UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EXTENSI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN
PROPERTY, REAL ESTATE & BUILDING
CONSTRUCTION DI BURSA EFEK
INDONESIA
DRAFT SKRIPSI
Oleh :
RUTH ROSANNA060521007
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Medan
2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Relevan dengan tujuan penelitian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007? Dengan dasar teori Brigham (2003) dan temuan hasil penelitian Waskito (2008), maka diajukan hipotesis : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Realestate dan Buiiding Contruction di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 – 2007, yaitu sebanyak 37 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan criteria purposive sampling dan sampel yang memenuhi Icriteria yang telah ditentukan sebanyak 34 Perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dan dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ringkasan yang terdapat di dalam Jakarta Stock Exchange. Untuk pengumpulan data digunakan teknik dokumentasi dengan tipe pooled data. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda (multiple regression analysis), selanjutnya dilakukan Uji F, uji t dan analisis koefisien determinan untuk melihat tingkat kesesuaian model analisis.
Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan : (1) Secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest & tax ratio dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007. (2) Secara parsial efektivitas basic earning power, debt to equity ratio dan interest & tax ratio berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007, sedangkan return on investment berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 20062007 dan plowback ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007.
Halaman
DAFTAR ISI... i
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Kerangka Konseptual ... 4
D. Hipotesis ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 7
F. Metode Penelitian ... 8
1. Batasan Operasional ... 8
2. Definisi Operasional Variabel ... 8
3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
4. Populasi dan Sampel ... 10
5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 12
6. Uji Asumsi Klasik ... 12
7. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ... 13
8. Model Analisis Data ... 14
9. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 15
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 17
A. Penelitian Terdahulu ... 17
B. Landasan Teori ... 19
1. Teori Permodalan ... 19
2. Komponen Struktur Modal ... 24
3. Laju Pertumbuhan Modal Sendiri... 28
4. Basic Earning Power ... 32
5. Debt to Equity Ratio ... 32
6. Plowback Ratio ... 34
7. Tingkat Bunga dan Pajak ... 35
8. Return on Investment ... 36
BAB III : GAMBARAN UMUM BURSA EFEK INDONESIA 37 A. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 37
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia... 40
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 43
A. Analisis Deskriptif ... 43 1. Pertumbuhan Modal Sendiri (Y) Perusahaan
di Bursa Efek Indonesia ... 43
2. Basic Earning Power (X1) Perusahaan Property, 3. Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 44
4. Debt to Equity Ratio (X2) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 44
5. Plowback Ratio (X3) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 45
6. Interest and Tax Ratio (X4) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 46
7. Return on Invesment (X5) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 47
B. Uji Asumsi Klasik ... 48
1. Uji Heterokedastisitas ... 48
2. Uji Multikolinieritas ... 49
3. Uji Autokorelasi ... 49
C. Model Analisis Data ... 50
D. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 52
1. Uji Secara Simultan (Uji F) ... 52
2. Uji Secara Parsial (Uji t) ... 53
3. Analisis Koefisien Determinan... 55
BAB V : KESIMPULAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Relevan dengan tujuan penelitian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007? Dengan dasar teori Brigham (2003) dan temuan hasil penelitian Waskito (2008), maka diajukan hipotesis : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Realestate dan Buiiding Contruction di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 – 2007, yaitu sebanyak 37 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan criteria purposive sampling dan sampel yang memenuhi Icriteria yang telah ditentukan sebanyak 34 Perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dan dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ringkasan yang terdapat di dalam Jakarta Stock Exchange. Untuk pengumpulan data digunakan teknik dokumentasi dengan tipe pooled data. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda (multiple regression analysis), selanjutnya dilakukan Uji F, uji t dan analisis koefisien determinan untuk melihat tingkat kesesuaian model analisis.
Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan : (1) Secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest & tax ratio dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007. (2) Secara parsial efektivitas basic earning power, debt to equity ratio dan interest & tax ratio berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007, sedangkan return on investment berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 20062007 dan plowback ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modal sendiri dalam suatu perusahaan merupakan salah satu instrumen
keuangan yang tidak kalah penting dengan instrumen keuangan lainnya, dimana
modal dalam suatu perusahaanlah yang dipertaruhkan untuk segala resiko, baik
resiko usaha maupun resiko kerugian lainnya (Harnanto, 2001: 74). Tiap – tiap
perusahaan harus memiliki sejumlah modal minimum untuk menjamin kelangsungan
hidupnya.
Bagi investor, kelangsungan hidup suatu perusahaan merupakan salah satu
hal yang menjadi pertimbangan penting, karena dengan melihat kelangsungan hidup
perusahaan, investor dapat melihat prospek perusahaan tersebut dimasa mendatang
dalam menghasilkan laba. Kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat diukur
dengan beberapa cara, salah satu diantaranya adalah dengan melihat pertumbuhan
modal sendiri. Pengukuran pertumbuhan modal sendiri dilakukan dengan
mempertimbangkan baik keputusan investasi (investment decision), dan keputusan
pembiayaan (financing decision), serta dengan memperhatikan faktor eksternal yang
berupa tingkat bunga pinjaman dan tingkat pajak. Pengukuran yang paling dapat
menggambarkan pertumbuhan modal yang lebih tepat adalah dengan menambahkan
keputusan pemberian dividen (dividend decision) selain faktor-faktor investment
decision, financing decision, tingkat bunga, dan pajak (Riyanto, 2001: 178).
Bringham (2003: 184) menyebutkan bahwa laju pertumbuhan modal sendiri
merupakan fungsi dari basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio,
Beberapa peneliti telah mencoba mengkonfirmasi teori Brigham (2003:184)
di atas sebagai fungsi laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan, yaitu dua
diantaranya adalah Sulistiadi (2000) dan Waskito (2008). Tinjauan penelitian
terhadap hasil penelitian Sulistiadi (2000) dan Waskito (2008) menunjukkan
kesimpulan yang tidak seragam.
Sulistiadi (2000) yang meneliti di perusahaan industri manufaktur dan
industri perbankan dan jasa keuangan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan
tahun amatan 1995– 1996 menemukan bahwa basic earning power, debt to equity
ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada perusahaan industri
manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa keuangan. Secara
individual, hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback
ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri, sedangkan tingkat
bunga dan tingkat pajak tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri,
baik yang berada di industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa
keuangan.
Waskito (2008) mencoba mengkonfirmasi ulang temuan Sulistiadi (2000)
yang hanya meneliti perusahaan industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta pada tahuan amatan yang berbeda, yaitu tahun 2005 – 2007. Dalam
penelitiannya, Waskito (2008) menemukan secara simultan basic earning power,
debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment
berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007, sedangkan secara parsial hanya
variabel plowback ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri
Perbedaan kedua hasil penelitian di atas sangatlah fenomenal, dimana
penelitian yang dilakukan pada perusahaan yang sama pada tahun yang berbeda
memberikan kesimpulan yang berbeda. Oleh karena itu menjadi daya tarik tersendiri
dilakukannya replikasi penelitian dengan melakukan penelitian pada perusahaan
yang berbeda, yaitu perusahaan property, real estate & building construction di
Bursa Efek Indonesia tahun amatan 2006-2007.
Perusahaan property, real estate & building construction merupakan
perusahaan yang baru bangkit kembali setelah diterpa krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1997. Fenomena yang berkembang sehubungan dengan modal
sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1. dibawah ini.
Tabel 1.1.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan
Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia
No Variabel Tahun
2006 2007
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Laju pertumbuhan modal sendiri Basic earning power
Debt to equity ratio Plowback ratio Interest and tax ratio Return on investment
-6.46 0.06 35.59 0.84 -0.50 0.04 3.98 0.05 1.672 0.72 -0.43 0.02
Sumber : JSX (2005 – 2007)
Tabel 1.1. di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2006 modal sendiri
perusahaan property, realestate & building construction di Bursa Efek Indonesia
mengalami penurunan, yaitu sebesar 6.46% dan kembali naik 3.98% pada tahun
2007. Kenaikan modal sendiri perusahaan property, realestate & building
construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 justru berbanding terbalik
power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax ratio dan return on
investment yang mengalami penurunan pada tahun yang sama.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka masalah utama yang
akan diteliti dalam penelitian ini :
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity
ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap
laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building
construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity
ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap
laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building
construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007?
C. Kerangka Konseptual
Stabilitas financial dan going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh
pertumbuhan struktur permodalannya, dimana salah satunya adalah modal sendiri.
Bringham (2003: 184) menyebutkan berbagai faktor dapat mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri suatu perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk
mengetahui besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut dan menyertakannya
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal
sendiri dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan
modal sendiri merupakan variabel dependen dengan aspek-aspek keuangan sebagai
variabel independen.
Brigham (2003:184) metode pengukuran laju pertumbuhan (g=growth rate)
dijelaskan dengan menggunakan model laba ditahan:
g = b x r
b = retention rate dimana:
b = (1 - dividend payout) b = (1-d)
r = ROE
sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai:
g = (1-d) x ROE
Model tersebut menyatakan bahwa laju pertumbuhan (g) merupakan fungsi
Return on Equity. Hubungan Return on Equity dengan komponen financial lainnya
dapat diuraikan sebagai berikut:
(
)
(1 )) 1
( x tax
E D x i Ep EP x d
g −
− + − = dimana
g = laju pertumbuhan :
(1-d) = b = plowback ratio EP = Basic Earning Power i = Interest Rate
D/E = Debt to Equity Ratio
Model matematis pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan t, sehingga dapat dituliskan:
∫
= (EP,D/E,b,i,t)
g
Berdasarkan fungsi di atas, digambarkan kerangka konseptual yang
pertumbuhan modal sendiri dengan laju pertumbuhan modal sendiri, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1. berikut ini.
Sumber : Bringham (2003) (Diolah)
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to
equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment
terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate &
building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
2. Terdapat pengaruh secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to
equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment
terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate &
building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Basic Earning Power (X1)
Pertumbuhan Modal Sendiri (Y)
Tax and Interest Rate (X4)
Debt to Equity Ratio (X2)
Plowback Ratio (X3)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian dalam penelitian ini :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning
power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on
investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real
estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning
power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on
investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real
estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya :
1. Bagi perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek
Indonesia tahun 2006 – 2007, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
manajemen perusahaan untuk membantu pengambilan keputusan dalam hal
faktor-faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan modal sendiri.
2. Bagi pihak – pihak lain, khususnya bagi almamater Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi penelitian berikutnya.
3. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan, khususnya
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Pertumbuhan modal sendiri dimaksud dalam penelitian ini dibatasi hanya
modal sendiri yang merupakan internal growth perusahaan property, real estate &
building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007, atau tidak turut
dianalisis modal sendiri yang merupakan external growth seperti emisi saham baru.
2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel, yaitu
laju pertumbuhan modal sendiri (g) sebagai variabel dependen dan lima variabel
independen yang terdiri dari Basic earning power (BEP=X1), Debt to equity ratio
(DER=X2), Plowback ratio (PR=X3), Tax & interest rate (ti=X4) dan Return on
investment (ROI=X5
(a) Laju pertumbuhan modal sendiri (g=Y)
). Definisi operasional dari masing-masing variabel dijelaskan
sebagai berikut :
Laju pertumbuhan modal sendiri adalah rasio naik atau turunnya modal sendiri
yang diinvestasikan. Rumus yang digunakan menghitung laju pertumbuhan
modal sendiri (Brigham, 2003: 364) :
Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1
g = x 100%
Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1
(b) Basic Earning Power (BEP=X1
Basic earning power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan
assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan
profit dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut, atau
dihitung dengan menggunakan formulasi (Brigham, 2003: 364):
EBIT pada tahun t
Basic earning power = x 100%
Total Asset pada tahun t
(c) Debt to equity ratio (DER=X2
Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total
hutang dengan total equity. Rumus yang digunakan untuk menghitung DER
adalah (Brigham, 2003: 365):
)
Jumlah seluruh debt pada tahun t
Debt to equity ratio = x 100%
Jumlah seluruh equity pada tahun t
(d) Plowback ratio (PR=X3
Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang
tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang
tidak dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga
memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.
)
Brigham (2003: 365) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :
Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)
Dimana dividend payout ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam
bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan untuk
menghitung dividend payout ratio adalah :
Dividend Payout Ratio =
EPS
Saham per
Kas Dividen
x 100%
(e) Interest and Tax Rate (ITR=X4
Interest rate adalah rasio pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari
pihak lain (Brigham 2003:365). Rumus yang digunakan : )
Interest + Tax Expense
Interest and Tax Rate = x 100%
(f) Return on investment (ROI= X5
Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi
beban pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus
(Brigham, 2003: 365) :
)
Keuntungan Netto Sesudah Pajak
ROI = x 100%
Total Aktiva
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan property, real estate & building
construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Waktu penelitian
direncanakan dilaksanakan mulai Maret sampai dengan Juli 2009.
4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah perusahaan property, real estate & building
construction yang tercatat dan diperdagangkan di di Bursa Efek Indonesia tahun
2006 – 2007. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak adalah 37 perusahaan
industri. Pengambilan sample dilakukan berdasarkan purposive sampling, dengan
kriteria :
1. Sampel diambil dari data yang tersedia di Jakarta Stock Exchange (JSX) dan
laporan keuangan perusahaan pada tahun 2006-2007.
2. Sampel yang diambil merupakan perusahaan yang tercatat di Bursa Indonesia
sesudah tahun 2005 karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan 2006
-2007. Tetapi khusus untuk menghitung laju pertumbuhan modal sendiri
3. Perusahaan yang diteliti tidak melakukan emisi saham baru pada periode
2005-2007.
Sesuai dengan ketiga kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 perusahaan property, real estate & building
construction, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2.
Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling
No. Distribusi Sampel Total
1.
2.
3.
4.
Perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia dari 2006 – 2007
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama tiga tahun berturut – turut, yaitu dari tahun 2005-2007.
Perusahaan yang tidak mempunyai laporan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Perusahaan yang melakukan emisi saham baru pada periode 2005 – 2007
37
(2)
(0) (1)
Jumlah 34
Sumber : JSX (2006-2007) (Diolah)
Ketigapuluh empat sampel di atas, dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut :
Table 1.3. Sampel Penelitian
Sampel perusahaan property, real estate & building construction
1 PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk 2 PT. Sentul City, Tbk
3 PT. Bintang Mitra Semestaraya, Tbk 4 PT. Ciput ra Development, Tbk 5 PT. Bukit Darmo Property 6 PT. Ciputra Surya, Tbk
7 PT. Duta Anggada Realty, Tbk 8 PT. Dharmala Intialand, Tbk 9 PT. Duta Pertiwi, Tbk
10 PT. Bakrieland Development, Tbk 11 PT. Jaka Inti Realindo, Tbk
12 PT. Gowa Makasar Toursim Dev Tbk 13 PT. Jaya Real Property, Tbk
17 PT. Dayaindo Resources International, Tbk 18 PT. Lippo Cikarang, Tbk
19 PT. Lippo Karawaci, Tbk 20 PT. Modernland Realty Tbk 21 PT. Indonesia Prima Property, Tbk 22 PT. New Century Development, Tbk 23 PT. Pudjiadi & Sons Estate, Tbk 24 PT. Pakuwon Jati, Tbk
25 PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk 26 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk 27 PT. Roda Panggon Harapan, Tbk 28 PT. Suryainti Permata, Tbk 29 PT. Suryamas Dutamakmur, Tbk 30 PT. Summarecon Agung, Tbk 31 PT. Surya Semesta Internusa, Tbk 32 PT. Total Bangun Persada, Tbk 33 PT. Turba Alam Manunggal, Tbk 34 PT. Adhi Karya (Persero), Tbk
Sumber : JSX (2006, 2007)
5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berasal dan dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia dan ringkasan yang terdapat di
dalam Jakarta Stock Exchange (JSX). Untuk pengumpulan data digunakan teknik
dokumentasi dengan tipe pooled data. Dengan tipe pooled data, jumlah observasi
dalam penelitian ini diperoleh dari jumlah tahun penelitian dikalikan jumlah
perusahaan sampel yaitu 35 x 2 = 70 n observasi.
6. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu
variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik
dan layak digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran
Plot berbentuk linier dan tertumpu di sekitar garis diagonal P-P Plot.
(Ghozali, 2003 : 47).
2) Uji Heterokedastisitas
Ghozali (2003 : 88) mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dengan
menggunakan uji Glejser, yaitu dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil
regresi nilai absolute residual sebagai variabel terikat dengan variabel bebas.
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan
melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) pada grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
3) Uji Multiklonearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar
variabel bebas (independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi
adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya
multikolinearitas, yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance
Inflation Factor (VIF) >1.0 dan nilai tolerance <1.0 (Ghozali, 2003 : 83).
Nugroho (2005 : 97) membatasi nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai
tolerance tidak kurang dari 0.1.
4) Uji Autokorelasi
Ghozali (2003:61-62) menyebutkan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Uji lagrange multiplier (LM Test) merupakan salah satu test
autokorelasi dengan LM Test, terutama digunakan untuk sampel besar di atas
100 observasi.
Ghozali (2003:61) menyebutkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi, juga dapat digunakan uji Durbiwn – Watson (DW), yaitu yaitu
dengan membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai
DW statistic terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi
asumsi klasik regresi.
Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan
untuk menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk
mencari nilai du dan dl dilakukan dengan melihat table dw. Lebih jelasnya
autokorelasi digambarkan sebagai berikut :
Sumber : Ghozali (2003) (Diolah)
Gambar 1.2. Diagram Durbin – Watson 7. Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan persamaan sebagai berikut:
Y =
β
0+
β
1X
1+
β
2X
2+
β
3X
3+
β
4X
4+
β
5X
5+
ε
dimana :
Y : Pertumbuhan Modal Sendiri X1 : Basic earning power
Ho diterima (no serial correlation)
Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)
4 4-dl
(4-du) du
X2
X
: Debt to equity ratio
3
X
: Plowback ratio
4
X
: Intrest and Tax Ratio
5
β0.. β8 : Return on investment ε : Error Term
: Konstanta
8. Uji Keseuaian (Test of Goodness of Fit) a. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu dengan cara
sebagai berikut :
Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen.
Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen.
Hasil pengujian adalah :
Ho diterima ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k)
Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k)
Dimana :
K : Jumlah variabel N : Jumlah pengamatan
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variable independen secara
individual terhadap variabel dependen.
1) Hipotesis yang digunakan :
a) Jika Hipotesis positif
Ha : βi > 0
b) Jika Hipotesis negatif
Ho : βi ≥ 0
Ha : βi < 0
2) Pengujian satu sisi
Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel
independen tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel
independen mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
c. Analisis Koefisien Determinan
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang
dipakai. Koefisien determinasi (R2
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0< R
) yaitu angka yang menunjukan besarnya
kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang
menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa
besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
2 <1),
dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik
karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Surwanti (1993) menunjukkan return on assets, debt to equity ratio, dan
plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal
sendiri. Rahmanto (1994) selain faktor return to assets, debt to equity ratio, dan
plowback ratio, ditambah dengan faktor tingkat suku bunga pinjaman. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto, faktor yang berpengaruh secara signifikan
adalah return on assets dan tingkat bunga, sedangkan debt to equity ratio dan
plowback ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal
sendiri. Rasyid (1998) adalah untuk industri manufaktur, faktor-faktor return on
assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan,
sedangkan untuk industri non manufaktur terdapat variabel yang tidak berpengaruh
secara signifikan, yaitu variabel plowback ratio.
Sulistiadi (2000) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri pada industri manufaktur dan industri perbankan dan jasa
keuangan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, tahun amatan 1995-1996. Dalam
penelitiannya, Sulistiadi (2000) menemukan terdapat pengaruh yang signifikan
variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, Tingkat Bunga,
dan Tingkat Pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri
baik pada perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri
perbankan dan jasa keuangan. Hal ini sesuai dengan pengharapan penulis. Terbukti
dengan hasil signifikansi Fhitung yaitu 0,000 baik pada industri manufaktur maupun
industri perbankan dan jasa keuangan yang lebih kecil dari á =0,005. Dari kelima
individual, hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan
plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal
sendiri. Sedangkan variabel lainnya, yaitu Tingkat Bunga dan Tingkat Pajak tidak
mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan modal sendiri perusahaan, baik
yang berada di industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan.
Variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada
industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan adalah variabel
basic earning power dengan beta koefisien masing-masing variabel adalah 1,030 dan
1,974. Kelima variabel independent dari hasil penelitian pada industri manufaktur
mampu menjelaskan 66,1% perubahan modal sendiri. Ini terlihat pada angka R 2
sebesar 0,661. Sedangkan pada industri perbankan dan jasa keuangan variabel
independent mampu menjelaskan perubahan modal sendiri sebanyak 68,9%. Ini
terlihat pada angka R 2 sebesar 0,689. Sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor yang
tidak diikutsertakan di dalam penelitian ini.
Waskito (2008) mencoba melakukan replikasi terhadap penelitian Sulistiadi
(2000) dengan melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007. Dalam penelitiannya. Waskito (2008)
menemukan : (1) secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback
ratio, interest and tax rate dan return on investment berpengaruh terhadap
pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Tahun 2005 – 2007. (2) secara parsial hanya variabel plowback ratio yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007.
B. Landasan Teori
1. Teori Permodalan
Sebelum diuraikan secara teoritis tentang laju pertumbuhan modal sendiri,
ada baiknya diketahui apa itu modal, struktur permodalan dan modal sendiri.
Munawir (200196) menyebutkan modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh
pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan
laba yang ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap
seluruh utang-utangnya. Dalam praktik kadang-kadang nampak adanya suatu
klasifikasi di dalam neraca yang pada umumnya membingungkan pembaca (sulit
untuk ditafsirkan) dengan nama reserve (cadangan). Seharusnya cadangan ini
diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi Neraca yaitu aktiva, utang dan milik
sendiri (modal) sehingga cadangan pada prinsipnya juga terdiri dari tiga golongan
yaitu: (Munawir, 2001:98-99).
a. Cadangan sebagai pengurang aktiva (reserve that offseting assets). Misalnya
cadangan penyusutan (reserve for depreciation), cadangan ini merupakan
pengurangan terhadap aktiva yang disusut, sehingga dalam neraca nampak di
sebelah debet mengurangi aktiva yang bersangkutan. Cadangan penyusutan itu
akan lebih tepat bila diberi nama lain yaitu "akumulasi penyusutan", atau
"akumulasi depresiasi".
b. Cadangan sebagai utang (liability reserve), misalnya reserve for taxes (cadangan
untuk pajak) merupakan suatu utang yang dicatat sebagai cadangan, ini tidak
benar, seharusnya cadangan untuk pajak ini dimasukkan dalam utang lancar
(current liability), yaitu Utang Pajak atau Taksiran Utang Pajak.
c. Cadangan yang merupakan surplus, yang betul-betul merupakan hak para pemilik
sebagian dari laba yang ditahan (retained earning), dan dalam neraca masuk
dalam klasifikasi modal (appropriated surplus).
Atmaja (2000:134) menyebutkan bahwa modal adalah dana yang digunakan
untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item –
item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen
dan laba ditahan.
Harnanto (2001:74) menyebutkan bahwa modal sendiri adalah modal dalam
suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun
risiko kerugian – kerugian lainnya. Tiap – tiap perusahaan harus memiliki sejumlah
minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Munawir (2001:102) menyatakan bahwa struktur modal merupakan
komposisi pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan utang pada suatu perusahaan.
Struktur modal sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber
pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan serta risiko gagal melunasi utang
tergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aktiva yang
dimiliki perusahaan.
Struktur modal dapat diartikan sebagai paduan sumber dana jangka panjang
yang digunakan oleh perusahaan. Lebih lanjut Munawir (2001:103) menyatakan
struktur modal adalah proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri.
Demikian pula menurut Riyanto (2001:33) bahwa struktur modal adalah
perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Menurut Riyanto (2001:41-45) besar kecilnya struktur modal yang digunakan
perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara
a. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal
akan mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah menggunakan
saham atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan jika tingkat bunga
obligasi lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut.
b. Stabilitas earning
Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan
apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal dengan beban tetap
(utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning yang stabil maka
perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya; sebaliknya
perusahaan yang memiliki earning tidak stabil akan menghadapi risiko tidak
dapat membayar beban bunga atau angsuran utangnya pada tahun-tahun atau
kondisi yang buruk.
c. Susunan aktiva
Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana sebagian besar
dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung mengutamakan
penggunaan modal sendiri sedang modal asing atau utang hanya sebagai
pelengkap, sedangkan perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas
aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang
jangka pendek.
d. Risiko aktiva
Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama. Semakin
panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin besar. Jika
perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka perusahaan harus
sedapat mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki
risiko lebih tinggi dibanding modal sendiri.
e. Jumlah modal yang dibutuhkan
Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi struktur
modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi
perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara bersamaan; misalnya
mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan.
f. Keadaan pasar modal
Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh banyak faktor.
Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh dana melalui penjualan sekuritas
perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal. Ketika investor menyukai
menanamkan dananya dalam pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan
lebih baik melakukan penerbitan saham.
g. Sifat manajemen
Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan, umumnya akan
berani menangung risiko yang besar (risk seeker), sehingga akan lebih berani
menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya
manajer yang bersifat pesimis dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan
lebih suka menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan
dananya.
h. Besarnya perusahaan
Suatu perusahaan yang tergolong besar dimana sahamnya tersebar sangat luas,
penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak
mempengaruhi kekuasaan atau pengendalian pemegang saham mayoritas. Oleh
saham baru untuk memenuhi kebutuhan dananya. Adapun menurut Brigham
(2003:321) besarnya kecilnya struktur modal atau utang suatu perusahaan
ditentukan oleh empat faktor berikut;
i. Risiko bisnis
Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan
apabila perusahaan tersebut menggunakan utang. Makin besar atau makin tinggi
risiko perusahaan, maka perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang
rendah.
j. Pajak perusahaan
Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah karena biaya bunga
dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.
k. Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Ketersediaan
modal yang cukup merupakan hal yang penting guna mendukung operasi
perusahaan yang stabil serta menentukan keberhasilan perusahan dalam jangka
panjang. Oleh karena itu dalam kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila
perusahaan mengalami kesulitan operasi maka kemungkinan perusahaan tersebut
memperoleh pinjaman dari investor relatif kecil, sehingga kondisi tersebut akan
mempengaruhi struktur modal atau utang perusahaan.
l. Agresivitas manajemen
Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif pada umumnya lebih
2. Komponen Struktur Modal
Harnanto (2001:78) mengklasifikasikan struktur permodalan atau sumber
permodalan dalam suatu perusahaan yang pokok dibedakan menjadi : (1) modal dari
pemilik – disebut juga modal sendiri dan (2) modal yang berasal dari kreditur –
disebut hutang dan modal asing. Lebih lanjut Harnanto (2001:79) menyebutkan
bahwa ekuitas atau modal sendiri adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban.
Sumber : Harnanto (2001:80)
Gambar 2.1.
Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan Komposisi Sumber Premodalan
Karakteristik utama modal dari modal sendiri terletak pada :
a. Tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayarannya kembali dalam
setiap keadaan, dan;
b. Tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang
disetor.
Struktur Aktiva Struktur Permodalan
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Investasi Jangka
Panjang Jangka Panjang Hutang
Aktiva Tetap Berwujud
Modal sendiri Saham Preferen Saham Biasa Laba yang ditahan
Aktiva Tetap Tak Berwujud
Komponen ekuitas umumnya terdiri atas:
a. Modal Saham
Pada pos ini disajikan nilai nominal untuk setiap jenis saham. Di samping itu,
pada pos ini disajikan:
1) Modal Dasar
Jumlah saham, untuk setiap jenis saham sesuai dengan anggaran dasar
perusahaan.
2) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Pos ini merupakan bagian dari modal dasar yang telah ditempatkan dan
disetor penuh. Pada pos ini disajikan jumlah saham untuk tiap jenis saham.
b. Tambahan Modal Disetor-Bersih
Tambahan Modal Disetor disajikan di neraca dengan menjumlahkan pos-pos
berikut ini :
1) Agio Saham
Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham di atas nilai nominal.
2) Biaya Emisi Efek Ekuitas
Pos ini merupakan biaya yang berkaitan dengan penerbitan efek ekuitas
perusahaan. Biaya ini mencakup fee dan komisi yang dibayarkan kepada
penjamin emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar modal, dan biaya
pencetakan dokumen pernyataan pendaftaran, biaya pencatatan efek ekuitas
di bursa efek, serta biaya promosi. Biaya-biaya yang berkaitan dengan
pencatatan saham di bursa efek atas saham yang sudah beredar dan biaya
yang berkaitan dengan dividen saham dan pemecahan saham tidak termasuk
dalam pos biaya emisi efek ekuitas. Dalam hal perusahaan melakukan
dibagikan adalah jumlah agio saham setelah dikurangi Biaya Emisi Efek
Ekuitas.
3) Selisih Modal dari Perolehan Kembali Saham
Pos ini merupakan selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan
kembali, dengan :
a) Jumlah yang diterima saat pengeluaran saham (jika menggunakan cost
method)
b) Nilai nominal (jika menggunakan parvalue method)
c) Selisih Kurs atas Modal yang Disetor
Pos ini merupakan selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan
dengan transaksi modal.
d) Modal Sumbangan
Pos ini merupakan modal yang berasal dari sumbangan yang diperoleh
perusahaan dari pemerintah dan atau dari pemegang saham dan atau pihak
lain.
4) Modal Disetor Lainnya
Pos ini antara lain terdiri dari:
a) Setoran modal yang belum dapat dibukukan sebagai modal disetor penuh
karena masih menunggu pengesahan peningkatan Modal Dasar dari
instansi yang berwenang.
b) Dalam hal Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, uang muka pemesanan saham disajikan sebagai Modal Disetor
Lainnya. Namun apabila uang muka tersebut melebihi jumlah yang akan
menjadi modal saham (oversubscribed), maka kelebihan tersebut harus
c) Nilai waran pisah (detachable warrants) yang belum dan tidak
dilaksanakan. Tambahan Modal Disetor tetap disajikan tersendiri
walaupun bersaldo negatif.
c. Selisih Kurs atas Penjabaran Laporan Keuangan
Pos ini merupakan selisih kurs yang timbul dari:
1) Penjabaran pendapatan dan beban dengan menggunakan kurs yang berlaku
pada tanggal transaksi dan aktiva serta kewajiban dengan menggunakan kurs
penutup
2) Penjabaran saldo awal investasi neto dalam entitas asing dengan kurs yang
berbeda dari yang dilaporkan sebelumnya
3) Perubahan lain atas ekuitas dalam entitas asing.
d. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Perusahaan Asosiasi
Pos ini merupakan perbedaan antara nilai investasi perusahaan pada perusahaan
asosiasi sebagai akibat adanya perubahan ekuitas perusahaan asosiasi yang bukan
berasal dari transaksi antara perusahaan dengan perusahaan asosiasi tersebut.
e. Keuntungan atau Kerugian yang belum Direalisasi dari Efek yang
Tersedia untuk Dijual.
Pos ini merupakan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari efek
ekuitas dan efek hutang yang tersedia untuk dijual.
f. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Pos ini merupakan tambahan nilai aktiva tetap sebagai hasil penilaian kembali
sesuai ketentuan Pemerintah, setelah memperhitungkan pajak yang terkait. Pos
ini disajikan apabila perusahaan memilih untuk membukukan hasil penilaian
g. Saldo Laba
Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan
pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Dalam hal dilakukan kuasi
reorganisasi, jumlah saldo laba negatif (defisit) yang dieliminasi harus disajikan
selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun kuasi reorganisasi dilakukan.
Tanggal terjadi kuasi reorganisasi harus diungkapkan pada pos saldo laba untuk
jangka waktu sepuluh tahun ke depan.
h. Modal Saham Diperoleh Kembali
Pos ini merupakan nilai saham perusahaan yang diperoleh kembali dan disajikan
sebagai pengurang ekuitas.
3. Laju Pertumbuhan Modal Sendiri
Struktur permodalan dan pengalokasian modal suatu perusahaan akan sangat
berperan penting didalam menjaga stabilitas financial dan going concern
perusahaan. Peran penting permodal dan pengalokasian modal terutama disebabkan
oleh perbedaan karakteristik di antara tiap – tiap sumber/jenis permodalan tersebut.
Perbeadaan karakteristik di antara tiap – tiap jenis/sumber permodalan itu secara
umum mempunyai akibat atau pengaruh pada dua aspek penting didalam kehidupan
setiap perusahaan, yaitu :
a. Terhadap kemampuannya untuk menghasilkan laba dan;
b. Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang/
kewajiban- kewajiban panjangnya (solvabilitas).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa stabilitas financial dan
going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan struktur
permodalannya, dimana salah satunya adalah modal sendiri. Bringham (2003: 184)
perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
faktor-faktor tersebut dan menyertakannya dalam model yang akan digunakan dalam
penelitian.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal
sendiri dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan
modal sendiri merupakan variabel dependent dengan aspek-aspek keuangan sebagai
variabel independent.
Menurut Brigham (2003:184) metode pengukuran laju pertumbuhan
(g=growth rate) dijelaskan dengan menggunakan model laba ditahan:
g = b x r
dimana:
b = retention rate
b = (1 - dividend payout) b = (1-d)
r = ROE
sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai:
g = (1-d) x ROE
Model tersebut menyatakan bahwa laju pertumbuhan (g) merupakan fungsi
Return on Equity. Hubungan Return on Equity dengan komponen financial lainnya
dapat diuraikan sebagai berikut:
EBIT Basic Earning Power =
Total Assets
dimana : Total Asset = Debt + Equity = D + E
sehingga :
E D EBIT EP
+ = atau :
Diketahui :
EBT = EBIT – Interest Payment
EBT = EBIT – (i x D)
Substitusi EBIT = EP x (D+E) :
EBT = [P x (D + E)]-(i x D)
Diketahui :
EAT = EBT – tax
EAT = EBT – (EBT x tax)
EAT = EBT x (1-tax)
definisi :
E EAT
ROE=
Substitusi EAT = EBT x (1-tax):
E tax EBTx
ROE= (1− )
) 1 ( ) ( ) ( ) ( tax X E ixD E EPxE E EPxD ROE − + − = ) 1 ( ) ( ) ( tax X E ixD E EPxD EP ROE − + + =
Memisahkan
E D
[
]
E tax x ixD D EPxROE= ( +)−( ) (1− )
(
)
x(1 tax)E D x i Ep EP ROE − − + =
Return On Equity merupakan perkalian antara Return On Asset dengan
leverage yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Leverage x
ROA
Adapun Return On Asset (ROA) atau rentabilitas asset diperoleh dari perkalian
antara tingkat perputaran asset dengan profit margin, yaitu:
PM x TAT ROA= TA S
TAT = , sedangkan
S NI
PM =
dimana:
TAT = Total Asset Turn Over ( tingkat perputaran total aktiva) S = Sales (penjualan)
TA = Total Asset (total aktiva) PM = Profit Margin (margin laba) NI = Net Income (laba bersih)
Dengan demikian, persamaan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
S NI x TAT
ROA=
Akhirnya hubungan laju pertumbuhan (g) dengan komponen finansial yang
mempengaruhinya dapat diturunkan dengan melakukan penggabungan persamaan di
atas, sebagai berikut:
g = (1-d) x ROE
(
)
(1 )) 1
( x tax
E D x i Ep EP x d g − − + − = dimana:
g = laju pertumbuhan (1-d) = b = Plowback ratio EP = Basic Earning Power i = Interest Rate
D/E = Debt to Equity Ratio
Model matematis pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan t, sehingga dapat dituliskan:
∫
= (EP,D/E,b,i,t)
Selanjutnya, Laju pertumbuhan modal sendiri dihtiung sebagai berikut
(Brigham 2003:364) :
Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1
g = x 100%
Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1
4. Basic Earning Power.
Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan
assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan profit
dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut. Brigham
(2003:365), menghitung Basic Earning Power sebagai berikut:
EBIT pada tahun t
Basic Earning Power = x 100
Total Asset pada tahun t
Karenanya, basic earning power dapat mengindikasikan efisiensi manajemen dalam
menggunakan asset perusahaan untuk mendapatkan profit.
Basic earning power yang positif menunjukkan bahwa total asset yang
digunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba perusahaan.
Sebaliknya, basic earning power yang negatif menunjukkan bahwa total asset yang
digunakan memberikan kerugian bagi perusahaan. Pertumbuhan basic earning power
memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity karena profit yang
diperoleh dan ditahan akan menambah jumlah equity, sehingga pertumbuhan equity
meningkat. Apabila asset yang digunakan untuk operasi perusahaan tidak
memberikan laba bagi perusahaan, maka kerugian yang diperoleh akan mengurangi
jumlah equity, sehingga tingkat pertumbuhan equity akan menurun.
5. Debt to Equity Ratio
Perusahaan memiliki pilihan untuk menentukan sumber pembiayaan
yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menyediakan keperluan finansial
perusahaan. Laba ditahan adalah sumber dana internal yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan financial perusahaan.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara
total hutang dengan total equity. Rasio tersebut menunjukkan seberapa besar
perusahaan didanai oleh pihak kreditur. Semakin tinggi debt to equity ratio berarti
semakin besar dana yang diambil dari luar perusahaan.
Penggunaan hutang atau modal sendiri terhadap tingkat pertumbuhan equity
pada tingkat bunga (i) yang berbeda digambarkan pada Gambar 2.2 berikut:
[image:38.595.150.398.370.531.2]Sumber : Foster, George, (2001 : 222)
Gambar 2.2.
Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan modal.
Pada posisi tingkat bunga pinjaman (i) lebih rendah dari tingkat basic earning
power (EP), penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan akan
meningkatkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi ini, tambahan porsi hutang akan
memberikan penghematan pajak yang lebih besar dibanding beban bunga yang
ditanggung, sehingga earning after tax meningkat relatif lebih besar terhadap equity
positif terhadap pertumbuhan equity. Karena tingkat pertumbuhan equity (g)
merupakan hasil perkalian tingkat laba yang ditahan (b) dengan return on equity,
maka, pada posisi dimana i < EP, penambahan hutang untuk membelanjai operasi
perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Berarti pada posisi ini, debt
to equity ratio berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.
Sebaliknya pada posisi dimana bunga pinjaman (i) lebih tinggi dari tingkat
EP, penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan justru akan
menurunkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi dimana i > EP, tambahan hutang
akan menimbulkan beban bunga yang lebih besar dibanding penghematan pajak,
sehingga Earning After Tax menurun relatif lebih besar terhadap equity-nya.
Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak negatif
terhadap pertumbuhan equity. Maka, pada posisi ini, debt to equity ratio berpengaruh
negatif terhadap tingkat pertumbuhan equity (g). Pada kondisi tersebut, perusahaan
akan dapat menaikkan tingkat pertumbuhan equity apabila perusahaan menggunakan
modal sendiri. Pada posisi dimana tingkat bunga pinjaman (i) sama dengan EP,
makin besarnya penggunaan hutang tidak akan mempengaruhi EP.
Sebagaimana didefinisikan Brigham (2003:365), debt to equity ratio dihitung
sebagai berikut :
Jumlah seluruh debt pada tahun t
Debt to Equity Ratio = x 100%
Jumlah seluruh equity pada tahun t
6. Plowback Ratio.
Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang
tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang tidak
dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga memberi
Karena plowback ratio merupakan bagian keuntungan yang tidak dibagikan
sebagai dividen, maka plowback ratio tergantung pada tingkat dividen yang besarnya
diusulkan oleh manajemen puncak dan ditetapkan oleh rapat umum pemegang
saham.
Brigham (2003:365) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :
Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)
Dimana Dividend Payout Ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam
bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Dividend Payout Ratio adalah :
Dividend Payout Ratio =
EPS
Saham per
Kas Dividen
% 100
x
7. Tingkat Bunga dan Pajak
Bunga adalah pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak lain
(bunga hutang), sedangkan pajak merupakan pajak perseroan perusahaan yang harus
dibayar perusahaan, yang tarifnya telah ditetapkan pemerintah.
Menurut Brigham (2003:365), Interest Rate dihitung sebagai berikut :
Interest Expense
Interest Rate = x 100% = …….%
Long term debt + Short term debt
Hubungan tingkat bunga dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat
negatif karena semakin besar tingkat bunga akan menurunkan laba bersih sesudah
pajak. Begitu pula dengan pembayaran pajak otomatis akan mengurangi laba bersih
sesudah pajak sehingga juga mempunyai hubungan yang negatif dengan
Tingkat pajak di sini adalah prosentase dari pendapatan perusahaan yang
harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pemerintah. Untuk menghitung tingkat
pajak, dipergunakan proxy, (Brigham ,2003:365) yaitu:
Tax
Tax rate = x 100 % = …….%
Earning Before Tax
8. Return On Investment (ROI)
Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi
beban pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus :
Keuntungan Netto Sesudah Pajak
ROI = x 100% = ……… %
Total Aktiva
Hubungan return on investment dengan pertumbuhan modal sendiri adalah
bersifat positif karena semakin tinggi tingkat perputaran aktiva akan meningkatkan
penjualan yang selanjutnya akan meningkatkan laba dan pada akhirnya berdampak
BAB III
GAMBARAN UMUM BURSA EFEK INDONESIA
A. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya
pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
b. 1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
c. 1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)
dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif.
h. 1956 - 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong
sebagai emiten pertama.
j. 1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l. 1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996.
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampai dengan akhir tahun 2007 tercatat sebanyak 344 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 36 diantaranya adalah perusahaan barang
Tabel 3.1. Daftar Perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia s.d. Tahun 2007
No Perusahaan property, real estate & building construction di BEI s.d Tahun 2007
1 PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk 2 PT. Sentul City, Tbk
3 PT. Bintang Mitra Semestaraya, Tbk 4 PT. Ciputra Development, Tbk 5 PT. Bukit Darmo Property 6 PT. Ciputra Surya, Tbk 7 PT. Duta Anggada Realty, Tbk 8 PT. Dharmala Intialand, Tbk 9 PT. Duta Pertiwi, Tbk
10 PT. Bakrieland Development, Tbk 11 PT. Jaka Inti Realindo, Tbk
12 PT. Gowa Makasar Toursim Dev Tbk 13 PT. Jaya Real Property, Tbk
14 PT. Kawasan Industri Jabobeka, Tbk 15 PT. Jakarta International Hotel & Dev. Tbk 16 PT. Lamicitra Nusantara, Tbk
17 PT. Dayaindo Resources International, Tbk 18 PT. Lippo Cikarang, Tbk
19 PT. Lippo Karawaci, Tbk 20 PT. Modernland Realty Tbk 21 PT. Indonesia Prima Property, Tbk 22 PT. New Century Development, Tbk 23 PT. Pudjiadi & Sons Estate, Tbk 24 PT. Pakuwon Jati, Tbk
25 PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk 26 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk 27 PT. Roda Panggon Harapan, Tbk 28 PT. Suryainti Permata, Tbk 29 PT. Suryamas Dutamakmur, Tbk 30 PT. Summarecon Agung, Tbk 31 PT. Surya Semesta Internusa, Tbk 32 PT. Total Bangun Persada, Tbk 33 PT. Turba Alam Manunggal, Tbk 34 PT. Adhi Karya (Persero), Tbk Sumber : JSX