FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
DI KELURAHAN SITIREJO II
KECAMATAN MEDAN AMPLAS
A. Data Umum
1. Initial kepala keluarga : Tn. S
2. Usia : 54 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Agama : Islam
5. Suku : Batak Karo
6. Alamat : Jl. Sakti Lubis Gg. Stasiun
7. Tipe keluarga : Keluarga besar
8. Komposisi keluarga : Suami, istri, anak dan nenek
N o
Nama Jenis
kelamin
Hubungan dengan KK
Umur Pendidikan Status
imunisasi
1 Ny. M P Istri 45 SMA Lengkap
2 Jufri L Anak 24 SMA Lengkap
3 Stefani P Anak 21 SMA Lengkap
4 Aida P Anak 13 SMP Lengkap
Genogram :
Tn.S Ny. M
Keterangan :
: Laki-laki : Keluarga binaan laki-laki
: Perempuan
: Keluarga binaan perempuan
: Meninggal
9. Status sosial ekonomi keluarga :
Anggota yang mencari nafkah Tn. S dan dibantu oleh istrinya Ny. M, penghasilan Rp 3.000.000/perbulan, dan kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan Rp 1.500.000 dan sisanya disimpan untuk keperluan yang tak terduga.
10. Aktivitas rekreasi keluarga :
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Tn. S termasuk dalam tahap perkembangan dewasa muda.
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Keluarga belum bisa menyekolahkan anaknya sampai pendidikan sarjana.
13. Riwayat keluarga inti :
Keluarga Tn. S yang mengalami masalah kesehatan adalah Ny. M.
14. Riwayat keluarga sebelumya : Keluarga Tn. S tidak ada riwayat penyakit.
C. Lingkungan
15. Karakteristik rumah :
Tipe rumah setengah beton, 2 kamar, ruang tamu, dapur, 1 kamar mandi, teras, lantai keramik, ventilasi ada di setiap ruangan.
Denah rumah
Pintu dapur
Kamar mandi
Kamar 2
Kamar 1
Ruangan tamu
16. Karakteristik Lingkungan :
Kotor, sampah berserakan di luar dan di dalam rumah.
17. Mobilitas geografis keluarga :
Pernah tinggal di siantar dan menetap di medan lebih kurang 4 tahun.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga aktif perwiritan dan interaksi dengan tetangga baik.
19. Sistem pendukung keluarga :
Keluarga Tn. S ada 6 terdiri atas suami, istri, dan 4 orang anak.
D. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga :
Keluarga yang harmonis. Dalam menghadapi suatu masalah biasanya selalu dilakukan musyawarah keluarga sebelum mengambil keputusan.
21. Struktur kekuatan keluarga :
Merupakan keluarga yang terdiri suami, istri dan empat orang anak yang saling memperhatikan.
22. Stuktur peran :
Tn. S sebagai orang yang di hormati dan sebagai pengambil keputusan, menjadi kepala keluarga, suami, ayah.
Ny. M sebagai istri, ibu bagi anaknya dan bertanggung jawab kepada anak dan menggurus keperluan dapur.
Anak sebagai anak yang harus bertanggung jawab atas adiknya dan juga pendidikannya di sekolah.
E. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif :
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga.
25. Fungsi Sosial :
Kerukunan terjaga dengan baik, interaksi dalam keluarga sangat baik dengan komunikasi yang dilakukan secara terbuka. Dan interaksi sama masyarakat sangat baik.
26. Fungsi Reproduksi :
Ny. M mengambil keputusan untuk menggunakan KB sampai sekarang.
27. Fungsi Ekonomi :
Tn. S bekerja sebagai tukang becak dan di bantu oleh istri jualan kue.
28. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Keluaraga belum mampu mengatasi masalah kesehatan.
F. Stres dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek :
Istri menerima pendapatan suami dengan iklas dan tidak meminta lebih. Dan keluarga juga menginginkan anaknya dapat sekolah sampai sarjana dan dapat membantu orang tua bila sudah sukses nanti.
b. Stressor jangka panjang :
Orang tua ingin anak-anaknya memperoleh pendidikan yang tinggi.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor :
31. Strategi koping yang digunakan :
Keluaraga biasanya berkumpul dan berdiskusi dalam menghadapi masalah apalagi menyangkut perkembangan anak.
32. Strategi adaptasi disfungsional :
Keluarga selalu menggunakan pendekatan yang adaptif dan edukatif dengan keluarga.
33. Harapan keluarga :
Keluarga Tn. S ingin melihat anaknya sampai sarjana dan sukses. Dan keluarga Tn. S berharap agar keluarganya tidak mengalami penyakit dan lebih waspada serta menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya.
G. Riwayat Kesehatan Sekarang
No Area
Pemeriksaan Fisik
Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Keterangan
1 2 3 4
1 Rambut Ny . M Lebat, hitam
2 Mata Normal
3 Telinga, hidung Normal
4 Leher Normal
5 Kulit (-) lesi
6 Ekstrimitas atas Normal, lengkap
7 Ekstrimitas bawah
Normal, lengkap
H. Tipologi Masalah Kesehatan
34. Ancaman Kesehatan : asam urat
35. Kurang / Tidak Sehat : pusing
I. Analisa Data
Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
Keluarga Ds : Ny. M merasa
linu dan kesemutan di bagian kakinya pada saat melakukan aktivitas Do : klien
menunjukkan bagian kaki yang linu
Nyeri Ketidakmampuan keluarga
menggunakan pelayanan kesehatan
Ds : Ny. M tidak tahu penyakit asam urat yang diderita Do : klien ingin mengetahui tentang penyakit asam urat
Kurang mengenal masalah penyakit
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Ds : Ny. M terkadang pusing bila klien bekerja
Do :
TD:110/80mmHg T : 36 oc
HR : 80x/menit RR : 22x/menit
Pusing Ketidakmampuan keluarga
J. Skoring
No Kriterian Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah perlu tindakan segera
2 Kemungkinan masalah
- Hanya sebagian Pusing : ½ x 2 = 1
1 Keluarga
dapat merawat keluarga yang sakit
3 Potensi masalah untuk dicegah untuk sembuh
4 Menonjolnya masalah
Skala :
