Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Alfani Roosy Andinni NIM: 1110051000069
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan ini saya nyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Juli 2014
i
Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat
Masuknya anak didik pemasyarakatan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A tentu dikarenakan mereka telah melakukan kejahatan. Ibadah shalat merupakan kewajiban setiap umat Islam dan dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Menentukan strategi adalah hal yang sangat penting bagi pembina rohani Islam dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam ketika membina anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat yang mencakup perumusan, penerapan, evaluasinya berikut dengan hasil dari strategi.
Teori yang digunakan adalah teori komunikasi dan strategi dakwah yang mencakup teori persuasi, keputusan inovasi, proses adopsi, peranan komunikator, proses inovasi dan adopsi. Sebagai teori pendukung, teori pembelajaran sosial digunakan untuk melihat atensi, reduksi, produksi dan motivasi anak didik pemasyarakatan pada strategi yang diterapkan oleh pembina rohani Islam. Dengan begitu, teori-teori tersebut dapat menjadi acuan peneliti untuk menganalisis strategi dan hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Desktiptif Analisis dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian setelah mendapatkan data dalam bentuk hasil catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi, data yang ada dianalisis berdasarkan teori-teori pendukung.
ii
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil’alaamiin. Syukur
tiada henti atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada saya, baik itu
nikmat sehat, nikmat umur, nikmat harta, nikmat perjuangan, serta berbagai
nikmat lain yang diberikan-Nya dalam menghantarkan saya pada kebahagiaan
menyelesaikan penelitian ini. Meskipun saya menyadari sepenuhnya, skripsi ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun, saya terus
berusaha untuk membuatnya dengan baik.
Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan
banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah saya mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A selalu Rektor Universitas Islam Negeri,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Rachmat Baihaky, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
FIDKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Fita Fatkhurohmah, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam FIDKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Papah “H.Muniruddin”, Mamah “Hj.Nuniek Dwi Estuning”. Alhamdulillah,
aku bersyukur telah dilahirkan kedunia. Syukur yang tiada henti karena telah
iii
terhingga. Terima kasih Pah Mah, terima kasih... terima kasih… Suatu saat
aku pasti buktikan, aku bisa berdiri tegak dengan kedua kakiku sendiri,
bermodalkan “pancing” yang kalian berikan. Semoga Allah selalu
memberkahi setiap langkah dan umur Papah Mamah.
6. Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku pembimbing skripsi peneliti yang tanpa
beliau mungkin skripsi ini hanya menjadi setumpuk kertas yang tidak
berharga. Betapa beliau sungguh bersabar, rendah hati, terbuka, mendidik
peneliti dengan baik, membimbing dengan bijaksana, memberikan segudang
ilmunya, menyediakan waktunya, memberikan peneliti kesempatan untuk
mencoba hal-hal baru, dan segala halnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk Bapak,
seperti Bapak memberikannya kepada saya. Sukses selalu untuk Bapak.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi umumnya dan
khususnya dosen dan staff pengajar pada jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam. Juga kepada Civitas Akademika FIDKOM yang telah berbagi ilmu
pengetahuan dan pengalaman selama saya menuntut ilmu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Bapak
Rachmad Mintarja, Amd.IP,S.Sos,M.Si beserta staf-stafnya yang telah
iv
9. Pembina rohani Islam Bapak Muhamad Danil, S.H. Terima kasih karena telah
bersedia memberikan data yang saya perlukan untuk penelitian skripsi ini. Dan
Bapak Ilham yang dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dan
memberikan saya kesempatan untuk mencoba dan mengamati setiap kegiatan
pembinaan Rohani Islam.
10. Iskandar, Spd.I. Terima kasih karena telah membagi banyak ilmunya kepada
saya dan dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Terima kasih,
sukses selalu untuk bang Iskandar.
11. Ahmad Fahruddin Riyanto, S.Kom yang setia mendampingi, memberikan
semangat dan dukungan dalam hal apapun. Semoga akan tetap selalu, Aamiin.
12. Untuk sahabat-sahabat tercinta Indah, Arum, Sinta, Noor, Pipit, Anita, Eva.
Sukses selalu untuk kita semua, untuk setiap impian kita. “Manjadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti dapat” Kalimat sederhana tetapi memiliki arti yang besar.
13. Kawan-kawan KPI C angkatan 2010 dan KKN ANJAS. KPI C 2010, yang
selama hampir empat tahun kita disatukan dalam kelas untuk belajar bersama.
Masa-masa seperti ini yang nantinya pasti akan aku rindukan sebagai
kenangan terindah. KKN ANJAS, satu bulan tinggal bersama kalian adalah
pengalaman yang berharga yang indahnya begitu membekas dihatiku.
14. Keluarga besar Jurnalistik Televisi (JTV) FIDKOM, Himpunan Mahasiswa
v
15. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima
kasih banyak sudah membantu penyusunan skripsi ini.
Sebagaimana telah saya ungkapkan di atas, bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun, agar dapat menjadikan saya lebih baik di masa yang akan
datang. Saya akan menerimanya dengan lapang dada dan ucapan terima kasih.
