnya, maka perlu menentukan tujuan dan target sebagai penunjuk untuk memilih alternatif yang dapat mengeliminasi permasalahan.

3. Generation and Evaluation of GP Options

(26)

mencakup sudut pandang terhadap pencegahan polusi dan prosedur kontrol yang telah direncanakan. Opsi-opsi dimunculkan dan diprioritaskan berdasarkan Green Productivity Indicator dan Benefit-Cost Ratio. Semua itu kemudian disintesis ke dalam rencana implementasi.

Green Productivity mempunyai empat tujuan umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan ekonomi produksi ketika diimplementasikan pada lantai produksi, yaitu:

1. Pengurangan Limbah (Waste Reduction) 2. Manajemen Material (Material Management) 3. Pencegahan Polusi (Pollution Prevention)

4. Peningkatan Nilai Produk (Product Enchancement)

Faktor dalam penerapan Green Productivity dan menjadi pembeda dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan sebelumnya, yang sering disebut triple focus, yaitu:

1. Lingkungan 2. Ekonomi 3. Sosial

Indikator Green Productivity menurut IK Kim adalah suatu strategi, dimana diperlukan suatu indikator yang dapat mengukur kinerja strategi secara kuantitatif. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Green Productivity Index (GPI) dan Green Productivity Ratio (GPR) sebagai indikator.

(27)

Perhitungan Green Productivity Ratio untuk tenaga kerja, energi, material, dan maintenance dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini.

GPRmaterial =

GPRtenaga kerja =

GPRenergi =

GPRmaintanance =

Rasio untuk waste dihitung sebagai bertikut:

GPRwaste =

3.4. Material Balance4

Sebuah sistem terbuka (flow system) adalah sebuah sistem dengan materi dipindahkan melalui batas sistem, yaitu: memasuki sistem, meninggalkan sistem atau keduanya. Sebuah sistem tertutup (batch system) adalah sistem dimana tidak ada perpindahan materi selama jangka waktu yang diinginkan. Jika mengisi sebuah reaktor dengan beberapa reaktan dan mengambil produknya, dan reaktor

Untuk membuat suatu material balance (kesetimbangan materi) untuk sebuah proses, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan sistem apa yang akan dibuat kesetimbangannya dan menguraikan batas-batsnya. Menurut kamus, proses tadala satu atau kegiatan atau operasi atau perlakuan yang mengahsilkan sebuah tujuan (produk). Yang dimaksud dengan sistem adalah seluruh rangkaian proses yang dikemukakan secara khusus untuk analisis.

4

(28)

tersebut ditunjuk sebagai sistem dan materi dipindahkan melalui batas sistem tetapi kita dapat mengabaikan perpindahan tersebut dan memusatkan perhatian hanya pada proses reaksi yang terjadi hanya setelah pengisian diselesaikan dan sebelum produk dikeluarkan.

Menurut salah satu hukum ini, massa tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan dalam perubahan materi apa saja yang dinyatakan dalam hukum pelestarian massa. Adapun rumus untuk kesetimbangan material adalah sebagai berikut:

Total massa masuk = Total massa keluar

Total massa yang masuk yaitu bahan baku, bahan tambahan, sedangkan bahan yang keluar adalah produk yang diinginkan (barang jadi) serta bahan yang hilang (waste). Persamaan diatas dapat pula diterapkan pada sistem untuk massa total, mol total, massa dari senyawa kimia maupun lainnya.

Hal-hal penting dalam Material Balance adalah sebagai berikut :

1. Jenis permasalahan Material Balance yang terlihat pada proses produksi, dimana terdapat empat jenis dasar permasalahan : a. Model lembar aliran Material Balance, untuk proses yang kontinu yang beroperasi dalam posisi stabil.

b. Pencampuran dan material campuran penyeimbang.

c. Model lembar aliran Material Balance, untuk proses yang kontinu maupun batch yang beroperasi dalam posisi tidak stabil.

d. Proses analisa data dan rekonsiliasi lembar aliran material balance.

(29)

peralatan. Serta memperlihatkan seberapa besar yang terbuang di dalam proses tersebut. Permasalahan material balance adalah menyertakan campuran dan pencampuran. Suatu substansi jumlah produk yang diproduksi oleh industri pengolahan bahan kimia adalah campuran atau campuran berbagai unsur atau ramuan.

2. Metodologi Material Balance, ada dua langkah utama untuk menerapkan prinsip kekekalan massa kimia dalam memproses kesetimbangan material yaitu : a. Perumusan masalah yang dimaksud diharapkan dapat ditentukan uraian secara matematik yang sesuai sistem berdasar pada prinsip ilmu fisika dan ilmu kimia. Di dalam menyeimbangkan material balance, hukum phisik yang sesuai adalah hukum kekekalan massa.

b. Banyaknya penyamaan yang melibatkan model sebagai suatu solusi terhadap permasalahan dengan memberikan gambaran jelas besarnya input, output maupun material yang terbuang (yang hilang).

(30)

3.5. Cause and Effect Diagram5

5

Ginting, Rosnani.2007. SistemProduksi. Graha Ilmu: Yogyakarta.(hal304)

Diagram ishikawa ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone diagram) dan berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang dipelajari, selain itu juga dapat dilihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat dilihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Diagram sebab akibat ini diperkenalkan pertama kalinya oleh Profesor Kaoru Ishikawa (Universitas Tokyo) pada tahun 1943. Untuk mencari faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada lima faktor penyebab utama yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Manusia 2. Metode Kerja

3. Mesin atau peralatan kerja lainnya 4. Bahan-bahan baku

5. Lingkungan Kerja

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat, yaitu: 1. Mengidentifikasikan masalah utama

2. Menempatkan masalah utama tersebut di sebelah kanan diagram utama

(31)

5. Diagram sebab akibat telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya

Diagram ishikawa untuk pencarian akar masalah dapat dilihat pada gambar 2.2.

MANUSIA METODE KERJA

LINGKUNGAN KERJA

BAHAN BAKU MESIN / PERALATAN

KUALITAS

Gambar 2.2. cause and effect Diagram

3.6. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)6

Peta aliran proses dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

Peta aliran proses adalah sebuah diagram yang menggambarkan urutan operasi, baik gerakan pekerja maupun aliran material. Peta ini memperlihatkan bagian proses yang tidak produktif, seperti delay, penyimpanan sementara, dan untuk mengetahui panjang pendeknya jarak yang ditempuh suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama suatu proses atau prosedur berlangsung, serta memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Waktu biasanya dinyatakan dalam bentuk jam dan jarak perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter.