- Masalah berat harus di tangani
- Masalah tidak perlu segera ditangani
Masalah perlu ditangani
- Masalah tidak perlu segera ditangani
Pusing : ½ x 1 = 0.5
0.5 Masalah
dapat ditangani
Skor Total Nyeri : 3.67
Kurang mengenal masalah penyakit : 2.66
Pusing : 2.82
K. Daftar Prioritas Masalah
1. Ny. M merasakan nyeri di bagian kaki pada saat melakukan aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan.
2. Kurang mengenal masalah penyakit b/d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3. Ny. M merasa pusing saat bekerja b/d ketidakmampuan keluarga
L. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Ny. M
2
3
Kurang mengenal masalah penyakit b/d ketidakmamp pusing saat bekerja b/d ketidakmamp uan keluarga merawat yang sakit, menyebut kan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
merawat anggota keluarga yang sakit
kan dengan cara istirahat yang cukup
M. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal dan waktu
Implementasi Evaluasi
Nyeri 23 Mei 2016
15.00-17.30
Membina hungan saling percaya,
mengkaji pengetahuan keluarga tentang masalah penyakitnya yang di alami, mendiskusikan penyebab nyeri
S : klien
mengatakan asam urat adalah ransangan yang menimbulkan nyeri O : keluarga sangat memperhatiakan penjelasan A : keluarga mampu mengenal masalah
P : mendiskusikan dengan keluarga lebih lanjut tentang penyakit
Mengkaji penyebab penyakit, mengkaji ulang pengetahuan tentang penyakit, mendiskusikan tentang penyakit dengan keluarga
Keluarga dapat mengetahui tentang penyakit yang sedang di alaminya, keluarga dapat memahami tentang penyakit
Pusing 25 Mei 2016
15.00-17.00
keluarga menggurangi pekerja bila lagi merasa pusing, dan selalu istirahat yang cukup
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
DI KELURAHAN SITIREJO II
KECAMATAN MEDAN AMPLAS
A. Data Umum
1. Initial kepala keluarga : Tn. S
2. Usia : 34 tahun
3. Pendidikan : S1
4. Agama : Islam
5. Suku : Batak Mandailing
6. Alamat : Jl. Pancing 2 No.3
7. Tipe keluarga : Keluarga inti
8. Komposisi keluarga : Suami, istri, dan anak
No Nama Jenis
kelamin
Hubungan denagn KK
Umur Pendidikan Status
imunisasi
1 Ny. I P Istri 34 S1 Tidak
imunisasi
2 Fairuz L Anak 7 SD Lengakap
3 Fikri L Anak 3 Belum
sekolah
Lengkap
Genogram :
Tn. S Ny. I
Keterangan :
: Laki-laki : Keluarga binaan laki-laki
: Perempuan : Keluarga binaan perempuan
: Meninggal
9. Status sosial ekonomi keluarga:
Anggota yang mencari nafkah Tn. S dan dibantu oleh istrinya Ny. I, penghasilan Rp 2.400.000/perbulan, dan kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan Rp 1.200.000 dan sisanya disimpan untuk keperluan yang tak terduga.
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Tn. S termasuk dalam tahap perkembangan anak prasekolah.
12. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
An. F tergolong anak usia prasekolah yang masih labil sehingga keluarga harus mampu membantu anak dalam mengontrol emosinya dan pendekatan yang adaptif dan edukatif.
13. Riwayat keluarga inti :
Keluarga Tn. S yang mengalami masalah kesehatan adalah Ny. I. Ny. I pernah mengalami masalah kesehatan pada saat mengandung anak kedua.
14. Riwayat keluarga sebelumya :
Keluarga Tn. S sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit akibat menderita penyakit hepatitis A.
C. Lingkungan
15. Karakteristik rumah :
Tipe rumah permanen, milik pribadi, 2 kamar, ruang tamu baik dengan penerangan yang cukup, dapur, 1 kamar mandi, teras, lantai keramik, ventilasi terdapat disetiap ruangan.
Denah rumah
pintu dapur
kamar mandi
kamar 2
kamar 1
ruangan tamu
pintu depan
16. Karakteristik Lingkungan :
Bersih, tidak ada sampah yang berserakan dalam rumah, tapi diluar rumah paret kotor.
17. Mobilitas geografis keluarga :
Menetap di medan setelah berumah tangga.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga aktif dengan arisan kekeluarga dan interaksi dengan masyarakat sangat baik.
19. Sistem pendukung keluarga :
D. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga :
Keluarga terbina hubungan yang harmonis. Dalam menghadapi masalah biasanya keluraga selalu melakuakan musyawarah keluarga sebelum mengambil keputusan.
21. Struktur kekuatan keluarga :
Merupakan keluarga yang terdiri suami, istri dan dua orang anak yang saling memperhatikan.
22. Stuktur peran
Tn. S sebagai orang yang di hormati dan sebagai pengambil keputusan, menjadi kepala keluarga, suami, ayah.
Ny. I sebagai istri, ibu bagi anaknya dan bertanggung jawab atas anak dan menggurus keperluan dapur.
Anak sebagai anak yang harus bertanggung jawab atas adiknya dan juga pendidikannya di sekolah.
23. Nilai dan norma keluarga : menjalankan solat 5 waktu.
E. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif :
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga.
25. Fungsi Sosial :
26. Fungsi Reproduksi :
Tn. S berkeinginan mempunyai 2 anak saja sehingga bisa mengoptimalkan pendidikan anak serta kesejahteraan keluarganya.
27. Fungsi Ekonomi :
Tn. S bekerja sebagai pegawai perpustakan dan di bantu oleh istri bekerja di perpustakan.
28. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Keluarga mampu mengatasi masalah kesehatan.
F. Stres dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan jangka panjang :
a. Stressor jangka pendek :
Keluarga Tn. S ingin anak pertamanya menjadi anak yang pintar, anak yang penurut serta mau mengerti kondisi ekonomi keluarganya saat mengalami krisis keuangan.
b. Stressor jangka panjang :
Keluaraga Tn. S ingin anaknya mampu hidup mandiri dan mampu belajar hidup yang sehat terhadap diri sendiri, dan menjadi pribadi yang kuat untuk menerima keadaan baik secara fisik.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor :
Tn. S dapat menghadapi masalah dengan musyawarah dengan keluarga.
31. Strategi koping yang digunakan :
32. Strategi adaptasi disfungsional :
Keluarga selalu menggunakan pendekatan yang adaptif dan edukatif dengan keluarga.
33. Harapan keluarga :
Keluarga Tn. S ingin melihat anaknya sampai sarjana dan sukses. Dan keluarga Tn. S berharap agar keluarganya tidak mengalami penyakit dan lebih waspada serta menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya.