Dengan demikian skripsi ini ssaya buat sebaik-baiknya, semoga dapat
membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya terutama dalam
memajukan bidang Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 04 Juli 2014
Alfani Roosy Andinni
vi
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Tinjauan Pustaka... 11
E. Metodelogi Penelitian ... 13
F. Sistematika Penulisan ... 23
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Strategi ... 25
B. Tahapan Strategi... 27
C. Pengertian Pembina Rohani Islam ... 28
D. Pengertian Peningkatan Ibadah Shalat ... 31
E. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah ... 35
F. Teori Pembelajaran Sosial... 39
G. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan... 42
vii
KLAS IIA SALEMBA
A. Hakikat Kriminalitas/Kejahatan ... 50
B. Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Tempat Membina Pelaku Tindak Kriminal/Kejahatan... 52
C. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat... 55
D. Visi, Misi, dan Motto ... 57
E. Pelayanan dan Program Unggulan ... 58
F. Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba... 59
G. Program Pembinaan ... 62
H. Situasi Pengamanan Lapas Klas IIA Salemba ... 70
I. Struktur Pejabat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba 74 BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ... 76
1. Perumusan Strategi Pembina Rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ... 80
[image:11.595.99.512.197.699.2]viii
B. Hasil Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan
Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ... 104
1. Kegiatan Pengajian... 105
2. Kegiatan Pembinaan Karakter... 114
C. Interpretasi ... 130
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 134
B. Saran... 120
DAFTAR PUSTAKA... 122
ix
Tabel 1 Kegiatan-kegiatan Pembinaan Rohani Islam ... 77
Tabel 2 Perumusan Strategi Kegiatan Pengajian ... 80
Tabel 3 Perumusan Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter ... 83
Tabel 4 Penerapan Strategi Kegiatan Pengajian ... 86
Tabel 5 Penerapan Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter Islam ... 94
Tabel 6 Evalusasi Strategi Kegiatan Pengajian... 101
Tabel 7 Evalusia Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter ... 103
Tabel 8 Hasil Strategi Pembinaan Rohani Islam ... 105
Tabel 9 Hasil Kegiatan Baca Tulis Iqra dan A-Quran ... 107
Tabel 10 Hasil Kegiatan Pemberian Materi dan Praktek Ilmu Fiqh ... 109
Tabel 11 Hasil Kegiatan Pemberian Materi Mahfudzhot ... 111
Tabel 12 Hasil Kegiatan Tausiyah ... 113
Tabel 13 Hasil Pemberian Materi Pembentukan Karakter... 115
Tabel 14 Hasil Pemutaran Film Dokumenter ... 117
Tabel 15 Hasil Kegiatan Diskusi ... 119
Tabel 16 Hasil Praktek Shalat tasbih ... 121
Tabel 17 Hasil Pemutaran Video Ayaayat Al-Quran... 123
Tabel 18 Hasil Pemutaran Video dan Pemberian Materi Tasawuf Jalaluddin Rumi ... 124
Tabel 19 Hasil Kegiatan Hipnoterapy... 126
x
Gambar 1 Pengkajian Koding... 19
Gambar 2 Alur Penelitian Kualitatif ... 20
Gambar 3 Kegiatan Pembinaan Pengajian, Pemberian Materi Ilmu Fiqh ... 131
Gambar 4 Kegiatan Pembinaan Karakter, Praktek Shalat Tasbih dan
1
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini adanya aksi dan tindakan kekerasan merupakan fenomena yang
seringkali terjadi dan disaksikan oleh masyarakat. Bahkan hal itu selalu menghiasi
informasi media massa. Sebagai contoh kasus adalah terjadinya kejahatan seksual,
pembunuhan, perampokan, tawuran antar pelajar, penggunaan narkoba atau obat
terlarang, pembantaian, pencurian, dan tindakan anarkis yang lain. Peristwa
tersebut adalah dampak dari krisis multidimensional yang tengah melanda Bangsa
Indonesia, yang termasuk didalamnya adalah krisis akhlak yang dapat merambah
ke seluruh lapisan masyarakat baik golongan orang tua, remaja dan anak-anak.
Perilaku tersebut dapat menyebabkan seseorang dikenakan sanksi hukum dan
dapat masuk ke dalam Lembaga Permasyarakatan (Lapas).
Anak-anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber
daya manusia yang memiliki potensi dan merupakan cita-cita penerus perjuangan
bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus,
memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan
fisik, mental dan sosial secara utuh dan seimbang. Upaya mewujudkan
masyarakat madani dan berdab, haruslah mempertimbangkan keberdaan anak
dengan segala persoalan yang melingkupinya. Berdasarkan kasus yang dilakukan
anak-anak seperti bergerombol di pinggir jalan, berkelompok membentuk geng,
sesuatu yang tidak kita inginkan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kejahatan
yang dilakukan oleh anak-anak.
Dalam buku Patologi Sosial 3 menurut Kartini Kartono, anak-anak yang melakukan kejahatan disebut anak-anak bubrah dan anak juvenile delinquency. Anak-anak bubrah memiliki satu ciri tidak toleran, melanggar aturan, tidak
disiplin, melanggar norma dan otoritas yang disebabkan karena mengalami
masalah-masalah sosial seperti terpisah dari orang tua pada usia kurang dari 3
tahun sehingga mereka mengalami kerusakan mental yang permanen akibat
pengaruh lingkungan yang kejam dan buruk. Sementara anak juvenile
delinquency adalah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan, karena
mereka berkeinginan untuk mendapatakan perhatian, status sosial dan
penghargaan dari lingkungannya. Kebanyakan dari mereka disebut
pemuda-pemuda berandalan atau anak-anak jahat nakal yang selalu berkeliaran di
jalan-jalan aspalan.1
Anak-anak yang berusia kurang dari delapan belas tahun, apabila
melanggar tindak pidana maka masih menjadi tanggungjawab orangtuanya.
Tingkah laku mereka melanggar hukum itu pun, seperti mencuri, menganiaya,
menggunakan obat-obatan terlarang, belum disebut sebagai kejahatan melainkan
hal itu disebut sebagai “kenakalan”. Jikalau ternyata kenakalan anak itu sudah
membahayakan dan patut dijatuhi hukuman oleh negara, dan orangtuanya tidak
mampu mendidik anak itu lebih lanjut, maka anak itu menjadi tanggungjawab
negara dan dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan di bawah Kementrian
1
Hukum dan HAM atau dimasukkan ke dalam lembaga-lembaga rehabilitasi
lainnya seperti Parmadi Siwi di bawah Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta
Raya.2
Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah lembaga yang diselenggarakan
oleh pemerintah untuk memberi wadah dalam membina narapidana dan anak
didik pemasyarakatan agar mereka mempunyai cukup bekal guna menyongsong
kehidupan setelah selesai menjalani masa pidana. Selain itu, Lembaga
Pemasyarakatan merupakan suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan
untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya satuan hubungan antara
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dengan masyarakat.3
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat merupakan
salah satu lembaga permasyarakatan yang menjadi tempat dimana narapidana
maupun anak didik pemasyarakatan dibina, dididik dan dibimbing agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
negara yang baik dan bertanggung jawab.4 Kemudian Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat adalah Lembaga Pemasyarakatan yang
menampung narapidana dan anak didik pemasyarakatan berjenis kelamin
laki-laki.
2
Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Remaja(Jakarta: Rajawali Pers, 2000), h. 5. 3
Hmibecak.“Esensi Lembaga Pemasyarakatan sebagai Wadah Pembinaan Narapidana”,www.hmibecak.com, 2007. (Diakses pada tanggal 11 Januari 2014, pukul 20.00 WIB).
4
Narapidana dan anak didik pemasyarakatan adalah seseorang yang telah
dijatuhi hukuman pidana karena melakukan kejahatan yang melanggar hukum.
Tindak kejahatan yang dilakukan oleh narapidana dan anak didik pemasyarakatan
disebabkan oleh banyak faktor misalnya :5
a. Pergaulan yang tidak baik sehingga narapidana dan anak didik
pemasyarakatan ikut terjerumus seperti menggunakan obat terlarang,
bandar narkoba, penipuan, penganiayaan dan lain-lain.
b. Kekurangan ekonomi dalam keluarga narapidana dan anak didik
pemasyarakatan yang membuat mereka merampok, menodong bahkan
membunuh.
c. Faktor keluarga yang brokenhome orangtua yang tidak memperhatikan
anaknya, membuat narapidana dan anak didik pemasyarakatan menjadi
merasa hidupnya tidak berharga sehingga mereka mencari kepuasan
denagn melampiaskannya kepada obat terlarang dan pergulan yang bebas.
Sutrisno dan Sulis mengungkapkan bahwa penyebab kejahatan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu bakat si penjahat, alam sekitarnya, dan unsur
kerohanian. Bakat seorang penjahat dapat dilihat menurut kejiwaan/kerohanian,
ada penjahat yang pada lahirnya kejiwaannya lekas marah, jiwanya tidak berdaya
menahan tekanan-tekanan dari luar, dan lemah jiwanya. Ada juga sejak lahirnya
telah memperoleh cacat rohaniah. Sementara dalam Peraturan Pemerintah, tentang
pembinaan dan bimbingan narapidana dan anak didik pemasyarakatan (warga
binaan pemasyarakatan) dikatakan bahwa “Pembinaan adalah kegiatan untuk
5
meningkatan kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap
dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak
didik pemasyarakatan.”6 Rohani mengandung pengertian “kondisi kejiwaan
seseorang dimana terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama
manusia sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.”7
Dengan begitu pembinaan rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas
II A menjadi sangat penting dalam memperbaiki perilaku maupun kejiwaan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan, agar mereka memiliki budi pekerti
yang baik dengan berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran agama
Islam yang membentuk hubungan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
dengan Tuhan Yang Maha Esa diharapkan dapat mengembalikan rasa percaya diri
yang salah satunya adalah dengan meningkatkan ibadah shalat.
Pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan
dimaksudkan untuk memberi bekal kepada mereka sehingga kelak tidak akan
melakukan pelanggaran hukum serta dapat berguna bagi masyarakat dan mampu
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Kegiatan pembinaan di
dalam Lembaga Pemasyarakatan mencakup proses pembinaan kepribadian dan
pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi : Pembinaan kesadaran
beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan
kemampuan intelektual (kecerdasan), pembinaan mengintegrasikan diri dengan
6
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, (Bab 1 Pasal 1 ayat 1).
7
masyarakat.8 Adapun pembinaan kemandirian meliputi : Pembinaan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, misalnya kerajinan tangan, indusrti rumah
tangga, keterampilan untuk usaha-usaha industri kecil, misalnya pembuatan
batako : keterampilan yang dikembangkan sesuai bakatnya masing-masing,
misalnya keterampilan seni (band, seni tari); keterampilan untuk mendukung
usaha-usaha industri atau kegiatan pertanian dengan menggunakan teknologi
madya atau tinggi, misalnya industri kulit.9
Upaya meningkatkan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan termasuk
ke dalam pembinaan kepribadian yaitu pembinaan kesadaran beragama, dan di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba kegiatan pembinaan kesadaran
beragama Islam adalah kegiatan pembinaan rohani Islam.10 Hal tersebut sangat penting dilakukan karena dengan pembinaan shalat diharapkan anak didik
pemasyarakatan (yang beragama Islam) dapat mendekatkan diri kepada Allah
sehingga mereka mampu memperbaiki diri dan bertaubat kepada-Nya. Secara
khusus, dengan pembinaan shalat anak didik pemasyarakatanakan mendapatkan
kembali rasa percaya diri dan harga dirinya serta dapat optimis akan masa
depannya.
Harus disadari bahwa untuk melaksanakan pembinaan rohani Islam
melalui bentuk kegiatan dan usaha, tentunya menuntut kemampuan dan
tanggungjawab yang lebih besar dari pelaksananya termasuk perlunya dukungan
berupa sarana dan fasilitas yang memadai. Adanya keterbatasan seperti
8
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04, 10. Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana / Tahanan.
9
Ibid, Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04. 10
keterbatasan fasilitas atau keterbatasan kemampuan pembina, membuat para
pembina harus mampu memanfaatkan kondisi yang ada secara efisien sehingga
dapat memiliki hasil yang optimal.
Maka, suatu cara yang paling tepat untuk mengatasi keterbatasan adalah
melalui penetapan atau menentukan strategi yang tepat. Dengan strategi yang
tepat maka masalah-masalah yang sedang dihadapi serta kemungkinan
pengembangan kegiatan pembinaan di masa yang akan datang dapat diantisipasi.11 Saat ini strategi banyak digunakan untuk semua kegiatan organisasi, dan
memang sudah sapatutnya demikian karena pada dasarnya dalam segala hal untuk
mencapai suatu tujuan diperlukan strategi. Demikian juga dengan pembinaan
rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba yang merupakan
salah satu kegiatan dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam, untuk mencapai
tujuan dari kegiatan tersebut maka perlu adanya strategi. Pada prinsipnya,
pembina rohani Islam yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba
sama seperti da’i yang harus mampu menerapkan strategi dariajaran-ajaran Islam dan program-program pembinaan yang sudah dibuat. Seorang da’i yang baik
harus mengetahui strategi apa yang akan digunakan dalam penyampaian misi
ajaran-ajaran Islam yang akan disampaikan. Hal ini juga diungkapkan oleh
Masykurs Hakim, “Seorang da’i harus memiliki strategi yang bijak dan metode
yang strategis dalam menunjang keberhasilan dakwahnya. Jika seorang da’i
11
mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak, insya Allah akan mudah
tercapai keinginannya yakni keberhasilan dakwahnya.12
Strategi pembina rohani Islam dalam kegiatan yang ada di dalam
pembinaan rohani Islam terhadap anak didik pemayarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan sangat penting, karena dapat memberikan pembinaan dalam
bidang agama Islam yang salah satu tujuannya adalah agar anak didik
pemasyarakatan dapat meningkatkan ibadah shalat. Karena pembinaan ibadah
shalat dimaksudkan agar anak didik pemasyarakatan dapat menjadi muslim yang
baik dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
Dengan begitu mereka diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak
mengulangi kesalahan yang pernah mereka perbuat. Hal ini sesuai dengan
pengertian Bimbingan Islam itu sendiri yaitu “proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.13 Dengan demikian Bimbingan Islam merupakan proses sebagaimana bimbingan lainnya,
tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam.14
Melihat fenomena di atas, sangat penting sekali strategi yang dilakukan
oleh pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat di dalam Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Oleh karenanya, penulis tergugah untuk
mengangkat masalah tersebut dalam judul : “Stretegi Pembina Rohani Islam
12
Masyurs Hakim dan Ubaidillah, Dakwah Islam Dakwah Bijak (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 84.
13
Aunur Rahim Faqih,Bimbingan Konseling dalam Islam(Yogyakarta: UII Press, 2002), h. 4.
14
Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga PemasyarakatanKlas II A Salemba Jakarta Pusat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini hanya menganalisis Strategi
Pembina Rohani Islam dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik
Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti sebuah aktifitas pembinaan rohani
Islam yang dilakukan oleh pembina di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.
Namun demikian, mengingat banyaknya Lembaga Pemasyarakatan di seluruh
Indonesia maka peneliti memfokuskan penelitian hanya di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat pada bulan Februari–Mei 2014. Untuk memperjelas dan mempermudah pencarian data berdasarkan
batasan masalah yang akan di bahas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat
anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Salemba Jakarta Pusat ?
2. Bagaimana hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah
shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana stretegi pembina rohani Islam dalam
peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
b. Untuk mengetahui bagaimana hasil strategi pembina rohani Islam
dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi :
a. Bagi peneliti, sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan
dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan peneliti di
bidang penelitian.
b. Bagi mahasiswa, sebagai bahan informasi akademik untuk pelaksanaan
penelitian berikutnya yang lebih meluas dan mendalam.
c. Bagi pembina rohani Islam di Lembaga Pemsyarakatan, sebagai bahan
masukan yang dapat digunakan untuk pembinaan terhadap anak didik
pemasyarakatan.
d. Bagi Lembaga Pemasyarakatan, sebagai bahan masukan yang dapat
digunakan dalam mengembangkan dan meningkatkan program
kegiatan masyarakat lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan oleh pemerintah sebagai tambahan keterangan tentang
masalah pembinaan rohani Islam pada anak didik pemasyarakatan di
sumbangan pemikiran dalam pelayanan pembangunan kepada
masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh dan pembanding
adalah skripsi berjudul :
1. Strategi Dakwah Dalam Dunia Anak (Studi Kasus Pada TKA/TPA
Wahdatul Khairat di Kelurahan Tugu Utara Jakarta Utara). Dalam
skripsinya Ma’sum Makki mengambil kesimpulan, strategi dakwah yang digunakan TKA/TPA Wahdatul Khairat sangat erat kaitannya
dengan penerapan metode dakwah itu sendiri, seperti metode ceramah,
metode tanya jawab, metode demontrasi, metode sosiodrama, dan
metode BBM (Bercerita, Bermain dan Menyanyi). Sedangkan metode
dakwah yang paling tepat dan efisien diterapkan kepada anak adalah
metode yang sangat bersentuhan langsung dengan dunia anak yaitu
dunia bermain.
2. Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA) Dalam
Meningkatkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda Di Kampung
Areman Cimanggis Depok. Dalam skripsi ini Indra Dita Puspito
memberikan kesimpulan bahwa Gema Al-Hikmah dalam
mengimplementasikan strategi dakwah yang sudah di susun dalam
bentuk-bentuk program dakwah adalah membuat berbagai agenda
bentuk acara yang sudah ditetapkan oleh GEMA maupun kegiatan
dakwah yang sifatnya komunitas kecil.
3. Peran Bimbingan Keagamaan Pada Anak Didik di Lembaga
Pemasayrakatan Anak Pria Tangerang. Dalam skripsi ini Maryanih
memberikan kesimpulan bahwa materi-materi dalam bimbingan
keagamaan menunjang anak didik untuk mengetahui betapa
pentingnya ilmu agama dan setelah mendapatkan bimbingan
keagamaan anak didik banyak mengalami perubahan kearah yang lebih
baik dalam segi agama maupun rasa sosial yang ada pada diri mereka.
4. Aplikasi Perencanaan Bimbingan Agama di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Tangerang. Dalam skripsi ini Sumiyati memberikan kesimpulan
bahwa aplikasi perencanaan bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang berkaitan dengan aplikasi
physical planning, cost planning dan analisa SWOT.
5. Kontribusi Dakwah Dalam Pemahaman Nilai-nilai Agama dan Akhlak
Siswa (Studi Kasua Pada Lembaga Pemasyarakatan Remaja
Tangerang). Dalam Skripsi ini Aan Subhan memberikan kesimpulan
bahwa terdapat sebuah korelasi yang erat antara peranan dakwah
Islamiah dengan peningkatan pemahaman remaja terhadap
ajaran-ajaran agama yang tidak dapat dilepaskan dari peran-peran komponen
di dalam pelaksanaan dakwah dengan memperhatikan sisi psikologi
remaja.
Perbedaan dari kelima penelitiaan di atas dengan yang akan peneliti
lakukan adalah dapat dilihat dari subjek, objek dan lokasi penelitian. Subjek yang
strategi yang digunakan oleh pembina rohani Islam tersebut dalam peningkatan
ibadah shalat anak didik pemasyarakatan, dan yang akan menjadi sasaran
penelitian adalah yakni Lembaga Pemasyarakatan Klas II A yang terdapat di
daerah Salemba, Jakarta Pusat.
E. Metodelogi Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan reprsentatif dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini akan mendeskprisikan atau
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor,
sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti dan data yang akan dihasilkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.15
Dengan menggunakan metode di atas, maka dapat diprediksi bahwa dalam
penelitian ini akan menghasilkan gambaran-gambaran secara tertulis bagaimana
strategi pembina rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan agar dapat
meningkatkan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan, peneliti juga akan
menjelaskan hasil dari strategi pembina rohani Islam terhadap peningkatan ibadah
shalat anak didik pemasyarakatan.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa setiap penelitian memiliki
langkah-langkah yang perlu dilalui secara bertahap, maka langkah-langkah yang
akan digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut :
15
1. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Dalam tradisi
kualitatif, data tidak akan diperoleh dibelakang meja, tetapi harus terjun
langsung ke lapangan. Data observasi dapat berupa gambaran, sikap,
kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Peneliti
mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti, siapa, kapan, berapa lama
melakukan penelitian dan bagaimana. Maksud utama observasi adalah
menggambarkan keadaan yang diobservasi.16
Dengan demikian peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan observasi untuk mengetahui letak geografis Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat, sarana dan fasilitas yang
tersedia, pelaksanaan pembinaan rohani Islam khususnya pembinaan
ibadah shalat, juga strategi pembina rohani Islam yang diterapkan dalam
pembinaan tersebut, serta hasil peningkatan ibadah shalat dari anak didik
pemasyarakatan setelah mengikuti kegiatan pembinaan.
b. Wawancara
Wawancara (interwiew) adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.17
16
J. R Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 112-114.
17
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak
diperoleh melalui obervasi atau kuesioner. Wawancara dalam suatu
penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan
manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu,
merupakan suatu pembantu umum dari metode pengamatan.18
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
wawancara untuk memperoleh data tentang tujuan dasar dan orientasi
pembinaan rohani Islam terhadap anak didik pemasyarakatan, hasil
pembinaan terhadap anak didik pemasyarakatan, klasifikasi anak didik
pemasyarakatan, kegiatan dalam rangka pemasyarakatan, program
pembinaan, serta strategi yang digunakan pembina rohani Islam dalam
peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan. Dalam hal ini
wawacara dilakukan terhadap pembina rohani Islam dan anak didik
pemasyarakatan yang beragama Islam yang telah mengikuti kegiatan
pembinaan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, terutama arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan.19
18
Koentjaraningrat,Metode-metode Penelitian Masyarakat(Jakarta: PT. Gramedia, 1977) h. 129.
19
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tertulis, seperti
letak geografis Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat,
sejarah berdiri, dasar dan tujuannya, struktur organiasi, staf dan program
yang terkait dengan pembinaan rohani Islam.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang akan dijadikan penelitian ini adalah Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jl. Percetakan Negara No. 87, Salemba
Jakarta Pusat 10570. No Telepon : (021)-42883804. Dan waktu penelitian
yang akan dilakukan peneliti dimulai pada tanggal 17 Februari – 15 Mei 2014.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi.
Proses penentuan subjek dan atau sumber data dalam penelitian kualitatif
umumnya menampilkan karakteristik, yaitu :
- Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan
kasus-kasus yang tipikal sesuai dengan kekhususan masalah penelitian.
- Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik
dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
- Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau
peristiwa acak, melainkan dalam kecocokan konteks.20
20
Pada penelitian ini pengambilan sampel akan dilakukan
berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional. Sampel dipilih
dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai
studi-studi sebelumnya, atau tujuan penelitian.21
Berdasarkan prosedur di atas, peneliti memberikan kriteria kepada
sumber data yang akan dipilih, sebagai berikut :
- Pembina rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Salemba Jakarta Pusat.
- Anak didik pemasyarakatan yang mengikuti kegiatan pembinaan
rohani Islam yaitu kegiatan pengajian dan kegiatan pembinaan
karakter.
- Anak didik pemasyarakatan yang tidak bisa shalat dan mengikuti
kegiatan pengajian dan pembinaan karakter di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
Setelah memberikan kriteria kepada informan yang akan dijadikan
sumber data, maka terpilih tiga orang pembina rohani Islam dan lima
orang anak didik pemasyarakatan :
1. Pembina rohani Islam : Bapak M. Danil, SH, Bapak Iskandar,
S.Pd.I dan Bapak Ilham.
2. Anak Didik Pemasyarakatan :
M.Arfan, Doni Saputra, Fatahilah, Mahlani bin Mamid, Reza
Najmi Alfan.
21
Selain sumber data utama di atas, peneliti melibatkan
sumber-sumber data lain yang masih memiliki data yang berkaitan dan dapat
menyempurnakan penelitian ini, yakni :
1. Bapak Hary Achmad Purnawan S.Kom adalah pengawas kegiatan
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba.
2. Bapak Ruswanto adalah staf registrasi di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II A Salemba.
Setelah mengetahui siapa sajakah yang dijadikan sumber data,
maka objek penelitian ini adalah strategi pembina rohani Islam dalam
peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
4. Pengelolaan Data
Pada bagian ini, seluruh data yang didapatkan dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang ditunjukan kepada pembina rohani
Islam dan anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakaan Klas II
A Salemba Jakarta Pusat tersebut dikumpulkan dan disusun berdasarkan
kecocokan dan rumusan yang telah disusun oleh peneliti.
5. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data menurut Patton yaitu proses mengatur urutan data, mengorganiasikannya kedalam suatu pola,
kategori dan suatu uraian dasar.22
22
Gambar di bawah ini adalah pengkajian koding :
Gambar 1
Alur Pengkajian Koding Penelitian
Analisis data disini berarti mengatur secara sistematis bahan hasil
wawancara dan observasi, menafsirkannya dan menghasilkan suatu
pemikiran, pendapat, teori, atau gagasan baru. Inilah yang disebut temuan
atau findings. Findings berarti mencari dan menemukan tema, pola, konsep,insights, danunderstanding.23
23
J.R Raco, Metode Penetitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 121.
Peneliti siapkan data untuk analisis (mencatat kembali
wawancara) Peneliti membuang koding
(menklasifikasikan) data
Interative
Peneliti kumpulkan data (teks, catatan lapangan, transkip) Peneliti membaca berkali-kali
(menangkap arti data tersebut)
Kode teks untuk tema pelaporan
Serentak Kode teks untuk
Data yang diperoleh, dapat dianalisis denagan langkah-langkah
sebagai berikut : Pertama, membaca berkali-kali data yang diperoleh
sambil mengurangi informasi tumpang tindih atau berulang-ulang. Kedua,
melihat signifikasi atau pentingnya data yang diperoleh. Ketiga,
mengklarifikasi atau mengkoding data yang memiliki kemiripan atau
kecocokan dengan data lain. Keempat, adalah mencari pola atau tema yang
mengikat pikiran yang satu dengan yang lainnya. Kelima,
mengkonstruksikan framework untuk mendapatkan esensi dari apa saja
yang hendak disampaikan oleh data tersebut.24Seperti pada bagan di atas. Kemudian penggunaan alur dalam analisis data kualitatif pada
[image:34.595.99.507.209.731.2]penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2
Alur Berpikir Penelitian Kualitatif
24
Raco,Metode Penetitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, h. 121.
Pencocokan Teori
Temuan dan Uji Teoritik Temuan-temuan
Baru
Fenomena/Kejadian Alam
a. Peneliti
Penelitian analisis ini selalu dimulai dengan peneliti. Semua
berangkat dan bersumber pada peneliti.25 Peneliti akan bersikap subjektif, namun tetap mengacu pada data hasil wawancara pembina rohani Islam
dan observsi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta
Pusat.
b. Memahami Fenomena/Gejala
Pada tahap ini peneliti akan berusaha memahami
fenomena-fenomena strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat
anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Salemba. Selain melakukan wawancara dengan pembina rohani Islam dan
informan lainnya yang bersangkutan dengan penelitian ini. Peneliti juga
melakukan observasi mendalam, agar peneliti lebih dapat melihat dan
menggali data lebih dalam.
c. Temuan dan Uji Teoritik
Temuan-temuan akan penulis paparkan dalam berbagai bentuk
mulai dari narasi tentang sebuah proses strategi pembina rohani Islam
mulai dari perumusan, penerapan dan evaluasi pada kegiatan pembinaan
rohani Islam yang berlangsung di Lembaga Pemaysrakatan Klas II A
Salemba, membuat daftar tabel mengenai proses tersebut, bagan sruktur
organisasi dan menguji teori.26 d. Pencocokan Teori
25
Ilham Prisgonanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3 : Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Pusat Pengembangan Bahasa Ajar–Universitas Mercubuana), h. 5.
26
Pada tahap ini, peneliti akan mencocokan teori komunikasi dan
strategi dakwah yang telah dipilih pada bab 2. Apakah dalam proses
perumusan, penerapan dan evaluasi strategi pembina rohani Islam sesuai
dengan teori persuasi, teori proses keputusan inovasi, teori proses adopsi,
teori peranan komunikator dan teori pembangunan. Sebagai teori
tambahan, penulis juga akan mencocokan tempuan penelitian dengan teori
pembelajaran sosial.
e. Temuan-temuan Baru
Setelah melakukan pencocokan teori maka munculah
temuan-temuan dalam bentuk berbagai macam.27 Dalam penelitian ini akan muncul temuan baru pada strategi pembina dalam peningkatan ibadah
shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Salemba.
6. Teknik Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif
Untuk memperoleh keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data. Penulis menggunakan triangulasi dengan sumber
menurutPatton yakni mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Hal ini dicapai dengan cara sebagai berikut :
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
27
b. Membandingkan apa yang dikatakan didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang
berlaku.
Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil
yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan
menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan
dengan baik.28 Teknik ini dipakai setelah data selesai dikumpulkan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menyampaikan kebenaran yang
dapat digunakan untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Proses
triangulasi tersebut dilakukan terus-menerus sepanjang proses
mengumpulkan data dan analisis data, sampai peneliti yakin tidak ada lagi
perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan
kepada informan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian penulisan ini di bagi menjadi lima bab, dimana
setiap bab dirinci menjadi kedalam sub-sub sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab pertama ini akan menjelasan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, pedoman penulisan dan sistematika penulisan.
28
Bab II : Kajian Teoritis
Bab kedua ini akan menjelaskan mengenai Pengertian Strategi yang mencakup
Strategi Yang Baik dan Tahapan Srtrategi, Pengertian Pembina Rohani Islam,
Media Pembelajaran, Pengertian Peningkatan Ibadah Shalat, Teori Komunikasi
dan Strategi Dakwah, Teori Pembelajaran Sosial, Pengertian Lembaga
Pemasyarakatan yang mencakup Pembinaan Narapidana, Pengertian Anak Didik
Pemasyarakatan.
Bab III : Gmbaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba
Bab ketiga akan menjelaskan tentang Hakikat Kriminalitas/Kejahatan, Lembaga
Pemasyarakatan Sebagai Tempat Membina Pelaku Tindak Kriminal/Kejahatan,
Sejarah, Visi, Misi dan Motto, Pelayanan dan Program Unggulan, Kondisi,
Program Pembinaan, Situasi Pengamanan dan Struktur Organisasi Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba.
Bab IV : Temuan dan Analisa Data
Dalam bab keempat ini akan menjelaskan tentang Strategi Pembina Rohani Islam
dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat dan Hasil dari Strategi Pembina
Rohani Islam dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak didik Pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
Bab V : Penutup
Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah
diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan saran-saran dan
25
A. Pengertian Strategi
Pengertian strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Strategos, yang berarti ‘Komandan Militer’ pada zaman demokrasi Athena. Pada awalnya strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu
peperangan.1 Sedangkan secara terminologis, Fred R. David mendefinisikan strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hedak dicapai.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi memiliki makna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.3
Syarif Usman mengemukakan bahwa strategi adalah kebijaksanaan dalam menggerakan dan membiming seluruh potensi (kekuatan, daya dan kemampuan)
bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.4
KemudianOnong menyimpulkan, definisi strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi
untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana
taktik operasionalnya.5
1
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 539. 2
Fred R. David,Manajemen Strategi Konsep(Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 18. 3
Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia(Jakarta: Nusa Indah, 1981), h. 173.
4
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam (Jakarta:Firma Jakarta,tth), h. 6.
5
Achmad Juantika N mengatakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau
tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan,
isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.6
Sementara untuk mencapai tujuan akhir organisasi menurut George dan
John, strategi mengacu pada perumusan tugas, tujuan dan sasaran organisasi.7
Din Syamsudin mengungkapkan dalam bukunya Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, Strategi mengandung arti antara lain :
a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.
b. Seni dalam mensiasati rencana atau program untuk mencapai tujuan.
c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan
peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap.8
Kemudian dalam konteks dakwah, menurut Asmuni Syukir yang dikutip oleh Samsul Munir Amin, strategi diartikan sebagai metode, siasat, taktik yang digunakan dalam proses kegiatan dakwah dan harus memperhatikan asas dakwah,
yaitu :
- Asas filosofis : Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya
dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas
dakwah.
- Asas keahlian dan kemampuan da’i.
6
Dr. Achmad Juantika Nurishan, M.Pd, Strategi Bimbingan dan Konseling (PT Rafika Aditama, 2005), h. 9-10.
7
George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (PT.Gelora Aksara Pratama, 1997), h. 6.
8
- Asas sosiologis : Asas ini erat hubungannya dengan situasi dan kondisi
sasaran dakwah.
- Asas psikologis :Asas ini erat hubungannya dengan kejiwaan manusia.
- Asas efiktifitas dan efisiensi : Dalam kegiatan dakwah harus
menyeimbangkan antara biaya, waktu, tenaga yang digunakan dengan
pencapaian hasil kegiatan dakwah.9
Dari beberapa pemaparan para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa strategi
adalah sebuah sarana dan juga seni dalam perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam strategi perlu adanya taktik atau metode yang diterapkan agar
tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. Strategi juga mencakup
siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana
penunjang kegiatan.
B. Tahapan Strategi
Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, antara lain :
1. Perumusan strategi : Hal-hal yang mencakup perumusan strategi adalah
pengembangan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman
eksternal, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan
tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan
strategi tertentu untuk mencapai tujuan.
2. Implementasi/Penerapan strategi : Penerapan strategi sering disebut juga
tindakan dalam strategi, karena penerapan dalam strategi berarti
memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi suatu
9
tindakan. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena memerlukan
kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Kerjasama juga merupakan
kunci dari berhasil atau tidaknya penerapan strategi.
3. Evaluasi/Penilaian strategi : Penilaian strategi merupakan tahap akhir dari
strategi. Terdapat tiga aktivitas dasar dalam penilaian strategi, yaitu :
• Meninjau ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
landasan bagi strategi yang sekarang.
• Mengukur prestasi, yakni membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan.
• Mengambil langkah korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
rencana.10
C. Pengertian Pembina Rohani Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembina berasal dari kata bina yang berarti membangun atau mengusahakan supaya lebih baik, sedangkan
pembina adalah orang yang membina.11 Jadi dapat dikatakan, pembina adalah orang yang mengusahakan atau melakukan kegiatan untuk memperoleh hasil yang
lebih baik dan sesuai dengan target yang diharapkan.
10
Fred R. David,Manajemen Strategi Konsep(Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 6-7. 11
Sedangkan rohani berasal dari bahasa arab yaitu “ruh” yang berarti jiwa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rohani memiliki arti sesuatu yang bertalian bukan jasmaniah. Rohani berkaitan dengan, roh, rohaniah dan alam.12
Samudra Aziz dan Setia Budi medefinisikan rohani adalah bagian yang halus dari susunan kehalusan manusia yang memiliki kecendrungan kepada
sifat-sifat Allah.13
Kemudian berdasarkan pemahaman dari Al-Kindi, sebagai filusuf muslim
pertama yang membahas hakikat ruhyaitu :
“…Ruh adalah suatu wujud sederhana dan zatnya terpancar dari zat
sang pencipta, persis sebagaimana sinar terpancar dari matahari. Ruh bersifat
spiritual, kebutuhan dan berbeda dengan tubuh..”.14
Dengan begitu, dapat diketahui bahwa ruh merupakan suatu zat yang
bersifat spiritual, ketuhanan dan berbeda dari tubuh sebagai penggerak yang erat
kaitannya hubungan manusia dengan Tuhannya.
Mengingat bahwa ruh bersifat spiritual maka hal ini sangat erat kaitannya
dengan Tuhan. Maka peran agama didalam diri seseorang akan berkaitan pula
dengan kehidupan seseorang tersebut karena agama merukapan ikatan manusia
dengan Tuhannya.
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada agama Islam, dimana
Islam dalam Ensiklopedia Islam memilki arti “agama samawi (langit) yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui utusanNya Muhammad SAW yang
ajaran-12
Dep.Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 850 dan 960.
13
Samudra Azhari dan Setia Budi,Eksistensi Rohani Manusia(Jakarta: Yayasan Majelis
Ta’lim HDH, 2004), bag. 2, h. 15. 14
ajarannya terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan sunah dalam bentuk
perintah-perintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia baik
di dunia maupun di akhirat.15
Maka menurut pemahaman penulis, pembina rohani Islam adalah
seseorang yang memberikan pembinaan melalui kegiatan dalam pembetukan dan
penyempurnaan jiwa seseorang dengan ajaran-ajaran agama Islam yang bertujuan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Agar tujuan pembinaan rohani Islam yang dilakukan oleh pembina dapat
tercapai, maka diperlukan metode yang tepat. Hal ini senada dengan pendapat
Saleh Abdullah, tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut betul-betul tepat. Adapun
metode pembinaan agama Islam yang dilakukan adalah :16
a. Metode cerita : menceritakan kisah-kisah yang dapat diambil hikmahnya
oleh anak didik.
b. Metode ceramah : metode ini berujuan untuk menjalin komunikasi antar
anggota di dalam kelompok yang saling mengarahkan.
c. Metode diskusi, tanya jawab atau dialog : merupakan metode dengan
pendekatan perorangan, mengungkapkan apa yang dirasakan oleh yang
dibina kepada pembina.
d. Metode simbolisme verbal : demonstrasi visual yang hanya bisa dilakukan
dengan praktek langsung. Dalam hal ini keteladanan juga termasuk di
dalamnya.
15
Kafrawi Ridwan, dan Quraish Shihab, (ed.), “Islam”, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Jilid 24, h. 246
16
e. Metode hukuman dan ganjaran : siapa yang melakukan kebaikan dan
keburukan pasti akan mendapatkan ganjaran.17
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembina rohani Islam di
Lembaga Pemasyarakatan adalah orang yang melaksanakan kegiatan untuk
membentuk jiwa, memperbaiki moral, budi pekerti yang luhur dengan
memperkuat keyakinan bersama, baik dalam hubungan manusia dengan sesama,
dengan diri sendiri dan dengan Tuhannya melalui metode-metode yang telah
ditetapkan berdasarkan Al-Quran.
D. Pengertian Peningkatan Ibadah Shalat 1. Peningkatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa peningkatan adalah proses kerja menambah kemampuan.18
Sedangkan menurut Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, peningkatan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas.19
2. Ibadah Shalat
Kata ibadah berasal dari bahasa Arab “ibada”, artinya menyembah, mengabdi.20 Secara etimologi, ibadah berarti taat, tunduk,
dan do’a.21 Sedangkan secara terminologi ibadah adalah nama yang
17
Abdullah,Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, h. 205-231. 18
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2001), h. 1086. 19
www.lpp.itb.ac.id Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat diakses pada 21 April 2014 pukul 1.46 am.
20
Mahmud Yunus,Kamus Arab-Indonesia(Jakarta: Hida Karya Agung, 1990), h. 252. 21Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, “Ibadah”.
mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah, baik
berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan
pahalanya.
Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan mendefinisikan ibadah secara umum berarti mencakup semua perilaku dalam semua aspek
kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Dalam pengertian
inilah ibadah dimaksud sebagai tugas hidup manusia. Firman Allah SWT
:22
)
(
Artinya :“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Adz-Dzaariyat ayat 56)
Dalam pengertian secara khusus, ibadah adalah perilaku manusia yang
dilakukan atas perintah Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Perilaku tersebut terdapat di dalam ruang lingkup syariah yang menjelaskan
bahwasannya ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
langsung dengan Allah SWT (ritual) yang terdiri dari rukun Islam yaitu :
mengucapkan syahadatain, menegrjakan shalat, zakat puasa dan haji.
Sementara ibadah lainnya adalah ibadah yang berhubungan dengan rukun
Islam yakni : (1) Badani yang bersifat fisik yaitu bersuci meliputi wudhu,
mandi, tayamum pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja dan
lain-lain, adzan, qomat, itikaf, doa, shalawat, umrah, tasbih, istigfar, khitan,
22
pengurusan mayat dan lain-lain. (2). Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah,
alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah dan lain-lain.23
Kata shalat berasal dari bahasa Arab yaitu “doa”, tetapi shalat yang dimaksud adalah “ibadah yangterusun dari beberapa perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa
syarat yang ditentukan”.24
Ulama hakikat mendefinisikan shalat sebagai menghadapkan jiwa
kepada Allah yang mendatangkan rasa takut kepadaNya serta menumbuhkan
dalam jiwa rasa keagungan dan kebesaranNya dan kesempurnaan
kekuasaanNya. Sedangkan ulama makrifat melihat shalat dari ruhnya, yaitu
berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapanNya, ikhlas
bagiNya, serta hati hadir dalam berdzikir, berdoa dan memujinya.25
Berdasarkan syariat, shalat adalah ibadah yang mengandung bacaan
dan perbuatan tertentu dan khusus, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam.26
Adapun dalil-dalil dalam Al-Quran yang mewajibkan shalat, antara
lain :
Firman Allah Swt :
)
(
Artinya :“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang ruku”.(QS. Al_Baqarah : 43 )27
23
Prof. Dr. Zakiah Daradjat dkk., Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 298-299.
24
Sulaiman Rasjid,Fiqh Islam(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), h. 53. 25
Sudirman Tebba,Nikmatnya Shalat Jamaah (Ciputat: Pustaka Irvan, 2008), h. 12-13. 26
Dr. Said Bin Ali-Al-Aqahthani,Petunjuk Lengkap Tentang Shalat(Markaz Ad-Da’wah
Firman Allah Swt :
)
(
Artinya :“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Ankabut : 45)28
Berdasarkan Al-Quran, Sunnah dan Ijma’ Ummat, hukum shalat adalah wajib bagi setiap muslim baligh dan berakal, kecuali bagi wanita haid
dan nifas.
Dalil berdasarkan Al-Quran adalah firman Allah Ta’ala :
)
(
Artinya :“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(QS. Al-Bayyinah: 5)29
)
(
Artinya :“Maka apabila kamutelah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
27
Drs. Moh Rifai,Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1976), h. 34.
28
Rifai,Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, h. 34. 29
biasa).Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa : 103)30
Maka menurut pemahaman penulis berdasarkan penjelasan di atas,
peningkatan ibadah shalat adalah upaya untuk meningkatkan perilaku manusia
yang telah diperintahkan oleh Allah SWT melalui shalat dengan mengikuti
baik syarat maupun rukun shalat yang telah ditentukan dalam syariat Islam
dengan baik dan benar.
E. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah
Pada sejumlah temuan yang dipaparkan oleh Everest M. RogersdanFloyd Shoemakerdalam karya mereka Communication of Innovation yang di kutip oleh
Prof. Dr. Hamidi, M. Si, temuan tersebut mencakup upaya mengkomunikasikan gagasan, produk (benda), cara-cara (teknologi), agar terjadi peningkatan mutu
hidup suatu masyarakat, berkaitan dengan kesehatan, kepercayaan dan adat
istiadat. Dan dalam banyak hal teori-teori komunikasi tentang persuasi, keputusan
inovasi, proses adopsi, peranan komunikator, sifat-sifat inovasi, kecepatan adopsi,
tipe-tipe adopter masih relevan untuk bisa diaplikasikan pada komunikasi
pesan-pesan ajaran Islam terutama di masyarakat Indonesia yang masih banyak belum
mengadopsi baik dalam kehidupan individual maupun tindakan sosial
pemeluknya. Adapun penjelasan mengenai teori-teori tesebut,yakni :31
30
Ali-Al-Aqahthani,Petunjuk Lengkap Tentang Shalat, h. 9. 31
1. Teori Persuasi
Teori persuasi adalah suatu teori komunikasi yang mengarah kepada
proses terjadinya efek perubahan sikap, keyakinan, pendapat atau perilaku.
Pada saat menyusun strategi komunikasi ada beberapa faktor yang melekat
pada komunikasi persuasif, antara lain :
a. Analisis publik
b. Kredibilitas komunikator
c. Daya tarik terhadap kepentingan publik
d. Kejelasan pesan
e. Waktu dan konteks
f. Partisipasi publik
g. Anjuran untuk bertindak
h. Isi dan struktur pesan
i. Penyampaian yang persuasif
2. Teori Proses Keputusan Inovasi
Teori proses keputusan inovasi terdiri dari 4 tahap (Rogers, 1983),
antara lain :
a. Pengenalan (Konowlede) : individu mengetahui keberadaan suatu inovasi dan memperoleh pemahaman tentang fungsinya.
b. Persuasi : individu membentuk suatu sikap suka atau tidak suka
terhadap inovasi.
c. Keputusan : individu melakukan aktivitas yang mengarah pada suatu
d. Konfirmasi : individu mencari pengukuhan terhadap keputusan inovasi
yang dibuat (menerima atau menolaknya), atau mengubah keputusan
jika memperoleh keputusan yang bertentangan tentang inovasi.
3. Teori Proses Adopsi
Ahli-ahli sosiologi pedesaan berpendapat bahwa terdapat lima tahap
proses adopsi, yaitu :
a. Tahap kesadaran, ketika seseorang tahu adanya ide-ide baru tetapi
kekurangan informasi.
b. Tahap menaruh minat, ketika timbul minat pada individu dan berusaha
mencari informasi.
c. Tahap penilaian, mengadakan penilaian, bagaimana jika sekiranya
mengadopsi, akibat-akibat pada masa yang akan datang.
d. Tahap percobaan, ketika individu mulai mencoba dalam skala kecil,
untuk menentukan kegunaan dan hasilnya dikaitkan dengan keadaan
diri.
e. Tahap penerimaan, ketika seseorang teah mengadopsi inovasi
sepenuhnya secara kontinyu – bisa terjadi menolak, sebagai tahap respon.
4. Teori Peranan Komunikator
Dalam mengkomunikasikan inovasi, komunikator memiliki peran
antara lain :
a. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah, dengan penyadaran akan
dengan memperkenalkan alternatif-alternatif dan perubahan tingkah
laku.
b. Mengadakan hubungan untuk perubahan, dengan menumbuhkan
keyakinan akan maksud baik, keahlian dapat dipercaya (kredibilitas)
agen perubahan.
c. Mendianosis masalah.
d. Memotivasi untuk berubah, dengan merencanakan pengadopsian
inovasi.
e. Merencanakan tindakan pembaharuan.
f. Menjaga program pembaharuan jangan sampai berhenti.
g. Mencapai hubungan terminal, sehingga klien secara berangsur menjadi
“pembaharu” tanpa pendamping.
5. Teori Pembangunan dan Implikasinya dalam Strategi
Perencanaan komunikasi berawal dari dua proses penting yakni :
public and development policy, the inftasructur of communication system; dan dikaitkan dengan potensi komunikasi sebagai kekuatan yang digerakkan dan
diintegrasikan kedalam masyarakat. Selanjutnya dikondisikan dan didukung
kelancaran prosesnya dengan teknologi. Maka kontribusi teknologi sangat
dibutuhkan dalam merencanakan perubahan dan tujuan kebijakan dalam
pembangunan masyarakat, karena komunikasi adalah aktifitas manusia yang
mendasar maka sumber-sumber dan infrastruktur komunikasi dapat
Teori komunikasi dan strategi dakwah dalam bab II ini penulis gunakan
untuk pencocokan teori pada perumusan, penerapan, evaluasi dan juga hasil
strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
F. Teori Pembelajaran Sosial
Teori belajar sosial dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini juga disebut belajar melalui observasi (pengamatan). Adapun tahapan dalam teori
pembelajaran sosial, yaitu :32
1. Atensi (tahap perhatian)
Menurut hasil penelitianBandura, pengamat dapat memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut “jelas” dan tidak terlampau
kompleks. Pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal pembelajaran, yaitu :
a. Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti menepuk
tangannya, atau menggunakan benda-benda aneh yang dapat menarik
perhatian siswa.
b. Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam sub-sub
keterampilan, lalu diajarkan secara terpisah.
Maka dapat dikatakan bahwa tahap ini adalah tahap di mana anak didik
pemasyarakatan mulai berfokus pada satu (pembina rohani Islam) dari sekian
banyak stimulus yang muncul dihadapannya. Stimulus yang jelas dan menariklah
yang akhirnya lulus seleksi.
32
2. Retensi (tahap penyimpanan dalam ingatan)
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan observasi dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang bermakna baginya dan mengulang
secara kognitif setelah memahami hal tersebut. Mengajar dapat memanfaatkan
langsung untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa,
pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingkan keterampilan
baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu