Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian
rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek, baik menyangkut aspek hakikat
pebelajaran, maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang mengatur pelaksanaaan
pendidikan pada umumnya dan pembelajaran lebih khusus (Sukirman,2008).
Pada pembelajaran IPA di SD banyak faktor yang harus diperhatikan, salah
satu faktor yaitu lingkungan sekitar yang sangat berpengaruh pada pembelajaran.
Berkaitan dengan pentingnya lingkungan dalam pembelajaran IPA, maka ada suatu
asas dalam pembelajaran tersebut yang harus diperhatikan dan dipilih oleh guru, yaitu
asas-asas didaktik atau asas-asas mengajar yang disebut dengan asas lingkungan,
yaitu suatu asas yang mengaitkan suatu proses pembelajaran dengan lingkungan anak.
Bagi seorang guru menguasai asas-asas mengajar adalah sangat penting dan
merupakan suatu keharusan, karena dengan menguasai asas-asas mengajar ini akan
dapat membantu guru dalam meningkatkan dan mengembangkan praktik pengajaran
di kelas untuk tercapainnya tujuan pengajaran yang diharapkan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam dan
mempunyai hubungan yang luas terkait dengan kehidupan manusia. IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan
untuk inkuri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam
penerapannya untuk kehidupan sehari-hari, di dalam kehidupan sehari-hari IPA atau
sains secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang didapatkan
dengan proses tertentu. Adapun proses yang dimaksud adalah ilmiah, berbasis
pengamatan dan penemuan serta berdasarkan fakta-fakta (Putra, 2013:52-53).
Hakikat proses dalam pembelajaran IPA tidak terlepas dari pemilihan dan
penerapan sebuah metode di dalam pembelajaran, terkait dengan pemilihan model
tersebut guru merupakan subjek yang memegang peranan penting. Pemilihan model
merupakan salah satu tugas utama dari seorang guru. Di dalam pelaksanaan
pembelajaran seorang guru tidak saja bertugas untuk menyampaikan materi tetapi
juga harus bertanggung jawab terhadap perencanaan sebuah proses pembelajaran.
Perencanaan sebuah pembelajaran oleh guru antara lain menyangkut
komponen-komponen pembelajaran yang dapat menunjang di dalam pencapaian sebuah tujuan,
salah satu komponen penting dalam perencanaan proses pembelajaran ialah metode
pembelajaran
Pemilihan sebuah model di dalam pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa
hal karakter materi pelajaran, ketersediaan sarana belajar, serta karakteristik siswa
dan bagaimana model yang diterapkan tersebut dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi IPA yang terkait dengan realitas kehidupan yang siswa alami
Karakteristik pembelajaran IPA yang mengedepankan penumbuhan rasa ingin
tahu siswa dan kemampuan siswa melihat hubungan sebab akibat, menuntut guru
merencanakan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa aktif berpikir. Disamping
itu guru juga diharapkan mampu melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang ditetapkan juga
harus mengakomodasi kebutuhan siswa akan pemahaman konsep yang baik tentang
IPA dan juga kemampuan siswa memahami proses dan hubungan sebab akibat.
Permasalahan umum dalam pembelajaran IPA yang sering dijumpai dalam
Guru masih memilih menggunakan metode ceramah selama pembelajaran, sehingga
menimbulkan kebosanan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan siswa
cenderung kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru. kenyataannya
pembelajaran IPA menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan
siswa dalam pembelajaran akan lebih memberikan siswa pengalaman belajar yang
bermakna.
Kondisi yang demikianlah yang ditemui di SDN Patemon 01 Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang, dari hasil observasi yang telah penulis lakukan dapat
diamati bahwa penguasaan materi pelajaran oleh siswa masih sangat kurang,
khususnya dalam mata pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar IPA
di SDN Patemon 01, rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran IPA yaitu 62,43 masih berada sangat jauh dari pencapaian KKM ≥ 75 yang telah ditentukan oleh guru, dari 21 siswa 16 diantaranya masih kurang memahami pembekajaran IPA yang berarti siswa belum mencapai KKM dan hanya 5 siswa yang nilainya ≥ 75 yang telah tuntas. Perolehan nilai ulangan harian IPA yang masih dibawah KKM menunjukkan
bahwa siswa kurang memahami mata pelajaran IPA sehingga berpengaruh terhadap
hasil belajar IPA yang diperoleh.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 januari 2015 di
SDN Patemon 01 dapat disimpulakan permasalahan yang ditemui disebabkan karena
pembelajaran kurang efektif, kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat
pada guru. Cara mengajar yang dilakukan masih konvensional menggunakan metode
ceramah, penggunaan metode ceramah tidak menutup kemungkinan pembelajaran itu
berhasil akan tetapi metode ceramah yang lebih berpusat pada guru sehingga siswa
kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi guru
kurang memanfaatkan media di setiap proses pembelajaran, guru masih bergantung
pada buku teks dan buku pegangan siswa sehingga pengetahuan atau meteri yang
didapat siswa dalam bentuk penghafalan konsep. Siswa hanya mendengarkan atau
mencatat hal yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan soal-soal yang
dan berdampak pada hasil belajar IPA yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
Mempertimbangkan kondisi dilapangan yang demikian salah satu upaya untuk
meningkatakan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Patemon 01 dengan
mengubah paradigma guru yang konvensional menjadi guru yang inovatif dan kreatif,
salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif di salam proses
pembelajaran yang berlangsung sehingga pembelajaran menjadi bervariasi, menarik
dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang sulit dipahami.
Dalam upaya meningkatkan hasil belajar, diperlukan model pembelajaran
yang tepat sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Hal ini juga dijelaskan Mulayasa (2008:107) seperti sebagai berikut: “penggunaan model yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efesiensi pembelajaran”. Inovasi model pembelajaran dalam IPA diharapkan dapat mendorong siswa mengembangan
sendiri konsep-konsep IPA sehingga esensi dari mata pelajaran IPA benar-benar terinternalisasi dalam pikiran siswa, tidak hanya „disuapi‟ dengan materi oleh guru yang berujung pada penghafalan konsep, bukan pemahaman konsep.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut untuk menjadi seorang
spectator atau penonton saja yang hanya mendengarkan penjelasan guru namun juga
dituntut untuk aktif. Sesuai dengan salah satu prinsip Kurikulum Satuan Pendidikan
bahwa pendekatan pembelajaran yang diharapkan adalah student centered.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) menjadikan siswa sebagai
pemain utama dalam proses pembelajaran, siswa dituntut menjadi pribadi yang aktif
dan guru hanya sebagai pembimbing yang hanya bertugas mengarahkan dan
membimbing siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai kondisi sebagaimana telah diuraikan diatas, diperlukan
metode pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat aktif mengeluarkan pendapat
dan menemukan konsepnya sendiri yaitu dengan menggunakan model Discovery.
Menurut Oemar Hamalik (2001:63) Model Discovery adalah “suatu strategi yang
persoalan atau mencari jawaban di dalam pernyataan-pernyataan di dalam suatu
prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas”.
Model pembelajaran penemuan adalah model mengajar yang menitikberatkan
pada aktivitas peserta didik dalam belajar. Dalam pembelajaran ini, guru bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk
menemukan konsep dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. model ini
menekankan guru untuk memberikan masalah kepada peserta didik kemudian peserta
didik disuruh memecahkan masalah tersebut melalui melakukan percobaan,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Model
pembelajarann penemuan (Discovery) diharapkan dapat meningkatkan peran aktif
peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik serta kualitas pendidikan IPA.
Model pembelajaran Discovery merupakan salah satu model mengajar yang
mana guru tidak langsung memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari materi yang
disampaikannya. Melainkan siswa diberi kesempatan mencari dan menemukan hasil
data tersebut. Sehingga proses pembelajaran ini yang akan diingat oleh siswa
sepanjang masa, sehingga hasil yang ia dapat tidak mudah dilupakan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menganggap penting untuk
melakukan penelitian di SDN Patemon 01 dengan menerapkan model Discovery
dalam pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa kelas 4 tentang Energi dan bunyi di SDN Patemon 01 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan telah dikemukakan dapat
diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
a) Nilai ulangan harian pokok bahasan energi panas dan bunyi masih rendah, belum
b) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif hanya
menyampaikan informasi tanpa memberikan kesempatan untuk diskusi.
c) Guru lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pemahaman konsep
d) Kurangnya partisipasi aktif dan kerja sama dalam pembelajaran.
e) Guru belum melatih siswa untuk berfikir kritis dalam menyelesaikan sebuah
masalah.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti lebih terarah dan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
a) Penerapan model Discovery pada pembelajaran IPA siswa kelas 4 SDN Patemon
01 kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.
b) Peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN
Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun
2014/2015.
c) Peneliti ini berfokus pada mata pelajaran IPA (KD siklus I yaitu Mendiskripsikan
energi panas yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dan KD siklus
II yaitu Mendiskripsikan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta
sifat-sifatnya).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraukan, maka timbul
pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut:
a) Bagaimana penerapan model Discovery dalam meningkatkan proses
pembelajaran IPA siswa kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Tahun Pelajaran
2014/2015?
b) Apakah peningkatan proses pembelajaran melalui model Discovery dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Tahun
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang hendak dicapai
melalui penelitian tindakan kelas yaitu:
a) Menerapkan Model Discovery untuk meningkatkan proses pembelajaran mata
pelajaran IPA pokok bahasan energi dan bunyi pada siswa kelas 4 SDN Patemon
01.
b) Meningkatkan hasil belajar IPA melalui peningkatan proses pembelajaran pokok
bahasan energi panas dan bunyi dengan menggunakan model Discovery pada
siswa kelas 4 SDN Patemon 01.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun
praktis.
1.6.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoritis adalah manfaat yang diperoleh dari penelitian bersifat teori.
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa penerapan model Discovery dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian tindakan kelas ini juga diharapkan dapat bermanfaat
bagi siswa,guru dan sekolah.
1) Bagi guru
Mendapatkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan model Discovery serta untuk mengembangkan dan melakukan inovasi
pembelajaran, guru lebih terampil dalam mendesain sebuah model pembelajaran yang
2) Bagi siswa
Siswa dapat memahami konsep IPA dan menyelesaikan masalah pembelajaran
IPA yang ada di kehidupan sehari-hari melalui model pembelajaran Discovery
3) Bagi sekolah
Memberikan sumbangan kepada pihak sekolah sebagai instansi pendidikan agar
memanfaatkan hasil penelitian ini untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya,
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan ialah
dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariatif, contohnya ialah Discovery.
Dengan meningkatnya mutu pendidikan akan berdampak pada meningkatnya
kepercayaan dari masyarakat terhadap kualitas sekolah dalam menyelenggarakan