G. Riwayat dan Koping Keluarga
No Area Pemeriksaan Fisik
Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Keterangana
1 2 3 4
1 Rambut Ny. I Lebat, hitam
2 Mata Normal
3 Telinga, hidung Normal
4 Leher Normal
5 Kulit (-) lesi
6 Ektrimitas atas Normal,
lengkap
7 Ektrimitas bawah Normal,
lengkap
H. Tipologi Masalah Kesehatan
34. Ancaman Kesehatan : hepatitis A
35. Kurang / Tidak Sehat : asam urat
I.Analisa Data
Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
Keluarga Ds : Ny. I merasa linu
dan kesemutan di bagian tangannya pada saat klien mandi
Do : klien menunjukkan bagian tangan yang linu dan mengepal tangannya
Nyeri Ketidakmampuan keluarga
menentukan tindakan pengobatan
Ds : Ny. I tidak tahu penyakit asam urat yang diderita
Do : klien ingin mengetahui tentang penyakit asam urat
Kurang mengenal masalah penyakit
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
Ds : Ny. I pernah dirawat pada saat menggandung anaknya Do : TD :120/80mmHg T : 36 oc
HR : 80x/menit RR : 22x/menit
Hepatitis A Ketidakmampuan merawat
J. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah
Masalah dapat ditanggani
Masalah dapat ditangani
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yag sakit
2 Kemungkinan masalah
diubah
Keluarga mampu merawat
keluarga yang sakit
- Hanya sebagian
Hepatitis A :
½ x 2 = 1 1
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yang sakit 3 Potensi masalah untuk
dicegah motivasi untuk mencegah penyakit
Keluarga mempunyai motivasi untuk sembuh
Keluarga mempunyai motivasi untuk sembuh
4 Menonjolnya masalah
Skala :
- Masalah tidak perlu ditangani
- Masalah tidak dirasakan
Nyeri :
Masalah dapat ditanggani
- Masalah berat harus ditangani
Hepatitis A :
2/2 x 1 = 1 1
Masalah perlu ditangani
Skor Total Nyeri :
2,84
Kurang mengenal masalah penyakit : 1.66
Hepatitis A : 3.67
K. Daftar Prioritas Masalah
1. Ny. I merasakan nyeri pada bagian tangannya pada saat selesai mandi b/d ketidakmampuan keluarga menentukan tindakan pengobatan.
2. Kurang mengenal masalah penyakit b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3. Ny. I pernah mengalami masalah penyakit hepatitis A b/d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
L. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1
2
3 hepatitis A b/d yang sakit
Sudah yang sakit, menyebut kan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yang sakit, menyebut dan selalu
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
menjaga kesehatan
M. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal dan Waktu
Implementasi Evaluasi
Nyeri 26 Mei 2016
16.00-17.30
Membina hungan saling percaya, mengkaji pengetahuan keluarga tentang masalah
penyakitnya yang di alami,
mendiskusikan penyebab nyeri
S : klien mengatakan asam urat adalah ransangan yang menimbulkan nyeri O : keluarga sangat memperhatiakan penjelasan
A : keluarga mampu mengenal masalah P : mendiskusikan dengan keluarga lebih lanjut tentang penyakit Kurang mengkaji ulang pengetahuan tentang penyakit, mendiskusikan tentang penyakit dengan keluarga
Keluarga dapat mengetahui tentang penyakit yang sedang di alaminya, keluarga dapat memahami tentang penyakit
Hepatitis A 28 Mei 2016
15.30-17.00
keluarga menjaga kesehatan dan selalu istirahat yang cukup
Keluarga dapat
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
DI KELURAHAN SITIREJO II
KECAMATAN MEDAN AMPLAS
A. Data Umum
1. Initial kepala keluarga : Tn. L
2. Usia : 47 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Agama : Kristen
5. Suku : Batak Toba
6. Alamat : Jl. Pembangunan Usu
7. Tipe keluarga : Keluarga inti
8. Komposisi keluarga : Suami, istri, dan anak
No Nama Jenis
Kelamin
Hubungan dengan KK
Umur Pendidikan Status
imunisasi
1 Ny. R P Istri 46 SMA Lengkap
2 Maya P Anak 21 Mahasiswa Lengkap
3 Yanti P Anak 17 Mahasiswa Lengkap
4 Nando L Anak 12 SMP Lengkap
5 Desna P Anak 10 SD Lengkap
6 Lenny P Anak 5 Belum
sekolah
Genogram :
Tn. L Ny. R
Keterangan :
: Laki-laki : Keluarga binaan laki-laki
: Perempuan : Keluarga binaan perempuan
9. Status sosial ekonomi keluarga :
Anggota yang mencari nafkah Tn. L dan dibantu oleh istrinya Ny. R, penghasilan Rp 3.000.000/perbulan, dan kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan Rp 1.500.000 dan sisanya disimpan untuk keperluan yang tak terduga.
10. Aktivitas rekreasi keluarga:
Keluarga pergi rekreasi setahun sekali bersama anggota keluarga lainnya.
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Tn. L termasuk dalam tahap perkembangan dewasa muda.
12. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
An. L tergolong anak masih labil sehingga keluarga harus mampu membantu anak dalam mengontrol emosinya dan pendekatan yang adaptif dan edukatif.
13. Riwayat keluarga inti :
Keluarga Tn. L yang mengalami masalah kesehatan adalah An. M. Anak pertamanya sakit gusi. Karena An. M tidak suka makan yang bervitamin sejak dia masih kecil.
14. Riwayat keluarga sebelumya :
C. Lingkungan
15. Karakteristik rumah :
Tipe rumah permanen, milik pribadi, 2 kamar, ruang tamu baik dengan penerangan yang cukup, dapur, 1 kamar mandi, teras, lantai semen, ventilasi terdapat disetiap ruangan.
Denah rumah
pintu dapur
kamar mandi
kamar 2
kamar 1
ruangan tamu
pintu depan
16. Karakteristik Lingkungan :
Bersih, tidak ada sampah yang berserakan di luar atau di dalam rumah.
17. Mobilitas geografis keluarga :
Menetap di medan setelah berumah tangga.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga aktif dengan kebaktian dan interaksi dengan masyarakat sangat baik.
19. Sistem pendukung keluarga :
D. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga :
Keluarga terbina hubungan yang harmonis. Dalam menghadapi masalah biasanya keluarga selalu melakuakan musyawarah sebelum mengambil keputusan.
21. Struktur kekuatan keluarga :
Merupakan keluarga yang terdiri suami, istri dan lima orang anak yang saling memperhatikan dan saling mendukung satu sama lain.
22. Stuktur peran :
Tn. L sebagai orang yang di hormati dan sebagai pengambil keputusan, menjadi kepala keluarga, suami, ayah.
Ny. R sebagai istri, ibu bagi anaknya dan bertanggung jawab atas anak dan menggurus keperluan dapur.
