• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

1

TUGAS AKHIR

MEKANISME PENGISIAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA PEMATANG SIANTAR O

L E H

Nama : DIAN WIMBI SARI NIM : 082600072

Untuk memenuhi salah satu syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah Penulis Haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah serta hidayah-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan mandiri ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ayahanda tercinta Alm. Ali amransul dan Ibunda tercinta Welly Yusniar, yang telah membimbing dengan penuh cinta dan kasih saying, menjaga dan memperhatikan Penulis sejak kecil serta selalu mencukupi segala keperluan baik secara moril maupun materil hingga akhirnya Penulis mampu menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Selanjutnya Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, naik secara moril maupun materil dalam menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan mandiri ini, terutama sekali kepada :

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(3)

3. Ibu Dra. Arlina .SH, M.Hum, selaku sektretaris Program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing yang dengan sabar bersedia memperhatikan dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada Penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.

4. Seluruh staff pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

5. Kepala kantor pelayanan pajak pratama Pematang Siantar, Kasubag umum, Kepala seksi, beserta staf-staf kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar yang telah memberikan izin dan membantu Penulis dalam mendapatkan data-data dalam penulisan ini.

6. Anju Siregar selaku Supervisor Lapangan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam mendapatkan data yang diperlukan.

7. Buat Abang-abangku tersayang Sandy Wilianto, Wahyu Arianto, M. Faisal, M. Darmansyah yang telah memberikan semangat kepada Penulis dalam Penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.

8. Buat Adik ku Tersayang Wilda Sarah yang telah memberikan Semangat dan Perhatian nya kepada Penulis dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.

9. Buat Sahabat-sahabatku (4 idiot) Nova Frisca Dwi Putri (noy Bernard), Cintya Martha Dewi (martatak), Putri Yoana (iyoul),

(4)

Ririn Rahmadhani (wood) yang sudah banyak membantu dalam penulisan laporan ini, terima kasih untuk perhatian dan, dukungannya, (I luph u all)

10.Buat mama nya Nova ibu Duma Siregar, yang sudah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini, (makasih ibu)

11.Buat seluruh temen-temen angkatan 2008 khususnya Tax08 b yang selama ini telah menjadi keluarga dan sahabat-sahabat penulis. 12.Buat Juniorku Riri Rahmadhani angkatan 2009 makasih atas

semangat dan dukungannya.

13.Dodi Candra Buana, makasih atas semangat dan dukungannya.

Laporan ini sudah selesai, namun Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua yang membaca sebagai wacana dalam memperluas cakrawala pengetahuan.

Kiranya Allah SWT memberikan hidayah-nya kepada kita semua sehingga sukses dalam menggapai cita-cita yang diingikan, Amin.

Medan, juni 2011

Penulis,

Dian Wimbi Sari

(5)

1

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 5

C. Uraian Teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 10

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 10

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG SIANTAR ... 15

A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 15

B. Struktur Organisasi ... 22

C. Uraian tugas dan Fungsi ... 23

D. Gambaran kepegawaian ... 26

(6)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DAFTAR PUSTAKA ... 28

A. Gambaran Pajak Secara Umum ... 28

1. Asas Pemungutan Pajak ... 28

2. Sistem Pemungutan Pajak ... 29

B. Gambaran Mengenai Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 29

1. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 29

2. Pendataan Objek dan Subjek Pajak ... 31

3. Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak ... 33

4. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ... 35

5. Sanksi – Sanksi ... . 37

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 40

A. Analisa Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ... 40

1. Pendaftaran Objek dan Subjek baru ... 40

2. Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ... 43

B. Analisa Kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek (SPOP) ... 49

(7)

C. Analisa Upaya yang ditempuh Pemerintah untuk mengatasi Kendala atau penghambat dalam pelaksanaan Pengisian dan pelaporan SPOP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pematang Siantar ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... . 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Penjabaran Pegawai Berdasarkan Seksi ... 27

Tabel 2 Lembar SPOP ... 47

Tabel 3 Lembar Lampiran SPOP ... 48

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi Wajib Kepada Kas Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dan oleh karena itu perlu dikelola dengan meningkatkan peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

Program pembangunan yang semakin besar dan luas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan dan memelihara hasil pembangunan yang telah dicapai dan melanjutkan program pembangunan yang telah dimulai serta meningkatkan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Dengan demikian kebutuhan akan dana pembangunan akan terus menerus meningkat.

(10)

dan/atau bangunan tersebut. Oleh karena itu wajar dan sudah sepantasnya apabila mereka yang memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan tersebut diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak.

Pajak Bumi dan Bangunan yang merupakan pajak pusat dan tercantum dalam Anggaran penerimaan dan Belanja Negara (APBN) namun hasil penerimaan seluruhnya telah dialokasikan kepada pemerintah Daerah melalui mekanisme bagi hasil pajak. Hasil penerimaan ini oleh pemerintah Daerah digunakan untuk berbagai keperluan pemerintah daerah terutama untuk pembangunan di daerah.

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak sebagai partisipasi dalam menanggung pembiayaan Negara, maka dituntut kesadaran warga Negara untuk memenuhi kewajiban kewarganegaraannya Salah satu kewajiban tersebut adalah subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) pajak bumi dan bangunan (PBB) sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 pasal 9 ayat (1) yang berbunyi “ Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak”. Ini merupakan kewajiban pertama bagi subjek pajak guna mengawali pemenuhan kewajibannya untuk membayar Pajak Bumi Dan Bangunan.

(11)

mendaftarkan objek pajaknya termasuk jati dirinya dengan mengisi formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

Tetapi pemasukan dana ke Kas Negara yang banyak itu tergantung wajib pajak PBB yang banyak juga mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak guna mendaftarkan objek pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama setempat atau tempat-tempat yang ditunjuk. Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 pasal 9 ayat (2) menjelaskan bahwa pendaftaran dilakukan dengan cara :

1. Mengisi formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak

2. Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus jelas, benar, lengkap dan tepat waktu yaitu :

a. Jelas, maksudnya adalah bahwa penulisan data yang diminta dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun wajib pajak

(12)

c. Lengkap, maksudnya bahwa semua kolom dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), baik yang menyangkut subjek Pajak dan/atau Wajib Pajak maupun data tanah dan/atau bangunan harus diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) tersebut harus diberi tanggal Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan ditanda tangani oleh wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

d. Tepat waktu, maksudnya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang sudah diisi oleh wajib pajak dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut diatas selambat-lambatnya 30 (Tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak. e. Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak

ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau mengirimkannya melalui kantor pos tercatat.

(13)

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

a. Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

b. Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

c. Upaya Penangananan Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi Pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

(14)

3. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasalahan Perpajakan yang timbul selama melaksanakan PKLM. 4. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan

kedisiplinan dalam bekerja.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pada Instansi Pajak, khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

2. Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3. Mempromosikan Image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar kepada masyarakat khususnya sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

2. Meningkatkan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

3. Membuka interaksi antara dosen dan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

(15)

5. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

C. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak

Secara umum ada beberapa pengertian Pajak yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :

a. Prof. Dr. P.J.A Andriani

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak dalam Waluyo (2008:2) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

(16)

2. Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut Atep dalam Darwin (2009:3) pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia (1811 s/d 1816) ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada masa Gubernur Jendral Sir Thomas Standford Raffles (1811-1816) yang disebut dengan nama Landrente. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil bahwa semua tanah adalah milik kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa dari tanah-tanah yang dikelola oleh kepala desa itu. Untuk itu mereka harus membayar sewa tanah (landrent) dengan natura secara tetap.

Pada masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pajak Tanah berubah nama lagi menjadi Pajak Bumi. Kemudian Pajak Bumi diganti dengan Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian yang pengelolaan dan pemungutannya dilakukan oleh Jawatan Pajak. Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959 yang mengatur tentang Pajak Hasil Bumi.

Berdasarkan Surat keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 29 November 1965, nama Direktorat Pajak Hasil Bumi diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah, dan nama pajaknya disebut Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) dengan Objeknya sector pedesaan, perkotaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pada tanggal 27 Desember 1985 diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986.

(17)

Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi dan/atau bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang menbayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

(18)

D. RUANG LINGKUP PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar, penulis membahas secara rinci mengenai :

1. Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

2. Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

3. Upaya Penanganan Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan lokasi PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal dan surat pengantar.

2. Studi Literatur

(19)

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar , mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Dalam Observasi ini penulis memberikan suatu pengantar untuk melaksanakan data yang akan diminta pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

4. Pengumpulan data

pengumpulan data mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) melalui :

a. Data Primer atau wawancara

Kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara yang bersumber dari pihak yang memahami tentang Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

b. Data sekunder atau Dokumentasi

(20)

5. Analisa dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

F. METODE PENGUMPULAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Adapun cara pengumpulan data sebagai berikut : 1. Daftar Pertanyaan (interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

(21)

G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode pengumpulan data dan sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) .

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis Menjelaskan mengenai Latar Belakang PKLM, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis PKLM, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data PKLM, Sistematika Penulisan Laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA PEMATANG SIANTAR

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar, Struktur Organisasi, Uraian tugas pokok dan Fungsi serta gambaran data pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(22)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang ada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khusunya oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

(23)

1 BAB II

GAMBARAN LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19 September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan. 4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada

Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI Nomor. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-Undang RI Nomor. 12 Tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti

(24)

nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang.

Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama. Unit kerja tersebut adalah :

1. KPP Pratama Tebing Tinggi 2. KPP Pratama Kisaran

(25)

5. KPP Pratama Sibolga 6. KPP Pratama Sidempuan 7. KPP Pratama Balige 8. KPP Pratama Kabanjahe

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat

b. Siantar Barat c. Siantar Utara d. Siantar Timur e. Siantar Martoba f. Siantar Sitalasari g. Siantar Marimbun

2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean

b. Sidamanik

c. Girsang Sipangan Bolon d. Tanah Jawa

(26)

h. Raya i. Dolok Silau j. Silou Kahean k. Raya Kahean

l. Bolok Batu Nanggar m.Siantar

n. Bandar

o. Bosar Maligas p. Ujung Padang q. Pematang Bandar r. Tapian Dolok s. Huta Bayu Raja t. Gunung Malela u. Gunung Maligas v. Panombeian Panei w.Hatonduhan

x. Haranggaol Horison y. Jawa Maraja Bah Jambi z. Bandar Huluan

aa. Bandar Masilam bb. Pematang Silima Huta cc. Silimakuta

(27)

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integrita dan profesionalisme yang tinggi”.

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang

Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang

efektif dan efisien”.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut :

a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik & prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak.

(28)

c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.

d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi & misinya dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.

Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak

(29)
[image:29.595.248.372.226.350.2]

Gambar 2.1.

Lambang Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Keterangan :

1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara.

2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran. 3. Bentuk kapas melambangkan bersih.

4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir.

(30)

B. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Pematang Siantar

a. Struktur Organisasi KPP Pratama Pematang Siantar

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system kerjasama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Replubik Indonesia.

b. Deskripsi Tugas KPP Pratama Pematang Siantar

(31)

1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Ekstensifikasi

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pelayanan

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV ) 6. Seksi Pemeriksaan

7. Seksi Penagihan

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :

a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana

C. Uraian Tugas dan Fungsi

Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

(32)

Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

2. Subbagian Umum

Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan & penata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

(33)

dengan teknologi yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial) tertentu.

6. Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Seksi Pemeriksaan

(34)

penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system informasi secara optimal.

(35)
[image:35.595.129.454.141.364.2]

Tabel 1. Penjabaran Pegawai berdasarkan seksi

Seksi Jumlah

Sub Bagian Umum 7

Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12

Seksi Pelayanan 13

Seksi Penagihan 6

Seksi Pemeriksaan 2

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7

Seksi Ekstensifikasi 4

(36)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. GAMBARAN PAJAK SECARA UMUM

Pajak menurut Undang-Undang Nomor : 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat kan imbalan secara langsung dan digunakan keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

1. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili (asas Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan

(37)

berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

2. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah ( fiskus ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

B. GAMBARAN TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

1. Objek Dan Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan

(38)

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah : a. Taman dan Pagar Mewah

b. Kolam Renang

c. Tempat / bangunan olah raga d. Jalan Tol

e. Galangan Kapal dermaga f. Taman Mewah

g. Tempat penampungan/ kilang Minyak, air dan gas, pipa minyak h. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

i. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut.

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi Dan Bangunan adalah :

a. Digunakan semata–mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan

b. Perkuburan, peninggalan Purbakala, dan lain-lain yang sejenis.

c. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

(39)

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional oleh yang ditentukan oleh menteri keuangan.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Bumi Dan Bangunan yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka (orang atau badan) yang :

a. Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau b. Memperoleh manfaat atas bumi/tanah, dan/atau c. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau d. Memperoleh manfaat atas bangunan.

2. Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan Pengetahuan Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak maka Direktorat Jenderal Pajak mengadakan kegiatan Pendataan Objek dan Subjek Pajak atau bekerja sama dengan pihak lain/pihak ketiga yang telah ditentukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut.

(40)

a. Pendataan dengan cara Penyampaian dan Pemantauan Pengembalian SPOP/LSPOP

Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP/LSPOP pada umumnya dilakukan untuk daerah-daerah terpencil, belum mempunyai peta, dan potensi pajaknya kecil. Pendataan dengan cara ini mirip seperti pelaksanaan pendaftaran Objek dan Subjek Pajak. Perbedaannya terletak pada aktifitas masing-masing pihak. Pada pelaksanaan pendaftaran Objek dan subjek pajak aktifitas dari subjek pajak sangat Dominan, sedangkan pada pendataan penyampaian dan pengembalian SPOP/LSPOP ini aktifitas dari petugas pajak lebih dominan.

Para petugas Pajak yang ditugaskan untuk melaksanakan pendataan dengan cara ini mendatangi desa/kelurahan-kelurahan yang akan dilakukan pendataan sambil membawa formulir SPOP/LSPOP, kemudian dengan bantuan aparat desa/kelurahan formulir SPOP/LSPOP tersebut disebarkan kepada seluruh Subjek Pajak yang ada di desa/kelurahan-kelurahan tersebut.

(41)

b. Identifikasi Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif Objek Pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan. data tersebut merupakan hasil pendataan secara lengkap tiga tahun terakhir.

c. Verifikasi data Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto dan sudah mempunyai data administrasi pembukuan PBB hasil pendataan tiga tahun terakhir secara lengkap.

d. Pengukuran Bidang Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta desa/kelurahan dan/atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif Objek Pajak.

3. Pendaftaran Objek Dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Pendaftaran dilakukan oleh Subjek Pajak (orang atau Badan) dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). SPOP diisi dengan ketentuan sebagai berikut :

(42)

sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun wajib pajak

b. Benar, maksudnya agar data yang dilaporkan/dituliskan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan/atau harga perolehan, letak tanah dan/atau bangunan serta peruntukkan atau penggunaannya yang dilaporkan dan/atau dituliskan dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Lengkap, maksudnya bahwa semua kolom dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), baik yang menyangkut subjek Pajak dan/atau Wajib Pajak maupun data tanah dan/atau bangunan harus diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) tersebut harus diberi tanggal Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan ditanda tangani oleh wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

(43)

e. Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau mengirimkannya melalui kantor pos tercatat.

Untuk mendaftarkan Objek Pajaknya, Maka Subjek/Wajib Pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Mengisi Surat Permohonan

b. Mengisi Blanko SPOP beserta LSPOP

c. Melampirkan Fotocopy identitas Wajib Pajak, Bukti kepemilikan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Surat Pemberitahuan Objek Pajak ( SPOP )

SPOP adalah surat yang digunakan oleh Waiib pajak untuk melaporkan data objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak Bumi dan Bangunan yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang.

1. Hak dan kewajiban Wajib Pajak Dalam mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak

Hak Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak adalah: 1. Memperoleh formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara

gratis pada setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk.

(44)

3. Memperoleh tanda terima pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

4. Memperbaiki/mengisi ulang Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) apabila terjadi kesalahan dalam pengisian dengan melampirkan fotocopy bukti yang sah.

5. Menunjuk orang/pihak lain selain pegawai Direktorat Jenderal Pajak dengan surat kuasa khusus bermaterai, sebagai kuasa Wajib Pajak untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). 6. Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan penyampaian Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebelum batas waktu dilampaui dengan menyebutkan alasan–alasan yang sah

Sedangkan kewajiban Wajib Pajak dalam Pengisian SPOP adalah :

1. Mendaftarkan objek pajak dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

2. Mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dengan jelas, benar dan lengkap.

3. Menyampaikan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang telah diisi Wajib Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) diterima.

(45)

mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebagai perbaikan/ pembetulan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebelumnya.

5. SANKSI-SANKSI A. Sanksi Administrasi

1. Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.

Contoh :

Wajib Pajak A tidak menyampaikan SPOP.

Berdasarkan data yang ada, Direktorat Jenderal Pajak Mengeluarkan SKP yang berisi :

− Objek Pajak dengan luas dan nilai jual

− Luas objek pajak menurut SPOP

− Pokok Pajak = Rp.1.000.000

− Sanksi Administrasi 25% x Rp.1.000.000 = Rp. 250.000 − Jumlah Pajak yang terhutang dalam SKP = Rp. 1.250.000

(46)

Berdasarkan SPOP diterbitkan SPPT = Rp. 1.000.000

Berdasarkan Pemeriksaan, Pajak seharusnya

Terhutang dalam SKP = Rp. 1.500.000

Selisih = Rp. 500.000

Denda Administrasi 25% x Rp. 500.000 = Rp. 125.000

Jumlah Pajak terhutang dalam SKP = Rp. 625.000

Adapun jumlah pajak yang terhutang sebesar Rp.1.000.000,- yang tercantum dalam SPPT, apabila belum dilunasi Wajib Pajak, penagihannya dilakukan berdasarkan SPPT tersebut.

B.Sanksi Pidana

(47)

2. Barang siapa karena dengan sengaja :

a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jenderal Pajak

b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar

c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar

d. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya

e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan.

(48)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Mekanisme Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Dalam mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak, ada hal yang harus dilaksanakan terlabih dahulu sebelum Pengisian SPOP/LSPOP dilakukan. Hal tersebut adalah Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak baru.

1. Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak Baru Pajak Bumi dan Bangunan a. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 pasal 9 Ayat (1) tentang “Mekanisme Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak”.

b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-533/PJ/2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Objek dan Subjek baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam Rangka Pembentukan dan/atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) s.t.d.d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-115/PJ/2002 tanggal 4 Maret 2002.

Adapun Prosedur Kerja dari pendaftaran Objek Pajak Baru yaitu:

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pendaftaran Objek Pajak baru ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima permohonan Pendaftaran Objek Pajak Baru kemudian meneliti kelengkapan

(49)

persyaratannya. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran belum lengkap, berkas permohonan pendaftaran dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran, dan kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi.

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Pejabat Fungsional Penilai untuk melakukan penelitian kantor. 4. Pejabat Fungsional Penilai menerima berkas permohonan pendaftaran,

melakukan penelitian kantor, dan membuat konsep Berita Acara penelitian Kantor, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi beserta berkas permohonan pendaftaran.

5. Kepala Seksi Ekstensifikasi mempelajari dan memaraf konsep Berita Acara penelitian Kantor, kemudian menyampaikan kepada Kepala Kantor. Dalam hal Kepala Seksi Ekstensifikasi tidak menyetujui konsep Berita Acara penelitian Kantor, Pejabat Fungsional Penilai harus memperbaiki konsep Berita Acara penelitian Kantor tersebut.

(50)

Pejabat Fungsional Penilai harus memperbaiki konsep Berita Acara penelitian Kantor tersebut.

7. Kepala Seksi Ekstensifikasi menerima Berita Acara penelitian Kantor dan menugaskan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi untuk melakukan pemutakhiran data grafis dan proses penatausahaan berkas selanjutnya. 8. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi melakukan pemutakhiran data grafis,

kemudian meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk dilakukan perekaman data. 9. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima berkas

permohonan pendaftaran dan menugaskan Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk melakukan proses pembentukan basis data dan penatausahaan berkas selanjutnya.

10. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi melakukan perekaman SPOP/LSPOP, mencetak Daftar Hasil Rekaman (DHR), melakukan pencocokan antara SPOP/LSPOP dan DHR, dan meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk dicetak. 11. Kepala Kantor mereview, menetapkan, dan menandatangani produk

hukum, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi Pelayanan. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep produk hukum, Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep produk hukum tersebut.

(51)

2. Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Adapun Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah :

1. Formulir SPOP/LSPOP dapat diperoleh di tempat-tempat pengambilan yang telah ditentukan antara lain di kantor Pelayanan Pajak Pratama, di kantor Kelurahan, kantor Kecamatan, dan tempat lainnya yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam hal formulir SPOP/LSPOP diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Subjek Pajak dapat langsung datang ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar atau melalui kuasanya untuk mengambil formulir-formulir tersebut.

2. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan lengkap dengan bukti-bukti pendukung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima permohonan Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya.

Bukti-bukti pendukung yang perlu dilampirkan berupa :

(52)

c. Fotocopy salah satu bukti Surat Bangunan antara lain seperti Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat keterangan Lurah/Kepala desa, fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak dan Dokumen Lainnya.

3. Setelah Subjek Pajak menyerahkan Permohonan Pendaftaran lengkap dengan Bukti-bukti Pendukungnya, kemudian Subjek Pajak Mengisi Formulir SPOP/LSPOP dengan Jelas, benar, lengkap dan tepat waktu serta ditandatangani.

a. Jelas, maksudnya adalah bahwa penulisan data yang diminta dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun wajib pajak

b. Benar, maksudnya agar data yang dilaporkan/dituliskan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan/atau harga perolehan, letak tanah dan/atau bangunan serta peruntukkan atau penggunaannya yang dilaporkan dan/atau dituliskan dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

(53)

pajak. Wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

d. Tepat waktu, maksudnya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang sudah diisi oleh wajib pajak dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut diatas selambat-lambatnya 30 (Tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak.

4. Dalam hal Subjek Pajak atau kuasanya mengalami kesulitan dalam pengisian formulir tersebut, maka mereka dapat meminta petunjuk kepada petugas pajak (fiskus), dalam hal formulir tersebut diisi oleh kuasa dari Subjek Pajak, maka harus dilampiri surat kuasa yang dibubuhi bea materai sebesar Rp. 6000.

(54)

6. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran dan formulir SPOP/LSPOP sudah diisi dengan lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Subjek Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran

kemudian Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi melakukan perekaman SPOP/LSPOP, mencetak Daftar Hasil Rekaman (DHR), melakukan pencocokan antara SPOP/LSPOP dan DHR, guna pembentukkan Basis Data Objek Dan Subjek Pajak dan meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk dicetak.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP.533/PJ/2000 yaitu Blanko SPOP terdiri dari Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP) .

1. Lembar Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

[image:54.595.145.488.665.749.2]

Lembar SPOP adalah lembar yang digunakan untuk mengisi Identitas, letak Objek Pajak, Data Tanah, Denah/sket/lokasi Objek Pajak yang dimiliki oleh Subjek Pajak.

Tabel 2 : lembar SPOP

Data Diisi Wajib

Pajak

Diisi Petugas Pajak

Jenis Transaksi - 

(55)

NOP BERSAMA - 

Tambahan Untuk Data Baru - 

Data Letak Objek Pajak  -

Data Subjek Pajak  -

Data Tanah  -

Zona Nilai Tanah - 

Data Bangunan  -

Pernyataan Subjek Pajak  -

Identitas Pendata - 

Sket/Denah Lokasi Objek Pajak  - Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian/Ekstensifikasi Keterangan :

a. NOP adalah nilai Identifikasi Objek Pajak yang mempunyai Karakteristik Unik, Permanen, standar dengan satuan Blok dalam satu wilayah Administrasi Pemerintah desa/kelurahan yang berlaku secara Nasional.

b. ZNT (Zona Nilai Tanah) adalah Zona Geografis yang terdiri dari sekelompok Objek Pajak yang mempunyai Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR) sama yang dibatasi oleh batas penguasaan/pemilikan Subjek Pajak dalam satu wilayah Administrasi Pemerintahan desa/kelurahan.

2. Lembar Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)

(56)
[image:56.595.140.484.193.379.2]

lebih, maka jumlah LSPOP yang digunakan adalah sebanyak jumlah bangunan yang ada.

Tabel 3 : Lembar LSPOP

Data Diisi Wajib

Pajak

Diisi Petugas Pajak

Rincian Data Bangunan  -

Fasilitas  -

Data Tambahan Untuk Jenis

Penggunaan Bangunan JPB = 3/8 - 

Data Tambahan Untuk Bangunan

Non-Standar - 

Penilaian Individual - 

Identitas Pendata - 

Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian/Ekstensifikasi

Keterangan :

a. Bangunan Non Standard adalah Objek Pajak yang tidak memenuhi kinerja Objek Pajak Standard.

b. Objek Pajak Standard adalah Objek Pajak yang memiliki Luas Bangunan ≤ 1000 m2 dan Jumlah lantai ≤ 4 (empat) serta luas tanah ≤ 10.000 m2.

c. Penilaian Individual adalah penilaian terhadap Objek Pajak dengan cara memperhitungkan semua karakteristik dari setiap Objek Pajak.

(57)

1. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

2. Kesadaran Masyarakat untuk Memenuhi kewajiban Perpajakan nya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya masih relatif rendah, khususnya pada masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil atau pedesaan.

3. Kurangnya pemahaman Subjek Pajak dalam menghadapi kerumitan dalam Pengisian SPOP/LSPOP.

4. Keterlambatan Pengembalian dan kesalahan pengisian SPOP/LSPOP a. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tidak tepat waktu sehingga

menimbulkan kesulitan pada petugas Pajak, disamping harus meneliti dan menatausahakan kembali SPOP/LSPOP tersebut, petugas pajak juga harus membuat laporan pendaftaran Objek Pajak Baru yang akan diserahkan pada akhir bulan.

(58)

5. Kurangnya Sumber Daya Manusia dalam menghadapi jumlah Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak

6. Kurang memadainya Sarana dan Prasarana yang tersedia di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar seperti tidak tersedia nya ruang konsultasi untuk para Wajib pajak, tidak tersedia nya ruang tunggu untuk Wajib Pajak yang memiliki keperluan kepada Account Representative (AR).

C. Upaya-Upaya Penanganan Kendala-Kendala dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

1. Mengadakan Pendataan Objek dan Subjek Pajak

Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan Pengetahuan Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak maka Direktorat Jenderal Pajak mengadakan kegiatan Pendataan Objek dan Subjek Pajak. Pendataan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan menuangkan hasilnya dalam formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

(59)

Langkah selanjutnya adalah melakukan Pendataan yang pada umumnya dilakukan untuk daerah terpencil yang belum mempunyai peta, dan potensi pajaknya kecil, Pendataan ini dilakukan dengan cara petugas Pajak akan mendatangi Desa/kelurahan-kelurahan yang akan dilakukan Pendataan dengan membawa SPOP/LSPOP, kemudian dengan bantuan aparat desa/kelurahan formulir SPOP/LSPOP tersebut disebarkan kepada seluruh Subjek Pajak atau kuasanya, setelah formulir SPOP/LSPOP tersebut diisi dengan jelas, benar, lengkap dan ditandatangani oleh Subjek Pajak atau kuasanya, maka petugas Pajak akan mengambil kembali formulir SPOP/LSPOP tersebut dari aparat Desa/kelurahan untuk dibawa ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar guna dilakukan perekaman data nya.

3. Menanggapi kerumitan dalam pengisian blanko SPOP/LSPOP yang diatur pada SK Menteri Keuangan Nomor. 1002/KMK.04/1985 yang menuntut kecermatan dan ketelitian dalam Pengisian Formulir SPOP/LSPOP maka diterbitkanlah SK Menteri Keuangan Nomor. 19/KMK.04/1986 yang berintikan mengenai Penyederhanaan pengisian Blanko SPOP/LSPOP yang sampai saat ini ketentuan tentang penyederhanaan pengisian formulir SPOP/LSPOP tersebut masih tetap diberlakukan pada setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

4. Menetapkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) Pajak Bumi dan Bangunan a. Sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang Pajak Bumi

(60)

dan diisi secara jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani, maka formulir SPOP/LSPOP tersebut harus dikembalikan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya formulir SPOP/LSPOP tersebut.

Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya formulir SPOP/LSPOP ternyata belum dikembalikan, maka Subjek Pajak akan menerima surat tegoran dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar yang akan dilanjutkan dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dimana besarnya pajak terhutang dalam SKP tersebut ditetapkan secara jabatan (pokok pajak) ditambah denda administrasi sebesar 25% dari pokok Pajak.

b. Setelah formulir SPOP/LSPOP diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar dan dilakukan perekaman, tetapi terdapat ketidakcocokkan data antara isi dari Formulir SPOP/LSPOP dengan keadaan sebenarnya di lapangan, maka upaya yang dapat dilakukan adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar akan menerbitkan SKP sebesar selisih pajak terhutang ditambah denda Adminitrasi sebesar 25% dari selisih pajak terhutang.

(61)

mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan Uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar, terdapat beberapa kendala yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar dalam melaksanakan Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), antara lain sebagai berikut :

(62)

Pengisian SPOP/LSPOP itu sendiri dilakukan. Hal tersebut adalah Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak baru.

2. Mengisi Formulir SPOP/LSPOP dengan Jelas, benar, lengkap dan tepat waktu serta ditandatangani dengan melampirkan bukti-bukti pendukung. 3. Formulir SPOP/LSPOP dikembalikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)

hari setelah tanggal diterimanya formulir SPOP/LSPOP. Setiap Pengembalian formulir SPOP/LSPOP oleh Subjek Pajak akan diberikan tanda terima penyampaian Dan Pengembalian SPOP atau Bukti Penerimaan Surat (BPS).

4. Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang terdiri dari 2 lembar yaitu SPOP dan LSPOP yang diisi oleh subjek pajak dan petugas pajak. Subjek Pajak cukup mengisikan letak Objek Pajak, identitas Subjek pajak, data tanah dan data Bangunan, rincian data Bangunan dan fasilitas. Diluar dari data tersebut diisi oleh petugas pajak.

5. Kendala dan hambatan yang dialami di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar dalam Pelaksanaan Pengisian dan Peloporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak dapat dikurangi dengan beberapa cara dan Upaya.

B. SARAN

Dari Laporan Tugas Akhir ini, penulis memberikan saran yang nantinya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar dalam Upaya peningkatan Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak

(63)

serta Peningkatan Pemahaman Subjek Pajak dalam Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak.

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya dan Kesadaran Masyarakat untuk Memenuhi kewajiban Perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya masih relatif rendah, oleh karena itu perlu diadakannya penyuluhan dan pembinaan yang dapat membantu memberi perhatian kepada masyarakat.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Darwin, 2009. Pajak Bumi Dan Bangunan dalam Tataran Praktis Mitra Wacana Media, Jakarta

Hartoyo, Harry. 2010. Membedah Administrasi Pajak Bumi Dan Bangunan, Mitra Wacana Media, Jakarta

Siti, Resmi. 2008. Perpajakan I, Salemba Empat, Jakarta

Waluyo. 2008. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta

Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor. 12 Tahun 1994 pasal 9 Ayat 1 dan tentang “Mekanisme Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak”.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-533/PJ./2000, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Objek dan Subjek baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

SK Menteri Keuangan Nomor. 1002/KMK.04/1985, tentang kecermatan dan ketelitian dalam Pengisian Formulir SPOP/LSPOP

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 1. Penjabaran Pegawai berdasarkan seksi
Tabel 2 : lembar SPOP
Tabel 3 : Lembar LSPOP

Referensi

Dokumen terkait

yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Mekanisme Perekaman Data Informasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di

Dengan sistem yang dirancang baik diharapkan masyarakat mendaftarkan dirinya menjadi wajib pajak dan untuk Pengusaha Kena pajak (PKP) atau Wajib Pajak Badan karena selama ini

dalam peningkatan jumlah penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah adalah Kantor Pelayanan Pajak, kebijakan – kebijakan yang telah di buat

berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang “Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan

Penatausahaan dan pengawasan terhadap Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 adalah dengan melakukan kegiatan pengolahan SPT sesuai prosedur yang ada pada seksi terkait

Kendala-Kendala Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... Upaya-Upaya yang Dilakukan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu. melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di

Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “ Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai