• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DI SMK

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

ANGGI MARWINA NASUTION NIM : 8146175001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Anggi Marwina Nasution. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMK. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dan keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memliki kemampuan berpikir kritis diatas rata-rata akan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis siswa di bawah rata-rata, kemudian ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dan model pembelajaran langsung dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 percut Sei Tuan dengan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dan pengambilan sampel dengan cluster random sampling yaitu kelas X MP 3 sebagai kelas kontrol dan kelas X AV 2 sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen keterampilan untuk keterampilan proses sains dan tes esai untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Dari penelitian yang dilakukan didapatlah hasil penelitian yang dianalisis dengan menggunakan uji ANAVA 2 jalur yaitu keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dan keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa di bawah rata-rata, kemudian ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dan model pembelajaran langsung dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap keterampilan proses sains siswa

(6)

ii

ABSTRACT

Anggi Marwina Nasution. The effect of Inquiry Training Model and Ability Critical Thinking To Students’ Science process skill. Postgraduate School of the State University of Medan, 2016

The aimed of the research is to analyzed: students’ science process skill using inquiry training model is better than direct instruction model, students’ science process skill who had critical thinking above average are better than under average, and to know the interaction between inquiry training model and direct instrunction with critical thinking to increase students’ science process skill. The experiment was conducted in SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan used in the research is quasi experiment as population, class X MP 3 as a control class and X AV 2 as a experiment class were chosen trough cluster random sampling. Science process skilss used test of skill and critical thinking used essay test. Result of the data was analyzed by using two eays ANAVA. The results is students’ science process skill using inquiry training model is better than direct instruction model, students’ science skill who have above average better than under average, and there is an nteraction between inquiry training model and abilty critical thinking to increase students’ science process skill

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang berjudul Pengaruh Model pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMK” ini dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh

dengan ilmu pengetahuan. Dalam penyusunan tugas akhir tesis ini, peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan membimbing dalam

penulisan tesis ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku ketua program studi pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan tesis ini.

2. Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran dan motivasi sehinga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M, bapak Prof. Dr. Mara Bangun

Harahap, M.S dan Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun pada

(8)

iv

4. Bapak Kasni, M.Pd selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, segenap dewan guru di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai. Dan juga kepada siswa-siswi kelas X MP 3 dan X AV 2 ahun ajaran 2015/2016 atas

kerjasama dan bantuannya selama penelitian.

5. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Syahmardan Nasution dan Ibunda Chadijah, serta abang, kakak, serta adik penulis penulis Ahmad Rifqi H.

Nasution & Mirna Lubis, Nina Aidilla Nasution & Mhd. Syofti Hadi DMN, Najmi Ridha Nasution & Roma Denni dan juga kepada adik

penulis Irham Alimuddin Nasution, yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semanagat, dukungan, dan motivasi kepada penulis. Serta kepada

keluarga penulis yang telah membantu penulis selama awal hingga akhir perkuliahan.

6. Kepada teman-teman kak Nazilla, Kak Dela, Muliani, Riska, kak fatma,

sinta, bang bakti, jefri, andri, bang sumihar, preti, Irdes, Saanatun dan Haflah yang telah mewarnai kehidupan penulis selama dikampus tercinta.

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak i

Daftar Isi iii

Daftar Gambar v

Daftar Tabel vi

Daftar Lampiran vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 10

1.3. Batasan Masalah 10

1.4. Rumusan Masalah 11

1.5. Tujuan Penelitian 11

1.6. Manfaat Penelitian 12 1.7. Defenisi Operasional 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 14 2.1.1. Keterampilan Proses Sains 14 2.1.2. Kemampuan Berpikir Kritis 22

2.1.3. Model Pembelajaran Inquiry Training 28 2.1.3.1.Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training 30 2.1.3.2.Sistem Sosial Model Pembelajaran Inquiry Training 33 2.1.3.3.Prinsip Reaksi Model Pembelajaran Inquiry Training 35 2.1.3.4.Sistem Pendukung Model Pembelajaran Inquiry Training 35

