PENGARUH KONSEP DIRI WANITA DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA MASA MENOPAUSE
DI GAMPONG PALOH LADA KECAMATAN DEWANTARA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015
TESIS
Oleh
RITA WAHYUNI 137032054 / IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN
2015
PENGARUH KONSEP DIRI WANITA DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA MASA MENOPAUSE
DI GAMPONG PALOH LADA KECAMATAN DEWANTARA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015
T E S I S
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi/Kespro pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
RITA WAHYUNI 137032054/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2015
Judul Tesis : PENGARUH KONSEP DIRI WANITA DAN
DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA MASA MENOPAUSE DI GAMPONG PALOH LADA KECAMATAN DEWANTARA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015 NamaMahasiswa : Rita Wahyuni
Nomor Induk Mahasiswa : 137032054
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D) (Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes
Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Tanggal Lulus : 19 Agustus 2015
Telah Diuji
Pada Tanggal : 19 Agustus 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes
2. Drs. Tukiman, M.K.M
3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH KONSEP DIRI WANITA DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA MASA MENOPAUSE
DI GAMPONG PALOH LADA KECAMATAN DEWANTARA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2015
Rita Wahyuni 137032054/IKM
i ABSTRAK
Menopause merupakan suatu proses biologis yang terjadi setiap wanita.yang membutuhkan penyesuaian diri. Semakin positif konsep diri wanita menopause maka semakin baik penyesuaian dirinya. Wanita pada masa menopause akan mengalami kesulitan seperti menyesuaikan diri, pasangan hidup (suami), dan menjalankan aktivitas sehari-hari. Dukungan suami merupakan faktor eksternal paling baik dalam membantu istri melalui masa menopause. Suami yang tidak menuntut istri untuk tampil sempurna dapat mengurangi kecemaskan ketika datang masa menopause.
Jenis penelitian menggunakan metode survei analitik dengan desain Crosssectional. Populasi penelitian ini ibu menopause yang berumur 45-59 tahun di Gampong Paloh Lada yang masih mempunyai suami. Sampel, ditentukan dengan teknik simple random sampling sebanyak 79 ibu menopause. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi variabel konsep diri wanita, dukungan suami, dan penyesuaian diri, dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan uji Chi-Square untuk melihat sejauh mana hubungan variabel independen dengan variabel dependen, dan analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik ganda untuk melihat variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan konsep diri wanita (p=0,000) berpengaruh secara bermakna terhadap penyesuaian diri pada masa menopause dan dukungan suami (p=0,001) berpengaruh secara bermakna terhadap penyesuaian diri pada masa menopause. Uji regresi logistik ganda menunjukkan hasil bahwa konsep diri wanita paling dominan memengaruhi penyesuaian diri pada masa menopause dengan nilai (ekp B = 14,001).
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada Puskesmas Dewantara agar mengaktifkan posyandu lansia dan meningkatkan kerja sama lintas sektoral dan tokoh-tokoh masyarakat dalam menggerakkan wanita menopause untuk mencari informasi tentang menopause.
Kata Kunci : Konsep Diri Wanita, Dukungan Suami, Penyesuaian Diri, Wanita Menopause
ii ABSTRACT
Menopause is a biological process in women who need self-adjustment. The better a woman’s self-concept is, the better her self-adjustment. Some problems faced by a menopause woman are difficulty in adjusting, her spouse (husband), and doing her regular activities. A husband support is the best external factor in helping his menopause wife. A husband who does not demand her wife’s perfectness can lessen her apprehensiveness during her menopause.
The research was an analytic survey with cross sectional design. The population was menopause married women who were 45 to 59 years old at Gampong Paloh Lada, and 79 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univatriate analysis to find out the description of the distribution frequency of the variables of women’s self-concept, husbands’ support, and self adjustment, bivatriate analysis with chi square test to find out the correlation between independent variables and dependent variable, and mutltivatriate analysis with multiple logistic regression analysis to find out which independent variable that had the most dominant influence on dependent variable.
The result of the research showed that a woman’s self-concept (p = 0.000) and husband support (p = 0.001) had significant influence on self-adjustment during menopause. The result of multiple logistic regression analysis showed that a woman’s self-concept had the most dominant influence on her self-adjustment during menopause at Exp (β) = 14.001.
It is recommended that the management of Dewantara Puskesmas activate posyandu for old people and increase cooperation with cross sectoral and public figures in motivating menopause women to get information about menopause.,
Keywords: Women’s Self-Concept, Husband’s Support, Self-Adjustment, Menopause Woman
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri Wanita dan Dukungan Suami terhadap Penyesuaian Diri pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penyusunan tesis ini dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan baik moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Subhilhar, Ph.D , selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
iv
4. Ibu Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D, dan Ibu Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulisan tesis ini selesai.
5. Bapak Drs. Tukiman, M.K.M, dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M. Kes selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Seluruh dosen dan staf di lingkup Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Kepada Bapak Geusik Gampong Paloh Lada dan seluruh staf Puskesmas Dewantara yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Ibu-ibu menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara yang sudah berpartisipasi dan bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Mukhtaruddin Gade dan Ibunda Hj. Zahrawati dan adikku Rifqy Mukhlizar yang senantiasa memberi perhatian, dukungan baik moril maupun materil serta doa selama penulis menyelesaikan pendidikan Progran Pasca Sarjana IKM – FKM USU.
10. Rekan-rekan mahasiswa di lingkup Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara Khusunya Minat Studi Kesehatan
v
Reproduksi yang telah memotivasi penulis dalam penyelesaian pendidikan Progran Pascasarjana IKM – FKM USU
Akhirnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya.
Penulis menyadari segala keterbatasan dan kekurangan, namun penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2015 Penulis
Rita Wahyuni 137032054/IKM
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rita Wahyuni berumur 25 tahun dilahirkan dikota Lhokseumawe pada tanggal 29 Agustus 1990. Penulis beragama Islam,anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan H. Mukhtaruddin Gade dan Hj. Zahrawati.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Taman Siswa 1 Arun tamat tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Swasta Yapena, tamat tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Yapena, tamat tahun 2008, melanjutkan Pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan Helvetia Medan tamat tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan DIV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan Medan, tamat tahun 2012. Pada tahun 2013- 2015 Penulis menempuh Pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
vii DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Hipotesis ... 9
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Konsep Diri Wanita ... 11
2.1.1. Jenis-jenis Konsep Diri ... 13
2.2. Dukungan Suami ... 14
2.3. Penyesuaian Diri pada Masa Menopause ... 17
2.3.1. Karakteristik Penyesuaian Diri ... 19
2.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri ... 23
2.4. Menopause ... 26
2.4.1. Tahap-tahap Menopause ... 27
2.4.2. Usia Memasuki Menopause ... 29
2.4.3. Penyebab Terjadinya Menopause ... 30
2.4.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Menopause ... 35
2.5. Konsep Diri terhadap Penyesuaian Selama Masa Menopause .... 37
2.6. Dukungan Suami terhadap Penyesuaian dalam Masa Menopause ... 39
2.7. Landasan Teori ... 40
2.8. Kerangka Konsep ... 42
viii
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 43
3.1. Jenis Penelitian ... 43
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 43
3.2.2. Waktu Penelitian ... 43
3.3. Populasi dan Sampel ... 44
3.3.1. Populasi ... 44
3.3.2. Sampel ... 44
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 45
3.4.1. Data Primer ... 45
3.4.2. Data Sekunder ... 45
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 48
3.5.1. Variabel Independen ... 48
3.5.2. Variabel Dependen ... 49
3.6. Metode Pengukuran ... 49
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen ... 50
3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen ... 51
3.7. Pengolahan Analisis Data ... 52
3.7.1. Pengolahan Data ... 52
3.7.2. Analisis Data ... 53
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 54
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54
4.2. Karakteristik Responden di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 56
4.3. Konsep Diri Wanita di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 57
4.4. Dukungan Suami Pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 60 4.5. Penyesuaian Diri Pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 62 4.6. Hubungan Konsep Diri Wanita dengan Penyesuaian Diri pada
Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan
ix
Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 65
4.7. Hubungan Dukungan Suami dengan Penyesuaian Diri pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 66
4.8. Pengaruh Konsep Diri Wanita dan Dukungan Suami Terhadap Penyesuaian Diri Pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 66
BAB 5. PEMBAHASAN ... 70
5.1. Pengaruh Konsep Diri Wanita terhadap Penyesuaian Diri pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 70
5.2. Pengaruh Dukungan Suami terhadap Penyesuaian Diri pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 73
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
6.1. Kesimpulan ... 77
6.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 85
x
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.4. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 52 4.1. Karakteristik Responden di di Gampong Paloh Lada Kecamatan
Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 56 4.2. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Wanita pada Masa Menopause di
Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 57 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Konsep Diri Wanita
pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 57 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami pada Masa Menopause di
Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 60 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Dukungan Suami
pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 60 4.6. Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri pada Masa Menopause di
Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 63 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Penyesuaian Diri
pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Tahun 2015 ... 63 4.8. Hubungan Konsep Diri Wanita terhadap Penyesuaian diri pada Masa
Menopouse di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 65 4.9. Hubungan Dukungan Suami terhadap Penyesuaian Diri pada Masa
Menopouse di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 66
xi
4.10. Pengaruh Konsep Diri Wanita dan Dukungan Suami terhadap Penyesuaian Diri pada Masa Menopouse di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 ... 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 85
2. Validitas dan Reliabilitas Konsep Diri ... 91
3. Output ... 97
4. Master Data ... 115
i ABSTRAK
Menopause merupakan suatu proses biologis yang terjadi setiap wanita.yang membutuhkan penyesuaian diri. Semakin positif konsep diri wanita menopause maka semakin baik penyesuaian dirinya. Wanita pada masa menopause akan mengalami kesulitan seperti menyesuaikan diri, pasangan hidup (suami), dan menjalankan aktivitas sehari-hari. Dukungan suami merupakan faktor eksternal paling baik dalam membantu istri melalui masa menopause. Suami yang tidak menuntut istri untuk tampil sempurna dapat mengurangi kecemaskan ketika datang masa menopause.
Jenis penelitian menggunakan metode survei analitik dengan desain Crosssectional. Populasi penelitian ini ibu menopause yang berumur 45-59 tahun di Gampong Paloh Lada yang masih mempunyai suami. Sampel, ditentukan dengan teknik simple random sampling sebanyak 79 ibu menopause. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi variabel konsep diri wanita, dukungan suami, dan penyesuaian diri, dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan uji Chi-Square untuk melihat sejauh mana hubungan variabel independen dengan variabel dependen, dan analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik ganda untuk melihat variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan konsep diri wanita (p=0,000) berpengaruh secara bermakna terhadap penyesuaian diri pada masa menopause dan dukungan suami (p=0,001) berpengaruh secara bermakna terhadap penyesuaian diri pada masa menopause. Uji regresi logistik ganda menunjukkan hasil bahwa konsep diri wanita paling dominan memengaruhi penyesuaian diri pada masa menopause dengan nilai (ekp B = 14,001).
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada Puskesmas Dewantara agar mengaktifkan posyandu lansia dan meningkatkan kerja sama lintas sektoral dan tokoh-tokoh masyarakat dalam menggerakkan wanita menopause untuk mencari informasi tentang menopause.
Kata Kunci : Konsep Diri Wanita, Dukungan Suami, Penyesuaian Diri, Wanita Menopause
ii ABSTRACT
Menopause is a biological process in women who need self-adjustment. The better a woman’s self-concept is, the better her self-adjustment. Some problems faced by a menopause woman are difficulty in adjusting, her spouse (husband), and doing her regular activities. A husband support is the best external factor in helping his menopause wife. A husband who does not demand her wife’s perfectness can lessen her apprehensiveness during her menopause.
The research was an analytic survey with cross sectional design. The population was menopause married women who were 45 to 59 years old at Gampong Paloh Lada, and 79 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univatriate analysis to find out the description of the distribution frequency of the variables of women’s self-concept, husbands’ support, and self adjustment, bivatriate analysis with chi square test to find out the correlation between independent variables and dependent variable, and mutltivatriate analysis with multiple logistic regression analysis to find out which independent variable that had the most dominant influence on dependent variable.
The result of the research showed that a woman’s self-concept (p = 0.000) and husband support (p = 0.001) had significant influence on self-adjustment during menopause. The result of multiple logistic regression analysis showed that a woman’s self-concept had the most dominant influence on her self-adjustment during menopause at Exp (β) = 14.001.
It is recommended that the management of Dewantara Puskesmas activate posyandu for old people and increase cooperation with cross sectoral and public figures in motivating menopause women to get information about menopause.,
Keywords: Women’s Self-Concept, Husband’s Support, Self-Adjustment, Menopause Woman
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menopause merupakan kejadian yang normal terjadi pada setiap wanita.
Karena menopause merupakan masa yang pasti di hadapi oleh setiap wanita dalam menghadapi perjalanan hidupnya. Dengan bertambahnya usia akan muncul tanda berupa perubahan organ tubuh seperti tidak teraturnya haid, sulit tidur, pusing, mudah tersinggung, mudah marah, sulit tidur, mudah curiga. Hal ini terjadi karena perubahan hormonal di dalam tubuh yaitu pembentukan hormon estrogen dan progesteron dari ovarium wanita telah berkurang. Hal ini yang menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, ini dijadikan petunjuk terjadinya menopause.
Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Hal ini dijadikan sebagai petunjuk terjadinya menopause yang diartikan sebagai haid terakhir. Terjadinya menopause ada hubungan dengan menarche (pertama haid), makin dini menarche terjadi, maka makin lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2013).
Penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan meningkatnya kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan menurunnya kadar kolesterol HDL (kolesterol baik).
Estrogen bertanggung jawab terhadap pembentukan lapisan epitel pada rongga Rahim. Namun hormon androgenik yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal diubah
2
menjadi estrogen yang terkadang menyebabkan perdarahan pasca menopause yang bisa menjadi petunjuk terjadinya kelainan seperti kanker (Prayitno, 2014).
Hal ini mengakibatkan munculnya keluhan-keluhan: vasomotorik (hot flashes, vertigo, dan keringat banyak), keluhan konstitusional (berdebar debar, migran, nyeri otot, nyeri pinggang dan mudah tersinggung), keluhan psikiastenik dan neurotik (merasa tertekan, lelah psikis, lelah somatik, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga dan gangguan di tempat kerja), sakit waktu bersetubuh, gangguan haid, keputihan, gatal pada vagina, susah buang air kecil, libido menurun, keropos tulang (osteoporosis), gangguan sirkulasi (miokard infark), kenaikan kolesterol, adesopositas kegemukan dan gangguan metabolisme karbohidrat (Yuniwati,2011).
Terdapat lima gejala yang paling umum pada wanita menopause adalah gampang tersinggung (72,1%), nyeri sendi (70,6%), nyeri punggung (61,2%), hot flushes (49,3%) dan sakit kepala (49,2%). Menopause juga mempengaruhi sepertiga dari kehidupan wanita. Permasalahan yang menyebabkan kematian pada wanita menopause adalah penyakit jantung. Satu dari dua wanita meninggal setelah postmenopause karena penyakit jantung atau stroke, satu dari dua puluh wanita meninggal karena kanker payudara. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian bagi wanita di Amerika Serikat dimana lebih dari 53% wanita postmenopause akan meninggal akibat penyakit jantung dan lebih dari 90% pasien yang terkena osteoporosis adalah wanita postmenopause (Sulistiany, 2013).
Menopause merupakan proses alami yang dialami setiap wanita, namun bagi sebagian wanita, masa menopause merupakan saat yang paling menyedihkan dalam
3
hidup. Ada banyak kekhawatiran yang menyelubungi pikiran wanita ketika memasuki fase ini. Wanita yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai peristiwa yang menakutkan dan perlu dihindari, bisa mengakibatkan munculnya stres. 75% wanita yang mengalami menopause merasakan sebagai masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkannya (Aprilia, 2007).
Data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2030 diperkirakan ada 1,2 miliar wanita yang berusia diatas 50 tahun dan sebagian besar mereka tinggal di negara berkembang (Mulyani, 2013). Lebih dari separuh mereka tinggal di Negara- negara berkembang seperti di Indonesia, India, dan beberapa negara di Afrika (Munandar, 2001).
Proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta wanita yang akan mengalami menopause. Di Indonesia, para wanita diperkirakan mengalami fase menopause pada usia 50-52 tahun, sedangkan rata-rata usia terjadinya fase premenopause adalah sekitar usia 40-48 tahun (BPS, 2014).
Berdasarkan Proyeksi Penduduk Provinsi Aceh jumlah wanita yang memasuki menopause semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 wanita menopause yang berusia di atas 45 tahun sebanyak 111.100 orang, pada tahun 2012 wanita menopause sebanyak 119.200 orang, pada tahun 2014 wanita menopause mencapai 127.900 orang. Bahkan diprediksikan pada tahun 2019 wanita menopause akan semakin meningkat menjadi 151.600 orang. Ini membuktikan angka usia harapan hidup semakin baik ditambah kondisi kesehatan yang makin baik, ditunjang dengan gizi yang semakin baik memungkinkan itu semua bisa terjadi (BPS, 2012).
4
Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah menopause yang memasuki usia 45 tahun ke atas berjumlah 12.835 orang dan pada tahun 2012 wanita yang memasuki usia 45 tahun ke atas semakin meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 14.957 orang.
Penurunan fungsi tubuh yang terjadi pada wanita sekitar usia 45 tahun disebabkan karena kekurangan hormon estrogen yang mengakibatkan vagina mengkerut dan produksi lendirnya berkurang, sehingga vagina menjadi kering dan muncul rasa perih saat bersenggama. Rasa perih saat bersenggama menyebabkan menurunnya libido seorang wanita pada usia pertengahan, di mana faktor yang berkaitan dengan penurunan libido pada wanita begitu kompleks seperti depresi, gangguan tidur dan keringat pada malam hari. Semuanya merupakan gejala umum masa transisi menopause dan awal menopause. Wanita yang mengalami keringat malam hari dapat menganggu tidur dan bila kurang tidur dapat mengurangi energi dalam melakukan aktifitas seksual dengan pasangannya (Mahayuni, 2007).
Salah satu faktor yang berpengaruh pada munculnya kecemasan dan depresi pada wanita dalam menghadapi menopause adalah penerimaan diri. Perubahan- perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis, maupun seksual akan menyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause khawatir dan cemas. Oleh karena itu, diperlukan kemauan untuk menerima perubahan diri secara realitas sehingga memunculkan penilaian yang positif terhadap diri, menerima, dan menyukai bagian tubuh yang dimiliki agar dapat terhindar dari rasa cemas. (Kahesi dkk, 2013).
5
Hasil penelitian Sari dkk (2002) di Yogyakarta menyatakan bahwa, ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri pada individu lanjut usia. Semakin tinggi kematangan emosi individu lanjut usia maka akan semakin tinggi penerimaan diri individu, dan semakin rendah kematangan emosi individu lanjut usia maka akan semakin rendah juga penerimaan dirinya.
Menopause merupakan suatu proses biologis yang wajar dan pasti terjadi oleh setiap wanita. Tapi masih banyak wanita yang menganggap bahwa menopause merupakan suatu krisis yang membutuhkan adanya penerimaan diri dan penerimaan diri ini bagi satu individu dengan individu yang lain sangat berbeda tergantung pada bagaimana konsep diri seseorang.
Berdasarkan Penelitian Putri dkk (2012) di Surabaya menunjukkan bahwa, terdapat hubungan antara penerimaan diri dengan depresi selama perimenopause.
Seseorang dalam mencapai suatu konsep diri harus dapat menjalankan penerimaan atas dirinya. Ketika penerimaan diri rendah maka depresi pada wanita perimenopause tinggi, dan begitu pula sebaliknya, jika penerimaan diri tinggi maka depresi pada wanita perimenopause rendah. Penerimaan diri memegang kedudukan 50 persen sebagai penyebab depresi.
Hasil penelitian yang dilakukan Sibero (2013) di Binjai menyatakan bahwa, variabel konsep diri pada wanita menopause yang memiliki konsep diri positif akan memiliki penyesuaian diri yang baik. Semakin positif konsep diri wanita menopause maka akan semakin baik pula penyesuaian dirinya. Pada wanita yang akan memasuki masa menopause, akan mengalami perubahan, mereka akan mengalami kesulitan dan
6
akan menghadapi masalah-masalah yang baru. Ini dikarenakan harus menyesuaikan diri kembali terhadap keadaan fisik, psikologis maupun terhadap tuntutan lingkungan sosial dan tugas-tugas perkembangan. Keterbatasan ini antara lain meliputi kesulitan dalam menjalin relasi sosial, menyesuaikan diri, pasangan hidup (suami), dan menjalankan aktivitas sehari-hari.
Hasil penelitian Nurmadina (2009), menyatakan bahwa wanita menopause yang memiliki dukungan sosial suami yang tinggi akan memiliki kecemasan yang rendah dan begitu juga sebaliknya, wanita menopause yang memiliki dukungan sosial suami yang rendah akan memiliki kecemasan yang tinggi.
Hasil penelitian Prabandani (2009) di Wonogiri, menyatakan bahwa semakin tinggi dukungan suami maka tingkat kecemasan terhadap penyesuaian diri dalam menghadapi masa menopause semakin rendah. Dukungan suami adalah salah satu faktor eksternal paling baik dalam membantu istri untuk melalui masa menopause tanpa kecemasan berlebih. Suami yang tidak menuntut istri untuk tampil dengan kesempurnaan fisik dapat meyakinkan baik dalam perkataan maupun tindakan, akan sangat membantu untuk meyakini bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan ketika datang masa menopause.
Dukungan suami merupakan suatu bagian dari dukungan sosial yang berbentuk sikap-sikap perhatian dan pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif serta dapat menerima perubahan istri yang disebabkan oleh adanya masa menopause. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Anggreiny (2005) mengatakan bahwa, dukungan sosial dari suami akan menimbulkan ketenangan batin
7
dan perasaan senang pada istri. Semakin banyak bukti yang menunjukkan wanita diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya.
Wanita yang sedang mengalami menopause digambarkan banyak mengalami masalah antara lain merasakan pergeseran dan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang memengaruhi kualitas hidup pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Kualitas hidup wanita menopause akan memengaruhi penyesuaian diri dengan perubahan fisik maupun pengaruh-pengaruh psikis yang menyertainya, wanita menopause masih harus menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar dirinya.
Gampong Paloh Lada merupakan salah satu Gampong yang ada di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara yang memiliki luas wilayah 310 km2. Kecamatan Dewantara memiliki 15 Gampong yang salah satunya adalah Gampong Paloh Lada.
Gampong Paloh lada ini dijadikan sebagai tempat penelitian karena Gampong Paloh Lada memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan dengan Gampong yang lainnya yaitu 7.007 orang. Berdasarkan data kelompok umur Puskesmas Dewantara tahun 2014 umur 45-59 tahun sebanyak 420 orang.
Hasil survei pendahuluan, melalui metode wawancara terhadap ibu menopause di Gampong Paloh Lada, diketahui bahwa dari 7 ibu menopause terdapat 5 ibu menopause yang mengeluh tentang tidak bisa menyesuaikan diri ketika sedang dalam menghadapi masa menopause yang menyebabkan mereka sering menceritakan apa yang sedang mereka alami pada teman-teman mereka. Panik dan cemas tentang perubahan-perubahan yang dialami baik secara fisik maupun psikologis seperti
8
berkeringat di malam hari sehingga tidak nyaman saat tidur serta mengalami penurunan nafsu seksual setelah setahun tidak lagi menstruasi. Wanita yang mengalami keringat di malam hari dapat menganggu tidur dan bila kurang tidur dapat mengurangi energi dalam melakukan aktivitas seksual dengan pasangannya.
Ditambah lagi kurangnya dukungan dari suami mereka dalam menghadapi masa menopause.
Dampak bagi wanita menopause tersebut adalah menjadi cemas, takut, dan depresi karena wanita beranggapan bahwa menopause merupakan masa suram dimana wanita tidak berdaya lagi dalam melayani hasrat seksual suaminya. Ditambah lagi pihak kesehatan yang ada di Gampong Paloh Lada ini belum pernah melakukan promosi atau penyuluhan tentang masalah menopause. Ini membuat masyarakat beranggapan bahwa menopause adalah suatu masalah yang harus dihindari padahal ini merupakan suatu keadaan normal yang harus dialami oleh setiap wanita.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai konsep diri di masa menopause dan dukungan suami dengan penyesuaian diri dan dirumuskannya pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri Wanita dan Dukungan Suami Terhadap Penyesuaian Diri Pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.
9
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ketidakmampuan wanita menopause dalam melakukan penyesuaian diri karena banyaknya keluhan selama menopause dan kurangnya dukungan suami pada saat wanita menjalankan masa menopause tersebut maka peneliti membuat rumusan masalah bagaimana Pengaruh Konsep Diri Wanita dan Dukungan Suami Terhadap Penyesuaian Diri Pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengaruh Konsep Diri Wanita dan Dukungan Suami Terhadap Penyesuaian Diri Pada Masa Menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.
1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh konsep diri wanita terhadap penyesuaian diri pada masa menopause di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.
2. Ada pengaruh dukungan suami terhadap penyesuaian diri pada masa menopause di Gampong Paloh Lada kecamatan dewantara Kabpaten Aceh Utara Tahun 2015.
10
1.5. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat, khususnya ibu menopause dalam menghadapi masa menopause.
2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Dewantara agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang menopause.
11 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Diri Wanita
Konsep diri adalah perasaan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang utuh dengan karakteristik yang unik, sehingga dia akan mudah dikenali sebagai sosok yang mempunyai ciri khas tersendiri. Seseorang akan mampu memahami apa yang menjadi kebutuhan, kelebihan dan kekurangannya. Akan mampu berpikir rasional obyektif (Lukaningsih, 2010).
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang wanita pada saat memasuki masa menopause, tentang bagaimana dirinya yang meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis diri pada masa menopause. Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik, daya tariknya dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelamin pada saat memasuki masa menopause.
Sedangkan citra psikologis diri pada saat menopause didasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi. Citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan (Simanjuntak, 2011).
Menurut Cooley dan Mead (dalam Lukaningsih, 2010), umpan balik (feed back), konsep ini merupakan persepsi seseorang terhadap tanggapan dan reaksi orang lain terhadap diri orang tersebut. Maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan meminta masukan dan pendapat orang lain. Terkadang dalam kehidupan
12
dengan melihat perilaku orang lain, kita dapat memperoleh suatu penjelasan akan makna kehidupan. Pengenalan pada diri sendiri adalah salah satu panduan individu untuk mengembangkan kepribadiannya.
Diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya yang melekat pada seseorang. Makin dewasa dan makin tinggi kecerdasan seseorang, makin mampu ia mengambarkan diri sendiri, makin baik konsep dirinya. Diri, yaitu ‘diri’ dan ‘aku’. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak. Dalam perkembangan baik praktik maupun penelitian-penelitian sulit untuk membedakan kedua diri ini. Oleh karena itu, kedua konsep digabung ke dalam satu konsep yang lebih menyeluruh, yaitu kepribadian.
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada setiap orang yang dapat membedakan ciri orang satu dengan lainnya. Perkembangan kepribadian juga dapat menentukan bentuk perilaku seseorang (Machfoedz, 2013).
Hurlock (dalam Lukaningsih, 2010), mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri sebenarnya merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya dan konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakan. Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis.
Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya,
13
kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya dimata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
2.1.1. Jenis-jenis Konsep Diri
Menurut (Calhoun, 1990) dalam perkembangannya, konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1) Konsep Diri Positif
Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.
Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam- macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.
Jadi seorang wanita menopause yang memiliki konsep diri yang positif adalah wanita yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh dirinya.
14
2) Konsep Diri Negatif
Calhoun (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu :
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya, atau yang dihargai dalam kehidupannya.
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan terlalu teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
Jadi, wanita menopause yang memiliki konsep diri yang negatif memiliki dua tipe yaitu, wanita menopause yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak tahu kekurangan dan kelebihannya, dan tipe yang kedua adalah wanita menopause yang memandang dirinya dengan teratur dan stabil.
2.2. Dukungan Suami
Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan suami sehingga mampu membuat ibu merasa nyaman baik secara fisik maupun psikis sebagai bukti bahwa mereka diperhatikan dan dicintai (Kaheksi, dkk, 2013).
Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang berasal dari lingkungan keluarga. Dukungan sosial memiliki empat jenis yang berbeda yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan
15
1. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan simpati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa aman dan rasa mengasihi.
2. Dukungan Penghargaan
Meliputi ungkapan hormat, dorongan untuk maju, serta membantu seseorang untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dengan keadaan orang lain, sehingga orang tersebut dapat merasakan penghargaan dirinya.
3. Dukungan Insrumental
Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh seseorang misalnya memberikan penyediaan sarana atau memberikan pernyataan yang bersifat memotivasi.
4. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasihat secara langsung, saran-saran petunjuk dan umpan balik. Peran suami dalam menghidupkan kasih sayang dan harga diri pada ibu dapat dicurahkan melalui sikap perhatian serta pemberian dukungan kepada ibu.
Dukungan suami dapat diungkapkan dengan penghargaan terhadap ibu melalui rasa simpati, berminat terhadap ibu, bersikap toleran terhadap kelemahan- kelemahan ibu, menunjukkan kehangatan dan rasa tenang atau suka tanpa syarat dan juga mencoba untuk membantu ibu dalam menghadapi suatu permasalahan.
Bagi ibu, dukungan suami terhadap ibu merupakan sikap yang harus dikembangkan, karena pada hakikatnya ibu selalu dibayang-bayangi oleh
16
kebutuhan-kebutuhan, terutama kebutuhan untuk tetap mendapatkan kasih sayang atau dicintai.
Partisipasi suami yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah :
1. Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa hamil lagi.
2. Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause, misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka suami harus membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya. Suami harus meyakinkan istri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima.
3. Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan istri di saat istri mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-debar dan lain sebagainya
4. Mengajak istri untuk berolah raga dan memperbaiki pola makan karena berat badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause.
5. Akibat dari menurunnya fungsi sel telur, mungkin akan terjadi penonjolan pada persendiaan terutama pada jari dan akan terasa sakit. Suami harus menenangkan istri bahwa hal tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi ketika menopause.
6. Istri akan mudah tersinggung, marah-marah, kecewa dan sebagainya. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami dan anak-anaknya, untuk itu para suami harus bersikap sabar. Selain itu, pemahaman suami terhadap perubahan seksual yang muncul pada istrinya juga akan membantu perempuan menopause untuk tidak cemas. Perlu diketahui
17
bahwa sesungguhnya gairah seksual perempuan tidak menurun ketika menopause karena memang bukan hormon estrogen yang berperan dalam hal ini, melainkan androgen. Jadi berkurangnya estrogen saat perempuan menopause tidak serta merta menjadikan perempuan kehilangan hasrat seksualnya (Prabandani, 2009).
2.3. Penyesuaian Diri pada Masa Menopause
Penyesuaian diri adalah hubungan manusia dengan lingkungannya, di mana manusia, demi kelangsungan hidupnya, harus menyesuaikan diri. Penyesuaian diri ini tidak bisa berlangsung sewenang-wenang karena ada norma-norma. Norma tersebut bisa berupa aturan hukum yang tertulis maupun norma yang tidak formal seperti adat- istiadat, kebiasaan-kebiasaan di lingkungan kelompok atau masyarakat tertentu.
Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Begitu pentingnya hal ini sampai kita sering menjumpai pernyataan-peryataan dalam literatur yang kira-kira berbunyi, “Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah perjuangan untuk penyesuaian.
Dalam lapangan psikologi klinis juga terdapat pernyataan-pernyataan yang sangat ditonjolkan oleh para ahli yaitu, “kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri”. Tidaklah mengherankan jika untuk menunjukkan kelainan-kelainan kepribadian seseorang, sering dikemukakan istilah
“maladjustment”, yang berarti tidak ada penyesuaian (Gunarsa, 2012).
18
Kunci dari kepribadian yang sehat adalah penyesuaian diri (adjusment).
Hurlock (dalam Hidayat, 2009) menyebutkan karakteristik kepribadian yang sehat yaitu mampu menilai diri secara realistik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai prestasi yang diperolehnya secara rasional tidak angkuh/sombong, bertanggung jawab, mandiri, dapat mengontrol emosi, berorientasi kepada tujuan, peduli dan empati terhadap orang lain, mau terlibat dalam kegiatan sosial, memiliki falsafah hidup, merasa berbahagia.
Menurut Putri dkk, (2007) seorang wanita akan mengalami depresi karena keluhan menopause memuncak serta banyak terjadi perubahan kepada dirinya, sehingga ketika mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, mereka tidak bisa menerima itu, dan mereka menganggap bahwa menopause adalah peristiwa negatif dalam hidupnya, depresi bisa muncul. Salah satu fase menopause yang memiliki tingkat depresi yang tinggi berada pada fase perimenopause. Wanita yang berada pada fase perimenopause akan sangat dipengaruhi oleh penerimaan diri atas perubahan yang akan ia alami yang menyebabkan ia mengalami depresi.
Sampai sejauh ini penyesuaian diri yang paling sulit dilakukan pada usia dewasa madya adalah adanya perubahan fungsi seksual yaitu menopause pada wanita.
Seseorang akan dikatakan memiliki penerimaan diri yang baik, ketika mereka sudah dapat memahami dan menerima segala kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya.
19
2.3.1. Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamanya individu berhasil melakukan penyesuaian diri, karena terkadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Ada individu-individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah (Sunarto & hartono dalam Agnatasia, 2009).
Karakteristik penyesuaian diri terbagi menjadi dua, yaitu : a. Penyesuaian diri secara positif
Individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis 3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri 5. Mampu dalam belajar
6. Menghargai pengalaman 7. Bersikap realistik dan objektif
Individu akan melakukan penyesuaian diri secara positif dalam berbagai bentuk, antara lain :
1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung, yaitu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya dan melakukan segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi individu.
20
2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan), yaitu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalah individu.
3. Penyesuaian dengan trial and error (coba-coba), yaitu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.
4. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5. Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri, yaitu individu menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam diri, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri.
6. Penyesuaian dengan belajar, yaitu menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari belajar untuk membantu penyesuaian diri.
7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri, yaitu memilih tindakan yang tepat dan mengendalikan diri secara tepat dalam melakukan tindakannya.
8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat, yaitu mengambil keputusan setelah dipertimbangkan segi untung dan ruginya.
b. Penyesuaian diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah, yang ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu :
21
1. Reaksi bertahan (Defence reaction), yaitu individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan dan selalu berusaha untuk menunjukkan dirinya tidak mengalami kegagalan.
2. Reaksi menyerang (Aggressive Reaction), yaitu menyerang untuk menutupi kesalahan dan tidak mau menyadari kegagalan, yang tampak dalam perilaku selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, keras kepala dalam perbuatan, menggertak baik dengan ucapan dan perbuatan, menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka, dan sebagainya.
3. Reaksi melarikan diri, yaitu melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, yang tampak dalam perilaku berfantasi, banyak tidur, minum- minuman keras, bunuh diri, dan sebagainya.
Penerimaan diri pada masa menopause dipandang sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri. Untuk mencapai suatu konsep diri pada masa menopause, maka seseorang harus dapat menjalankan penyesuaian yang baik atas dirinya. jika seseorang memiliki konsep diri yang positif maka ia akan memiliki penerimaan diri yang positif, dan jika ia memiliki konsep diri yang negatif maka ia tidak akan memiliki penerimaan atas dirinya.
Berikut dua kelompok bentuk penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Gunarsa (2012) :
1. Adaptif
Bentuk penyesuaian diri ini sering dikenal dengan istilah adaptasi dan lebih bersifat badani. Artinya, terjadi perubahan dalam proses badani untuk
22
menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah usaha tubuh untuk ”mendinginkan” tubuh dari suhu yang panas. Di tempat- tempat dingin, sebaliknya, kita harus berpakaian tebal agar tubuh menjadi
”hangat”. Berkeringat atau berpakaian tebal merupakan bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan.
2. Adjustif
Bentuk penyesuaian ini menyangkut kehidupan psikis kita. Misalnya, jika kita harus pergi mengunjungi tetangga atau teman yang tengah berdukacita karena kematian salah seorang anggota keluarganya, maka mungkin sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupa sehingga menampilkan suatu wajah duka, sebagai tanda menyesuaikan diri terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.
Mungkin kita benar-benar ikut bersedih hati, tetapi mungkin juga oleh kemampuan kita membawakan diri, kita tampil sebagai orang yang benar-benar sedih sekalipun keadaan sebenarnya tidak demikian.
Karena kehidupan psikis berpengaruh dalam bentuk adjustif ini, dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan perilaku. Sebagaimana kita ketahui, perilaku manusia sebagian besar dilatarbelakangi oleh hal-hal psikis, kecuali perilaku tertentu dalam bentuk gerakan-gerakan yang sudah menjadi kebiasaan atau refleks.
Untuk itu, penyesuaian perilaku terhadap lingkungan memiliki aturan atau norma.
Dengan kata lain, penyesuaian diri terhadap norma-norma.
23
2.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri
Cara-cara penyesuaian diri ini adalah hasil dari latihan atau pelajaran yang telah dilakukan baik sengaja maupun tidak. Contoh ketika wanita menopause sedang dalam keadaan stress atau terlibat konflik, maka apakah bisa wanita menopause tersebut belajar menyesuaikan diri dengan baik atau tidak. Hasil latihan itu diperoleh dari luar dirinya atau lingkungannya, khususnya lingkungan sosial adalah :
1. Penyesuaian diri dipengaruhi oleh hal-hal yang diperoleh
Suatu kenyataan bahwa kesukaran-kesukaran dalam penyesuaian diri yang dikarenakan sikap pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, sukar mengemukakan pendapat, dan lain-lain, adalah bagian dari sifat dasar seseorang. Sebaliknya, melalui latihan terus-menerus dan bimbingan yang teratur, sifat-sifat dasar ini dapat dipengaruhi sehingga memengaruhi juga cara-cara penyesuaian dirinya, sekalipun hal ini kadang-kadang sulit terjadi.
2. Penyesuaian diri dan kebutuhan-kebutuhan pribadi
Cara memperlihatkan perilaku atas dasar kebutuhan yang secara relatif sama mungkin akan berbeda-beda. Hal ini antara lain disebabkan oleh mekanisme persepsi seseorang terhadap kebutuhannya, dan itu memengaruhi caranya berperilaku dan menyesuaikan diri terhadap tujuan atau objeknya. Kebutuhan- kebutuhan pribadi ini tidak saja menyangkut hal-hal yang sifatnya psikis.
Kebutuhan akan rasa aman, diterima orang lain, dan kebutuhan lain yang sifatnya sangat pribadi, juga memengaruhi cara-cara penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Penyesuaian diri dan pembentukan kebiasaan
24
Pada hakikatnya, pembentukan kebiasaan dapat dimulai sejak masi bayi. Meskipun kebiasaan-kebiasaan yang hendak ditanamkan dapat terjadi secara tidak langsung, ia semakin lama dan kadang-kadang harus menyesuaikan diri terhadap hal-hal dari luar diri. Bukan sebaliknya, penyesuaian diri semata-mata atas dasar kepentingan dan kepuasaan pribadi.
Dari lingkungan motivasi dapat dilihat bahwa dorongan dan motif kebutuhan yang juga dapat disebut keinginan merupakan faktor individual. Dorongan dan keinginan bersifat pribadi, tetapi tingkah laku sebagai ekspresi keinginan tersebut ditujukan ke lingkungan. Walaupun keinginan bersifat pribadi, hasil pengalamannya dalam bentuk tingkah laku sering mengikutsertakan orang lain, sehingga hal ini juga bersifat sosial.
Dalam usaha penyesuaian, seseorang mengadakan perubahan tingkah laku dan sikap supaya ia mencapai kepuasaan dan sukses dalam aktivitasnya, penyesuaian ini disebut baik bila sikap-sikap yang membangun dan sehat serta tingkah laku yang timbul dalam hubungan dengan dorongan dan pengaruh faktor lingkungan telah tercapai.
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri adalah :
1. Perilaku Kompensatoris merupakan konsep umum yang meliputi berbagai macam bentuk khusus penyesuaian terhadap kegagalan dan ketidakcocokan. Penekanan diberikan pada berfungsinya suatu sifat atau ciri tertentu yang dipakai untuk mengalihkan perhatian orang lain dari defeknya/kerusakan. Perilaku pengganti atau kompensatoris ini mungkin dapat diterima dan mungkin juga ditolak.
25
2. Perilaku menarik perhatian orang (attention-seeking behavior) adalah keinginan untuk memperoleh perhatian. Penerimaan sosial biasanya paling memuaskan.
Bahkan masih lebih memuaskan apabila seseorang ditolak oleh umum daripada diacuhkan/diabaikan oleh beberapa orang. Ia akan melakukan tindakan yang menghebohkan untuk menarik perhatian orang.
3. Memperkuat diri melalui kritik. Merupakan cara untuk memperbaiki tingkah laku sendiri yang merupakan suatu bentuk tingkah laku penyesuaian.
4. Identifikasi. Pembentukan pola-pola identifikasi merupakan bentuk penyesuaian yang tidak merugikan. Pada umumnya, manusia merupakan bagian dari suatu kelompok. Sudah selayaknya kita mengidentifikasikan diri dengan mereka yang berhasil dan bangga dalam keberhasilan anggota kelompok yang menonjol tersebut.
5. Sikap proyeksi. Adalah sikap yang dipakai sebagai pembenaran suatu kesalahan.
Dalam hal ini, proyeksi melindungi individu terhadap perasaan sia-sia, sebagai akibat pengaruh kesalahannya.
6. Rasionalisasi. Merupakan usaha untuk memaafkan tingkah laku yang oleh pelaku dianggap sebagai tidak diinginkan, aneh, tetapi menimbulkan suatu kepuasan emosi tertentu.
7. Sublimasi. Seseorang dapat menyalurkan aktivitasnya dengan aktivitas pengganti (substitute) yang dapat diterima umum untuk menghindari stres emosi. Seseorang akan sungguh-sungguh yakin bahwa aktivitas pengganti telah digerakkan oleh sikap sosial yang baik.
26
8. Melamun dan mengkhayal sebagai cara penyesuaian. Seorang dewasa atau lanjut usia dengan penyesuaian diri yang baik dapat mengubah impiannya ke dalam aktivitas yang produktif. Orang lanjut usia yang pengalaman masa lalunya cukup memuaskan akan mengenang kembali keberhasilan yang telah diperolehnya pada masa lampau.
9. Represi (conscious forgetting). Pada umumnya, seseorang akan menghindari tempat, orang, atau hal yang berhubungan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Demikian pula seseorang ingin melupakan segala hal yang berhubungan dengan suatu situasi penghinaan atau kekesalan. Dasar-dasar represi adalah lupa akan hal-hal yang tidak menyenangkan.
Cara penyesuaian diri yang wajar adalah prinsip realitas, menerima kecemasan, sedapat mungkin tidak memakai mekanisme pertahanan, mengerti motif- motif (Gunarsa, 2012).
2.4. Menopause
Menopause adalah penghentian permanen masa menstruasi (haid), berarti ini menjadi tanda akhir dari masa reproduktif. Beberapa wanita mempunyai siklus menstruasi tanpa penyulit. Tetapi kebanyakan wanita mengalami siklus anovulasi yang ditandai oleh mestruasi dengan perdarahan yang sedikit-sedikit atau perdarahan banyak yang berlangsung lama, atau bisa juga keduanya (Purwoastuti, 2012).
27
Secara biological, menopause didefinisikan sebagai pengakhiran masa menstruasi, ini pertanda hilangnya kemampuan seorang wanita untuk menhasilkan keturunan (Noviana, 2014).
Menopause memiliki banyak arti atau makna yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa yunani, yang digunakan untuk menjelaskan gambaran berhentinya haid atau menstruasi. Ini merupakan akhir proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
Kenyataan yang ada di masyarakat menunjukkan banyak kaum ibu mengalami masalah dalam menghadapi menopause. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh kaum ibu antara lain adalah gangguan dalam kehidupan seksual suami istri, seperti keringat yang berlebihan dan rasa panas pada muka. Juga timbul perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, seperti gejolak emosi yang berlebihan dan perasaan tidak berguna karena tidak bisa melahirkan anak lagi. Selain hal-hal tersebut, ketidaksiapan kaum ibu dalam menghadapi proses penuaan merupakan satu masalah tersendiri.
Berkurangnya kadar hormon estrogen dapat menyebabkan berkurangnya kelembaban kulit sehingga kulit menjadi keriput. (Cristiani dkk, 2000).
Adanya penurunan hormon estrogen, menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, hal ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya menopause.
Menopause juga dapat diartikan sebagai haid terakhir. Terjadinya menopause ada hubungan dengan menarche (pertama haid), makin dini menarche terjadi, maka makin lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2013).
28
2.4.1 Tahap-tahap Menopause
Dalam masa menopause, terdapat tiga tahapan yang harus dihadapi. Menurut Mulyani (2013), menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : 1. Pra menopause
Fase ini terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala yang timbul pada masa pramenopause yaitu : siklus mestruasi menjadi tidak teratur, perdarahan menstruasi memanjang, jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak, adanya rasa nyeri saat menstruasi.
2. Perimenopause
Yaitu fase peralihan antara masa pramenopause dan pasca menopause. Gejala- gejala yang timbul pada masa perimenopause yaitu : siklus menstruasi menjadi tidak teratur, siklus menstruasi menjadi lebih panjang.
3. Menopause
Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir akibat adanya perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yaitu sebagai berikut : keringat yang biasanya timbul pada malam hari, lebih mudah marah atau emosi, sulit istirahat atau tidur, haid menjadi tidak teratur, terjadi gangguan fungsi seksual, badan bertambah gemuk, sering kali tidak mampu untuk menahan kencing, stress dan depresi, nyeri otot sendi, hot flush atau sering terasa panas, terjadinya kekeringan pada vagina karena berkurangnya produksi lender pada
29
vagina, terjadinya gangguan pada tulang, gelisah, khawatir, sulit konsentrasi, dan mudah lupa.
4. Postmenopause
Postmenopause adalah kondisi dimana seorang wanita telah mencapai masa menopause. Pada masa postmenopause seorang wanita akan mudah sekali mengidap penyakit jantung dan pengeroposan tulang (osteoporosis).
2.4.2. Usia Memasuki Menopause
Bagi kebanyakan wanita, haid terakhir terjadi pada usia 50-51 tahun, dengan klimaksterium dimulai beberapa tahun sesudahnya. Menopause juga terjadi pada wanita yang mengalami pengangkatan rahim/uterus yang disebut dengan Hysterectomi, misalnya sebagai akibat adanya tumor di uterus, dan mereka akan mengalami gejala menopause pada usia yang lebih muda. Menopause terjadi sekitar satu tahun lebih awal dari rata-rata pada wanita yang merokok dan setahun lebih lama pada wanita yang buta sejak lahir (Purwoastuti, 2012).
Usia rata-rata perempuan mengalami menopause di Amerika Serikat adalah 50-52 tahun, tetapi dalam beberapa kasus mungkin terjadi lebih awal atau lebih lambat. Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan kapan menopause ini akan datang. Kebanyakan wanita akan mengalaminya pada usia 50 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan jika terjadi lebih cepat atau lebih lambat. Usia menopause itu bervariasi, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dipengaruhi oleh keturunan, jadi jika ibu kandung menopause di usia 40 tahun, kemungkinan si anak
30
juga akan menopause di usia tersebut, faktor kesehatan umum, serta pola hidup juga dapat mempengaruhi kapan terjadinya menopause (Mulyani, 2013).
Menopause biasanya terjadi pada usia 45-55 tahun, meskipun bisa juga terjadi lebih awal pada wanita yang menjalani histerektomi. Menurunnya produksi hormon estrogen menyebabkan terjadinya menopause sebagai tanda berakhirnya masa kesuburan, produksi dan pelepasan sel telur (ovulasi), dan menstruasi (Bandiyah, 2009).
Sedangkan menurut Proverawati (2010), sebagian besar wanita mulai mengalami gejala premenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause ini wanita sudah tidak mengalami haid lagi. Kebanyakan wanita mengalami menopause kurang dari 5 tahun dan sebagian kecil lebih dari 5 tahun. Jadi dapat di simpulkan bahwa, rata-rata umumnya seorang wanita akan mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun.
2.4.3. Penyebab Terjadinya Menopause
Tubuh wanita mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur telah kehabisan sel telur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi hormon dalam tubuh terganggu yaitu berhentinya produksi hormon seks wanita yang tidak lain adalah hormon estrogen dan progesteron.
Penurunan fungsi hormon dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa
31
meskipun mestruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relatif menjadi lebih banyak dari sebelumnya (Mulyani, 2013).
Usia 45-55 tahun menandakan berakhirnya masa subur dan berkurangnya kadar hormon estrogen serta progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh yaitu wajah kemerahan, keringat di malam hari, rasa sakit dan nyeri, kekeringan di daerah vagina, masalah kandung kemih, hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri, kulit kering, gangguan tidur, emosi yang mudah berubah-ubah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Sedangkan jangka panjang akan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung dan osteoporosis/rapuh tulang (Kesuma, 2009).
Menurut Manuaba dkk (2009), keluhan akibat penurunan hormon terbagi dua yaitu :
1. Keluhan Psikologis
Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga menimbulkan penyakit
”pikun” atau Alzheimer. Gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak, dan ditinggalkan sendiri. Keinginan seks menurun dan sulit untuk dirangsang. Situasi
32
demikian dapat terjadi bila individu belum siap untuk menghadapi klimakterium, menopause, dan senium.
2. Keluhan Fisik
Tidak semua keluhan fisik dapat terjadi pada seseorang, dan tidak semuanya pula dapat dijabarkan secara rinci, tetapi keluhan yang dominan dan sering dijumpai dapat dijelaskan berikut ini :
a. Jantung dan pembuluh darah
Keluhan yang memengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi kulit terasa kering, keriput, dan longgar. Oleh karena turunnya sirkulasi menuju kulit, badan terasa panas termasuk wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar ke tengkuk bewarna merah (hot flushes), mudah berdebar-debar, terjadi tekanan darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner.
b. Genitalia
Keluhan yang dirasakan mengenai alat kelamin meliputi liang senggama terasa kering, sulit menerima rangsangan karena sensitivitasnya sudah menurun, epitel liang senggama dan sekitarnya menipis, sehingga mudah terjadi infeksi, dalam melakukan hubungan seks kering terasa sakit (dispareunia), elastisitas sudah menurun sehingga terasa longgar.
c. Sistem hormonal
Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun fungsinya sehingga memengaruhi metabolisme tubuh yang cenderung menurun. Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap pola makan yang sebaiknya vegetarian. Penyakit
33
metabolisme yang dapat terjadi pada masa klimakterium dan menopause adalah cepat menjadi gemuk, kelebihan bahan makanan disimpan dalam bentuk lemak di bokong, payudara, dan perut.
d. Fungsi saraf
Pada lansia, keluhan saraf disebabkan oleh degenerasi sel saraf dan sel otak sehingga menimbulkan manifestasi klinis. Panca indera mengalami kemunduran fungsi sehingga perlu perhatian, penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi sehingga memerlukan bantuan alat untuk meningkatkan fungsi.
e. Fungsi motorik
Keluhan fungsi motorik meliputi otot mulai lemah untuk memegang atau mengambil barang, koordinasi sudah kurang tepat dan pegangan sering lepas, gerakan otot mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar (tremor).
f. Fungsi sensoris
Keluhan saraf sensoris yang sering muncul adalah kram atau sakit. Gejala ini timbul saat berdiam diri dan akan menghilang bila digerakkan. Kemunduran fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan gangguan rasa perabaan, karena saraf peraba mengalami kemunduran fungsi.
g. Fungsi tulang
Tulang sebagai penyangga utama tubuh, karena proses penuaan, dapat terjadi pengurasan kalsium tulang, sehingga menjadi keropos dan mudah patah.
Tempat yang paling banyak terjadi patah tulang adalah pada persendian tulang paha, sekalipun jatuh tidak terlalu keras. Metabolisme kalsium, sebagai bahan
34
tulang, dipengaruhi oleh hormon paratiroid, estrogen, vitamin E dan D. lansia perlu berhati-hati agar tidak terjadi patah tulang, yang pengobatannya sulit dilaksanakan.
Gejala-gejala yang ditemukan pada wanita menopause menurut Prayitno (2014) adalah sebagai berikut :
1. Hot Flushes yang terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada, dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan. Hot flushes dialami oleh sekitar 75%
wanita menopause. Kebanyakan hot flushes dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25%-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun. Hot flushes berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.
2. Vagina menjadi kering lantaran penipisan jaringan pada dinding vagina sehingga sering menimbulkan rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
3. Gejala psikis dan emosional, seperti kelelahan, mudah tersinggung, susah tidur dan gelisah bisa disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen.
Berkeringat pada malam hari menyebabkan gangguan tidur sehingga kelelahan semakin memburuk dan yang bersangkutan menjadi semakin mudah tersinggung.
4. Pusing, kesemutan, palpitasi (jantung berdebar).
5. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (sering buang air kecil) 6. Peradangan kandung kemih atau vagina