6

(32)

1. Peta aliran proses tipe bahan

Peta aliran proses tipe bahan adalah suatu peta yang menggambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi. Contoh penggunaan peta ini misalnya menggambarkan aliran yang dialami bahan saat penerimaan, pengepakan dan pengiriman.

2. Peta aliran proses tipe orang

Peta aliran proses tipe orang pada umumnya merupakan peta yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas–aktivitas manusianya. Juga merupakan simbolis dan sistematis dari suatu metode kerja yang dijalani oleh seseorang atau sekelompok orang ketika pekerjaannya membutuhkan untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya.

3. Peta aliran proses tipe kertas

Pada peta ini yang digambarkan adalah aliran dari kertas yang menjalani sekumpulan urutan proses mengikuti suatu prosedur tertentu secara bertahap.

Kegunaan peta aliran proses adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir.

2. Untuk memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur.

3. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

(33)

5. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

6. Sebagai alat untuk mempermudah proses analisis untuk mengetahui tempat-tempat di mana terjadi ketidakefisien dan ketidaksempurnaan.

Prinsip-prinsip pembuatan peta aliran proses adalah sebagai berikut:

1. Bagian paling atas (kepala) dari kertas ditulis judul diikuti identifikasi seperti: No/nama komponen yang dipetakan, no gambar, peta orang atau bahan, cara sekarang atau yang diusulkan, tanggal pembuatan, dan nama pembuat peta. Semua informasi ditulis pada bagian sebelah kanan atas kertas.

2. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi awal, dicatat mengenai ringkasan yang memuat jumlah orang dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi serta jarak total perpindahan yang dialami bahan atau orang selama proses berlangsung.

3. Bagian badan diuraikan proses yang terjadi secara lengkap beserta lambang dan informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, dan waktu yang dibutuhkan. Ditambah juga kolom analisis, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisis tersebut.

3.7. Break Even Point (BEP)7

Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tungkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan

7

(34)

dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya mampu berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Adapun Rumus untuk menentukan Break Even Point (BEP) secara umum sebagai berikut:

TR = TC

[Total Penerimaan] = [Total Biaya] (P)(NBEP) = (TFC)+(VC)(NBEP)

NBEP =

VC P

TFC

Dimana:

NBEP = Jumlah output titik pulang pokok

TFC = Total biaya tetap

P = Harga jual per unit produk VC = Biaya variabel per unit produk

Bila suatu kegiatan usaha, apapun bidang usaha hanya mengenal dua macam biaya yaitu:

(35)

b. Biaya berubah (variabel cost) yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan produksi. Misalnya : pembelian bahan, sewa alat, upah buruh, bahan bakar dan lain-lain.

Titik pulang pokok (Break Even Point) merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan dalam operasionalnya tidak memperoleh laba dan juga tidak mengalami kerugian. Ada beberapa kesimpulan dalam Break Even Point:

1. Apabila TR > TC maka memperoleh laba 2. Apabila TR = TC maka terjadi break even point

3. Apabila TR < TC maka perusahaan mengalami kerugian

Ada 4 variabel yang digambarkan dalam 4 garis, yaitu variabel biaya tetap, biaya variabel, total biaya dan total penerimaan.

3.8. Kriteria Penilaian Investasi8

1. Payback Period (PP)

Setiap penilaian layak diberikan nilai yang standar untuk usaha yang sejenis dengan cara membandingkan dengan rata-rata industri atau target yang telah ditentukan.

Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau investasi adalah:

2. Average Rate of Return (ARR) 3. Net Present Value (NPV) 4. Internal Rate of Return (IRR)

8

(36)

5. Profitability Index (PI)

6. Serta berbagai rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Penggunaan rasio keuangan ini sebaiknya digunakan atas pemberian pinjaman kepada usaha yang sudah pernah berjalan sebelumnya atau sedang berjalan.

3.8.1. Payback Period (PP)

Metode payback period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek dan usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100 % menggunakan modal sendiri).

Payback period dapat dicari dengan dua cara yaitu: 1. Apabila cash flow dari proyek investasi sama setiap tahun.

Payback period = x 1 tahun

2. Apabila cash flow dari proyek investasi berbeda setiap tahun.

Payback period = n + x 1 tahun Dimana:

n = Tahun terakhir dimana cash flow masih belum bisa menutupi initial investment

a = Jumlah initial investment

(37)

3.8.2. Average Rate of Return (ARR)

Average of Return (ARR) merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata investasi.

Rumus untuk menghitung ARR adalah sebagai berikut:

3.8.3. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV Kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan Net Present Value (NPV).

Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu diketahui berapa PV Kas bersih. PV Kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu.

Rumusan yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah sebagai berikut:

(38)

NPV positif, maka investasi diterima, dan jika NPV negatif, sebaliknya investasi ditolak.

3.8.4. Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Rumus yang digunakan untuk mencari IRR adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

P1 = Tingkat bunga 1 P2 = Tingkat bunga 2 C1 = NPV 1

C2 = NPV 2 Kesimpulan:

Jika IRR lebih besar (>) dari bunga pinjaman maka diterima Jika IR lebih kecil (<) dari bung pinjaman maka ditolak

3.8.5. Profitability Index (PI)

Profitability Index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.

(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Multimas Nabati Asahan. Pabrik ini berlokasi di Dusun IV, Desa kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara. Penelitian dilakukan Agustus 2015 hingga Oktober 2015.

4.2. Rancangan Penelitiaan

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif (descriptive research). Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian deskriptif ini juga berbentuk action research yaitu dengan menggunakan metode perbaikan yang mampu diaplikasikan pada perusahaan.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah limbah yang diproduksi oleh PT.Multimas Nabati Asahan dimana penelitian dilakukan di bagian pabrik kelapa sawit.

4.4. Variabel Penelitian

(40)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain. Adapun variabel dependen yang diperlukan adalah:

a. Green Productivity

Variabel ini menunjukkan bagaimana pengolahan limbah yang dilakukan oleh perusahaan.

b. Produktivitas

Variabel ini menunjukkan tingkat produktivitas perusahaan semakin meningkat.

2. Variabel Independen (veriabel bebas, sebab mempengaruhi)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi nilai variabel dependen. Adapun variabel independen antara lain:

a. Kematangan Buah (TBS)

Variabel ini menunjukkan tingkat kemasakan buah kelapa sawit b. Proses Produksi

Variabel ini menunjukkan urutan pengerjaan berdasarkan SOP diperusahaan.

c. Karakteristik Mesin

Variabel ini menunjukkan bagaimana kinerja mesin selama beroperasi. d. Tenaga Kerja

(41)

4.5. Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan melakukan wawancara tentang proses produksi dan pengolahan terhadap pihak perusahaan. Adapun untuk mengetahui produktivitas adalah dengan menganalisa semua variabel dengan pendekatan green productivity. Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1.

Peningkatan Produktivitas Limbah

Padat Kematangan

Buah (TBS)

Green Productivity

Produktivitas Proses

Produksi Karakteristik

Mesin Tenaga Kerja

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

4.6. Prosedur Penelitian

(42)

Studi Pendahuluan

(melakukan pengamatan langsung ke perusahaan)

Identifikasi Masalah

(banyaknya limbah yang dihasilkan dalam proses produksi)

Perumusan Masalah

(menurunkan dampak limbah serta meningkatkan produktivitas perusahaan)

Studi Literatur

(mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan green productivity)

Pengumpulan Data

-Data wawancara -Data Proses Produksi

-Sejarah Perusahaan

-Struktur organisasi dan Manajemen perusahaan

-Data Jumlah input dan output -Data Material Balance

-Solusi yang dipilih Berdasarkan Alternatif Analisis dan Evaluasi

Kesimpulan dan Saran

(43)

4.7. Pengumpulan Data

Sumber-sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan secara langsung atau data yang diperoleh melalui proses pengukuran dengan bantuan suatu instrumen. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data proses produksi.

2. Data sekunder

Data sekunder bersumber dari dokumen perusahaan yang dapat diperoleh dari pihak manajemen. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sejarah perusahaan

b. Struktur organisasi dan manajemen perusahaan c. Data jumlah output dan input perusahaan d. Data jumlah limbah perusahaan

e. Data material balance

f. Data mesin mesin untuk alternatif

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Interview

(44)

2. Metode Observasi

Metode pengumpulan data observasi dilakukan secara langsung pada objek yang diteliti dengan mencari informasi secara lebih mendalam mengenai proses produksi dan proses pengolahan limbah, dimana tool yang digunakan dalam tahap ini adalah Block Diagram Process dan Material Balance. Selain itu data-data yang dikumpulkan pada tahap ini meliputi data-data input-output produksi, data-data keseimbangan material, dan data-data yang berkaitan dengan pengolahan limbah.

4.8. Pengolahan Data

Tahapan- tahapan pengolahan data penerapan green productivity dilakukan dengan tiga konsep utama, yaitu:

1. Getting Started

Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan. Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengestimasian alternatif solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya.

2. Planning

(45)

2.1. Mengidentifikasi Masalah dan Penyebabnya

Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah adalah mencari informasi mengenai pengolahan sawit serta penanganan limbah terhadap lingkungan dengan menganalis menggunakan diagram ishikawa.

2.2. Menentukan Tujuan dan Target

Tujuan dan target yang ingin dicapai adalah mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah terhadap lingkungan dengan membuat alternatif-alternaif solusi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. 3. Generation and Evaluation of GP Option

Langkah ini mencakup pengembangan alternatif solusi untuk mempertemukan tujuan serta target yang telah dirumuskan di langkah sebelumnya. Hal ini mencakup sudut pandang terhadap pencegahan polusi dan prosedur kontrol yang telah direncanakan berdasarkan alternatif-altenatif solusi yang direncanakan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

(46)

4.10. Kesimpulan dan Saran

(47)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Input

Input yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas terdiri dari, biaya material, biaya tenaga kerja, biaya energi dan biaya maintenance (pemeliharaan mesin dan instalasi).

5.1.1.1. Biaya Material

Biaya material pabrik kelapa sawit adalah biaya bahan bahan baku, biaya ongkos kirim bahan baku dan biaya CaCo3. Biaya material Biaya material yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Biaya Material PT. Multimas Nabati Asahan

Periode Biaya (Rp)

Agustus 2014 9.272.162.380

September 2014 5.790.379.000

Oktober 2014 4.177.923.720

November 2014 3.349.567.150

Desember 2014 3.741.886.080

Januari 2015 7.829.998.900

Februari 2015 7.685.087.700

Maret 2015 3.864.418.200

April 2015 7.652.214.300

Mei 2015 6.536.683.320

Juni 2015 5.514.859.680

Juli 2015 8.518.348.800

(48)

5.1.1.2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Biaya Tenaga Kerja PT. Multimas Nabati Asahan

Periode Biaya (Rp)

Agustus 2014 647.531.322

September 2014 551.720.554

Oktober 2014 600.773.327

November 2014 622.125.791

Desember 2014 584.268.510

Januari 2015 524.351.214

Februari 2015 567.745.654

Maret 2015 578.013.387

April 2015 647.384.973

Mei 2015 584.115.370

Juni 2015 712.904.689

Juli 2015 549.745.614

Rata- rata Biaya Tenaga Kerja 597.556.700

5.1.1.3. Biaya Energi

Biaya energi pabrik kelapa sawit adalah biaya listrik, biaya genset, biaya air dan biaya steam. Biaya energi yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Biaya Energi PT. Multimas Nabati Asahan

Periode Biaya (Rp)

Agustus 2014 102.511.095

September 2014 135.453.610

Oktober 2014 81.794.552

November 2014 88.507.210

Desember 2014 92.834.640

Januari 2015 94.434.633

Februari 2015 75.634.920

(49)

Tabel 5.3. Biaya Energi PT. Multimas Nabati Asahan (Lanjutan)

Periode Biaya (Rp)

April 2015 137.168.382

Mei 2015 91.306.008

Juni 2015 115.718.031

Juli 2015 110.197.820

Rata- rata Biaya Energi 99.147.217

5.1.1.4. Biaya Maintanance (Pemeliharaan Mesin dan Instalasi)

Biaya maintanance yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Biaya Maintanance PT. Multimas Nabati Asahan

Periode Biaya (Rp)

Agustus 2014 496.419.070

September 2014 663.464.080

Oktober 2014 327.317.522

November 2014 346.593.295

Desember 2014 102.876.769

Januari 2015 290.327.910

Februari 2015 129.464.712

Maret 2015 147.540.220

April 2015 375.206.115

Mei 2015 370.084.230

Juni 2015 99.576.488

Juli 2015 347.535.024

Rata- rata Biaya Maintanance 308.033.786

5.1.1.5. Biaya Total

(50)

Tabel 5.5. Biaya Total PT. Multimas Nabati Asahan

Periode Biaya (Rp)

Agustus 2014 10.518.623.867

September 2014 7.141.017.244

Oktober 2014 5.187.809.121

November 2014 4.406.793.446

Desember 2014 4.521.865.999

Januari 2015 8.739.112.657

Februari 2015 8.457.932.986

Maret 2015 4.670.652.790

April 2015 8.811.973.770

Mei 2015 7.582.188.928

Juni 2015 6.443.058.888

Juli 2015 9.525.827.258

Rata- rata Biaya Total 7.167.238.080

5.1.2. Output

Output dari PKS PT. Multimas Nabati Asahan adalah minyak CPO dan inti sawit. Jumlah Output yang dihasilkan selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Output PT. Multimas Nabati Asahan

(51)

Tabel 5.6. Output PT. Multimas Nabati Asahan (Lanjutan)

Periode Minyak CPO (MT) Inti Sawit (MT)

Mei 2015 4.339 1.253

Juni 2015 4.612 1.390

Juli 2015 6.163 1.756

Harga rata-rata penjualan minyak dan inti sawit yang dihasilkan selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Harga Rata-rata Minyak dan Inti Sawit PT. Multimas Nabati

Asahan

Periode Minyak CPO (Rp) Inti Sawit (Rp)

Agustus 2014 7.297,40 3.627,70

September 2014 7.504,50 3.366,80

Oktober 2014 7.794,81 3.880,96

November 2014 7.571,40 4.122,30

Desember 2014 7.670,03 3.460,70

Januari 2015 7.935,67 4.969,99

Februari 2015 7.873,82 5.547,83

Maret 2015 7.761,67 5.537,85

April 2015 8.634,00 5.715,00

Mei 2015 8.393,93 5.499,00

Juni 2015 8.232,50 5.591,00

Juli 2015 8.422,40 5.102,30

Jumlah output total adalah jumlah penjualan minyak sawit dan inti sawit yang diterima perusahaan selama periode Agustus 2014 sampai Juli 2015 yaitu dengan mengalikan jumlah produksi minyak dan inti sawit dengan harga per kilogram.

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai penjualan adalah:

(52)

Sebagai contoh perhitungan penjualan untuk bulan Agustus 2014.

Penjualan = (7.281.000 Kg x Rp. 7.297,40/Kg + 2.219.000 Kg x Rp. 3.627,70/Kg) = Rp. 61.182.235.700

dengan cara yang sama maka akan diperoleh output total untuk bulan selanjutnya, Output total dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Output PT. Multimas Nabati Asahan

Periode Output

Agustus 2014 61.182.235.700

September 2014 43.695.779.100

Oktober 2014 45.851.933.430

November 2014 39.762.675.300 Desember 2014 35.775.893.800

Januari 2015 24.525.287.110

Februari 2015 29.539.343.440

Maret 2015 35.761.971.790

April 2015 49.154.760.000

Mei 2015 43.311.509.270

Juni 2015 45.739.780.000

Juli 2015 60.866.890.000

Rata-Rata 42.930.671.580

5.1.3. Limbah Produksi Pabrik Kelapa Sawit

Limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit PT. Multimas Nabati Asahan adalah:

1. Limbah Padat

(53)

2. Limbah cair

Sumber-sumber limbah cair pada PKS PT. Multimas Nabati Asahan adalah berasal dari stasiun sterilizer, stasiun klarifikasi, stasiun kernel. Sistem Pengolahan Limbah Cair yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Multimas Nabati Asahan adalah sistem Ponding (kolam anaerobic dan aerobic) yang dihasilkan dari sirkulasi pada kolam limbah tersebut yang dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan gas metan.

3. Limbah Gas

Limbah gas berasal dari ketel uap, hasil dari ketel uap berupa gas bercampur abu yang terhembus melalui corong asap. Untuk mengendalikan limbah abu yang terikut asap pembuangan maka digunakan alat “Duat Coller” yang berfungsi menangkap/menyaring abu dan partikel-partikel kecil yang terbawa asap sebelum keluar dari corong asap.

(54)

Tabel 5.9. Jumlah Limbah Padat dan Limbah Cair PKS PT Multimas Nabati

Asahan

Periode Jumlah Limbah

Padat (MT)

Jumlah Limbah Cair (MT)

Agustus 2014 8.900,77 386,99

September 2014 6.237,37 271,19

Oktober 2014 6.094,77 264,99

November 2014 5.400,86 234,82

Desember 2014 4.924,76 214,12

Januari 2015 3.176,53 138,11

Februari 2015 3746,7 162,9

Maret 2015 4.621,62 200,94

April 2015 5.838,55 253,85

Mei 2015 5.272,52 229,24

Juni 2015 5.816,24 252,88

Juli 2015 7.477,76 325,12

Rata-rata 5625,704 244,5958

5.2. Pengolahan Data

Setelah data telah dikumpulkan maka dilakukan pengolahan data untuk menghitung material balance, tingkat produktivitas perusahaan, identifikasi permasalah dan penyebabnya, dan mencari solusi pemecahan masalah.

5.2.1. Getting Started

Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan. Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengestimasian alternatif solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya.

(55)
(56)

Penimbangan

Gambar 5.1. Block Diagram Process Pengolahan Sawit di PKS Multimas

(57)

5.2.1.1. Material balance

Material balance adalah menyeimbangan laju alir dari suatu produksi atau jumlah output seimbang dengan jumlah input. Gambar 5.2 adalah aliran material dalam pengolahan minyak sawit CPO dan pengolahan inti sawit.

STERILIZER

Moisture Sterilised bunches THERESER

Emty bunch

Sheredded

Emty bunch press Moist. Bunch press Fruits

Gambar 5.2. Material Balance Pengolahan Sawit di PKS Multimas Nabati

(58)

Dapat dilihat bahwa material balance diatas menunjukkan kesimbangan antara output dan input dalam setiap proses. Dari material balance diatas dapat dilihat limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dalam setiap produksinya. Maka limbah yang dihasilkan selama satu tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Grafik jumlah Limbah

5.2.1.2.Perhitungan Produktivitas

Produktivitas didapat dari perbandingan antara output dengan input. Untuk menghitung produktivitas maka digunakan rumus sebagai berikut:

Produktivitas =

Sehinggga, untuk mengitung produktivitas total perusahaan pada bulan Agustus 2014 dilakukan sebagai berikut:

Produktivitas total Agustus 2014 =

= 5,82

(59)

Tabel 5.10. Produktivitas Total PT. Multimas Nabati Asahan

Periode Jumlah Output

Total

Jumlah Input Total

Produktivitas Total

Agustus 2014 61.182.235,70 10.518.623.867 5,82 September

2014 43.695.779,10 7.141.017.244 6,12

Oktober 2014 45.851.933,43 5.187.809.121 8,84 November

2014 24.525.287,11 4.406.793.446 5,57

Desember 2014 35.775.893,80 4.521.865.999 7,91 Januari 2015 29.539.343,44 8.739.112.657 3,38 Februari 2015 39.762.675,30 8.457.932.986 4,7 Maret 2015 35.761.971,79 4.670.652.790 7,66 April 2015 49.154.760,00 8.811.973.770 5,58 Mei 2015 43.311.509,27 7.582.188.928 5,71 Juni 2015 45.739.780,00 6.443.058.888 7,10 Juli 2015 60.866.890,00 9.525.827.258 6,39

Rata-rata 42.930.671.580 7.165.865.138 5,99

Tingkat produktivitas total perusahaan ini dapat diGambarkan dalam Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Tingkat Produktivitas Total Di PKS Multimas Nabati Asahan

Agustus 2014 Sampai Juli 2015

(60)

5.2.2. Planning

Pada tahap planning dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu: mengidentifikasi masalah dan penyebabnya dan menentukan tujuan dan target.

5.2.2.1. Identifikasi Masalah dan Penyebabnya

Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah adalah mencari informasi mengenai pengolahan sawit serta penanganan limbah terhadap lingkungan dengan menganalis menggunakan diagram ishikawa. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilkakukan didapat bahwa penanganan yang dilakukan terhadap limbah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengendalikan limbah gas digunakan alat “Duat Coller” yang berfungsi menangkap/menyaring abu dan partikel-partikel kecil yang terbawa asap sebelum keluar dari corong asap, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

2. Penanganan yang dilakukan untuk tandan kosong kelapa sawit adalah dengan mengumpulkannya diarea pabrik dan memberikannya kepada masyarakat setempat untuk makanan ternaknya secara gratis

3. Penanganan yang dilakukan terhadap limbah cair adalah dengan melakukan perlakuan (treatment) dengan pembuatan kolam penampungan. Setelah ambang batas yang ditetapkan dicapai maka limbah ini akan dikembalikan ke alam.

(61)

Lingkungan kerja Metode kerja Bahan Baku

Gambar 5.5. Diagram Ishikawa Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan Gambar diatas, limbah tandan kosong yang diperoleh dari pengolahan minyak perlu diambil tindakan untuk mengatasi permasalah dampak negatif limbah terhadap lingkungan. Penanganan limbah merupakan masalah serius yang harus dipertimbangkan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan dampak negatif bagi masyarakat sekitar.

5.2.2.2. Menentukan Tujuan dan Target

Tujuan dan target yang ingin dicapai adalah mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah terhadap lingkungan dengan membuat alternatif-alternaif solusi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

5.2.3. Generation and Evaluation of GP Option

(62)

prosedur kontrol yang telah direncanakan berdasarkan alternatif-altenatif solusi yang direncanakan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan.

5.2.3.1. Usulan Alternatif Solusi

1. Berdasarkan hierarki pencegahan terhadap pencemaran, menurut urutan reduce, reuse, dan recycle, maka pengurangan (reduce) dilakukan dengan menggunakan tandan kosong sawit sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) sehingga tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan minyak sawit dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dengan demikian, maka diusulkan alternatif 1 untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.

2. Berdasarkan hirarki tersebut, maka untuk menggunakan reuse dan recycle masih memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu, limbah tandan kosong dapat diolah menjadi pupuk kompos karena dengan didirikannya pengolahan limbah PKS menjadi kompos ini maka akan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan limbah atau mungkin akan dapat dihilangkan diusulkan sebagai alternatif 2.

5.2.3.1.1. Alternatif 1

(63)

1. Aspek Pasar

Lahan perkebunan di Sumatera Utara sangat luas, dimana sebagian besar perkebunan ditanami pohon sawit. Potensi ini mendukung untuk membangun sumber energi terbarukan. Sumatera Utara adalah Propinsi yang mempunyai penduduk dan industri yang banyak sehingga memerlukan energi listrik untuk kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pembangkit listrik terbarukan ini maka dapat memberikan manfaat social dan ekonomi.

2. Aspek Teknik

Untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) diperlukan beberapa mesin dan peralatan sebagai berikut:

a. Unit Persiapan Bahan Bakar

Unit ini terdiri dari mesin press tandan kosong dan shredder serta bangunan penyimpanan bahan bakar tandan kosong. Pada unit ini, tandan kosong dicabik dan dipress sehingga kadar air bahan bakar tandan kosong berkurang menjadi kurang dari 48% sebelum dimasukkan ke dalam boiler. b. Unit Pembangkit Uap ( Boiler)

Boiler berfungsi untuk mengubah air menjadi uap panas bertekanan tinggi yang kemudian dipergunakan untuk memutar sudut turbin yang terintegrasi dengan generator listrik untuk membangkitkan tenaga listrik. c. Unit Produksi tenaga Gerak (Turbin Uap)

(64)

putaran poros turbin. Kerja poros ini kemudian dikonversi menjadi energi listrik oleh generator.

d. Unit Produksi Tenaga Listrik (Generator)

Generator Model and type AC generator dirancang untuk mengkonversi kerja putaran poros turbin menjadi energi listrik.

e. Unit Pengolahan Air Umpan Boiler

Unit pengolahan air terdiri dari tanki klarifikasi air untuk menjernihkan air mentah, system Reverse Osmosis (RO) dan tanki simpan air. Air baku masuk dari kolam pengumpulan air. Air baku pada awalnya diklarifikasi dan diolah sebelum dimasukkan ke dalam boiler.

f. Kondenser dan Sistem Air Sirkulasi

(65)

g. Unit Pendingin (Cooling Tower)

Sistem air pendingin terdiri dari cooling tower, pompa cooling tower, instrumentasi dan peralatan chemical dosing. Peran utama peralatan menara pendingin adalah membuang panas air yang digunakan untuk mendinginkan uap air yang keluar dari turbin ke udara bebas. Pola pembuangan panas terjadi melalui proses penguapan alami yang berlangsung ketika terjadi kontak langsung antara air dan udara pada menara pendingin. Penguapan akan menjadi sangat efisien jika luas permukaan air berpeluang pada kondisi yang sangat maksimum dikembangkan (dibuka) melalui arus udara yang besar dengan periode waktu yang lama. Pada umumnya sistem distribusi menara pendingin air - udara dirancang dengan berfokus pada pemakaian yang tepat dan efisien. Kinerja menara pendingin akan terkait dengan jumlah udara yang mengalir melalui menara dan terjadinya kontak langsung dengan air.

5.2.3.1.2. Alternatif 2

Pada alternatif 2 dilakukan pengolahan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi pupuk kompos. Untuk pembuatan pupuk kompos tersebut perlu mempertimbangkan aspek-aspek antara lain:

1. Aspek Pasar

(66)

merusak unsur tanah. Produksi kompos di perusahaan dipergunakan untuk perkebunan masyarakat yang memiliki sistem kontrak.

2. Aspek Teknik

Aspek teknik dari pembuatan kompos adalah sebagai berikut: a. Lokasi

Lokasi pengolahan kompos dilakukan didekat lingkungan pabrik yang bertujuan untuk memudahkan pengaliran limbah kelapa sawit. Lahan yang diperlukan untuk pengolahan kompos diasumsikan seluas 60.000 m2.

b. Proses Pengolahan Limbah Kelapa Sawit

Proses pengolahan limbah kelapa sawit menjadi pupuk kompos adalah sebagai berikut:

i. Pencacahan Tandan Kosong

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah ukuran bahan, makin luas permukaan bahan akan semakin cepat proses fermentasi. Pencacahan dilakukan menggunakan mesin pencacah. Pada mesin pencacah ini, tandan kosong dicacah sampai ukuran diameter ± 5 cm.

ii. Fermentasi

(67)

iii. Pengeringan

Kompos hasil fermentasi tandan kosong yang masih basah dijemur di panas matahari sampai kadar air 50%. Pada saat pengeringan ini dilakukan pembalikan tumpukan kompos tiga sampai lima kali seminggu untuk mempercepat pengeringan. Jumlah kompos yang dihasilkan setelah dikeringkan 50% dari tandan kosong.

c. Sarana dan Peralatan

Sarana dan peralatan yang dibutuhkan untuk proses pengolahan kompos antara lain:

i. Pelataran Kompos

Tandan kosong yang sudah dirajang akan dikomposkan di pelataran ini, dengan membentuk barisan dengan panjang 100 meter. menjadi pupuk kompos didirikan seluas 60.000 m2 dengan panjang 600 meter dan lebar 100 meter.

ii. Mesin Pencacah

Mesin ini digunakan untuk mencacah tandan kosong. Kapasitas mesin 14 ton TKS per jam. Penggerak mesin ini adalah elektromotor dengan daya 60 kW.

iii. Mesin Pembalik

(68)

iv. Pipa

Pipa digunakan untuk mensuplay limbah cair dari kolam penampungan limbah ke tempat yang strategis di areal pengomposan, pipa yang digunakan diameter 5 inchi dengan panjang pipa yang dibutuhkan 750 meter.

v. Pompa

Pompa digunakan untuk memompa limbah cair dari kolam penampungan limbah ke tumpukan kompos.

vi. Rubber House

Digunakan untuk menyiram air limbah dari keran ke tumpukan bahan kompos. Kebutuhan selang adalah 4 x 100 meter.

vii. Instalasi Listrik untuk Penerangan Lampu Jalan

Digunakan untuk menerangi areal pengomposan pada waktu malam. Jarak antar lampu jalan sekitar 50 meter di sisi lahan pengomposan sehingga kebutuhan lampu jalan sebanyak 15 titik dengan tiap titiknya mempunyai daya 400 W.

5.2.3.2. Memilih Alternatif Solusi

5.2.3.2.1. Kondisi Sekarang

(69)

Tabel 5.11. Rata- Rata Input dan Output PT. Multimas Nabati Asahan

Output (Rp)

Penjualan Minyak dan Inti sawit 42.930.671.580

Input (Rp)

Input Material 6.161.127.435

Input Tenaga Kerja 597.556.700

Input Energi 99.147.217

Input Maintanance 308.033.786

Waste(tandan kosong + limbah cair) 5.870.2998

Perhitungan Green Productivity Ratio untuk bahan baku, material, tenaga kerja, energi, dan maintenance dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini:

Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) PT. Multimas

Nabati Asahan

Input (GPR)

Input Material 6,97

Input Tenaga Kerja 61,544

Input Energi 432,999

Input Maintanance 139,370

Waste(tandan kosong + limbah cair) 0,145

5.2.3.2.2. Alternatif 1

(70)

1. Data biaya investasi awal

Rincian investasi awal terdiri dari pengadaan lahan PLTBS dan keperluan mesin, peralatan dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Pengadaan lahan PLTBS = Luas areal x Harga satuan = 60.000 m2 x Rp.2.000,00/m2

= Rp. 120.000.000,00

pada Tabel 13 akan diuraikan rincian untuk mesin dan peralatan.

Tabel 5.13. Rincian Biaya Investasi Awal PLTBS

Uraian Biaya (Rp)

Hopper bahan bakar 3100 m3 dan

platform 1.500.000.000

Mesin pencacah (chipper) kap 14 t

tankos/jam + instalasi (1 unit) 700.000.000 Screw press kapasitas 15 t/jam +

instalasi (1 unit) 800.000.000

Feed water tank (kap 120 m3) 500.000.000 Anion-kation exchanger +Instalasi pipa 500.000.000 Deaerator tank + instalasi 500.000.000 Turbin uap kapasitas 6000 kW +

cooling tower (1 unit) 22.000.000.000 Boiler pipa air kapasitas 35 t/jam (cw

pre heater) 10.200.000.000

Empty Bunch Conveyor (150 m) +

instalasi 1.500.000.000

Skid loader 800.000.000

Panel Induk 1.000.000.000

Genset 350 kVA (1 unit) 500.000.000 Jaringan tegangan menengah 0,5 km 600.000.000 Transformator 8 MVA c/w Accessories 700.000.000

Gardu distribusi 200.000.000

Monitor kontrol otomatis 200.000.000

Sediment bak 10m3 500.000.000

Sub Total 42.700.000.000

2. Biaya Operasional dan Maintanance

(71)

Tabel 5.14. Biaya Operasional dan Maintanance

Uraian Biaya (Rp.)

Gaji 27 karyawan/bulan @ Rp 2.075.000 x 12 bulan

672.300.000 Lain-lain (bensin, solar, oli, dll) 189.000.000 Biaya perawatan 10% x

42.700.000.000

4.270.000.000 Air untuk umpan boiler, cooling

tower dan zat kimia

300.000.000

Total 5.421.300.000

3. Proyeksi Pemasukan

Biaya pemasukan dari proyek pembangkit listrik tenaga biomassa sawit ini antara lain:

a. Untuk mengurangi kadar air tandan kosong sebelumnya dilakukan pengepresan. Cairan yang keluar dari hasil pengepresan mengandung minyak sekitar 0,2% dari tandan buah segar atau 1% dari berat tandan kosong. Minyak perasan dari tandan kosong ini kembali diolah menjadi CPO. Kapasitas pabrik 486.200 ton TBS per tahun dihasilkan pengutipan minyak seperti yang diuraikan dibawah ini:

Minyak hasil pengutipan = 0,2% x Kapasitas olah TBS per tahun = 0,2% x 486.200

= 972 ton/tahun

Dengan harga jual CPO Rp 7.924,344 per kg, didapat hasil pengutipan minyak sebesar Rp 7.702.463.000 per tahun dan merupakan sumber pemasukan bagi perusahaan.

(72)

jam, daya yang dihasilkan 2,25 MWh/jam, maka jumlah pendapatan dapat dihitung dengan persamaan:

Pendapatan = 80% x Daya per tahun x harga jual

= 80% x 2,25 MWh/jam x 4.576 jam/tahun x 996,4 / KWh = Rp. 8.207.247.520/tahun

4. Perhitungan Green Productivity Ratio untuk alternatif 1.

Perhitungan Green Productivity Ratio untuk material, tenaga kerja, energi, dan maintanance dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu jumlah setiap faktor pada alternatif 1, yaitu:

a) Output

Apabila alternatif 1 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah output perusahaan.

Output = rata-rata output total Agustus 2014-Juli 2015 + pendapatan PLTBS

= Rp. 42.930.671.580 + Rp 683.937.293 = Rp. 43.614.608.873

b) Input material

Jika alternatif 1 diterapkan, diprediksikan input material tidak akan mempengaruhi jumlahnya.

Input material = Rp. 406.059.590 c) Input Tenaga Kerja

(73)

Input tenaga kerja = Nilai rata-rata biaya tenaga kerja Agustus 2014-Juli 2015

+ 27 orang @Rp. 2.075.000 = Rp. 697.556.700+ 56.025.000 = Rp. 753.581.700

d) Input Energi

Jika alternatif 1 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah total input energi.

Input energi = nilai rata-rata biaya energi Agustus 2014-Juli 2015 + biaya

Pemakaian air perbulan + biaya bensin, solar, oli dll = Rp. 99.147.217 + Rp. 15.750.000 + Rp. 25.000.000 = Rp. 139.897.217

e) Input Maintanance

Jika alternatif 1 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah total input maintenance.

Input maintenance = nilai rata-rata biaya maintenance Agustus 2014-Juli 2015 + Biaya perawatan pada alternatif 1 + penanganan limbah cair

(74)

F) Waste

Waste adalah rata-rata jumlah tandan kosong dan limbah cair yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit. Pada alternatif 1, limbah tandan kosong sawit dioalah sebagai bahan baku pembangkit dan limbah cair masih perlakuan land application maka jumlah limbah cair adalah 244,60 MT

5.2.3.2.3. Alternatif 2

Untuk alternatif 2 adalah pengolahan limbah padat sawit menjadi pupuk kompos.

1. Biaya investasi awal

Rincian investasi awal dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15. Rincian Biaya Investasi

Rincian Biaya

Satuan Kuantitas Harga Satuan Biaya (Rp.)

(75)

2. Biaya Operasional

Biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Rincian Biaya Operasional

Rincian Biaya Rp.

Biaya tenaga kerja 7 orang/tahun x Rp.2.075.000,00/orang x 12 bulan

14.525.000 Biaya perawatan 10% x

Rp.2.413.166.600

24.131.666 Listrik 124KWH/hari x 26

hari/bulan x 12 bulan x Rp.996,4/KWh

38.548.723

Jumlah 77.205.389

3. Proyeksi Pemasukan

Pemasukan dari proyek pengomposan limbah kelapa sawit adalah:

a. Penghematan biaya perawatan limbah cair Rp.500.000.000 per tahun. Dengan diadakannya pengolahan kompos ini maka biaya perawatan dapat dihemat.

b. Subsitusi Pupuk

Kandungan unsur hara pupuk dapat dilihat pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17. Kandungan Hara Serta Harga Pupuk

Pupuk Unsur Hara Persen Unsur Harga/kg

(76)

Kandungan unsur hara pupuk kompos yang dihasilkan dari pengomposan tandan kosong menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) adalah dapat dilihat pada Tabel 5.18.

Tabel 5.18. Kandungan Hara Pupuk Kompos

Unsur Hara Persen Unsur

Nitrogen 2,34

Fosfor 0,31

Kalium 3,5

Magnesium 0,96

Dari Tabel diatas dapat dihitung kesetaraan pupuk kompos dengan pupuk buatan dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:

Nitrogen dalam Urea = x persen unsur hara pupuk

Kompos

= x 2,34%

= 50,86 51 Kg pupuk buatan

Harga total = jumlah pupuk buatan x harga pupuk buatan/Kg = 51 Kg x Rp. 1.800

= Rp.91.800

(77)

Tabel 5.19. Kesetaraan Satu Ton Pupuk Kompos dengan Pupuk Buatan

Pupuk Buatan Unsur Hara Jumlah Kg

pupuk

Dari Tabel diatas dapat dihitung dana substitusi untuk jumlah kompos yang dihasilkan sebanyak 33.754 ton adalah

Dana substitusi = jumlah kompos x Rp.574.700 = 33.754 ton x Rp.574.700 = Rp.19.398.423.800

4. Perhitungan Green Productivity Ratio Untuk Alternatif 2

Perhitungan Green Productivity Ratio untuk material, tenaga kerja, energi, dan maintanance dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu jumlah setiap faktor pada alternatif 2, yaitu:

a) Output

Apabila alternatif 2 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah output perusahaan.

Output = rata-rata output total Agustus 2014-Juli 2015 + pendapatan pengomposan

(78)

b) Input material

Jika alternatif 2 diterapkan, diprediksikan input material tidak akan mempengaruhi jumlahnya.

Input material = Rp. 406.059.590 c) Input Tenaga Kerja

Jika alternatif 2 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi total input tenaga kerja.

Input tenaga kerja = Nilai rata-rata biaya tenaga kerja Agustus 2014-Juli 2015

+ 7 orang @Rp. 2.075.000 = Rp. 697.556.700+ 56.025.000 = Rp. 699.009.200

d) Input Energi

Jika alternatif 2 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah total input energi.

Input energi = nilai rata-rata biaya energi Agustus 2014-Juli 2015 + biaya

Pemakaian lisrik per bulan = Rp. 99.147.217 + Rp. 3.212.393 = Rp. 102.359.610

e) Input Maintanance

(79)

Input maintenance = nilai rata-rata biaya maintenance Agustus 2014-Juli 2015 + Biaya perawatan pada alternatif 2 - penanganan limbah cair

= Rp.308.033.786 + Rp. 2.010.972 - Rp.41.666.666 = Rp.268.378.092

f) Waste

Waste adalah rata-rata jumlah tandan kosong dan limbah cair yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit. Pada alternatif 2, limbah tandan kosong sawit dan limbah cair digunakan selurugnya, maka jumlah limbah adalah 0 (nol)

Perhitungan biaya untuk masing-masing alternatif, kondisi sekarang, alternatif 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 5.20.

Tabel 5.20. Perhitungan Biaya Untuk Masing-masing Alternatif

Faktor Kondisi Sekarang Alternatif 1 Alternatif 2

Output (Rp) (Rp) (Rp)

Penjualan Minyak

dan Inti Sawit 42.930.671.580

43.614.608.873 44.547.206.897

Input (Rp) (Rp) (Rp)

(80)

Untuk perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) caranya sama dengan perhitungan kondisi sekarang. Untuk menghitung Green Productivity Index (GPI) digunakan dengan menggunakan rumus berikut:

GPIalternatif = x GPIdasar

Dalam perhitungan GPI untuk material, tenaga kerja, energi dan maintenance, nilai diatas 1 menunjukkan perbaikan, sedangkan untuk waste nilai diatas 1 menunjukkan adanya peningkatan dampak lingkungan yang terjadi. Melalui perhitungan GPI untuk tenaga kerja tidak terjadi peningkatan indeks dibanding dengan sebelumnya. Hasil perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) dan Green Productivity index (GPI) untuk masing masing alternatif dapat dilihat pada Tabel 5.21.

Tabel 5.21. Hasil Perhitungan GPR dan GPI Masing-masing Alternatif

Green Productivity Waste (tandan kosong +

limbah cair) 0,15

1,00 0,006 0,04 0,00 0,00

Dari hasil perhitungan alternatif yang terpilih adalah alternatif 2, terlihat dari nilai GPI material, tenaga kerja, energi dan maintenance mendapat nilai yang lebih tinggi dari alternatif 1.

(81)

ratio merupakan alat yang dipakai untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.

Analisa benefit cost ratio diestimasikan hingga periode 5 tahun mendatang dan tingkat suku bunga 8%. Hasil perhitungan indeks benefit-cost ratio setiap alternatif yang diusulkan adalah sebagai berikut;

a. Alternatif 1

Pada alternatif 1 yang diusulkan yaitu pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) benefit dan costnya adalah:

Benefit = Pemasukan (P/A.%.n)

= (Penerimaan dan pengutipan minyak + Pendapatan dari penjualan

daya listrik) x (P/A.8%.5)

= (Rp.7.702.463.000 + Rp.8.207.247.520) x (3,993) = Rp.63.527.474.106

Cost = Investasi awal + Biaya operasional (P/A,i%,n) = Rp.42.820.000.000 + Rp.5.421.300.000(3,993) = Rp.64.467.250.900

Indeks BCR Alternatif 1 =

=

= 0,985 b. Alternatif 2

(82)

Benefit = Pemasukan(P/A,i%,n)

= (Biaya pengehematan perawatan dan operasional limbah cair + Substitusi pupuk) x (P/A,7,5%,5)

= ( Rp.500.000.000 + Rp. 19.398.423.800) x (3.993) = Rp.79.454.406.233

Cost = Investasi awal + Biaya operasional (P/A,i%,n) = Rp.2.533.166.600 + Rp.77.205.389(3,993) = Rp.2.533.166.600 + Rp.308.281.118 = Rp.2.841.447.718

Indeks BCR Alternatif 2 =

=

= 27,96

Berdasarkan hasil perhitungan indeks BCR, terlihat bahwa alternatif 1 memiliki indeks BCR sebesar 0,985 dan alternatif 2 memiliki indeks BCR sebesar 27,96. Oleh karena itu, alternatif 2 dipilih menjadi alternatif solusi yaitu pengolahan pupuk kompos.

5.2.4. Estimasi Alternatif Solusi

Gambar

Gambar 2.2. cause and effect Diagram
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian
Tabel 5.1.  Biaya Material PT. Multimas Nabati Asahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit yaitu sekitar 23% dari total tandan buah segar (TBS)

Selain perekat yang dihasilkan, ada juga limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung.. Limbah padat yang dihasilkan tidak semuanya dibawa ke

Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,.. Analisis Usaha

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usulan alternatif perbaikan yang diestimasikan dapat meningkatkan produktivitas dan mereduksi penumpukan limbah yaitu produk pellet ikan..

Tandan kosong kelapa sawit memiliki nilai keekonomisan yang cukup tinggi sehingga membantu perusahaan jika diolah dengan tepat untuk solusi pengolahan yang dapat

Tandan kosong kelapa sawit memiliki nilai keekonomisan yang cukup tinggi sehingga membantu perusahaan jika diolah dengan tepat untuk solusi pengolahan yang dapat

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.Pabrik Kelapa Sawit

 Meningkatkan Produktivitas pengolahan Limbah  Efektifitas pengolahan limbah  Mereduksi jumlah limbah yang tidak sesuai Menyusun Alternatif Solusi Penambahan unit Evaporator Unit