2.1.3.5.Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Inquiry Training 35

2.1.3.6.Hasil Model pembelajaran Inquiry Training 38

(10)

2.1.4.4.Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky 44 2.1.5. Model Pembelajaran Langsung

(Model Pembelajaran Langsung) 45

2.1.5.1.Ranah Kognitif 48

2.1.5.2.Ranah Afektif 50

2.1.5.3.Ranah Psikomotorik 51

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan 52

2.3. Kerangka Konseptual 53

2.4. Hipotesis 57

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 58

3.2. Populasi dan Sampel 58

3.3. Variabel Penelitian 58

3.4. Jenis dan Desain Instrumen 59

3.5. Instrumen Penelitian 62

3.6.Prosedur Penelitian 65

3.7.Alat Pengumpul Data 68

3.8. Teknik Analisis Data 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 75

4.2 Pengujian Hipotesis 86

4.3 Pembahasan 95

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 104

5.2 Saran 105

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains 16

Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Proses Sains 21

Tabel 2.4. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 23

Tabel 2.5. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training 31 Tabel 2.6 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 42

Tabel 2.7 Sintaks Pembelajaran Langsung 45

Tabel 2.8 Perbedaaan Teacher Centered dengan Student Centered 47 Tabel 2.9 Dimensi Proses Kognitif dan Proses Kognitif 48

Tabel 2.10 Hasil Penelitian Relevan 52

Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 60

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA dua jalur (desain faktorial 2 x 2) 61 Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis 63 Tabel 3.5 Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan 72 Tabel 4.1 Data Pretes Keterampilan Proses Sains 76 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas terhadap Skor Pretes Kedua Kelas 78 Tabel. 4.3 Hasil Uji Homogenitas terhadap skor Pretes Kedua kelas 78

Tabel 4.4 Uji Kesamaan kemampuan awal Pretes Keterampilan proses

Sains kedua kela 79

Tabel 4.5 Nilai Tes Keterampilan proses sains kedua kelas 82 Tabel 4.6 Normalitas distribusi pretes kedua kelas 83

Tabel 4.7 Uji Homogenitas data Postes 84

Tabel 4.8 Data Hasil Tes Kemampuan Berpiir Kritis 85 Tabel 4.9 Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis siwa diatas rat-rata

Dan di bawah rata-rata 86

Tabel 4.10 Desain Faktorial anava 2x 2 87

Tabel 4.11 Data Faktor Antar Subjek 88

Tabel 4.12 Uji homogenitas Antar kelas 88

Tabel 4.13 Hasil uji anava 2 faktor 89

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1: Dampak Instruksional dan Pengiring dalam model

Pembelajaran Inquiry Training 39

Gambar 3.1: Skema pelaksanaan Penelitian 67

Gambar 4.1 Histogram data Pretes Kelas Kontrol 76 Gambar 4.2 Histogram data Pretes Kelas Kontrol 77 Gambar 4.4 Histogram data Postes Kelas Kontrol 82 Gambar 4.5 Histogram data Postes Kelas Kontrol 83 Gambar 4.1 Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training dan

Kemampuan berpikir kritis terhadap keterampilan proses

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 110

Bahan Ajar 121

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 126

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 130

Bahan Ajar 143

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 146

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 152

Bahan Ajar 161

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 164

Lampiran 4. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains 167 Lampiran 6. Deskripsi Perhitungan data Pretes dan Postes 180

Lampiran 7. Dokuemtasi 195

Lampiran 8 Hasil Keterampilan Proses Sains 200

Lampiran 9. Hasil kemampuan berpikir kritis 205

Lampiran 10 Lembar validari Oleh Ahli 175

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan formal disekolah merupakan wujud nyata pembangunan

pendidikan, karena kegiatan belajar adalah kegiatan yang paling utama dilakukan

(Asminah, 2010:1), sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh

“kesempatan”, “harapan”, dan “pengetahuan” agar kondisi siswa menjadi lebih

baik (Sani, 2014). Kegiatan belajar berkaitan dengan pendidikan yang berkualitas

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dipengaruhi

oleh faktor intern dan ekstern, kedua faktor tersebut akan memberikan dampak

positif yaitu perubahan dan pembaharuan tingkah laku (Nurcahyani, 2011:1).

Perubahan tingkah laku siswa yang jelas terlihat adalah keterlibatan siswa dalam

pembelajaran. Keterlibatan siswa ini mampu meningkatkan kualitas pendidikan,

karena siswa tersebut lebih cerdas, kreatif, percaya diri dan yang paling utama

adalah mampu bersaing dengan siswa dari negara lain (Yohan, 2010:1).

Kenyataannya, pendidikan hingga saat ini masih merupakan suatu

permasalahan dalam pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, khususnya kualitas

pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendapat perhatian besar untuk

memajukan pengetahuan dan teknologi. IPA memuat hasil kegiatan manusia berupa

pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang

diperoleh dari serangkaian proses ilmiah. Salah satu cabang dari mata pelajaran IPA

adalah fisika (Kemdikbud, 2013). Fisika berkaitan dengan tiga aspek yaitu proses,

(15)

2

berpikirnya dan melakukan kegiatan ilmiah. Setelah itu, aspek produk ialah hasil

dari kegiatan ilmiah berupa pembukitan konsep, prinsip, hukum dan teori. Aspek

sikap, disiplin, tekun dan mampu untuk mempertanggungjawabkan hasil yang

diperoleh (Brotosiswoyo, 2000).

Fisika masih dipandang sebagai suatu mata pelajaran yang sangat rumit, karena

sebahagian siswa masih menganggap fisika hanya berisi teori dan hitung-hitungan

sehingga, motivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut tentang fisika sangat rendah

(Nurcahyani, 2011:3). Akibatnya, pencapaian hasil belajar fisika di sekolah belum

mencapai hasil yang maksimal. Hal ini juga didukung oleh data yang diperoleh

Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011, khusus di

bidang sains siswa Indonesia memperoleh skor sebesar 406 yaitu peringkat 40 dari

42 negara yang mengikutinya (Napitupulu, 2012). Tidak jauh berbeda dengan hasil

yang didapat TIMSS, Program for International Student Assessment (PISA) mengadakan survei pada tahun 2012 untuk bidang kemampuan sains Indonesia memperoleh skor 382 (Adiputri, 2014). Dari hasil tersebut jelas bahwa, pendidikan di Indonesia belum mencapai hasil yang memuaskan khususnya di bidang sains.

Pendidikan dan penguasaan sains diarahkan pada pengembangan

keterampilan dan kemampuan siswa untuk pemecahan masalah kehidupan

sehari-hari, berpikir kritis, dan juga meyakinkan bahwa semua siswa memperoleh

pengetahuan yang diperlukan untuk latihan tanggung jawab sosial serta mengatasi

masalah kehidupan dalam masyarakat yang selalu mengalami perubahan yang

(16)

3

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di

SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, bahwa dalam pembelajaran cenderung hanya

berpusat pada guru dan sangat jarang melakukan praktikum ataupun penelitian

sehingga, siswa kurang terampil dalam melakukan penelitian. Pemahaman konsep

siswa yang kurang, minimnya aktivitas bertanya siswa, menanggapi dan yang

enggan mengemukakan pendapat mengakibatkan susasana pembelajaran menjadi

pasif. Guru juga masih melakukan pembelajaran yang kurang berinovasi dan

belum memperhatikan aspek keterampilan proses sains dan kurang

mengembangkan berpikir kritis siswa. Hal ini juga terlihat pada saat siswa

melakukan praktikum yang dilengkapi dengan LKS, siswa terlihat bingung dalam

mengikuti langkah-langkah dalam lembar kerja siswa tersebut. Permasalahan lain

yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang terlihat

dari kualitas pertanyaan dan jawaban siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep siswa, keterampilan

proses sains serta kemampuan berpikir secara kritis siswa tidak berkembang

dengan baik.

Menurut Kitot, et al (2010:264), siswa yang dibelajarkan dengan metode

yang berpusat pada guru cenderung hanya menerima informasi tanpa melihat

kemampuan berpikir mereka. Hal ini mengakibatkan mereka sulit untuk berpikir

dan hanya menerima instruksi tanpa melakukan analisis dan sintesis. Hal ini juga

didukung oleh Vaishnav (2013:1216) berpendapat bahwa kelas yang dibelajarkan

dengan metode tradisional cenderung pasif dikarenakan semua informasi berasal

(17)

4

mereka, pengajaran tradisional juga hanya menekankan belajar dengan hafalan

yang menyebabkan hasil yang tidak memuaskan. Ada prinsip pokok dalam

pembelajaran yaitu peningkatan, mempertahankan, dan mengembangkan

ketertarikan dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa lebih bersemangat

untuk memperdalam pengetahuan dan membuat pelajaran yang dilaksanakannya

lebih bermakna. Dengan kata lain, siswa haruslah diberikan kesempatan untuk

mencoba sesuatu hal yang baru, sehingga mereka dapat berinovasi dan langsung

menghasilkan sesuatu yang terbaik yang telah mereka buat. (Kitot, et al,

2010:264).

Menurut Subagyo ,dkk (2009) permasalahan yang paling menonjol dalam

pembelajaran sains adalah kurangnya pembelajaran yang dapat mengembangkan

keterampilan proses sains siswa dan kurangnya pemahaman konsep yang

berdampak pada hasil belajar siswa. Guevara dan Almario (2015:6) juga

sependapat bahwa ilmu merupakan disiplin ilmu yang berisi tentang konsep dan

proses pengetahuan, yang keduanya dapat dikuasai jika keterampilan proses sains

diberlakukan, namun pada kenyataanya guru tidak menerapkan keterampilan

tersebut secara maksimal yang mengakibatkan penguasaan konsep masih sangat

minimal terlihat dari hasil belajar yang diraih siswa. Osman dan Vebrianto

(2013:203) juga mendukung bahwa siswa sangat tidak tertarik dengan

pembelajaran fisika yang berpusat pada guru dengan kata lain guru sebagai pusat

informasi, sehingga siswa hanya sebagai pendengar yang menyebabkan siswa

kurang mampu untuk meguasai suatu materi pembelajaran dan keterampilan

(18)

5

(2012: 154), menyatakan bahwa motivasi dan ketertarikan siswa-siswi untuk

mempelajari fisika sangat minim, untuk mengatasi hal tersebut Musasia, dkk

melakukan kerja praktek yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains

siswa tersebut. Tujuan dari pendidikan sains adalah untuk mendukung sesorang

menggunakan keterampilan proses sainsnya: dengan kata lain, akan mampu untuk

menemukan masalah di sekitarnya, untuk diteliti, di analisis, dibuat hipotesisnya,

dibuktikan dengan eksperimen, disimpulkan, di generalisasikan dan diaplikasikan

informasi tersebut dengan keterampilan yang dimiliki. Keterampilan proses sains

termasuk keterampilan yang semua orang mampu untuk menggunakannya di

kehidupan dengan mencari sumber yang terpercaya dan meningkatkan kualitas

dan standar kehidupan dengan menggunakan sains dasar. Keterampilan proses

sains adalah alat untuk memproduksi dan menggunakan informasi saintifik,

menampilkan hasil penelitian dan memcahkan masalah (Aktamis dan Omar,

2008:2)

Mohamad dan Ong (2013: 16) melakukan penelitian untuk menumbuhkan

keaktifan siswa yaitu dengan melibatkan langsung dalam pembelajaran dan juga

memberlakukan keterampilan proses sains. Hal ini juga didukung oleh Abungu,

Okere dan Wachanga (2014:359) pengalaman yang didapat siswa dari

keterampilan proses sains yaitu mampu menguhubungkan semua material sains

untuk memecahkan masalah dengan pendekatan praktikum. Menurut Menurut

Azizah (2012:2), setiap siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, namun

cenderung takut untuk mengaplikasikan konsep yang sudah dipahami karena

(19)

6

untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapatnya ke dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini juga didukung oleh Matand, et al (2011:1) berpendapat bahwa untuk

mengembangkan keterampilan meneliti siswa dalam dibutuhkan kegiatan

penelitian yang dimaksudkan untuk lebih mengembangkan keterampilan

menelitinya, penguasaan konsep serta rasa tanggung jawab terhadap penelitian

yang dilakukan.

Berdasarkan Permendikbud No. 59 tahun 2014 Dalam rangka

mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif maka

diperlukan pembelajaran yang mengarah untuk mendorong peserta didik mencari

tahu dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan masalah (menanya)

bukan hanya menyelesaikan masalah. maka pembelajaran diarahkan untuk melatih

peserta didik berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis

(rutin) serta mampu kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

Maka pembelajaran yang disarankan dalam Permendikbud no 59 tahun 2014

adalah pembelajaran yang berbasis penyingkapan/penelitian (discovery / inquiry

learning) agar dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,

inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi.

Berdasarkan penjabaran Permendikbud tersebut, maka diperlukanlah

inovasi dalam pelajaran, seperti halnya yang diutarakan oleh Jazzar (2004:2),

untuk meningkatkan hasil belajar yang baik untuk siswa yaitu guru harus mampu

untuk menggunakan suatu model pembelajaran yang dalam hal ini adalah model

(20)

7

siswa untuk lebih memahami pembelajaran. Jazzar juga mengatakan bahwa

penggunaan model pembelajaran Inquiry Training mampu meningkatkan

pemahaman suatu konsep, kreatif dan memiliki keterampilan untuk mengolah

informasi yang didapatkan.

Abdi (2014 :40), melakukan penelitian yang bertujuan unntuk mengetahui

pengaruh yang diberikan metode pembelajran Inquiry terhadap pencapaian

pembelajaran sains, Abdi menyatakan bahwa hasil belajar yang didapatkan siswa

lebih meningkatkan dibanding dengan yang dibelajarkan dengan metode

tradisional. Akpullukcu (2011:1) juga melakukan penelitian tentang model

pembelajaran Inquiry Training dengan praktikum di bidang sains dan teknologi

untuk meningkatan pencapaian akademik siswa. Penelitian yang dilakukan

Chirayu (2013:1) juga akan membahas tentang pengaruh model pembelajaran

Inquiry Training untuk meningkatkan kognitif dan afektif siswa. Namun, untuk

mencapai hal yang maskimal guru harus mempersiapkan dan mengaplikasikan

pembelajaran secara aktif.

Hal ini juga didukung oleh Harlen (2014:5) yang menyatakan bahwa

penggunaan model Inquiry dalam pembelajaran bekontribusi untuk belajar

memahami karena pembelajaran Inquiry menunjukkan bahwa teori belajar

konstruktivisme, penilaian formatif, dan penemuan memiliki karakteristik yang

hampir sama namun, masing-masing memberikan hasil yang unik terhadap siswa.

Harlen juga mengatakan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model

(21)

8

masalah yang dihadapinya, selain itu dengan pembelajaran ini keterampilan siswa

dengan menemukan akan berkembang.

Avsec dan Kojicancic (2014:329) menyatakan bahwa pembelajaran

berbasis penyelidikan adalah pedagogi induktif, yang memungkinkan peserta

didik untuk mengkonstruksi pengetahuan, mengembangkan keterampilan

penalaran tingkat tinggi, dan untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar

dengan menggunakan teknologi berbasis lingkungan belajar. Mereka juga

menjelaskan bahwa pendidikan teknologi yang berpusat pada siswa akan

memunkinkan siswa belajar secara mandiri.

Serupa dengan Avsec dan Kojicancic, Pedaste dan Koiri (2014:142)

mengatakan bahwa sangatlah penting untuk mendesain proses pembelajaran dan

lingkungan belajar yang nyaman untuk fokus dalam pengembangan keterampilan

merefleksi dalam konteks menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang

dimilikinya. Siswa yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi di awal dan akhir

tes akan mampu untuk melakukan penemuan dibandingkan yang lainnya, dan

siswa yang memiliki kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang

dimilikinya menjadikan penemuan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan

yang dihadapinya sehingga akan lebih memberikan manfaat yang lebih kepada

dirinya. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk menghubungkan

pengetahuan akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan siswa yang hanya

memiliki nilai yang tinggi pada tes yang diberikan.

Demikian juga yang dikatakan oleh Demirbas dan Tanriverdi (2011:1)

(22)

9

bagaimana melakukan penelitian untuk memahami pelajaran sains itu sendiri.

Selain itu, Fattahi dan Haghverdi (2015: 134) ingin meneliti peningkatan

keterampilan berpikir kritis jika siswa dibelajarkan dengan model inquiry

training, menurut pendapatnya untuk mengaplikasikan hal tersebut kemampuan

guru dan buku teks yang digunakan juga berperan penting dalam peningkatan

keterampilan berpikir kritis siswa tersebut.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Thaiposori dan Wannapoon

(2015:2143) yaitu untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa

jika dibelajarkan dengan model inquiry training yang dibantu dengan fasilitas

jaringan nternet yang memadai, karena menurutnya untuk mengaplikasikan hal

tersebut dibutuhkan banyak sumber informasi yang harus didapat yang salah satu

caranya yaitu menggunakan jaringan internet sebagai sumbernya.

Uraian diatas menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan antara

kenyataan dan harapan yang diharapkan tercapai namun, belum tercapai secara

maksimal. Berdasarkan masalah yang dibahas sebelumnya maka saya ingin

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry

Training Dan Kemampuan Berfikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses

(23)

10

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat

diidentifikasi masalah yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains

siswa adalah sebagai berikut:

1. Guru belum maksimal untuk menyampaikan materi cenderung

menggunakan metode tradisional.

2. Penerapan model pembelajaran yang belum maksimal

3. Kegiatan melakukan penelitian sangat jarang dilakukan

4. Keterampilan proses sains yang belum maksimal untuk dikembangkan.

5. Sekolah hanya menekankan untuk menghapal pembelajaran sehingga

kemampuan berpikir kurang maksimal digunakan

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah, maka masalah-masalah dapat dibatasi

sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Inquiry

Training

2. Hal yang akan diteliti keterampilan proses sains

(24)

11

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan - pertanyaan

penelitian sebagai berikut

1. Apakah keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran Inquiry Training lebih baik dari Model pembelajaran

langsung?

2. Apakah keterampilan proses sains kelompok siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik dari kelompok siswa

yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata ?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dan

model pembelajaran langsung dengan kemampuan berpikir kritis dalam

meningkatkan keterampilan proses sains?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bahwa keterampilan proses sains siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dari

Model pembelajaran langsung

2. Untuk mengetahui bahwa keterampilan proses sains kelompok yang

siswa memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik dari

kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah

(25)

12

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training

dan model pembelajaran langsung dengan kemampuan berpikir kritis

dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. alternatif bagi guru untuk menentukan metode pembelajaran. Dengan

mengetahui keterampilan meneliti siswa maka guru dapat memilih

metode pembelajaran yang tepat.

2. Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan teoritis bagi masyarakat,

guru yang memerlukan pembahasan dasar teori bagi penelitiannya, baik

untuk pengembangan pembelajaran maupun penyelesaian tugas akhir.

1.7. Defenisi Operasional

Untuk menghindari persepsi yang berbeda digunakan dalam penelitian ini,

dipandang perlu memberikan defenisi secara operasional terhadap istilah-istilah

yang perlu. Defenisi operasional digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati,

menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan

penelitian, dan mengkomunikasikan.

2. Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa

secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat

memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.

Fasee dari model pembelajaran Inquiry Training yaitu 1. menghadapkan

(26)

13

4.mengolah dan memformulasi suatu penjelasan, dan 5.analisis proses

ilmiah.

3. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengaplikasikan

rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan

menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,

(27)

102

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training

dengan kemampuan berpikir kritis dalam mengamati keterampilan proses sains siswa, diperoleh kesimpulan:

1. Keterampilan proses sains siswa akibat pengaruh model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan pembelajaran langsung.

2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai

kemampuan berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai kemampuan berpikir krtitis dibawah

rata-rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training dan model pembelajaran langsung dengan kemampuan berpikir kritis terhadap

keterampilan proses sains siswa. Dalam penelitian ini, keterampilan proses sains siswa dominan pada model pembelajaran inquiry training pada siswa

(28)

103

5.2 Saran

a. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

c. Dalam menerapkan model pembelajaran inquiry training dapat mengalokasikan waktu yang lebih banyak karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran inquiry training masing sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolahyang bersangkutan..

d. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan sederhana ketika pembelajaran

fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

e. Untuk mengamati setiap siswa diperlukan observer yang sebanding dengan

(29)

104

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of Educational Research 2. Volume (1): hlm 37-41

Adiputri, N.C.2014. RI Terendah di PISA, WNA: Indonesian Kids Don't Know How Stupid They Are news.detik.com

(http://news.detik.com/berita/2491125/ri-terendah-di-pisa-wna-indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are/1) diakses pada 22/10/2015:22:01 WIB

Akinbobola, A.O., & Afolabi, F., 2010. Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research 5 volume (4): hlm 234-240

Akpullukcu,S. & Y, Gunay.2011. The Effect of Inquiry Based Learning

Environment of Science and Technology Course on The Students’

Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educational Science, ISSN 1308-8971

Aktamis, H., & O, Ergin. 2008. The Effect of scientific process skills education

on students’ scientific craetivity, science attitudes and academic

achievement. Asia-Pasific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 9, Issue 1: hlm 1-21

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S.2009. Prosedur Penelitian ; suatu pendekatan praktik. Jakarta : Reineka Cipta.

Arikunto, S.2011. Prosedur Penelitian ; suatu pendekatan praktik. Jakarta : Reineka Cipta.

Azizah, A., & Parmin. 2012. Inquiry Training untuk mengembangkan Keterampilan Meneliti mahasiswa. USEJ.I Volume (1);hlm 1-11

Badke, W. 2012. Helping Adults Students Develop Research Skills for Workplace. Trinity Western University:Associate Librarian

(http://evollution.com/opinions/helpinh-adult-students-develop-research-skills-for-the-workplace/) diakses pada 20 Februari 2016

(30)

105

Chirayu, K.C., & Vandana,S.2013. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Chemistry.

Costa, A.L.1985. Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD. 54-57.

Dahar, R.W. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Demirbas, M., & G, Tanriverdi. The Level of Science Process Skills of Science Students in Turkey.

Ennis,R. 1996. Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.

Fattahi, F., & H.R Haghverdi. 2015. Does Inquiry-Based Learning Enhance

Students’ Critical Thinking: A Case Study Of Iranian Efl Learners.

International Journal of Language Learning and Applied Linguistics World (IJLLALW) Volume 9 (3), July 2015; hlm. 134-141

Guevara, & Almario, C. 2015. Science Process Skills development through Innovations in Science Teaching. International Science Congress Association. Vol. 3(2) ;hlm. 6-10

Harlen, W. 2014. Helping Childrens Development of Inquiry Skills. Inquiry In Primary Science Education (IPSE) Pri-So-Net; Vol -1:hlm 5-19

Healey, M., & Jeckin, A. 2009. Developing Undergraduate Reserach and Inquiry. The Higher Education Academy\

Hidayatulloh, M & Madlazim.2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berorientasi Kurikulum 2013 dengan melatih keterampilan proses sains pada materi pengukuran. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. hlm:92-97

Homewood, J. 2011. Research Enhanced Learning and Teaching. Macquire University

Hutagalung, A.M. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Media Komputer Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan

(31)

106

Joyce, B., Weil, M. 2003. Models Of Teaching fifth edition. New Delhi:Prentice Hall Of India

Kitot, A.K., Ahmad, A.R., & Semana, A.A. 2010. The Effectiveness of Inquiry

Teaching in Enhancing Students’ Critical Thinking. Procedia Social and

Behavioral Sciences Volume 7(C);hlm 264–273

Leech, N.L. 2012. Educating Knowledgeable and Skilled Researchers in Doctoral Programs in Schools of Education: A New Model. International Journal of Doctoral Study.Volume 7;hlm19-33

Liliasari.2002. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Bandung : FMIPA UPI.

McGurdy, S.M., Zeggward, & K.E., Dalgety, J.2013. Evaluating the development of science research skills in work-integrated learning through the use of workplace science tools. Asia-Pacific Journal of Cooperative Education, 2013, volume 14(4);hlm 233-249

Napitupulu, E.L. 2012. Prestasi Sains dan Matetmatika Indonesia Menurun.Kompas.com

(http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan. Matematika.Indonesia.Menurun) diakses pada 22/10/2015:22:01 WIB

Nwangwa, K.C.K., & Yonlonfoun, E., & Ometere, T. 2014. Undergraduates and Their Use of Social Media: Assessing Influence on Research Skills. Universal Journal of Educational Research 2 Volume (6): hlm 446-453,

Pedaste, M., & Koiri, K. 2014. When Student Benefit from Analyzing Their Inquiry. Spinger Intrantional Publishing Switzerland; hlm 139-144

Raj, R.G., & S. Nirmala Devi.2014. Science Process Skills And Achievement In Science Among High School Students. Scholarly Research Journal of

Interdiciplanary Studies: hlm 2435-2443

Rostiyah N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rustaman, N.2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

(32)

107

Spronken-Smith, R. Experiencing the Process of Knowledge Creation: The Nature and Use of Inquiry-Based Learning in Higher Educatio. New Zealand. University of Otago

Subagyo,Y., Wiyanto, & P. Marwoto. 2009. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains untuk meingkatkan penguasaan konsep suhu dan pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia hlm 42-26

Sudjana, 2002, Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Suryosubroto.2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Thaiposri, P., & Wannaparoon, P. 2015. Enhancing Student Critical Thinking

Skills Through Teaching and Learning by Inquiry Based Learning Activities Using Social Network and Cloud Computing. Procedia - Social and Behavioral Sciences; hlm 2137-2144

Trianto.2011, Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta

Vaishnav, R.S. 2013. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholarly Research Journal for Interdisciplinary studies,Vol-I; hlm 1216-1220

Webb, F., Smith, C., & Worsfold, K. 2011. Research Skills Toolkit. Griffith University.

Gambar

Gambar 2.1: Dampak Instruksional dan Pengiring dalam model

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

Hasil perhitungan menggunakan analisis sensitivitas laba menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan tingkat profitabilitas Bank Central Asia dan Bank

Dengan berkembangnya bidang jasa Event Organizer pada saat perusahaan akana. menyelenggarakan suatu event maka semua penyedia jasa event akan

Pada suhu 70°c, warna tempe yang dihasilkan adalah coklat dengan tekstur kering rnerata. Jenis

[r]

TITANAT DARI TITANIA TEKNIS SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI ION LITIUM ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

Tesis yang berjudul : “ PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG