• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat penyesuaian diri siswa di sekolah (studi deskriptif pada siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat penyesuaian diri siswa di sekolah (studi deskriptif pada siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial)."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan

Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Margaretha Liberti Nona 121114069

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

“Hidup

adalah sebuah perjuangan bukan pengasihan

(Bapak Linus Lawang)

“Kesuksesan itu membutuhkan sebuah proses”

(Margaretha Liberti Nona)

“All

the impossible is possible for those who b

elieve”

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1.

Tuhan Yesus Kristus.

2.

Kedua orangtua tercinta, bapak Linus Lawang dan Ibu

Agustina M. Kartini.

3.

Ketiga kakak tersayang, Mimi, Lilis, Yoris, dan semua

adik-adik angkat tercinta.

4.

Seluruh keluarga yang saya sayangi.

5.

seluruh sahabat dan teman-teman dekat yang saya kasihi.

6.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2012.

7.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Khususnya Program Studi Bimbingan dan Konseling Terima

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

SKRIPSI

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi

Sosial)

Margaretha Liberti Nona Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017. Pertanyaan yang dijawab adalah: 1) Seberapa tinggi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017? 2) Berdasarkan capaian skor item yang teridentifikasi sedang, topik-topik bimbingan manakah yang bisa diusulkan sebagai topik-topik-topik-topik bimbingan pribadi sosial bagi para siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017?

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas XA dan XC SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 38 siswa. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner penyesuaian diri yang terdiri dari 84 item pernyataan. Teknik analisi data dalam penelitian ini adalah kategorisasi tingkat penyesuaian diri siswa berdasarkan norma katergorisasi menurut Azwar (2012). Hasil uji reliabilitas menunjukan reliabilitas sebesar 0,844 hasil ini termasuk tinggi, sehingga kuesioner ini reliabel atau dapat dipercaya.

(9)

ix

ABSTRACT

THESIS

STUDENTS’ SELF ADJUSTMENT LEVEL AT SCHOOL

(A Descriptive Study on Class X Students of SMA Santo Mikael Sleman Batch 2016/2017 and Its’ Implications towards Proposed Social Personal Guidance

Topics)

Margaretha Liberti Nona Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This study aims to obtain an overview of the self-adjustment level of class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017. Questions to answer are: 1) How high is the self-adjustment level of class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017? 2) Based on the item score achievements that are identified as moderate, which guidance topics can be proposed as social personal guidance topics for class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017?

This study is a descriptive quantitative study employing survey method. The research subjects are 38 students from class XA and XC of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017. Selecting the subjects of the study was conducted using simple random sampling. Data collection instrument in this study was a questionnaire about self-adjustment consisting of 84 statement items. Data analysis technique in this research is the categorization of the students' self-adjustment level based on the categorization norms by Azwar (2012). Reliability test results show the reliability of 0.844. This is categorized as high, meaning that the questionnaire is reliable or trustworthy.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan rahmat perlindungan, pendampingan, serta kesehatan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi berjudul Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Di Sekolah (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan

Pribadi Sosial).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun atas bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin, dan semangat untuk penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Prias H. Purbaning Tyas, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan masukan kepada penulis guna meningkatkan kualitas skripsi ini.

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang ikut mendukung kelancaran kegiatan perkuliahan saya selama ini dan ikut membimbing saya ketika mengalami kesulitan.

4. Kepala sekolah, guru BK dan para guru SMA Santo Mikael Sleman yang telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN MOTTO ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ……… vii

ABSTRAK ……… viii

ABSTRACT ……….. ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR ……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 5

C. Pembatasan Masalah ………. 6

D. Rumusan Masalah ………. 6

E. Tujuan Penelitian ……….. 7

F. Manfaat Penelitian ……… 7

(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Penyesuaian Diri ………. 9

1. Pengertian Penyesuaian Diri ………. 9

2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri di Sekolah ………... 12

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri ………. 16

4. Foktor-faktor Penyesuaian Diri ………. 20

5. Penyesuaian Diri di Sekolah ………….……… 22

B. Siswa Sebagai Remaja ……….………. 25

1. Pengertian Remaja………..………... 24

2. Karakteristik Siswa Usia Remaja ……….….……… 25

3. Perkembangan Sosial Remaja Awal ………….……… 26

C. Bimbingan Pribadi-Sosial ………...……….………. 27

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial ……..………. 27

2. Unsur-unsur Bimbingan Pribadi-Sosil ……….…………. 28

3. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial ……..………..……. 29

4. Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial ……..…………..………. 30

D. Penelitian yang Relevan ………..….. 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 34

C. Subjek Penelitian ……….. 34

D. Teknik dan Instrumen Penilitian ………... 35

(14)

xiv

F. Pengumpulan Data ……… 44

G. Teknik Analilis Data ………. 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 49

1. Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 ………. 49

2. Item Terendah dari Instrumen Penelitian Penyesuaian Diri ………. 51

B. Pembahasan ………... 52

C. Usulan Topik-Topik Bimbingan ………... 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 58

B. Keterbatasan ………... 59

C. Saran ………. 59

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Jumlah Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman ……… 34

Tabel 3.2 Penentuan Skor Alternatif Jawaban ……….. 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Penyesuaian Diri Siswa (Uji Coba) ………….. 37

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ……… 40

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Validitas (Penelitian) ……… 41

Tabel 3.6 Kriteria Guilford ……….. 43

Tabel 3.7 Pedoman Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa SMA Santo

Mikae Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 ……….. 46

Tabel 3.8 Kategori Skor Subjek Penelitian ………... 47

Tabel 3.9 Kategori Skor Item Penelitian ……….. 48

Tabel 4.1 Kategori Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA Santo

Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 ……… 49

Tabel 4.2 Kategori Item dan Instrumen Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA

Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/20 ……….. 51

Tabel 4.3 Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori

Cukup Tinggi dan Rendah ……… 52

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Tingkat Penyesuaian Diri Siwa Kelas X SMA Santo

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Koesioner Penyesuaian Diri ……… 63

Lampiran 2 Tabulasi Data ……….. 69

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ………. 75

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai macam perubahan, baik fisik maupun psikis yang mungkin saja dapat menimbulkan

problem pada dirinya terutama dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Pada saat remaja memasuki lingkungan baru, dia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bersangkutan, agar ia

tumbuh dan berkembang serta dapat melangsungkan hidupnya. Demikian pula siswa yang memasuki lingkungan sekolah yang baru, siswa akan dihadapkan

pada berbagai keadaan yang berbeda dengan sekolah yang sebelumnya. Siswa akan dituntut untuk mampu menyesuaiakan diri dengan baik.

Bagi seorang siswa, memasuki dunia sekolah merupakan pengalaman

yang menyenangkan, namun sekaligus mendebarkan, penuh tekanan dan bahkan bisa menimbulkan kecemasan. Bagi banyak siswa, pengalaman masuk

(19)

mata pelajaran baru, guru-guru baru, teman-teman baru, lingkungan sekolah yang baru (Desmita, 2009). Pada saat seorang siswa memasuki lingkungan

sekolah yang baru, dia harus mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah tersebut. Maka setiap tahun ajaran baru sekolah selalu

mengadakan program pengenalan sekolah atau biasanya disebut masa orientasi sekolah kepada siswa baru. Dengan adanya masa orientasi sekolah, siswa diharapkan bisa atau mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekolah yang baru. Oleh karena itu penyesuaian diri sangat dibutuhkan ketika seorang siswa memasuki lingkungan sekolah yang baru, karena dengan

menyesuaikan dirilah siswa bisa saling mengenal lebih dekat satu sama lain, memiliki banyak teman untuk saling berbagi, mengetahui karakter dari masing-masing siswa, dan juga siswa bisa saling bertukar pikiran dan berbagi

satu sama lain. Dengan begitu siswa merasa bahwa dia diterima dengan baik di lingkungan sekolah yang baru.

Ada empat aspek penyesuaian diri siswa di sekolah: aspek emosional, aspek intelektual, aspek sosial, dan aspek moral (Desmita, 2009). Aspek emosional mencakup kemantapan suasana kehidupan bersama dengan orang

lain, kemampuan untuk santai, gembira, dan menyatakan kejengkelan, serta menerima kelebihan dan kelemahan dalam diri sendiri. Aspek intelektual

(20)

3

keterlibatan dalam partisipasi sosial di sekolah dan lingkungan sekitar, kesediaan kerja sama, sikap toleransi, dan juga mampu menjalin keakraban

dalam pergaulan di lingkungan sekolah. Aspek tanggung jawab yang mencakup sikap produktif dalam mengembangkan diri, melakukan

perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, sikap empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal, kesadaran akan etika dan hidup jujur serta kemampuan bertindak independen. Apabila siswa berkembang berdasarkan

keempat aspek tersebut, maka siswa akan merasa puas, senang dan menganggap dirinya berhasil menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan

sekolah. Begitu juga sebaliknya jika siswa tidak berkembang dalam keempat aspek diatas, maka dia akan kesulitan dalam menikmati proses penyesuaian diri yang ada di sekolah.

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan barunya, ada siswa yang

dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru, tetapi ada pula yang lambat dalam menyesuaikan diri. Siswa yang cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat dengan mudah melakukan

aktivitas belajar dengan baik, hal ini dikarenakan siswa merasa nyaman tinggal di lingkungan sekolah. Lain halnya dengan siswa yang lambat

(21)

Ketidakberhasilan siswa melakukan penyesuaian diri akan mengakibatkan proses belajar siswa terhambat sehingga mendapatkan hasil

belajar yang kurang baik. Ketidakberhasilan siswa menyesuaikan diri pada umumnya disebabkan karena ketidaktahuan siswa bagaimana cara

menyesuaikan diri dengan baik, tidak tahu cara menjalin relasi dengan teman sebaya, belum mampu mengambil keputusan, dan ada juga yang disebabkan oleh latar belakang budaya yang berbeda, karena kenyataanya di sekolah ini

sendiri sekitar 50% siswanya sendiri berasal dari luar daerah, yaitu dari papua, sulawesi, kalimantan, dan beberapa daerah lainnya di sekitar pulau jawa.

Penyebab lainnya adalah siswa yang mempunyai latar belakang keluarga yang kurang mampu. Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu biasanya lebih sering menyendiri dan malu untuk bergaul dengan siswa yang berasal

dari kelurga yang mampu.

Mengacu pada keempat aspek yang sudah disebutkan yaitu, aspek

emosional, aspek intelektual, aspek sosial, dan aspek tanggung jawab maka apabila ada siswa yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri maka siswa tersebut berhak dibantu oleh guru pembimbing. Bantuan diberikan

melalui kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan yang diberikan bermaksud untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada siswa dalam

(22)

5

Berdasarkan hasil observasi peneliti dan wawancara kepada guru BK serta beberapa siswa yang dilakukan di SMA Santo Mikael Sleman, diperoleh

informasi bahwa siswa kelas X masih kurang mampu dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru yang ada di sekolah, gejalanya antara lain: siswa yang

berasal dari SMP yang sama lebih sering berkumpul dan kurang mau berinteraksi dengan siswa yang berasal dari SMP yang berbeda, ada beberapa siswa yang dijauhi karena berasal dari SMP yang berbeda. Banyak siswa yang

sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di sekolah seperti, sering melanggar tata tertib sekolah, adanya kelompok/”geng” antar siswa misalnya

dalam memilih teman belajar untuk mengerjakan tugas kelompok, dan juga dalam memilih teman bermain ada yang hanya bermain dengan teman satu daerah atau yang dekat saja, dll. Bertolak dari kenyataan ini timbul pertanyaan

tentang bagaimanakah penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun ajaran 2016/2017? Untuk menjawab pertanyaan inilah

diadakan penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas yang terkait dengan penyesuaian diri siswa di sekolah, maka dapat diidentifikasi berbagai

masalah seperti:

(23)

2. Ada beberapa siswa yang hanya mau berteman dengan teman yang berasal dari satu daerah saja.

3. Ada siswa yang dijauhi karena berasal dari SMP yang berbeda.

4. Ada siswa yang kurang mau berinteraksi dengan siswa yang berasal dari

SMP yang berbeda.

5. Ada beberapa siswa yang menutup diri dan tidak mau berbaur dengan teman-teman lain.

6. Ada beberapa siswa yang kurang mampu mengenal lingkungan sekolah dengan baik.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian adalah penyesuaian diri siswa kelas

X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Pertanyaan yang dijawab adalah:

1. Seberapa tinggi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo

Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017?

2. Berdasarkan capaian skor item yang teridentifikasi sedang, topik-topik

(24)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang seberapa tinggi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 di

sekolah.

2. Mengidentifikasikan item-item penyesuaian diri yang terindetifikasi sedang untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial

dalam meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis

dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya yang berhubungan dengan penyesuaian diri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat memperoleh gambaran tentang keberhasilan

(25)

b. Bagi guru pembimbing di sekolah, dapat digunakan untuk pengembangan topik-topik pelayanan bimbingan khususnya

mengenai penyesuaian diri di sekolah.

c. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan

mengungkapkan penyesuaian diri siswa.

G. Definisi Operasional

1. Penyesuaian diri adalah perilaku yang menunjukan bahwa siswa mampu mencapai kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan

sosial, dan tanggung jawab sesuai dengan harapan masyarakat sehingga siswa mampu menjalani hidupnya secara harmonis seperti yang dimaksud dalam butir-butir kuesioner.

2. Siswa adalah semua peserta didik yang terdaftar pada kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017.

3. Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri.

(26)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi uraian tentang pengertian penyesuaian diri, aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri, faktor-faktor penyesuaian diri, ciri-ciri

penyesuaian diri, penyesuaian diri di sekolah, tingkat perkembangan siswa sebagai remaja, dan bimbingan pribadi-sosial.

A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Setiap individu dituntut untuk menyesuaiakan diri dengan

lingkungannya. Hartinah (2008) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaan atau saling mendekatkan diri. Tuntutan-tuntutan kenyataan dari luar akan

diselaraskan dengan tuntutan-tuntutan motivasi dari dalam sehingga terbentuklah proses penyesuaian diri (Semiun,2006).

Ada berbagai rumusan pengertian penyesuaian diri. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjusment atau personal adjusment. Penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang Schneiders

(2005) yaitu:

a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), pada mulanya penyesuaian

(27)

lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis atau biologis.

b. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), penyesuaian diri juga diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas

terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri sebagai suatu usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari

penyimpangan perilaku baik secara moral, sosial, maupun emosional. c. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery), penyesuaian diri

diartikan sebagai usaha penguasaan, yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi.

Selain itu Schneider dalam (Yusuf, 2011: 210) mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan

perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, konflik dan frustrasi secara sukses, serta keseuaian antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan tempatnya hidup.

Desmita (2009) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan kompleks, serta melibatkan semua reaksi

(28)

11

penyesuaian diri terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Individu dituntut untuk tidak hanya mengubah

kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhannya dan keadaan lingkungan tempat di hidup, tetapi juga dituntut untuk menyesuaiakan diri

terhadap orang lain dan macam-macam kegiatan mereka.

Kartono (2000) mengatakan bahwa Pada dasarnya manusia senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri yang

baik ditandai dengan kematangan emosional yang baik yang akan mempermudah siswa dalam menyesuaikan diri, dan kematangan emosional

yang kurang baik akan menghambat siswa dalam menyasuaikan diri di lingkungan sekolah Desmita (2009).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

diri adalah sebuah proses yang melibatkan kemampuan individu dimana individu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah,

materi pelajaran, peraturan sekolah, guru pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekitar. Selain itu individu juga dituntut agar dapat mengatasi setiap masalah yang berhubungan dengan proses penyesuaian diri individu

(29)

2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri di Sekolah

Ciri-ciri penyesuaian diri di sekolah dibedakan menjadi dua yaitu

penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri yang salah. Kedua ciri tersebut sebagai berikut:

a. Ciri-ciri Penyesuaian Diri yang Baik di Sekolah

Penyesuaian diri yang baik berati orang yang bersangkutan dapat memenuhi hasrat, keperluan, keinginan, serta tuntutan dari lingkungan

secara wajar dan dapat mendekatkan orang tersebut pada tujuan dan maksud yang sebenarnya.

Ciri-ciri penyesuaian diri siswa yang baik (Hartinah, 2008: 186; Yusuf, 2011: 130) adalah sebagai berikut :

1) Relasi interpersonal yang baik

Siswa mampu menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya, guru dan para pegawai yang ada di lingkungan sekolah.

Misalnya mau berbagi dan mau membantu teman yang kesusahan, mau terbuka pada guru soal masalah yang dimiliki, mau menyapa guru, satpam, dan para karyawan sekolah ketika berpapasan.

2) Mampu belajar

Siswa mampu mengubah perilaku kearah yang lebih baik

(30)

13

3) Bertanggung jawab

Siswa mampu melaksanakan tugas sebagai siswa di sekolah

seperti mematuhi peraturan dan norma yang berlaku di sekolah dan mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan dengan penuh

tanggu jawab. 4) Kemandirian

Siswa memiliki sikap madiri dalam berfikir, bertindak, dan

mengambil keputusan tanpa mendengarkan orang lain, serta mengembangkan diri sesuai dengan norma yang berlaku di

lingkungan sekolah. 5) Kepedulian

Siswa mampu bersikap respek, empati terhadap orang lain,

mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat tempat individu berada.

6) Penerimaan sosial

Siswa mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial seperti, mengikuti kerja bakti di lingkungan sekolah dan masyarakat,

(31)

b. Ciri-ciri Penyesuaian Diri yang Salah di Sekolah

Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat

mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Menurut Hartinah (2008) ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri

yang salah, yaitu:

1) Reaksi Bertahan (defence reaction), sebuah reaksi dimana individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak

mengahdapi kegagalan. Ia selalu berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk reaksi bertahan antara

lain;

a) Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari alasan untuk membenarkan tindakannya

b) Resepsi, yaitu berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik atau kurang menyenangkan ke alam tidak sadar

c) Proyeksi, yaitu melempar sebeb kegagalan dirinya kepada orang lain untuk mencari alasan sehingg dapat diterima

d) Sour grapes, yaitu suka memutarbalikan fakta.

2) Reaksi Menyerang (aggressive reaction), sebuah reaksi dimana orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah

(32)

15

a) Selalu membenarkan diri

b) Berkuasa dalam setiap situasi c) Mau memiliki segalanya

d) Senang mengganggu orang lain

e) Menunjukan sikap permusuhan secara langsung f) Bersikap balas dendam.

g) Marah secara sadis

3) Reaksi Melarikan Diri (escape reaction), sebuah reaksi dimana orang

yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya. Reaksi yang muncul antara lain:

a) Memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah tercapai)

b) Banyak tidur

c) Suka minum-minuman keras

d) Menjadi agresif yaitu kembali kepada tingkah laku yang sesuai

(33)

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari empat aspek kepribadian

yaitu kematangan emosi, kematangan intelektual, kematangan sosial, dan kematangan moral atau tanggung jawab (Desmita, 2009) :

a. Kematangan Emosional

1) Kemantapan suasana kehidupan emosional

Kemantapan suasana kehidupan emosional mencakup; pengelolaan

emosi baik emosi positif maupun emosi negatif.

2) Kemantapan suasana kehidupan bersama dengan orang lain

Kemantapan suasana kehidupan bersama dengan orang lain mencakup: percaya diri, berani, dan mampu menerima kelebihan serta kekurangan yang ada dalam diri.

3) Kemampuan untuk santai, gembira, dan menyatakan kejengkelan mencakup: mampu bersikap santai dalam belajar dan mengerjakan

tugas tanpa adanya paksaan dari orang lain, senang dalam memalakukan sesuatu yang berhubungan dengan belajar (mengerjakan tugas), berani menggungkapkan rasa kesal atau marah kepada orang

lain.

4) Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri

(34)

17

dengan sikap rasioanl, dengan mampu mengatasi masalah yang terjadi dengan baik tanpa menyebabkan stres.

b. Kematangan Intelektual

1) Kemampuan mencapai wawasan diri

Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri yang mencakup; kemampuan memahami dan mengenal diri sendiri (kondisi fisik), kecerdasan, serta minat dan bakat yang ada dalam diri.

2) Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya

Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya yang

mencakup, mampu mengenal dan memahami sikap, sifat, dan watak orang lain yang berbeda-beda.

3) Kemampuan mengambil keputusan

Kemampuan mengambil keputusan mencakup, memikirkan akibat dari apa yang akan dilakukan sebelum mengambil keputusan, mampu

memecahkan masalah dan mencari alternatif saat menghadapi masalah.

4) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan sekolah

Keterbukaan dalam mengenal lingkungan sekolah yang mencakup, menaati peraturan yang ada di sekolah dan mampu mengenal

(35)

c. Kematangan Sosial

1) Keterlibatan dalam partisipasi sosial

Keterlibatan dalam partisipasi sosial mencakup; kemampuan dalam bersosialisasi dengan warga sekolah dan kegiatan-kegiatan sosial di

sekolah seperti, menjalin relasi yang baik dengan teman, guru, dan karyawan yang ada di sekolah, terlibat dalam kegiatan bakti sosial di sekolah, ekstrakurikuler, pensi, dan pramuka.

2) Kemampuan kepemimpinan antara lain, berani tampil dan berbicara di depan umum baik dikelas maupun kelompok, terlibat dalam OSIS.

3) Kesediaan kerjasama

Kesediaan kerjasama antara lain: mampu bekerjasama dengan teman-teman dalam kelompok, menghargai pendapat teman-teman lain dan berperan

aktif dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok.

4) Sikap toleransi antara lain, menghormati dan menghargai teman-teman

yang beragama lain.

5) Keakraban dalam pergaulan

Keapraban dalam pergaulan antara lain, menjalin hubungan dan

(36)

19

d. Tanggung jawab

1) Sikap produktif dalam mengembangkan diri

Sikap produktif dalam mengembangkan diri yang mecakup; mampu menjaga dan memelihara hidup dengan baik, dan melakukan kegiatan

yang sesuai dengan kemampuan yang ada dalam diri (Fisik).

2) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel antara lain, membuat jadwal harian, dan melaksanakan tugas sebagai seorang

pelajar dengan baik.

3) Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal

yang mencakup, memahami perasaan orang lain, dan peduli dengan keadaan orang lain.

4) Kesadaran akan etika dan hidup jujur antara lain ramah, menghargai

orang lain, dan jujur tehadap diri sendiri.

5) Melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai antara

lain, membuat keputusan dengan melakukan segala pertimbangan terlebi dahulu dan bersikap sesuai nilai-nilai yang diyakini.

6) Kemampuan bertindak independen antara lain, berprilaku dan

bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.

Keempat aspek diatas dan buturan-butirannya mempunyai peranan

(37)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

Menurut Desmita (2009) Faktor-faktor penyesuaian diri dapat dilihat

dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik.

Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh

riwayat kehidupan sosial individu, terutama pengalaman yang membentuk perkembangan psikoligi. Pengalaman ini lebih berkaitan dengan latar belakang kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspek:

a. Hubungan orangtua-anak seperti penerimaan-penolakan orangtua terhadap anak, perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada anak, sikap

dominatif-integratif, dan pengembangan sikap mandiri-ketergantungan. b. Hubungan intelektual keluarga seperti, kesempatan untuk berdialog dan

bertukar pendapat, kegemaran membaca dan minat kultur, pengembangan

kemampuan memecahkan masalah, pengembangan hobi, dan perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar anak.

c. Iklim emosional dalam keluarga juga dibutuhkan karena dalam ikatan emosional orangtua dan anak akan terjalin komunikasi yang baik yang mencakup, identitas kehadiran orangtua dalam keluarga, hubungan

persaudaraan dalam keluarga, dan kehangatan hubungan ayah-ibu.

Sementara itu, dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri

(38)

21

a. hubungan guru-siswa seperti penerimaan dan penolakan guru terhadap siswa, sikap dormatif atau integratif, dan hubungan bebas ketegangan atau

penuh ketegangan.

b. Hubungan intelektual sekolah yang mencakup, perhatian terhadap

perbedaan individu siswa, intensitas tugas-tugas belajar, kecenderungan untuk mandiri atau berkonformitas pada siswa, sistem penilaian, kegiatan ekstrakurikuler, dan pengembangan inisiatif siswa.

Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :

a. Keadaan Fisik, Kondisi fisik individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik.

b. Keadaan Psikologis, yang termasuk dalam keadaan psikologis adalah pengalaman, pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri.

c. Keadaan lingkungan, keadaan lingkungan yang baik, damai, tenteram, aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu memberikan perlindungan bagi anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan

memperlancar proses penyesuaian diri.

d. Tingkat religiusitas dan kebudayaan, religiusitas merupakan faktor yang

(39)

laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri.

5. Penyesuaian Diri di Sekolah

Sekolah memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri

bagi para siswa, hal ini karena sekolah sebagai lembaga formal yang bertanggung jawab atas pendidikan anak selain keluarga. Mahmud (2005) mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang

secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Ketika memasuki lingkungan yang baru, siswa diharapkan mampu menyesuaiakan diri dengan baik. Sama halnya dengan ketika seorang siswa baru memasuki lingkungan sekolah maka dia dituntut untuk dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya itu. Yusuf (2011) mengatakan bahwa di sekolah siswa diharapkan untuk mampu bersikap

respek dan mau menerima serta mentaati peraturan sekolah, berpartisipasi dengan mata pelajaran, menjalin hubungan inrtepersonal yang baik dengan teman-teman, guru, dan karyawan sekolah serta membantu sekolah

memelihara dan memanfaatkan fasilitas sekolah. Wilis (1981) mengatakan bahwa hal-hal penying yang harus diperhatikan dalam penyesuaian diri di

(40)

23

a. Penyesuaian Diri dengan Guru

Penyesuaian diri siswa dengan guru tergantung pada sikap guru

dalam menghadapi murid-muridnya yang mecakup; mampu bersahabat dengan siswa, menunjukan sikap yang terlalu keras, dan juga pilih kasih.

Selain itu menurut peneliti termaksud juga bagaimana cara guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan siswa, dan sikap siswa terhadap guru yang sopan, dan hormat. Interaksi yang terjalin bukan hanya dengan

wali kelas, guru mata pelajaran saja, tetapi juga dengan guru pembimbing atau konselor yang ada di sekolah.

b. Penyesuaian diri Dengan Teman Sebaya

Penyesuaian diri dengan teman sebaya berarti siswa harus mampu menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan teman-teman di

sekolah. Karena ketika memasuki dunia sekolah, siswa akan dihadapkan pada masalah penerimaan dan penolakan kehadirannya dalam pergaulan.

Siswa akan mengalami kekecewaan apabila ditolak oleh teman sebayanya. Pembentukan hubungan yang erat di antara teman-teman akan membuat siswa dapat saling membantu dan berbagi dengan teman yang

lain, dan saling memberikan dukungan yang positif. Dengan begitu siswa mampu menemukan bagaimana cara menyesuaiakan diri dengan

(41)

c. Penyesuaian diri dengan karyawan sekolah

Selain guru dan teman-teman, penyesuaian diri juga dapat dijalin

dengang karyawan sekolah. Siswa dapat bersikap ramah dan sopan terhadap satpam, karyawan TU, petugas kebersihan, dan petugas

perpustakaan.

d. Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Sekolah

Siswa dapat mengenal dengan baik keadaan dan fasilitas yang ada

di sekolah seperti: ruang kelas, WC, perpustakaan, halaman dan lapangan sekolah yang mendukung proses belajar mengajar, sehingga siswa merasa

nyaman dan tenang pada saat proses belajar mengajar berlangsung. e. Penyesuaian Diri dengan Mata Pelajaran

Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan usia siswa, hal ini

disebabkan karena tingkat kecerdasan dan kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Dengan demikian siswa dapat dengan mudah

menyesuaikan diri dengan mata pelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, siswa diharapkan mampu mengikuti mata pelajaran dengan baik.

f. Penyesuaian Diri terhadap Tata Tertib Sekolah

Siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan peraturan

(42)

25

perhiasan yang berlebihan dan siswa tidak bolen mewarnai rambut. Tata tertib hal-hal yang dilarang sekolah, seperti dilarang kerjasama dengan

teman pada saat ulangan, meminta ijin pada saat keluar kepada guru piket dan memberikan surat keterangan tidak masuk kepada guru piket.

B. Siswa sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja menurut Mappiare (Hartinah 2008) berlangsung antara

umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia

12/13 sampai 17/18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17/18 sampai 21/22 tahun adalah masa remaja akhir. Siswa kelas X SMA termaksud remaja awal. Pada masa remaja terjadi perkembangan dalam berbagai aspek, seperti:

perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian sosial.

2. Karakteristik Remaja

Desmita (2009) mengatakan masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa remaja sering

(43)

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa

yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa efektif. e. Memilih dan mempersiapkan karir di masa depan sesuai dengan minat dan

kemampuan yang dimilikinya.

f. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

g. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku.

i. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religius.

3. Perkembangan Sosial Remaja Awal

Menurut Hurlock (1991) salah satu tugas perkembangan yang perlu dipenuhi oleh remaja awal adalah mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya. Menurut Desmita (2007) perkembangan kehidupan sosial

remaja juga ditandai dengan gejalah meningkatnya pengaruh teman sebaya. Sebagian besar waktu remaja dihabiskan untuk bergaul dengan teman-teman.

(44)

27

Santrock dalam (Desmita, 2007) menyatakan bahwa studi-studi kontemporer tentang remaja menunjukan bahwa hubungan yang positif

dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif. Kelly dan Hansen (Desmita 2007) menyebutkan 6 fungsi positif dari

hubungan remaja dengan teman sebaya, yaitu: a. Mengontrol impuls-impuls agresif.

b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih

independen.

c. Meningkatkan keterampilan-ketrampilan sosial.

d. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. e. Meningkatkan harga diri.

C. Bimbingan Pribadi-Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 118) bimbingan pribadi-sosial

adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri. Adapun yang tergolong masalah pribadi-sosial adalah hubungan dengan sesama teman, guru, pemahaman sifat

dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat tinggal, serta penyelesaian konflik. Masalah lain yang

(45)

kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dll.

2. Unsur-unsur Bimbingan Pribadi-Sosial di Jenjang Pendidikan Menengah Atas

Bimbingan pribadi-sosial yang di berikan di jenjang pendidikan menengah atas sebagian disalurkan melalui bimbingan kelompok dan sebagian lagi melalui bimbingan individual, serta mengandung unsur-unsur

sebagai berikut (Winkel & Hastuti, 20014: 118):

a. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh

siswa remaja, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang cara bergaul yang baik.

b. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin

berkembang kearah masyarakat modern, antara lain ciri-ciri kehidupan modern, dan makna ilmu pengetahuan serta tegnologi bagi kehidupan

manusia.

c. Pengaturan diskusi kelompok mengani kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siswa, misalnya menghadapi orangtua yang taraf

pendidikannya lebih rendah dari anaknya. Khususnya siswa remaja dapat merasa legah bila dia menyadari bahwa teman-temannya mengalami

(46)

29

d. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa, misalnya sifat-sifat kepribadian yang tampak dalam tingkah laku, latar

belakang kelurga dan keadaan kesehatan.

3. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial

Juntik (2005), merumuskan beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan spek-aspek pribadi-sosial sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan

dan ketakwaan terhadap TUhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja,

maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupanyang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu

meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,

baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik

maupun psikis.

e. Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

(47)

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang dijuwudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.

k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

4. Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial

Totok (Puspita, 2007) mengungkapkan ada beberapa fungsi dalam

bimbingan pribadi-sosial, antara lain:

a. Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan pribadi-sosial, konselor

secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan (agent of change) bagi dirinya dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa sehingga

individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah.

(48)

31

yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan

kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu

mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, dan seimbang.

c. Belajar untuk berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial

dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara sehat dengan ligkungannya.

d. Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih prilaku baru yang lebih sehat.

e. Untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan

efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya. f. Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan

individu dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima

keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru.

(49)

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Maria (2012) mengadakan penelitian mengenai tingkat penyesuaian diri siswa kelas VII. Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas VII SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 4 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori sangat tinggi yaitu 1,78%, 50 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan

kategori tinggi yaitu 22,32%, 12 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan ketegori rendah yaitu 5,35%, dan tidak terdapat siswa SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta yang memiliki tingkat penyesuaian diri sangat rendah.

Emilia (2007) melakukan penelitian mengenai penyesuaian diri siswa kelas VII. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VII SMP Yos Sudarso Cigugur

Kuningan tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar angket. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 13 orang memiliki

tingkat penyesuaian diri dengan kategori sangat baik yaitu 24,07%, 35 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori baik yaitu 64,83%, 5 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori cukup baik yaitu 59,26%, 1

(50)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penenlitian,

subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei karena tujuan dari penelitian ini untuk memberikan

penjelasan mengenai tingkat penyesuaian diri siswa. Menurut Sugiyono (2000) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi sebagaimana adanya dengan melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Sugiyono (2012) juga menjelaskan

bahwa penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa

membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017, dan

(51)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santo Mikael Sleman, tepatnya

dilaksanakan pada tanggal 19 dan 28 November 2016.

C. Subjek Penelitian

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yang merupakan jenis teknik sampling probability

sampling. Menurut Sugiyono (2009) simple random sampling adalah suatu

teknik sampling melalui pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Dengan menggunakan teknik simple random sampling, Dalam

penelitian ini peneliti mengambil 2 kelas dari kelas X SMA Santo Mikael Sleman dengan jumlah 38 siswa. Setelah melakukan pemilihan pada sampel,

maka hal pertama yang peneliti lakukan adalah, peneliti membuat angket dan melakukan uji coba terlebih dahulu, uji coba peneliti lakukan di kelas XB

dengan jumlah 36 siswa. Rincian jumlah siswa masing-masing kelas disajikan

dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Tabel Jumlah Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman

Kelas Jumlah Siswa

X A 20

X C 18

(52)

35

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan DataPenelitian

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket

atau kuesioner. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman dengan berdasarkan keempat aspek yang sudah

dipaparkan.

Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup,

artinya responden menjawab pernyataan yang berhubungan dengan dirinya. Dalam kuesioner ini sudah disediakan alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sedang mereka alami, sehingga responden tinggal memilih

alternative jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda check (√).

Kuesioner yang peneliti susun mengacu pada prinsip-prinsip skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Dalam skala Llikert terdapat 5 alternatif jawaban, tetapi dalam kuesioner ini

hanya digunakan 4 alternatif jawaban. Pernyataan yang terdapat dalam instrumen penyesuaian diri ini terdiri dari pernyataan positif atau favorable

(53)

Sedangkan pernyataan yang negatif atau unfavorable adalah pernyataan yang menunjukan kurang baiknya penyesuaian diri.

Alternatif jawaban hanya dibuat empat dengan maksud untuk menghilangkan kecenderungan responden untuk memilih alternatif yang di

tengah. Jika ada lima alternatif jawaban maka pemilihan alternatif yang ditengah menunjukan bahwa responden masih merasa ragu-ragu atau belum dapat menentukan pilihan jawaban yang sesuai dengan pengalamannya.

Dalam penelitian ini, alternatif jawaban yang dibuat adalah berdasarkan persepsi atau pikiran siswa tentang bagaimana proses penyesuaian diri yang

akan mereka alami di sekolah. Sehingga peneliti mencoba untuk menggunakan 4 alternatif jawaban berikut ini, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Normal skoring yang

dikenakan terhadap pengelolaan data yang dihasilkan instrumen ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Item-item kuesioner dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri seperti tampak pada kisi-kisi kuesioner dibawah

(54)

37

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Penyesuaian Diri Siswa (Uji Coba)

Aspek Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1. Emosional a. Kemantapan suasana

kehidupan dengan orang

2. Intelektual a. Kemampuan memahami

(55)

d. Kemampuan dalam

memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukur. Suatu tes mempunyai validitas yang tinggi apabila

memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (Sugiyono, 2008). Validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Menurut Azwar (2009:45) validitas isi tidak dapat dinyatakan

dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat expert judgment. Expert judgment pada angket penyesuaian diri ini peneliti mengkonsultasikannya

(56)

39

Uji coba dilakukan untuk mendapatkan perbedaan atau diskriminasi sampai dengan mendapatkan pernyataan-pernyataan final.

Pengujian menggunakan analisis statistika dengan menggunakan program SPSS. Biasanya syarat minimun untuk dianggap memenuhi

syarat yaitu r = 0,30. Bila nilai korelasi dibawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butiran instrumen tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2008).

Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002) menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien

korelasi product moment sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Korelasi produk moment

= Nilai setiap butir = Nilai dari jumlah butir = Jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item dihitung menggunakan program SPSS versi 16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut

(57)

dianggap memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30.

Sementara itu, suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.

Hasil perhitungan uji coba yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 99 item yang dikembangkan terdapat 15 item yang koefisien validitasnya < 0,30. Ke 15 item tersebut dieliminasi atau

tidak disertakan dalam pengambilan data selanjutnya. Dengan demikian masih terdapat 84 item yang memiliki koefisien validitas ≥ 0,30. Sehingga

dinyatakan valid dan digunakan untuk pengambilan data penelitian sesungguhnya. Adapun item-item yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Aspek Indikator Item

Valid Gugur

1. Emosional a. Kemantapan suasana kehidupan

dengan orang lain.

sikap dan menerima diri sendiri.

16,18,19,20 17

2. Intelektual a. Kemampuan memahami diri

(58)

41

sikap toleransi antar umat beragama

64,65,66,56, 57

-

e. Membangun hubungan baik dan

keakraban dalam pergaulan

c. Kemampuan berempati 91,92,97,95 88

d. Kemampuan dalam memiliki

kesadaran akan etika dan hidup jujur

Setelah diadakan pengujian validitas maka didapat kisi-kisi kuisioner penelitian sebagai berikut ini :

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Validitas

Aspek Indikator Item

Fav Unfav

1. Emosional a. Kemantapan suasana

kehidupan dengan orang lain.

(59)

sendiri diri sendiri dan orang lain.

44,46,48 43,45,47

d. Kemampuan mengembangkan sikap toleransi antar umat beragama

c. Kemampuan berempati 71,73 70,72

(60)

43

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, hal selanjutnya yang dilakukan

adalah melakukan uji reliabilitas. Reliabilitas diartikan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability (Azwar, 2009). Pengukuran

kuesioner yang memiliki reliabilitas tinggi berarti menghasilkan data yang reliabel. Inti dari reliabitas adalah konsistensi sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Perhitungan reliabilitas penelitian ini

dihitung menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Adapun rumus Cronbach’s alpha sebagai berikut :

[

]

Keterangan rumus :

: Varian skor belahan 1 dan 2

: Varian skor skala

Hasil perhitungan indeks realibilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995) dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. . 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0,41 – 0,70 Cukup

4. 0,21 – 0,40 Rendah

(61)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,844 84

Berdasarkan hasil hitung SPSS menunjukan reliabilitas sebesar 0,844 yang termasuk kategori tinggi, sehingga kuesioner penelitian ini reliable atau dapat dipercaya.

F. Pengumpulan Data

a. Uji Coba Kuesioner Penyesuaian Diri

Pada tanggal 19 November peneliti melakukan uji coba instrumen yang suda peneliti buat kepada kelas XB dengan jumlah 36 Siswa. Uji

coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas isi kuisioner.

b. Pengumpulan Data Penelitian

Sedangkan penelitiannya dilakukan pada tanggal 28 November di kelas XA dan XC dengan jumlah 38 siswa. Beberapa siswa/i yang tidak

masuk sekolah peneliti tidak menitipkan kuisioner kepada teman lain dikarenakan peneliti merasa data yang didapatkan sudah cukup, karena dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sampel dari siswa/i kelas

(62)

45

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah (Sugiyono, 2010).

Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Menentukan skor

Penentuan skor mengacu pada pedoman skoring yang telah

dibuat.Peneliti melihat pertanyaan favorable maupun unfavorable dengan memberi angka 1 sampai 4 berdasarkan jawaban dari responden. Setelah itu peneliti memasukan hasil dalam tabulasi data dan menghitung total

jumlah skor item serta jumlah skor subjek. 2. Menentukan kategori

Azwar (2009) mengatakan bahwa pengkategorian memiliki tujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan atribut yang diukur secara berjenjang dan menurut suatu

kontinum. Kontinum jenjang skor tingkat penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat

(63)

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi yang dapat dilihat

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7

Pedoman Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017

Kriteria Skor Kategori

µ+1,5σ <X Sangat Tinggi µ+0,5σ< X ≤µ+1,5σ Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ Cukup Tinggi µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ Rendah

Xµ - 1,5σ Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan data nyata lapangan

Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan data nyata lapangan

Standar deviasi (σ) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran

(64)

47

Kategori diatas menjadi patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat penyesuaian diri siswa/I kelas X Sam Santo Mikael Sleman. Kategorisasi

subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah item 84) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 84 x 4 = 336 X minimum teoritik : 84 x 1 = 84 Luas Jarak : 336 – 54 = 282

σ : 282 : 6 = 47

µ : (336 + 84) : 2 = 210

Jadi, karena dalam penelitian ini subjek digolongkan ke dalam lima

kategori, maka keenam satuan deviasi standar dibagi dalam lima bagian sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kategori Skor Subjek Penelitian

Kriteria Skor Rerata Skor Kategori

X> µ+1,5σ X>253,5 Sangat Tinggi

µ+0,5σ< X ≤µ+1,5σ 214,5<X≤253,5 Tinggi µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ 175,5≤X≤214,5 Cukup Tinggi

µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ 136,5≤X≤175,5 Rendah

Xµ - 1,5σ X≤136,5 Sangat Rendah

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam

(65)

Selanjutnya kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh melalui

perhitungan (dengan jumlah Subjek 38) sebagai berikut: X maxsimum teoritik : 38 x 4 = 152

X minimum teoritik : 38 x 1 = 38 Luas Jarak : 152 – 38 = 114

σ : 114 : 6 = 19

µ : (152 + 38) : 2 = 95

Jadi Penentuan kategorisasi item-item setelah dilakukan penghitungan

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.9

Kategori Skor Item Penelitian

Kriteria Skor Rerata Skor Kategori

X> µ+1,5σ X>123,5 Sangat Tinggi

µ+0,5σ< X ≤µ+1,5σ 104,5<X≤123,5 Tinggi µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ 85,5≤X≤104,5 Cukup Tinggi

µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ 66,5≤X≤85,5 Rendah

(66)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan, penyajian hasil

penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017.

Tabel 4.1

Kategori Tingkat Penyesuaian Diri

Siswa Kelas X SMA Santo Mikael SlemanTahunAjaran 2016/2017

Norma Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

X>253,5 32 84,21% Sangat Baik

214,5<X≤253,5 6 15,79% Baik

175,5≤X≤214,5 - 0% Cukup Baik

136,5≤X≤175,5 - 0% Kurang Baik

X≤136,5 - 0% Sangat Kurang

Baik

Total 38 100% -

(67)

Grafik 4.1

Tingkat Penyesuaian Diri

Siwa Kelas X SMA Santo Mikael SlemanTahunAjaran 2016/2017

Berdasarkan data dari Tabel 4.1 dan garfik 1 diperoleh gambaran

bahwa:

a. Tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya sangat kurang baik.

b. Tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya kurang baik. c. Tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya cukup baik.

d. Sebanyak 6 siswa (15,79%) yang penyesuaian dirinya dirinya baik,

artinya siswa mampu menyesuaiakan diri.

e. Sebanyak 32 siswa (84,21%) yang penyesuaian sangat baik, artinya

siswa sangat mampu menyesuaiakan diri.

0 0 0

15.79

84.21

Sangat Kurang Baik

Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

(68)

51

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran

2016/207 memiliki penyesuaian diri sangat baik.

2. Item Terendah dari Instrumen Penelitian Penyesuaian Diri Siwa Dari keseluruhan 84 butir item instrumen penelitian tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017, telah dilakukan pengujian dan didapatkan hasil seperti pada

tabel berikut :

Tabel 4.2

Kategori Item Instrumen Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 Rerata Skor Frekuensi Kategori No. Item

X>123,5 42 Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017, dapat disimpulkan bahwa

(69)

sajikan dalam table 4.3. butir-butir item inilah yang akan peneliti jadikan sebagai dasar usulan topik-topik bimbingan klasikal seperti dalam tabel

berikut:

Tabel 4.3

Item-item pernyataan yang tergolong dalam kategori sedang

No Pernyataan Skor

1 Saya malu mengungkapkan perasaan kepada orang lain 100 2 Saya berani mencalonkan diri untuk menjadi pejabat

kelas (ketua,wakil,bendahara,sekertaris)

94

3 Saya suka menolak ketika dipilih untuk mewakili teman-teman kelas dalam berpidato di depan kelas

102

4 Saya tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan OSIS

102

5 Saya membuat jadwal harian dengan terperinci 96

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 memiliki kemampuan penyesuaian diri

yang sangat baik. Hasil penelitian ini rupanya berbeda dengan dugaan awal peneliti sebelum melakukan penelitian ini. Ada beberapa kemungkinan

yang terjadi antara lain: sebagian besar siswa memberikan jawaban yang baik, peneliti terlalu berfikir negatif terhadap penyesuaian diri siswa, bisa

juga karena siswa tidak mengisi koesioner dengan sebenarnya karena ingin memperlihatkan segi baik dari dirinya, boleh jadi penyesuaian diri siswa sudah termaksud baik seperti yang terungkap dalam penelitian ini. Selain

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Tingkat Penyesuaian Diri Siwa Kelas X SMA Santo
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Penentuan Skor Alternatif Jawaban
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Penyesuaian Diri Siswa (Uji Coba)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan pribadi sosial yang berkaitan dengan relasi yang baik dalam penyesuaian sosial. Usaha

Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap kemandirian emosional yang terbagi dalam empat aspek, yaitu tidak mengidealkan orang tua, dapat memandang orang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepercayaan diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 dan membuat usulan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner manfaat yang dialami para siswa kelas XI dalam konseling pribadi di SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri terhadap teman sebaya pada siswa yang populer dan tidak populer di kalangan siswa SMP VII Pangudi Luhur 1

(2) Berdasarkan hasil perhitungan capaian skor item pengukuran penyesuaian diri dalam belajar siswa yang berprestasi di bawah rata-rata terdapat 2 item yang

Deskripsi Butir Instrumen komunikasi interpersonal antar siswa kelas VIII SMP N 1 Yogyakarta Menurut Azwar 2009, berdasarkan hasil penelitian didapatkan data yang menunjukkan