Anak sebagai anak yang harus bertanggung jawab atas adiknya dan juga pendidikannya di sekolah.
23. Nilai dan norma keluarga :
Menjalankan ibadah setiap hari minggu dan juga ikut perkumpulan ibadah di gereja.
E. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif :
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga.
25. Fungsi Sosial :
26. Fungsi Reproduksi :
Tn. L cukup mempunyai 5 anak saja sehingga bisa mengoptimalkan pendidikan anak serta kesejahteraan keluarganya.
27. Fungsi Ekonomi :
Tn. L bekerja sebagai pegawai perkebunan dan di bantu oleh istri bekerja di perkebunan.
28. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Keluarga mampu mengatasi masalah kesehatan.
F. Stres dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan jangka panjang :
a. Stressor jangka pendek :
Keluarga Tn. L ingin melihat anaknya menjadi sarjana dan sukses, anak yang penurut serta mau mengerti kondisi ekonomi keluarganya saat mengalami krisis keuangan.
b. Stressor jangka panjang :
Keluaraga Tn. L ingin anaknya mampu hidup mandiri dan mampu belajar hidup yang sehat terhadap diri sendiri, dan menjadi pribadi yang kuat untuk menerima keadaan baik secara fisik.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor :
Tn. L dapat menghadapi masalah dengan musyawarah dengan keluarga.
31. Strategi koping yang digunakan :
32. Strategi adaptasi disfungsional :
Keluarga selalu menggunakan pendekatan yang adaptif dan edukatif dengan keluarga.
33. Harapan keluarga :
Keluarga Tn. L ingin melihat anaknya sampai sarjana dan sukses. Dan keluarga Tn. L berharap agar keluarganya tidak mengalami penyakit dan lebih waspada serta menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya.
G. Riwayat Kesehatan Sekarang
No Area
Pemeriksaan Fisik
Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Keterangan
1 2 3 4
1 Rambut Ny. R Maya Yanti Lebat, hitam
2 Mata Normal
3 Telinga, hidung Normal
4 Leher Normal
5 Kulit (-) lesi
6 Ekstrimitas atas Normal,
lengkap
7 Ekstrimitas
bawah
Normal, lengkap
H. Tipologi Masalah Kesehatan
34. Ancaman Kesehatan : asam urat
35. Kurang / Tidak Sehat : hipertensi
I.Analisa Data
Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
Keluarga Ds : Ny. R merasa linu
dan kesemutan di bagian kakinya pada saat klien duduk
Do : klien menunjukkan bagian yang linu
Nyeri Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
Ds : Ny. R juga kurang sehat karena cuaca atau akibat dari lingkungan Do : klien ingin mengetahui tentang penyebab penyakitnya
Batuk Ketidakmampuan
keluarga untuk memodifikasikan lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan lingkungan
Ds : tensi Ny. R terkadang tinggi bila makan yang bersantan dan juga banyak pikiran membuat klien pusing Do : TD :130/80mmHg T : 37 oc
HR : 80x/menit RR : 22x/menit
Hipertensi Ketidakmampuan
J. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala :
- Ancaman
kesehatan
- Krisis
- Tidak/kurang sehat
Nyeri : 3/3 x 1 = 1
Batuk : 1/3 x 1 = 0.33
Hipertensi : 2/3 x 1 = 0.67
1
0.33
0.67
Masalah aktual karna perlu tindakan segera
Masalah dapat ditangani
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yang sakit
2 Kemungkinan masalah
diubah Skala :
- Hanya
sebagian
- Hanya
sebagian
Nyeri ½ x 2 = 1
Batuk : ½ x 2 = 1
1
1
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yang sakit
- Hanya sebagian
Hipertensi :
½ x 2 = 1 1
Masalah dapat ditangani
3 Potensi masalah untuk
dicegah Skala :
- Cukup
- Rendah
- Cukup
Nyeri : 2/3 x 1 = 0.67
Batuk : 1/3 x 1 = 0.33
Hipertensi : 2/3 x 1 = 0.67
0.67
0.33
0.67
Keluarga mempunyai motivasi untuk mencegah penyakit
Keluarga dapat menangani dengan minum obat
Keluarga mempunyai motivasi utuk sembuh
4 Menonjolkan masalah
Skala :
- Masalah berat harus ditangani
- Masalah tidak perlu ditangani
Nyeri : 2/2 x 1 = 1
Batuk : ½ x 1 = 0.5
1
0.5
Masalah perlu ditangani
- Masalah berat harus ditangani
Hipertensi :
2/2 x 1 = 1 1
Masalah dapat ditangani
Skor Total Nyeri : 3,67
Batuk : 2.16
Hipertensi : 3.34
K. Daftar Prioritas Masalah
1. Ny. R merasakan linu dan kesemutan di bagian kaki pada saat klien duduk b/d ketidakmampuan keluarga menggenal masalah.
2. Ny. R kurang sehat karena cuaca atau akibat dari lingkungan b/d
ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasikan lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan lingkungan.
3. Tensi Ny. R terkadang tinggi bila makan yang bersantan dan juga banyak pikiran membuat klien pusing b/d ketidakmampuan keluarga untuk menentukan tindakan pengobatan yang tepat.
L. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Ny. R
merasakan linu dan kesemutan di bagian kaki pada saat klien duduk b/d
2
3
Ny. R kurang sehat karena cuaca atau akibat dari lingkungan kan status kesehatan lingkungan
Tensi Ny. R terkadang tinggi bila makan yang bersantan dan juga banyak pikiran membuat klien pusing b/d yang sakit
Keluarga obat batuk
ketidakmam puan
keluarga untuk menentukan tindakan pengobatan yang tepat
keluarga yang sakit, menyebut kan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
yang cukup
M. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal dan Waktu
Implementasi Evaluasi
Nyeri 29 Mei 2016
14.00-15.30
Membina hungan saling percaya, mengkaji pengetahuan keluarga tentang masalah
penyakitnya yang di alami,
mendiskusikan penyebab nyeri
S : klien mengatakan asam urat adalah ransangan yang menimbulkan nyeri O : keluarga sangat memperhatiakan penjelasan
A : keluarga mampu mengenal masalah P : mendiskusikan dengan keluarga lebih lanjut tentang penyakit
Batuk 30 Mei 2016
15.00-17.00
Keluarga dapat istirahat dan minum obat
Keluarga dapat istirahat dan minum obat
Hipertensi 31 Mei 2016
15.30-17.00
Keluarga menggurangi pekerja bila lagi merasa pusing, dan istirahat yang cukup
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
DI KELURAHAN SIREJO II
KECAMATAN MEDAN AMPLAS
A. Data Umum
1. Initial kepala keluarga : Tn. B
2. Usia : 61 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Agama : Kristen
5. Suku : Batak Toba
6. Alamat : Jl. Waldemarbako
7. Tipe keluarga : Single parent
8. Komposisi keluarga : Ayah dan anak
N o
Nama Jenis
kelamin
Hubungan dengan KK
Umur Pendidikan Status
imunisasi
1 Susan P Anak 34 SMA Lengkap
2 Okta P Anak 33 Sarjana Lengkap
3 Riani P Anak 22 Mahasiswa Lengkap
Genogram :
Tn. B Ny. C
Keterangan :
: Laki-laki : Keluarga binaan laki-laki
: Perempuan : Keluarga binaan perempuan
meninggal
9. Status sosial ekonomi keluarga
Anggota yang mencari nafkah Tn. B penghasilan Rp 1.000.000/perbulan, dan kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan Rp 500.000 dan sisanya disimpan untuk keperluan yang tak terduga.
10. Aktivitas rekreasi keluarga : keluarga pergi rekreasi setahun sekali.
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Tn. B termasuk dalam tahap perkembangan dewasa muda.
12. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tn. B ingin melihat anak pertamanya menikah dan memberikan seorang cucu kepadanya. Karena sebayah dengannya sudah memiliki cucu.
13. Riwayat keluarga inti :
Keluarga Tn. B yang mengalami masalah kesehatan tidak ada.
14. Riwayat keluarga sebelumya :
Keluarga Tn. B sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit yaitu istrinya akibat menderita penyakit diabetes mellitus. Sampai akhirnya istrinya meninggal dunia.
C. Lingkungan
15. Karakteristik rumah :
Denah rumah
Pintu dapur
Kamar mandi
Ruangan tamu
Kamar 1
Kamar 2 Kamar 3
Pintu depan
16. Karakteristik Lingkungan :
Bersih, tidak ada sampah yang berserakan di luar atau di dalam rumah.
17. Mobilitas geografis keluarga :
Pernah tinggal di jakarta dan menetap di medan lebih kurang 5 tahun.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga aktif di setiap acara adat dan interaksi dengan masyarakat sangat baik.
19. Sistem pendukung keluarga :
D. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga :
Keluarga Tn. B sangat rukun. Setiap menghadapi masalah biasanya Tn. B selalu melakuakan musyawarah kepada anak-anaknya sebelum mengambil keputusan.
21. Struktur kekuatan keluarga :
Merupakan keluarga yang terdiri dari ayah dan empat anak.
22. Stuktur peran :
Tn. B sebagai orang yang di hormati dan sebagai pengambil keputusan, menjadi kepala keluarga dan ayah.
Anak pertama sebagai anak yang harus bertanggung jawab atas adiknya dan juga bertanggung jawab dengn urusan dapur.
23. Nilai dan norma keluarga : ibadah setiap hari minggu.
E. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif :
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina anak-anaknya.
25. Fungsi Sosial :
Kerukunan terjaga dengan baik, interaksi dalam keluarga sangat baik dengan komunikasi yang dilakukan secara terbuka. Dan interaksi sama masyarakat sangat baik.
26. Fungsi Reproduksi :
27. Fungsi Ekonomi :
Tn. B jualan kelontong di rumah dan di bantu oleh anak pertamanya.
28. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Keluarga sering minum obat warung bila mengalami pilek, batuk, dan deman.
F. Stres dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan jangka panjang :
a. Stressor jangka pendek :
Tn. B ingin anak pertamanya menikah dan memberikan cucu kepadanya dan dapat mengerti kondisi ekonomi keluarganya saat mengalami krisis keuangan.
b. Stressor jangka panjang :
Tn. B ingin anaknya mampu hidup mandiri dan mampu belajar hidup yang sehat terhadap diri sendiri, dan menjadi pribadi yang kuat untuk menerima keadaan baik secara fisik.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor :
Keluarga Tn. B dapat menghadapi setiap masalah dengan musyawarah dengan anak-anaknya.
31. Strategi koping yang digunakan :
Keluaraga biasanya berkumpul dan berdiskusi dalam menghadapi masalah.
32. Strategi adaptasi disfungsional :
33. Harapan keluarga
Tn. B ingin melihat anaknya menikah dan juga ingin melihat anaknya yang mahasiswa sampai sarjana dan sukses. Dan Tn. B berharap agar keluarganya tidak mengalami penyakit dan lebih waspada serta menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya.
G. Riwayat Kesehatan Sekarang
N o
Area Pemeriksaan Fisik
Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Keterangan
1 2 3 4
1 Rambut Susan Okta Riani Lita Hitam,lebat
2 Mata Normal
3 Telingga, hidung Normal
4 Leher Normal
5 Kulit (-) lesi
6 Ekstrimitas atas Normal,
lengkap
7 Ekstrimitas bawah Normal,
lengkap
H. Tipologi Masalah Kesehatan
34. Ancaman Kesehatan : asam urat
35. Kurang / Tidak Sehat : hipertensi
I.Analisa Data
Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
Keluarga Ds : Tn. B merasa linu
dan kesemutan di bagian kakinya pada saat klien mandi
Do : klien menunjukkan bagian yang linu
Nyeri Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
Ds : tensi Tn. B terkadang tinggi bila makan yang bersantan membuat klien pusing Do : TD :140/80mmHg T : 37 oc
HR : 80x/menit RR : 22x/menit
Hipertensi Ketidakmampuan keluarga
untuk menentukan
tindakan pengobatan yang tepat
Ds : Tn. B juga kurang sehat karena cuaca atau akibat dari lingkungan Do : klien ingin mengetahui tentang penyebab penyakitnya
Batuk Ketidakmampuan keluarga
J. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pemberian
1 Sifat masalah Skala :
- Ancaman
kesehatan
- Tidak/kurang sehat
- Krisis
Nyeri : 3/3 x 1 = 1
Hipertensi : 2/3 x 1 = 0.67
Batuk : 1/3 x 1 = 0.33
1
0.67
0.33
Masalah aktual karna perlu tindakan segera
Keluarga mampu untuk merawat anggotakeluarga yang sakit
Masalah dapat ditangani
2 Kemungkinan masalah
diubah Skala :
- Hanya
sebagian
- Hanya
sebagian
Nyeri : ½ x 2 = 1
Hipertensi : ½ x 2 = 1
1
1
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yang sakit
- Hanya sebagian
Batuk :
½ x 1 = 1 1
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yang sakit 3 Potensi masalah untuk
dicegah Skala :
- Cukup
- Cukup
- Rendah
Nyeri : 2/3 x 1= 0.67
Hipertensi : 2/3 x 1 = 0.67
Batuk : 1/3 x 1 = 0.33
0.67
0.67
0.33
Keluarga mempunyai motivasi untuk mencegah penyakit
Keluarga mempunyai motivasi untuk sembuh
Keluarga dapat menangani dengan minum obat
4 Menonjolnya masalah
Skala :
- Masalah berat harus ditangani
Nyeri :
2/2 x 1 = 1 1 Masalah perlu
- Masalah berat harus ditangani
- Masalah tidak perlu ditangani
Hipertensi : 2/2 x 1 = 1
Batuk : ½ x 1 = 0.5
1
0.5
Masalah perlu ditangani
Masalah dapat ditangani
Skor Total Nyeri :
3,67
Hipertensi : 3.34
Batuk : 2.16
K. Daftar Prioritas Masalah
1. Tn. B merasakan nyeri di bagian kaki pada saat selesai mandib/d ketidakmampuan keluarga menggenal masalah kesehatan.
2. Tensi Tn. B terkadang tinggi bila makan yang bersantan b/d
ketidakmampuan keluarga untuk menentukan tindakan pengobatan yang tepat.
L. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Tn. B
2
3
Tensi Tn. B terkadang tinggi bila makan yang bersantan yang tepat
Tn. B juga kurang sehat karena cuaca atau akibat dari
ikan lingkungan untuk memper tahan kan dan meningkat kan status kesehatan lingkungan
masalah penyakit, merawat anggota keluarga yang sakit
Respon verbal
cukup, dan juga minum obat batuk
M. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal dan Waktu
Implementasi Evaluasi
Nyeri 01 Juni 2016
15.00-17.00
Membina hungan saling percaya, mengkaji pengetahuan keluarga tentang masalah
penyakitnya yang di alami,
mendiskusikan penyebab nyeri
S : klien
mengatakan asam urat adalah ransangan yang menimbulkan nyeri O : keluarga sangat memperhatiakan penjelasan A : keluarga mampu mengenal masalah
P : mendiskusikan dengan keluarga lebih lanjut tentang penyakit
Hipertensi 02 Juni 2016
14.30-16.30
Keluarga menggurangi pekerja bila lagi merasa pusing, dan istirahat yang cukup
Keluarga dapat memahami bagaimana cara untuk mengatasi penyakitnya
Batuk 03 Juni 2016
15.00-17.00
Keluarga dapat istirahat dan minum obat
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
DI KELURAHAN SITIREJO II
KECAMATAN MEDAN AMPLAS
A. Data Umum
1. Initial kepala keluarga : Tn. D
2. Usia : 36 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Agama : Kristen
5. Suku : Batak Toba
6. Alamat : Jl. Sei Padang
7. Tipe keluarga : Keluarga Dyad
8. Komposisi keluarga : Suami dan istri
No Nama Jenis
kelamin
Hubungan dengan KK
Umur Pendidikan Status
imunisasi
1 Ny. O P Istri 34 SMA Lengkap
Genogram :
Tn. D Ny. O
Keterangan :
: Laki-laki : Keluarga binaan laki-laki
: Perempua : Keluarga binaan perempuan
: Meninggal
9. Status sosial ekonomi keluarga :
Anggota yang mencari nafkah Tn. D penghasilan Rp 1.500.000/perbulan, dan kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan Rp 1.000.000 dan sisanya disimpan untuk keperluan yang tak terduga.
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Tn. D termasuk dalam tahap perkembangan menanti keturunan.
12. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tn. D ingin memiliki seorang anak. Karena selama menikah istri mengalami keguguran. Dan Tn. D merindukan seorang anak di tengah keluarga mereka karena sebayah dengannya sudah memiliki anak.
13. Riwayat keluarga inti :
Keluarga Tn. D yang mengalami masalah kesehatan tidak ada.
14. Riwayat keluarga sebelumya :
Keluarga Tn. D sebelumnya pernah berobat di puskesmas yaitu istrinya karena sakit influenza dan batuk.
C. Lingkungan
15. Karakteristik rumah :
Tipe rumah permanen, kontrakan, 1 kamar, ruang tamu baik dengan penerangan yang cukup, dapur, 1 kamar mandi, teras, lantai semen, ventilasi terdapat disetiap ruangan.
Denah rumah
Pintu dapur
Kamar mandi
Kamar 1
Ruangan tamu
Pintu depan
16. Karakteristik Lingkungan :
Bersih, tidak ada sampah yang berserakan di luar atau di dalam rumah.
17. Mobilitas geografis keluarga :
Selama menikah sudah lama menetap di medan.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga aktif di setiap acara ibadah dan interaksi dengan masyarakat sangat baik.
19. Sistem pendukung keluarga :
Keluarga Tn. D terdiri dari suami dan istri.
D. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga :
21. Struktur kekuatan keluarga :
Merupakan keluarga yang terdiri dari suami dan istri.
22. Stuktur peran :
Tn. D sebagai orang yang di hormati dan sebagai pengambil keputusan, menjadi kepala keluarga, suami.
Ny. O sebagai istri dan bertanggung jawab menggurus keperluan dapur.
23. Nilai dan norma keluarga : keluarga melakukan ibadah setiap minggu.
E. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif :
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga.
25. Fungsi Sosial :
Kerukunan terjaga dengan baik, interaksi dalam keluarga sangat baik dengan komunikasi yang dilakukan secara terbuka. Dan interaksi sama masyarakat sangat baik.
26. Fungsi Reproduksi :
Tn. D menginginkan seorang anak karena keluarga menunggu kehadiran seorang bayi di rumah tangga mereka.
27. Fungsi Ekonomi :
Tn. D bekerja sebagai satpam di gereja.
28. Fungsi Perawatan Kesehatan :
F. Stres dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan jangka panjang :
a. Stressor jangka pendek : Keluarga Tn. D ingin memiliki seorang anak.
b. Stressor jangka panjang :
Keluaraga Tn. D ingin anaknya kelak menjadi anak yang mampu hidup mandiri dan mampu belajar hidup yang sehat terhadap diri sendiri, dan menjadi pribadi yang kuat untuk menerima keadaan ekonomi bila krisis.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor :
Keluarga Tn. D dapat menghadapi masalah yang ada.
31. Strategi koping yang digunakan :
Keluaraga biasanya berkumpul dan berdiskusi dalam menghadapi masalah.
32. Strategi adaptasi disfungsional :
Keluarga selalu menggunakan pendekatan yang adaptif dan edukatif dengan keluarga.
33. Harapan keluarga :
G. Riwayat Kesehatan Keluarga
No Area Pemeriksaan Fisik
Anggota Keluarga uang Tinggal Serumah
Keterangan
1 2 3 4
1 Rambut Ny. O Hitam, lebat
2 Mata Normal
3 Telingga, hidung Normal
4 Leher Normal
5 Kulit (-) lesi
6 Ekstrimitas atas Normal,
lengkap
7 Ekstrimitas bawah Normal,
lengkap
H. Tipologi Masalah Kesehatan
34. Ancaman Kesehatan : Asam urat
35. Kurang / Tidak Sehat : hipotensi
I. Analisa Data
Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
Keluarga Ds : tensi Ny. O
terkadang rendah bila klien banyak pikiran Do : TD :110/80mmHg T : 36 oc
HR : 80x/menit RR : 22x/menit
Hipotensi Ketidakmampuan keluarga
menggunakan pelayanan kesehatan
Ds : Ny.O merasa linu dan kesemutan di bagian kakinya pada saat klien mandi
Do : klien menunjukkan bagian yang linu
Nyeri Ketidakmampuan keluarga
untuk menentukan
tindakan pengobatan yang tepat
Ds : Ny. O juga kurang sehat karena banyak pikiran
Do : klien ingin mengetahui tentang penyebab penyakitnya
Lemas Ketidakmampuan keluarga
J. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala :
- Tidak/ kurang sehat
- Ancaman
kesehatan
- Krisis
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yang sakit
Masalah aktual karna perlu tindakan segera
Masalah dapat ditanggani keluarga
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah Skala :
Masalah dapat ditangani
Keluarga mampu untuk merawat anggota keluarga yang sakit
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
- Cukup
- Cukup
- Rendah
Hipotensi : 2/3 x 1 = 0.67
Nyeri : 2/3 x 1 = 0.67
Lemas : 1/3 x 1 = 0.33
0.67
0.67
0.33
Keluarga mempunyai motivasi untuk sembuh
Keluarga mempunyai motivasi untuk mencegah penyakit
Keluarga mempunyai motivasi untuk sembuh
4 Menonjolnya masalah
Skala :
- Masalah berat harus segera ditangani
- Masalah berat harus ditangani
Hipotensi : 2/2 x 1 = 1
Nyeri : 2/2 x 1 = 1
1
1
Masalah perlu ditangani
- Masalah tidak perlu segera ditangani
Lemas :
½ x 1 = 0.5 0.5
Masalah dapat ditangani
Skor Total Hipotensi
3,34
Nyeri : 3.67
Lemas : 2.16
K. Daftar Prioritas Masalah
1. Tensi Ny. O terkadang rendah bila klien banyak pikiran b/d
ketidakmampuan keluarga mengunakan pelayanan kesehatan.
2. Ny. O merasa nyeri pada bagian kak pada saat klien selesai mandi b/d ketidakmampuan keluarga untukmenentukan tindakan pengobatan yang tepat.
3. Ny. O kurang sehat karena banyak pikiran dab juga lemas b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
L. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
2
3
Ny. O merasa nyeri pada bagian kak pada saat klien selesai mandi b/d ketidakmam puan keluarga untuk
menentukan pengobatan yang tepat
Ny. O kurang sehat karena banyak pikiran dan juga lemas b/d
masalah kesehatan
mengatasi penyakit, mengenal masalah penyakit, merawat anggota keluarga yang sakit
Respon verbal
dengan cara istirahat yang cukup
kesehatan dan
memanfaat kan
M. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal dan Waktu
Implementasi Evaluasi
Hipotensi 04 Juni 2016
15.30-17.30
Keluarga
menggurangi pekerja bila lagi merasa pusing, dan istirahat yang cukup
Keluarga dapat memahami bagaimana cara untuk mengatasi penyakitnya
Nyeri 05 Juni 2016
16.00-17.30
Membina hungan saling percaya, mengkaji
pengetahuan keluarga tentang masalah penyakitnya yang di alami, mendiskusikan penyebab nyeri
S : klien
mengatakan asam urat adalah ransangan yang menimbulkan mampu mengenal masalah
P : mendiskusikan dengan keluarga lebih lanjut tentang penyakit
Lemas 06 Juni 2016
15.00-17.00
keluarga
menggurangi pekerja bila lagi merasa pusing, dan selalu istirahat yang cukup
62
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Tenaga Kerj
801/801 (Diakses tanggal 7 september 2009)
Asmadi, 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Krisnawati, Diah, dkk, 2001. Perencanaan Menu untuk Penderita Gangguan Asam Urat. Jakarta: PT Penebar Swadaya
Potter dan Perry, 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
4
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1Konsep Dasar Nyeri
2.1.1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2. Wolf Weifsel Feurest (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
3. Arthur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.
2.1.2. Fisiologi
5
menentukan sensasi. Stimulus yang intens dan berlangsung lama menghasilkan nyeri yang lebih hebat dibandingkan stimulus yang singkat dan ringan.
Nosiseptor berespons terhadap beberapa jenis stimulus berbahaya yang berbeda: mekanik, kimia, atau termal. Beberapa nosiseptor hanya berespons terhadap satu jenis stimulus tunggal, sedangkan nosiseptor lain berespons terhadap ketiga jenis stimulus. Persepsi nyeri pada bagian tubuh yang berbeda dipengaruhi oleh variasi sensitivitas ini terhadap jenis stimulus dan distribusi nosiseptor pada berbagai jaringan.
Trauma jaringan, inflamasi, dan iskemia cenderung mengeluarkan sejumlah biokimia. Biokimia ini memiliki beberapa efek. Zat kimia ini seperti bradikinin, histamin, serotonin, dan ion kalium merangsang nosiseptor secara langsung, dan menghasilkan nyeri. Zat kimia ini dan zat lainnya (seperti ATP dan prostagladin) juga merangsang nosiseptor, meningkatkan respons nyeri dan menyebabkan stimulus yang normalnya tidak berbahaya (seperti sentuhan) diterima sebagai nyeri. Mediator kimia juga bekerja untuk memicu inflamasi, yang akhirnya menyebabkan pengeluaran zat kimia tambahan yang menstimulasi reseptor nyeri. Selanjutnya, yang disebut dengan nosiseptor silent (misalnya reseptor sensori pada usus yang normalnya tidak merespons stimulus mekanik atau termal) dapat menjadi sensitif terhadap stimulus mekanik karena adanya mediator inflamasi sehingga menyebabkan nyeri yang parah dan melemahkan serta nyeri tekan (Fauci, et, al., 2008).
2.1.3. Penyebab Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.
6
menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tariakan, jepitan, atau metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.
Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk kategori psikosomatik. Nyeri karena faktor ini disebut pila psychogenic pain. (Asmadi, 2008).
2.1.4. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.
7
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang.
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf. (Barbara C. Long, 1989)
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
McCaffery dan Pasero (1999) menyatakan bahwa hanya klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itulah dikatakan klien sebagai expert tentang nyeri yang ia rasakan. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri.
Seorang perawat harus menguasai dan memahami faktor-faktor tersebut agar dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam pengkajian dan perawatan terhadap klien yang mengalami masalah nyeri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengucapakan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada kedua orang tuanya ataupun pada perawat. Sebagian anak-anak terkadang segan untuk mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami, mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima nantinya.
8
lansia menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada tidal selalu mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul karena gejala arthritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagian lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri. Akan tetpai penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan ambang nyeri pada percobaan binatang, sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan/sensitivitas terhadap nyeri. Bagaimanapun, pada manusia lebih komplesks, dipengaruhi oleh personal, social, budaya dan lain-lain.
3. Kebudayaan
Perawat seringkali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih mengindikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri, akibatnya pemberian therapi bisa jadi tidak cocok untuk klien berkebangsaan Amerika. Seorang klien berkebangsaan meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau mengharapakan perawat melakukan intervensi (Calvillo dan Flaskerud, 1991).
4. Makna Nyeri
9
bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipukul oleh suaminya.
5. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut, terbakar dan lain-lain, sebagai contoh individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang terkena luka bakar.
6. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungankan dengan penurunan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase.
7. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas. Sebagai contoh seseorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan semakin meningkatkan persepsi nyerinya.
8. Keletihan
10 9. Pengalaman Sebelumya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri.
10. Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Nyeri
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2005). Pengkajian keperawatan meliputi dua tahap sebagai berikut.
a. Mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehan, rekam medis).
b. Analisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis
keperawatan, mengidentifikasikan berbagai masalah yang saling berhubungan, dan mengembangkan rencana keperawatan yang sifatnya individual.
11
Sebagai tambahan, data harus menunjukkan pengalaman yang berhubungan, praktik kesehatan, tujuan, nilai, dan harapan terhadap sistem pelayanan kesehatan.
1. Skala Intensitas atau Tingkat Nyeri
Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas nyeri adalah laporan klien tentang nyeri. Studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dapat merehkan atau melebihkan intensitas nyeri klien. Ketidak akuratan tingkat nyeri klien yang diputuskan oleh perawat bahkan cenderung lebih besar ketika nyeri hebat (Pasero, 1996). Sebaliknya, pengunaan skala intesitas nyeri adalah metode yang mudah dan dapat dipercaya dalam menentukan intensitas nyeri klien. Skala seperti itu memberikan konsistensi bagi perawat untuk berkomunikasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Sebagian besar skala menggunakan rentang 0-5 atau 0-10 dengan 0 mengindikasikan “tidak nyeri” dan nomor yang tertinggi mengindikasikan “kemungkinan nyeri hebat” bagi individu tersebut. Dimasukkannya kata-kata penjelas pada skala dapat membantu beberapa klien yang mengalami kesulitan dalam menentukan nilai nyerinya.
Klien diminta untuk menunjukkan skala nilai yang paling baik mewakili intensitas nyerinya. American Pain Society menyarankan agar nyeri menjadi tanda-tanda vital kelima, yaitu perawat membuat pengkajian tingkat intesitas nyeri menjadi bagian dari pengkajian tingkat intesitas nyeri menjadi bagian dari pengkajian dan dokumentasi tanda-tanda vital (McCaffery & Pasero, 1999).
Angka Makna nyerinya
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Nyeri hebat
12
Untuk keefektifan penggunaan skala tingkat nyeri, klien hanya perlu memahami cara menggunakan skala tetapi juga diajarkan tentang bagaimana informasi tersebut akan digunakan untuk menentukan perubahan pada kondisinya dan keefektifan intervensi penatalaksaan nyeri. Hal ini memastiakan bahwa penatalaksanaan nyeri telah tercapai (Pasero, 1997a).
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donovan & Girton (1984) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantaranya :
1. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walapun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menhindari pengobatan. 2. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T)
a. Faktor Pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat harus mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
b. Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c. Lokasi (R: Region)
13
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
d. Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Namun kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena memang pengalaman nyeri pada masing-masing individu berbeda-beda.
e. Durasi (T: Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “sudah berapa lama nyeri dirasakan?, “Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?”, “ Seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain yang semakna.
f. Faktor yang memperberat / memperingan nyeri.
14 3. Respon perilaku
Respon perilaku yang ditunjukkan klien yang mengalami nyeri bermacam-macam. Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah nyeri yang dirasakan pasien.
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.
4. Respon Afektif
Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti: “Apakah Anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga adanya depresi, ketidak tertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu diperhatikan.
2.2.2. Analisa Data
15
Menurut Nanda (2012), batasan karakteristik untuk diagnose keperawatan nyeri akut dan nyeri kronis adalah:
Batasan karakteristik untuk nyeri akut
- Perubahan selera makan - Perubahan tekanan darah - Perubahan frekuensi jantung - Perubahan frekuensi pernapasan - Laporan isyarat
- Diaforesis
- Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir, mencari orang lain atau aktivitas lain, aktivitas berulang)
- Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
- Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
- Sikap melindungi area nyeri
- Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dangan orang dan lingkungan) - Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk menghindari nyeri - Sikap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara verbal - Fokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur
Batasan karakteristik untuk nyeri kronis
- Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
- Anoreksia
16
- Skala keluhan (mis., penggunaan skala nyeri) - Depresi
- Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata terpancar atau tetap, meringis)
- Letih
- Takut terjadi cedera berulang - Sikap melindungi area nyeri - Iritabilitas
- Perilaku protektif yang dapat diamati - Penurunan interaksi denganorang lain - Keluhan nyeri
- Gelisah
- Berfokus pada diri sendiri
- Respon yang diperantarai saraf simpatis (mis., suhu dingin, perubahan posisi tubuh, hipersensitivitas).
2.2.3. Rumusan Masalah
Sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, perawat mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan umum klien. Namun, sebelun memberikan perawatan masalah harus ditetapkan secara lebih spsifik. Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter & Perry, 2006).
Terdapat dua diagnosa keperawatan utama uamg dapat digunakan untuk menggambarkan nyeri padaklien, yaitu:
1. Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA,