• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS HASIL OBSERVASI DALAM BENTUK PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) BERBANTUAN MEDIA AMPLOP BERGAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS HASIL OBSERVASI DALAM BENTUK PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) BERBANTUAN MEDIA AMPLOP BERGAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A S"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS HASIL OBSERVASI DALAM BENTUK PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) BERBANTUAN MEDIA AMPLOP

BERGAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUDUS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Nama : Sri Zuliana

NIM : 2101410041

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

SARI

Zuliana, Sri. 2015. Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan Media Amplop Bergambar pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Uum Qomariyah, S.Pd.,M.Hum.

Kata kunci : keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi, model

NHT (Numbered Heads Together), media amplop bergambar.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus masih rendah yaitu di bawah KKM yang diterapkan di sekolah yaitu 78. Rendahnya keterampilan menyusun puisi karena siswa kurang berminat karena kesulitan di dalam menemukan ide yang akan ditulis menjadi puisi dan guru juga belum menerapkan model dan media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memperbaiki pembelajaran teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Upaya yang dilakukan peneliti yaitu untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi kelas VII A SMP Negeri 2 kudus dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar.

(3)

dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus?.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan model

NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar untuk

meningkatkan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Penelitian ini terdiri atas dua siklus yaitu siklus I dan II. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus yang berjumlah 34 siswa. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar. Adapun teknik pengumpulan data yaitu menggunakan instrumen tes dan nontes dalam bentuk observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Terjadi peningkatan keantusiasan siswa, kekondusifan di dalam kelompok, keaktifan siswa di dalam kelompok, keintensifan siswa, dan keefektifan kegiatan refleksi. Rata-rata proses pembelajaran pada siklus I sebesar 72,94% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 92,35% sehingga peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 19,41%.

Hasil tes pengetahuan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 74,79% dalam kategori cukup dan siklus II sebesar 86,52% dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 11,73%.

Sikap religius peserta didik mengalami peningkatan kearah positif dari siklus I sebesar 86,26% dan siklus II sebesar 94,11%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 7,85%. Peserta didik sudah menunjukkan peningkatan berdoa sesudah dan sebelum menjalankan sesuatu, memberikan salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut, dan menjaga hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Sikap sosial peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 86,08% sedangkan pada siklus II sebesar 94,52%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 8,44%. Peserta didik sudah menunjukkan sikap kreatif, tanggung jawab, santun, percaya diri, dan gotong royong.

Hasil tes keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 73,79 dalam kategori cukup, sedangkan pada siklus II sebesar 83,52% dalam kategori baik. Hal tersebut menujukkan adanya peningkatan sebesar 9,73%.

(4)
(5)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan ke sidang panitia ujian skripsi bahasa dan sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Semarang, Januari 2015

Pembimbing,

(6)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

hari : tanggal :

Panitia Ujian Skripsi, Ketua, Sekretaris,

Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd. Ahmad Syaifudin, S.S., M.Pd.

NIP 1968121993031003 NIP 198405022008121005

Penguji I,

Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP 196506121994121001

Penguji II, Penguji III,

Mulyono, S.Pd., M.Hum. Uum Qomariyah, S.Pd., M.Hum.

(7)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Januari 2015 Penulis,

(8)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah : 286)

2. Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu, jangan pernah mencoba menyerah, dan jangan pernah menyerah untuk mencoba. Jangan katakan pada Allah aku mempunyai masalah yang besar, tapi katakan kepada masalah bahwa aku punya Allah Yang Maha Besar. (Ali bin Abi Thalib)

Persembahan :

1. Bapak dan ibu yang tidak pernah lelah mendoakanku dan memberikan semangat dalam setiap langkahku.

2. Kakakku, Noor Achmad Fitri yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

3. Adikku Agus Irfan Maulana dan Mukhtar Syafa’at 4. Teman-temanku tercinta

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis kepada Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘’Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Media Amplop Bergambar pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus.’’

Penulis menyadari bahwa skripsi ini disusun bukan atas kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Uum Qomariyah, S.Pd.,M.Hum., yang telah membimbing penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang; 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakutas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini;

(10)

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membagikan ilmunya kepada penulis;

5. Bapak Sujarwo, S.Pd.,M.Or., kepala SMP Negeri 2 Kudus, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian;

6. Sri Prasojo Retno Wulandari, S.Pd., guru bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Kudus yang telah membimbing dan memberikan masukan selama peneliti melaksanakan penelitian;

7. Siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus yang bersedia belajar bersama peneliti;

8. Bapak dan ibu yang telah memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Sahabat-sahabatku, teman-teman seperjuangan PBSI 2010, yang memberi motivasi pada peneliti;

10.Semua pihak yang telah membantu peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti berharap, hal yang baik dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca.

Semarang, Januari 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SARI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PENGESAHAN KELULUSAN ... vi

PERNYATAAN ... vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.2 Landasan Teoretis ... 15

(12)

2.2.3 Puisi ... 18

2.2.5.1 Hakikat Media Pembelajaran ... 33

2.2.5.2 Manfaat Media Pembelajaran ... 34

2.2.5.3 Hakikat Media Amplop Bergambar ... 37

2.2.6 Hakikat Sikap Religius dan Sikap Sosial ... 41

2.2.6.1 Sikap Religius ... 41

2.2.6.2 Sikap Sosial ... 41

2.2.7 Penerapan Model NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Media Amplop Bergambar dalam Pembelajaran Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi ... 42

(13)

3.1.2.3 Observasi Siklus II... 61

3.1.2.4 Refleksi Siklus II ... 61

3.2 Subjek Penelitian ... 62

3.3 Variabel Penelitian ... 63

3.3.1 Variabel Proses ... 63

3.3.2 Variabel Pengetahuan ... 63

3.3.3 Variabel Sikap Religius………... 64

3.3.4 Variabel Sikap Sosial... 64

3.3.5 Variabel Keterampilan ... 64

3.4 Instrumen Penelitian ... 65

3.5.3 Teknik Pengamatan atau Observasi ... 75

3.5.2.1 Teknik Wawancara ... 76

3.5.2.2 Teknik Jurnal ... 77

3.5.2.3 Teknik Dokumentasi... 77

3.6 Teknik Analisis Data ... 78

3.6.1 Teknik Kuantitatif... 78

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 80 4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 81 4.1.1.1 Hasil Penelitian Proses Pembelajaran Menyusun Teks

Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model

NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Media

Amplop Bergambar Siklus I ... 82 4.1.1.1.1 Hasil Penelitian Keantusiasan Siswa di dalam Proses Pembelajaran

Siklus I ... 84 4.1.1.1.2 Hasil penelitian Kekondusifan Siswa di dalam

Kelompok Mengidentifikasi Hakikat, dan

Unsur-Unsur Pembangun Puisi Siklus I ... 86 4.1.1.1.3 Hasil Penelitian Keaktifan Siswa di dalam Kelompok

di dalam Mengidentifikasi Hakikat, dan

Unsur-Unsur Pembangun Puisi Siklus I ... 87 4.1.1.1.4 Hasil Penelitian Keintensifan Siswa di dalam Kelompok

Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Siklus I ... 88 4.1.1.1.5 Hasil Penelitian Keefektifan Kegiatan Refleksi pada

Akhir PembelajaranSehingga Siswa Mengetahui Kekurangan

dan Tindakan yang Akan Dilakukan Selanjutnya ... 90 4.1.1.2 Hasil Tes Pengetahuan Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus Siklus I ... 92 4.1.1.2.1 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menjelaskan Hakikat Teks Hasil

Observasi Siklus I ... 93 4.1.1.2.2 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menjelaskan Ciri-Ciri

Teks Hasil Observasi Siklus I ... 93 4.1.1.2.3 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menjelaskan Pengertian

(15)

Pembangun Puisi Siklus I ... 96 4.1.1.3 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Religius Menghargai dan

Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia Sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa Sebagai Sarana Menyajikan Informasi Tulis dalam Pembelajaran Menyusun Teks Hasil Observasi dalamBentuk Puisi Menggunakan Model NHT

(Numbered Heads Together) Berbantuan Media Amplop

Bergambar Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus Siklus I .. 97 4.1.1.4 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Sosial Kreatif, Tanggung

Jawab Santun, Percaya Diri, dan Gotong Royong

dalam Pembelajaran Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT

(Numbered Heads Together) Berbantuan Media Amplop

Bergambar pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus

Siklus I ... 99 4.1.1.4.1 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Kreatif Siklus I ... 100 4.1.1.4.2 Hasil Penelitian Perubahan Perilaku Sikap Tanggung Jawab

Siklus I ... 102 4.1.1.4.3 Hasil Penelitian Perubahan Perilaku Sikap Santun Siklus I ... 103 4.1.1.4.4 Hasil Penelitian Perubahan Perilaku Sikap Percaya Diri Siklus I ... 104 4.1.1.4.5 Hasil Penelitian Perubahan Perilaku Sikap Gotong Royong

Siklus I ... 105 4.1.1.5 Hasil Penelitian Peningkatan Keterampilan Menyusun

Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Heads Together)

Berbantuan Media AmplopBergambar Siklus I ... 106 4.1.1.5.1 Hasil Penelitian Menyusun Teks hasil Observasi dalam

(16)

4.1.1.5.2 Hasil Penelitian Menyusun Teks Hasil Observasi dalam

Bentuk Puisi Aspek Kelengkapan Data Hasil Observasi Siklus I ... 108 4.1.1.5.3 Hasil Penelitian Tes Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Aspek Pengimajian Siklus I ... 109 4.1.1.5.4 Hasil Penelitian Tes Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Aspek Diksi Siklus I ... 110 4.1.1.6 Refleksi Siklus I ... 111 4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 114 4.1.2.1 Hasil Penelitian Proses Pembelajaran Menyusun Teks

Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Media

Amplop Bergambar Siklus II ... 115 4.1.1.2.1 Hasil Penelitian Keantusiasan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Siklus II ... 117 4.1.1.2.2 Hasil Penelitian Kekondusifan Siswa di dalam

Kelompok Mengidentifikasi Hakikat, dan

Unsur-Unsur Pembangun Puisi Siklus II ... 119 4.1.2.1.3 Hasil Penelitian Keaktifan Siswa di dalam Kelompok di dalam

Mengidentifikasi Hakikat, dan Unsur-Unsur Pembangun

Puisi Siklus II ... 120 4.1.2.1.4 Hasil Penelitian Keintensifan Siswa Menyusun

Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Siklus II ... 122 4.1.2.1.5 Keefektifan Kegiatan Refleksi pada Akhir Pembelajaran

Sehingga Siswa Mengetahui Kekurangan Siklus II ... 123 4.1.2.2 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menyusun Teks Hasil Observasi

Dalam Bantuk Puisi Siklus II ... 125 4.1.2.2.1 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menjelaskan Hakikat

(17)

4.1.2.2.2 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menjelaskan

Ciri-Ciri Teks Hasil Observasi Siklus I ... 127

4.1.2.2.3 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menjelaskan Pengertian Puisi Siklus II ... 128

4.1.2.2.4 Hasil Tes Pengetahuan Mengidentifikasi Unsur-Unsur Pembangun Puisi Siklus II ... 129

4.1.2.3 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Religius Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia Sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa SebagaiSarana Menyajikan Informasi Tulis dalam Pembelajaran Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Menggunakan Model NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Media Amplop Bergambar Siklus II ... 130

4.1.2.4 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Sosial Kreatif, Tanggung Jawab, Santun, Percaya Diri, dan Gotong Royong dalam Pembelajaran Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Media Amplop Bergambar Siklus II ... 132

4.1.2.4.1 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Kreatif Siswa Siklus II ... 134

4.1.2.4.2 Hasil Penelitian Perubaan Sikap Tanggung Jawab Siklus II ... 135

4.1.2.4.3 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Santun Siklus II ... 137

4.1.2.4.4 Hasil Penelitian Perubahan Perilaku Sikap Percaya Diri Siklus II .... 138

4.1.2.4.5 Hasil Penelitian Perubahan Perilaku Sikap Gotong Royong Siklus II ... 139 4.1.2.5 Hasil Penelitian Peningkatan Keterampilan Menyusun

(18)

4.1.2.5.1 Hasil Penelitian Tes Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Aspek Keakuratan Pengamatan Hasil Observasi Siklus II ... 141 4.1.2.5.2 Hasil PenelitianTes Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Aspek Kelengkapan Data Hasil Observasi

Siklus II ... 142 4.1.2.5.3 Hasil Penelitian Tes Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Aspek Pengimajian ... 143 4.1.2.5.4 Hasil Penelitian Tes Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Aspek Diksi Siklus II ... 144 4.1.2.6 Refleksi Siklus II ... 145 4.2 Pembahasan ... 147 4.2.1 Hasil Penelitian Perubahan Proses Pembelajaran

Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT

(Numbered Heads Together) Berbantuan MediaAmplop

Bergambar Siklus I dan Siklus II ... 148 4.2.2 Hasil Penelitian Tes Pengetahuan Menyusun Teks Hasil Observasi

dalam Bentuk Puisi Siklus I dan Siklus II ... 152 4.2.3 Hasil Penelitian Sikap Religius Menghargai dan Mensyukuri

Keberadaan Bahasa Indonesia Sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa Sebagai Sarana Menyajikan Informasi Tulis dalam Pembelajaran Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Menggunakan Model NHT

(Numbered Head Together) Berbantuan Media Amplop Bergambar

Siklus I dan Siklus II ... 153 4.2.4 Hasil Penelitian Perubahan Sikap Sosial Kreatif, Tanggung Jawab,

(19)

dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Head Together)

Berbantuan Media Amplop Bergambar Siklus I dan Siklus II ... 155

4.2.5 Hasil Penelitian Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Head Together) Berbantuan Media Amplop Bergambar Siklus I dan Siklus II... 159

4.2.6 Keterkaitan Hasil Penelitian Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media Amplop bergambar... 162

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 166

5.2 Saran ... 168

DAFTAR PUSTAKA ... 170

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Kriteria Penilaian Pengetahuan Memahami Teks Hasil Observasi

dan Puisi ... 66

Tabel 2 Predikat Nilai Pengetahuan Berdasarkan Konversi Nilai ... 67

Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis ... 68

Tabel 4 Predikat Nilai Keterampilan Berdasarkan Konversi Nilai ... 69

Tabel 5 Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran ... 71

Tabel 6 Pedoman Penilaian Sikap Religius... 72

Tabel 7 Pedoman Penilaian Sikap Sosial ... 72

Tabel 8 Pedoman Penskoran Sikap Religius dan Sikap Sosial ... 73

Tabel 9 Proses Pembelajaran Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Siklus I ... 82

Tabel 10 Hasil Tes Pengetahuan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Siklus I ... 92

Tabel 11 Hasil Tes Pengetahuan Aspek Menjelaskan Hakikat Teks Hasil Observasi Siklus I ... 93

Tabel 12 Hasil Tes Pengetahuan Aspek Menjelaskan Ciri-Ciri Teks Hasil Observasi Siklus I ... 94

(21)

Tabel 14 Hasil Tes Pengetahuan Mengidentifikasi Unsur-Unsur

Pembangun Puisi Siklus I... 96

Tabel 15 Hasil Penilaian Sikap Religius Siklus I ... 97

Tabel 16 Hasil Nilai Konversi Sikap Religius Siklus I ... 98

Tabel 17 Hasil Penilaian Sikap Sosial Siklus I ... 99

Tabel 18 Hasil Penilaian Observasi Sikap Kreatif Siklus I ... 101

Tabel 19 Hasil Penilaian Sikap Tanggung Jawab Siklus I ... 102

Tabel 20 Hasil Penilaian Sikap Santun Siklus I ... 103

Tabel 21 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus I ... 104

Tabel 22 Hasil Penilaian Sikap Gotong Royong Siklus I ... 105

Tabel 23 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Siklus I ... 106

Tabel 24 Hasil Tes Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Aspek Keakuratan Pengamatan Hasil Observasi Siklus I ... 107

Tabel 25 Hasil Tes Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Aspek Kelengkapan Data Hasil Observasi Siklus I ... 109

Tabel 26 Hasil Tes Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Aspek Pengimajian Siklus I ... 110

(22)

Tabel 29 Hasil Tes Pengetahuan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam

Bentuk Puisi Siklus II ... 126 Tabel 30 Hasil Tes Pengetahuan Aspek Menjelaskan Hakikat Teks Hasil

Observasi Siklus II ... 127 Tabel 31 Hasil Tes Pengetahuan Menjelaskan Ciri-Ciri Teks Hasil obsevasi

Siklus II ... 128 Tabel 32 Hasil Tes Pengetahuan Mengidentifikasi Pengertian Puisi Siklus

II ... 129 Tabel 33 Hasil Tes Pengetahuan Mengidentifikasi Unsr-Unsur Pembangun

Puisi Siklus II ... 130 Tabel 34 Hasil Penilaian Sikap Religius Siklus II ... 131 Tabel 35 Hasil Nilai Konversi Sikap Religius Siklus II... 132 Tabel 36 Hasil Penilaian Sikap Sosial Siklus II ... 133 Tabel 37 Hasil Penilaian Observasi Sikap Kreatif Siklus II ... 134 Tabel 38 Penilaian Sikap Tanggung Jawab Siklus II ... 136 Tabel 39 Penilaian Sikap Santun Siklus II ... 137 Tabel 40 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus II... 138 Tabel 41 Hasil Penilaian Sikap Gotong Royong Siklus II ... 139 Tabel 42 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi dalam

(23)

Tabel 44 Hasil Tes Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi

Aspek Kelengkapan Data Hasil observasi Siklus II ... 142 Tabel 45 Hasil Tes Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi

Aspek Pengimajian Siklus II ... 143 Tabel 46 Hasil Tes Menyusun Teks Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi

Aspek Diksi Siklus II ... 144 Tabel 47 Proses Pembelajaran Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks

Hasil Observasi dalam Bentuk Puisi Siklus I dan Siklus II ... 149 Tabel 48 Perbandingan Hasil Tes Pengetahuan Siklus I dan Siklus II ... 152 Tabel 49 Perbandingan Tiap Aspek Hasil Tes Pengetahuan Siklus I dan

Siklus II ... 152 Tabel 50 Perbandingan Hasil Nilai Konversi Sikap Religius Siklus I dan

Siklus II ... 154 Tabel 51 Perbandingan Hasil Persentase Sikap Sosial Siklus I dan Siklus II . 155 Tabel 52 Perbandingan Hasil Nilai Konversi Sikap Sosial Siklus I dan

Siklus II ... 155 Tabel 53 Perbandingan Hasi Tes Keterampilan Siklus I dan Siklus II ... 159 Tabel 54 Perbandingan Hasil Tes Menyusun Teks Hasil Obsevasi dalam

Bentuk Puisi dengan Menggunakan Model NHT (Numbered

(24)

DAFTAR BAGAN

(25)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Pembelajaran yang Menunjukkan Keantusiasan Siswa

Siklus I ... 85 Gambar 2 Kekondusifan Siswa di dalam Kelompok Mengidentifikasi

Hakikat, dan Unsur-Unsur Pembangun Puisi Siklus I ... 87 Gambar 3 Keaktifan Siswa di dalam Kelompok Mengidentifikasi

Hakikat, dan Unsur-Unsur Pembangun Puisi Siklus I ... 88 Gambar 4 Keintensifan Siswa Menyusun Teks Hasil Observasi dalam

Bentuk Puisi Siklus I ... 89 Gambar 5 Proses Pembelajaran yang Menunjukkan Keantusiasan Siswa

Siklus II ... 118 Gambar 6 Proses Pembelajaran yang Menunjukkan Kekondusifan

Siswa di dalam Kelompok Siklus II ... 120 Gambar 7 Keaktifan Siswa di dalam Kelompok Mengidentifikasi

Hakikat, dan Unsur-Unsur Pembangun Puisi Siklus II ... 121 Gambar 8 Keintensifan Siswa dalam Kelompok Menyusun Teks Hasil

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

(27)
(28)

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berfokus pada pembelajaran berbasis teks.

Kurikulum 2013 fokus pada pembelajaran berbasis teks karena memiliki kelengkapan makna, pikiran, dan gagasan yang dikandung sehingga siswa diharap memiliki pengetahuan bahasa yang tinggi. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di dalam kurikulum 2013 yang berbasis teks, terdiri atas dua aspek pembahasan yaitu aspek sastra dan nonsastra. Akan tetapi, di dalam kurikulum 2013 lebih menekankan pada aspek nonsastra dan mengurangi pembelajaran sastra. Adapun, pembelajaran sastra yang dimasukkan di dalam kurikulum 2013 pada jenjang SMP hanya pembelajaran menyusun cerita pendek.

(29)
(30)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia yang mengajar di kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus, keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi siswa masih kurang memuaskan. Hal ini bisa terbukti dari hasil nilai yang diperoleh siswa memiliki nilai rata-rata 59 dalam ketegori kurang. Adapun standar ketuntasan minimal yaitu 78. Berkaitan dengan pengajaran sastra, keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus termasuk kategori kurang.

Beberapa masalah pokok yang dialami siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus dapat diidentifikasi dari proses pembelajaran, pengetahuan, sikap religius, sikap sosial, dan keterampilan terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut

(31)

puisi, akan tetapi apabila penyusunan teks hasil observasi dalam bentuk puisi di dalam kelas belum selesai, guru meminta siswa melanjutkan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi di rumah.

Kedua, pengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan materi

pembelajaran sudah cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang masih rendah sehingga membutuhkan perhatian agar dapat mencapai KKM sesuai yang diterapkan di sekolah. Ketiga, sikap religius siswa secara keseluruhan sudah baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa ketika berdoa ada yang bercanda dengan teman sebangkunya. Keempat, sikap sosial siswa sebagian besar sudah baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang menunjukkan sikap kurang baik. Kelima, keterampilam siswa di dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi masih memerlukan perhatian dan bimbingan dari guru karena siswa sulit menemukan ide dan susah menyusun kata-kata menjadi bait puisi.

(32)

Model NHT (Numbered Heads Together) merupakan pembelajaran kooperatif yang muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Model pembelajaran kooperatif, di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu (Trianto 2007:41). Adapun, selain menggunakan model NHT (Numbered Heads Togheter) juga menggunakan media amplop bergambar untuk memancing siswa di dalam menemukan ide yang akan ditulis menjadi bait-bait puisi.

Media amplop bergambar merupakan media berupa amplop yang di dalamnya berisi gambar. Menggunakan media gambar, siswa akan bersemangat dan tertarik dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Selain itu, dengan menggunakan media gambar dapat merangsang siswa dalam menemukan ide, karena siswa mengamati gambar tersebut secara berkelompok, sehingga dengan mengamati gambar tersebut secara bersama-sama, maka mereka dapat saling bertukar pikiran dan bisa menuliskan bait-bait puisi dari gambar yang mereka amati, sehingga mereka akan lebih mudah dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi berdasarkan hasil pengamatan dari gambar.

Oleh karena itu, peneliti mengambil judul ‘’peningkatan keterampilan

menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model

(33)

Peneliti berharap dengan model NHT (Numbered Heads Togheter) dan media amplop bergambar dapat meningkatkan kreatifitas siswa di dalam bidang sastra, terutama di dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi.

1.2Identifikasi Masalah

Permasalahan yang muncul pada pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dapat diidentifikasi dari proses pembelajaran, pengetahuan, sikap religius, sikap sosial, dan keterampilan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.

Faktor dari proses pembelajaran yaitu, keantusiasan siswa, kekondusifan siswa, keaktifan siswa, dan keintensifan siswa di dalam proses pembelajaran masih kurang memuaskan. Siswa kurang berminat dan malas karena strategi pembelajaran guru belum menarik perhatian siswa. Faktor dari guru ketika mengajar, guru hanya menyuruh siswa menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi yang sedang ada dipikiran mereka. Apabila menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi di sekolah belum selesai, guru menyuruh siswa melanjutkan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi di rumah. Selain itu, guru hanya memberi pengarahan tentang cara penyusunan teks hasil observasi dalam bentuk puisi, akan tetapi di dalam praktik menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi, guru kurang memerhatikannya.

(34)

beberapa siswa ketika berdoa masih bercanda dengan temannya. Faktor dari sikap sosial, keseluruhan siswa rata-rata sudah baik, akan tetapi ada beberapa siswa yang menunjukkan sikap kurang baik.

Faktor keterampilan yaitu, masih memerlukan perhatian dan bimbingan dari guru, karena siswa sulit dalam menemukan ide dan menyusun kata-kata menjadi bait puisi. Adapun, model dan media pembelajaran yang digunakan guru belum bisa menarik dan merangsang pikiran siswa. Oleh karena itu, model dan media pembelajaran juga sangat berpengaruh bagi siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti bermaksud melakukan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi yang dimasukkan dalam teks hasil observasi yaitu berupa menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan Model NHT

(Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar, diharapkan

dapat meningkatkan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus.

1.3Pembatasan Masalah

(35)

membantu siswa menemukan ide di dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Oleh karena itu, permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini dikhususkan pada upaya peningkatan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads

Together) berbantuan media amplop bergambar.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered

Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A

SMP Negeri 2 Kudus?

2. Bagaimana peningkatan pengetahuan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered

Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A

SMP Negeri 2 Kudus?

3. Bagaimana perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana sikap religius dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered

Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A

(36)

4. Bagaimana perubahan perilaku kreatif, tanggung jawab, dan santun sebagai wujud sikap sosial siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar?

5. Bagaimana peningkatan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai sebagai berikut.

1. Mendeskripsi proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT

(Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa

kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus.

2. Mendeskripsi peningkatan pengetahuan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered

Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A

SMP Negeri 2 Kudus.

(37)

religius dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered

Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A

SMP Negeri 2 Kudus.

4. Mendeskripsi perubahan perilaku kreatif, tanggung jawab, dan santun sebagai wujud sikap sosial siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus.

5. Mendeskripsi peningkatan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

(38)

siswa khususnya pembelajaran pokok bahasan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dapat di tingkatkan.

2. Manfaat Praktis

(39)

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas topik keterampilan menulis puisi yang relevan dengan penelitian ini yang dapat dijadikan tinjauan pustaka, diantaranya telah dilakukan oleh Hennessy (2010), Norton (2003), Nur (2010), Wulandari (2011), dan Prayitno (2013).

Hennessy (2010) dalam jurnal yang berjudul Poetry and Pedagogy: Exploring the Opportunity for Epistemological and Affective Development within

the Classroom. Berdasarkan jurnal tersebut, terdapat simpulan bahwa pedagogi dapat berpengaruh secara signifikan terhadap pengalaman belajar siswa. Terutama di dalam pembelajaran menulis puisi, siswa harus mengembangkan kesadaran tanggapan mereka sendiri, afektif, imajinatif dan intelektual. Jurnal tersebut juga membahas pentingnya peran guru di dalam proses pembelajaran dan menjelaskan bahwa strategi belajar mengajar memegang kunci sukses bagi siswa dalam pembelajaran menulis puisi.

(40)

Norton (2003) dalam jurnal internasional yang berjudul Poetry Appreciation. Jurnal internasional tersebut membahas tentang cara mengapresiasi puisi dan membahas tentang aspek penulisan puisi. Hasil penelitian tersebut, berisi beberapa cara dalam menulis puisi diantaranya yaitu, menulis puisi dengan menggunakan model gambar binatang yang disukai, menggunakan mimpi yang ingin dicapai siswa, menulis puisi tentang biografi mereka sendiri melalui menulis sebuah paragraf tentang diri sendiri kemudian dituliskan kedalam puisi, dan menggunakan gambar dari imajinasi siswa sendiri.

Relevansi penelitian yang dilakukan peneliti yaitu, tentang penulisan puisi. Pada penelitian ini, terdapat beberapa cara di dalam penulisan puisi, akan tetapi pada penelitian yang dilakukan peneliti yaitu dengan model NHT (Numbered

Heads Together) berbantuan media amplop bergambar.

Nur (2010) juga telah melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Kreatif Puisi Dengan Teknik Penemuan Kata Kunci

Berdasarkan Sinopsis Cerpen Siswa Kelas VII D SMP Negeri 13 Pekalongan.

(41)

perbedaannya yaitu media dan teknik yang digunakan yaitu menggunakan media sinopsis cerpen dan teknik penemuan kata kunci yang digunakan dalam menulis puisi.

Wulandari (2011) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas Dengan Pendekatan Menulis Bebas

Menggunakan Media Lagu Pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Welahan

Jepara. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa hasil tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Tindakan siklus I nilai rata-rata menulis puisi 59,26 dengan kategori kurang dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 74,42 termasuk kategori baik. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada keterampilan yang akan ditingkatkan yaitu keterampilan menulis puisi. Selain memiliki persamaan, penelitian ini juga memiliki perbedaan, yaitu pada teknik pembelajaran yang digunakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan menulis bebas, adapun penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model NHT (Numbered Heads Together).

Prayitno (2013) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Teknik Inkuiri dan Latihan

Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Boja. Membahas teknik

(42)

21,93%. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu keterampilan yang akan ditingkatkan, yaitu keterampilan menulis puisi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu teknik yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teknik inkuiri dan latihan terbimbing, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model NHT (Numbered Heads Together).

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, dapat diketahui bahwa keterampilan menulis puisi dapat ditingkatkan melalui teknik penemuan kata kunci, pendekatan menulis bebas, teknik inkuiri dan latihan terbimbing. Meskipun demikian, penelitian mengenai keterampilan menulis puisi menggunakan model

NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar belum

pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengembangkan dan melengkapi penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis puisi. Peneliti melakukan penelitian keterampilan menulis puisi dengan model NHT (Numbered

Heads Together) berbantuan media amplop bergambar dapat mempermudah siswa

di dalam menulis puisi.

2.2 Landasan Teoretis

Landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, 1) keterampilan menyusun, 2) hakikat teks hasil observasi, 3) puisi, 4) model NHT

(Numbered Heads Together), 5) media amplop bergambar, 6) hakikat sikap religi

(43)

puisi dengan model NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media amplop bergambar.

2.2.1 Hakikat Menyusun

Kompetensi yang harus dikuasai siswa di dalam kurikulum 2013 mencakup sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Salah satu kompetensi dasar dalam kompetensi inti yang berhubungan dengan ranah keterampilan dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 merupakan keterampilan menyusun teks yang terdapat dalam kompetensi dasar 4.2 menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan hal tersebut, di dalam kurikulum 2013 menyusun dapat dikategorikan menjadi dua yaitu menyusun secara lisan maupun menyusun secara tertulis. Menyusun yang digunakan pada penelitian ini adalah menyusun secara tertulis atau menulis, karena di dalam penelitian ini siswa menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi secara tertulis.

(44)

Subana (2011:231) menyatakan menulis atau mengarang merupakan kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan 2008:3-4). Adapun Nuruddin (2010:4) menyatakan menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak. Proses menulis adalah suatu upaya untuk mewariskan dan meneruskan ide atau gagasan kepada generasi selanjutnya agar ide tersebut terpelihara dan tetap hidup (Kartono 2009:17).

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, menulis merupakan proses pengungkapan ide, gagasan dalam bentuk tulisan agar mudah dipahami oleh pembaca. Melalui menulis, ide dan gagasan seorang penulis dapat dipahami dan dibaca oleh pembaca baik sebagai hiburan maupun sebagai pengetahuan.

2.2.2 Hakikat Teks Laporan Hasil Observasi

(45)

(2013:49) bertujuan memberikan pengetahuan atau informasi yang sejelas-jelasnya kepada pembaca. Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) menyajikan fakta-fakta tentang keadaan peristiwa, tempat, benda, dan orang. 2) menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks laporan hasil observasi merupakan teks yang ditulis berdasarkan fakta-fakta dari hasil pengamatan atau observasi. Oleh karena itu, teks laporan hasil observasi bertujuan untuk menambah pengetahuan atau informasi kepada pembaca.

2.2.3 Puisi

Teori tentang puisi terdiri atas hakikat puisi, dan unsur-unsur puisi. 2.2.3.1 Hakikat puisi

(46)

karangan atau tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estesis. (Jalil 1985:13)

Suharianto (2009:13) berpendapat bahwa puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair mengenai kehidupan. Istilah kehidupan dimaksudkan adalah segala yang terdapat diantara langit dan bumi, berupa pemandangan alam, peristiwa atau kejadian, dan segala bentuk makhluk ciptaan-Nya. Adapun menurut Aminuddin (1995:134) puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.

Menurut Pradopo (2002:7) puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama. Menurut Waluyo (dalam aAlfiah 2009:22) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Puisi sebagai jenis sastra memiliki susunan bahasa yang relatif lebih padat. Pemilihan kata atau diksi dalam penciptaan puisi dapat dikatakan sangat ketat. Kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari berbagai segi : makna, kekuatan citraan, rima, dan jangkauan simboliknya (Sumardi 1997:3).

(47)

memiliki banyak makna. Melalui puisi, seseorang penyair dapat menuangkan ide dan gagasannya sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

2.2.3.2 Unsur-Unsur Puisi

Menurut Waluyo (dalam Kosasih 2012 : 97-108) secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik yang terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), rima, tata wajah (tipografi). Struktur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada, dan suasana, amanat.

2.2.3.2.1 Unsur Fisik

Waluyo (dalam Jabrohim 2003:34) berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Unsur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, bahas figuratif (majas), versifikasi (rima,ritma,metrum), tipografi.

1. Diksi

Keraf (Jabrohim 2003:35) berpendapat bahwa diksi adalah pemilihan kata. Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan kosa kata.

(48)

dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan pilihan kata yang digunakan di dalam penulisan puisi. Diksi memiliki peran yang penting. Puisi akan terlihat indah apabila penulis menggunakan diksi yang tepat. 2. Pengimajian

Menurut Waluyo (dalam Kosasih 2012:100) pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Adanya daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah : 1) mendengar suara (imajinasi auditif), 2) melihat benda-benda, 3) meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil).

(49)

sesuatu. Pengimajian untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran- gambaran angan (Jabrohim 2003:36).

Pengimajian itu menggunakan kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil). Imaji visual menampilkan kata-kata yang menyebabkan gambaran lebih jelas seperti dapat dilihat oleh pembaca. Imaji auditif (pendengaran) adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair. Imaji taktil (perasaan) adalah penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu memengaruhi sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya. (Alfiah 2009:25). Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pengimajian merupakan ungkapan berupa gambaran khayalan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Berdasarkan imajinasi, sebuah puisi akan terlihat hidup ketika puisi tersebut dapat menggambarkan suasana yang konkrit seperti imajinasi auditif (mendengar suara), melihat benda, dan meraba benda-benda (imajinasi taktil).

3. Kata konkret

(50)

berusaha mengonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkrit atau diperjelas, jika penyair mahir memperkonkrit kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair (Kosasih 2012:103).

Menurut Waluyo (dalam Jabrohim 2003:41) mengatakan bahwa dengan kata yang diperkonkrit, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Oleh karena itu, hubungannya dengan pengimajinasian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata konkret merupakan kata yang digunakan untuk memperjelas suatu gambaran yang ada di dalam puisi. Kata konkrit berkaitan dengan pengimajian yaitu kata konkret merupakan kata yang digunakan untuk memperjelas pengimajinasian agar seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar, dan merasakan suasana yang ada di dalam puisi.

4. Bahasa figuratif (majas)

(51)

Menurut Kosasih (2012:104) majas (figurative language) adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif (majas) merupakan bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan makna suatu kata, akan tetapi menggunakan bahasa yang dikiaskan untuk memperindah puisi agar terlihat menarik untuk dibaca. Seorang penyair menggunakan majas karena dapat memperindah puisi.

5. Versifikasi (rima,ritma)

Menurut Jabrohim (2003:54) rima meliputi aliterasi atau perulangan bunyi konsonan, asonansi atau perulangan bunyi vokal, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berulang, sajak penuh, intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi. Adapun ritma atau irama yaitu pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur.

(52)

yang menciptakan keindahan. Irama juga berarti pergantian keras lembut, tinggi rendah, atau panjang pendek kata secara berulang ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi (Waluyo 2002:12).

6. Tata Wajah (Tipografi)

Menurut Kosasih (2012:104) tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik- larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait.

Berdasarkan uraian di atas, tipografi merupakan tata wajah berupa susunan baris maupun bait yang ada di dalam puisi. Di dalam penulisan puisi, seorang penyair memiliki ciri maupun bentuk yang berbeda-beda di dalam menuliskan puisi sesuai dengan keinginan penyair.

2.2.3.2.2 Unsur Batin Puisi

Menurut Waluyo (2002:17) bahwa struktur batin puisi merupakan yang hendak diungkapkan oleh penyair melalui puisinya. Unsur batin puisi yaitu tema, perasaan, nada, suasana, amanat.

1. Tema

Waluyo (2002:17) berpendapat bahwa tema adalah gagasan pokok

(subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema

(53)

kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes (Djojosuroto 2005:24).

Menurut Waluyo (dalam Kosasih 2012:105) secara umum, tema-tema dalam puisi dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tema Ketuhanan

Puisi-puisi dengan tema ketuhanan biasanya akan menunjukkan religious experience atau pengalaman religi penyair.

b. Tema kemanusiaan

Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.

c. Tema patriotisme/kebangsaan

Puisi bertema ini berisikan gelora dan perasaan cinta penyair akan bangsa dan tanah airnya. Puisi ini mungkin pula melukiskan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

d. Tema kedaulatan rakyat

Dalam puisinya, penyair mengungkapkan sensitivitas dan perasaannya untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menentang sikap kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa.

e. Tema keadilan sosial

(54)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair di dalam puisinya. Seorang pembaca akan mengetahui tema puisi ketika sudah membaca judul maupun isi dari puisi tersebut. Tema juga merupakan acuan yang digunakan penyair ketika hendak menulis puisi karena tema dapat membantu menentukan puisi yang akan dibuat. 2. Perasaan

Puisi merupakan ungkapan perasaan dari penyair. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui perasaan penyair yaitu dengan cara membaca puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal (Waluyo 2002:39-40).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perasaan merupakan isi jiwa dari penyair. Pembaca dapat mengetahui perasaan penyair yaitu perasaan sedih, senang, takut, gelisah, ketika sudah membaca puisi tersebut.

3. Nada

Menurut Jabrohim (2003:66) nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bisa jadi ia bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Berdasarkan uraian di atas, nada merupakan sikap penyair yang ada di dalam puisi yang akan disampaikan kepada pembaca.

4. Suasana

(55)

terhadap jiwa pembaca. Suasana sebuah puisi akan membawa akibat psikologis bagi pembacanya. Akibat psikologis ini terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi (Jabrohim 2003:66).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Misalnya puisi suasana duka, maka pembaca akan merasakan suasana iba setelah membaca puisi tersebut.

5. Amanat

Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca setelah membaca puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair (Waluyo 2002:40).

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair, secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan (Kosasih 2012:109).

(56)

2.2.4 Model NHT (Numbered Heads Together)

Menurut Trianto (2007:5) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Adapun menurut Soekamto (dalam Trianto 2007:5) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Chauhan (dalam Subana 2011:16) model pembelajaran adalah pola proses belajar mengajar yang menggambarkan proses penentuan dan penciptaan situasi khusus yang dapat menyebabkan siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Model pengajaran merupakan pedoman bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Dalam model pembelajaran, dikemukakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Isi dari model pengajaran adalah kerangka pengajaran yang luas yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Dengan demikian, pengajaran menjadi suatu yang ilmiah, terkontrol dan terarah pada tujuan (Subana 2011:17).

(57)

sebagai pedoman di dalam proses belajar mengajar di kelas untuk mempermudah guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswanya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran untuk mempermudah guru di dalam menyampaikan materinya. Di dalam penggunaan model pembelajaran, peneliti menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) untuk mempermudah guru menyampaikan materi, terutama di dalam pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi.

Model NHT (Numbered Heads Together) merupakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Model pembelajaran kooperatif, di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu (Trianto 2007:41).

Menurut Kagen (dalam Trianto 2007:62) Model pembelajaran NHT

(Numbered Heads Together) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model NHT

(Numbered Heads Together) merupakan pembelajaran kooperatif yang

(58)

dasarnya, NHT (Numbered Heads Together) merupakan varian dari diskusi kelompok. Tujuan dari NHT (Numbered Heads Together) adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda 2013:203).

Berdasarkan perdapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model NHT (Numbered Heads Together) merupakan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran dengan cara siswa berdiskusi di dalam kelompok untuk memecahkan masalah. Model NHT (Numbered Heads Together) merupakan model pembelajaran dengan cara siswa membuat kelompok kecil antara 4-6 siswa, akan tetapi tiap-tiap siswa di dalam kelompok memiliki materi yang berbeda-beda dari kelompoknya sesuai dengan nomor masing-masing siswa. Akan tetapi dengan adanya materi yang berbeda-beda siswa akan lebih banyak memiliki pengetahuan karena di dalam kelompok mereka saling membantu, saling bertukar pikiran dan memecahkan persoalan secara bersama-sama.

Menurut Trianto (2007:62) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Humbered Heads Together) :

1. Fase 1 : Penomoran

Fase ini guru membagi siswa ke dalam 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

2. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

(59)

3. Fase 3 : Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tipa anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Menurut Suyatno (2009:53) langkah-langkah model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) adalah sebagai berikut :

1. Mengarahkan.

2. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu.

3. Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas.

5. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa. 6. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.

(60)

2.2.5 Media Amplop Bergambar

Teori media amplop bergambar terdiri atas hakikat media pembelajaran, manfaat media pembelajaran, dan hakikat media amplop bergambar.

2.2.5.1 Hakikat Media Pembelajaran

Menurut Djamarah (2006:120) kata ‘’media’’ berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ‘’medium’’, yang secara harfiah berarti

perantara atau pengantar. Menurut Briggs (dalam Sadiman 2009:6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Adapun menurut Santoso (dalam Subana 2011:287) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima. Media pendidikan adalah media yang penggunaanya diitegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar. Adapun menurut Remiszewski (dalam Subana 2011:289) pengertian media yaitu pembawa pesan (dapat berupa orang/benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan ialah siswa. Melalui inderanya, siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan kombinasi dari beberapa inderanya sehingga mampu menerima pesan secara lebih lengkap.

(61)

2.2.5.2 Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Subana (2011:300) manfaat media pembelajaran : 1. menarik perhatian siswa,

2. mengurangi bahkan menghilangkan verbalisme,

3. membantu siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, 4. membatasi keterbatasan ruang, waktu, dan lingkungan, 5. terjadi kontak langsung antara siswa dan guru,

6. mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan latar belakang ekonomi siswa.

Menurut Subana (2011:287-288) manfaat media dilihat dari beberapa segi adalah sebagai berikut.

1. Ditinjau dari segi isi (content) ide atau pesan yang diajarkan, kegunaan media adalah menyajikan hal-hal yang secara biasa tidak dapat disajikan karena berbagai sebab, misalnya terlalu luas, besar, sempit, kecil, berbahaya, kompleks, sudah lampau atau belum terjadi, dan hanya dapat diperlihatkan dalam keadaan bergerak.

2. Ditinjau dari jumlah penerimaannya (siswa, publik, dan sebagainya), media bermanfaat untuk menghubungi orang banyak jauh lebih banyak daripada disebarkan tanpa media.

(62)

4. Hubungan dengan unsur psikologis dari penerima. Media yang baik dapat menambah kesan dramatik atau realistic sehingga orang yang menerimanya lebih menaruh perhatian, lebih percaya, atau lebih tergetar emosinya.

Manfaat media lebih tampak kepentingannya bagi perkembangan sosial dan kultural jika kita menghubungkannya dengan berbagai problema pendidikan sekarang, seperti :

a. pengetahuan b. usia sekolah

c. kurangnya jumlah tenaga ahli, dan sebagainya.

Menurut Sadiman (2009:17-18) media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut.

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti :

a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model;

b. Objek yang kecil, dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high speed photography;

(63)

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram;

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasai dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk : a. Menimbulkan kegairahan belajar;

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semua itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dala:

(64)

2.2.5.3 Hakikat Media Amplop Bergambar

Media Amplop bergambar merupakan media berupa amplop yang di dalamnya berisi gambar yang akan digunakan sebagai media untuk menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi bagi siswa. Guru dapat menggunakan gambar untuk memberi gambaran tentang sesuatu sehingga penjelasannya lebih konkret daripada bila diuraikan dengan kata-kata. Menurut Sulaiman (dalam Alfiah 2009:17) mengklasifikasikan gambar ke dalam alat-alat yang dapat diperlihatkan rupa dan bentuk. Menurut Sadiman (2009:29) gambar merupakan media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.

Beberapa kelebihan media gambar menurut Sadiman (2009:29-31) diantaranya yaitu :

a. Sifatnya konkret, gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Oleh kareana itu, gambar dapat mengatasi hal tersebut.

(65)

d. Gambar/foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman.

e. Gambar/foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Menurut Sadiman (2009:31-33) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan.

1. Autentik

Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

2. Sederhana

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

3. Ukuran relatif

Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya. 4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik

tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktifitas tertentu.

(66)

6. Tidak semua gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagaimana media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Menurut Rohani (1997:76) gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Sehingga dengan menggunakan gambar, peserta didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Menurut Hamalik (dalam Alfiah 2009:20-21) gambar merupakan salah satu alat yang penting bagi pembelajaran di kelas, agar tujuan pembelajaran berhasil dengan baik, gambar yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kriteria pemilihan gambar menurut Hamalik adalah sebagai berikut :

1. Keaslian Gambar

Gambar yang dipilih menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda sesungguhnya.

2. Kesedarhanaan

Gambar yang dipilih sederhana dalam warna, menumbuhkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis, dan mengandung nilai praktis.

3. Bentuk Item

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penilaian Pengetahuan Memahami Teks Hasil Observasi
Tabel 2. Predikat Nilai Pengetahuan Berdasarkan Konversi Nilai
Tabel 3. Pedoman Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Hasil Observasi
Tabel 4. Predikat Nilai Keterampilan Berdasarkan Konversi Nilai
+3

Referensi

Dokumen terkait

- Mensyukuri dan tunduk atas keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kemantapan kedudukan, fungsi, dan kaidah bahasa

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan rahmatNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul

Segala puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Efektifitas Model

- Memahami, mensyukuri, dan tunduk atas keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kemantapan kedudukan, fungsi, dan kaidah

Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Sunda sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dalam memahami dan menyajikan pidato, berita, bahasan, diskusi, wacana, carpon,

Puji syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir

keberadaan bahasa daerah Bali sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk melestarikan bahasa dan budaya Bali di tengah keberagaman bahasa dan budaya Indonesia.. 1.2 Menghargai