• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BAS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BAS (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN MEDIA WINDOWS MOVIE

MAKER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

Helen, Meliana, Setia, Shintauli, Yoana dan Yohana

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Medan E-mail : ana_sibarani@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yang diintegrasikan dengan media Windows Movie Maker pada materi sistem koloid. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 18, Medan yang terdiri dari 43 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum perlakuan (pre-test) yaitu sebesar 32,35 terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa setelah perlakuan (post-test) sebesar 68,93 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 22,5 % pada siklus I dikarenakan adanya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum perlakuan pada siklus II yaitu 52 meningkat setelah model pembelajaran Problem Based Learning diintegrasikan dengan media Windows Movie Maker menjadi 82,325 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 95 %.

Kata Kunci : penelitian tindakan kelas, problem based learning, windows movie maker, hasil belajar

PENDAHULUAN

(2)

diperoleh. Hampir semua siswa mendapatkan nilai di bawah KKM pada saat ulangan harian.

Penyebab rendahnya hasil belajar siswa yaitu proses pembelajaran yang dilakukan lebih cenderung teacher centered. Pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampan siswa untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah. Selain itu, kurangnya media pembelajaran menjadikan pembelajaran kimia kurang menarik dan semakin sulit untuk dipahami siswa.

Untuk mengatasi masalah di atas maka beberapa peneliti menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu model yang digunakan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Ada tiga ciri utama model PBL; (1) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yag harus dilakukan siswa. Dalam PBL, menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat atau menghafal materi pelajaran; (2) aktivitas

pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa masalah pembelajaran tidak akan terjadi; (3) pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah (Pratiwi, 2014).

Model PBL dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah: 1) Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan suatu pengetahuan baru, 2) Pembelajaran dengan modl PBL dianggap lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa, 3) Model PBL dapat dapat meningkatkan ativitas siswa dalam proses pembelajaran, dan 4) Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia nyata.

(3)

karena bersifat abstrak. Kesulitan tersebut dapat membawa dampak yang kurang baik bagi pemahaman siswa mengenai berbagai konsep kimia, karena pada dasarnya fakta-fakta yang bersifat abstrak merupakan penjelasan bagi fakta-fakta dan konsep konkret. Salah satu indikator dari kelemahan kegiatan pembelajaran berkaitan dengan implementasi belajar, yaitu lemahnya proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran yang selama ini berlangsung kurang mendorong kegiatan siswa untuk dapat terlibat dan aktif mengembangkan pengetahuan karena kegiatan masih sering didominasi guru (Wasonowati, 2014).

Salah satu materi pelajaran kimia SMA adalah Sistem Koloid. Sistem Koloid Sistem koloid merupakan materi pelajaran yang sangat penting diajarkan kepada siswa karena merupakan pokok bahasan kimia di SMA yang membahas jenis-jenis campuran. Sistem koloid adalah materi pelajaran yang bersifat teoritis dan hafalan. Oleh karena itu, selain model pembelajaran, diperlukan media yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Salah satu program yang bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran itu adalah media animasi dengan aplikasi Movie Maker. Windows Movie Maker adalah software video editing yang

umumnya mudah ditemukan di setiap komputer Indonesia. Program ini telah terintegrasi dengan operating system windows.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Yang Diintegrasikan dengan Media Windows Movie Maker Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid.”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang diintegrasikan dengan media Windows Movie Maker dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

(4)

pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif antara guru dengan peneliti. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang berlangsung pada bulan April sampai dengan Mei 2016 pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 18 Medan yang terdiri dari 43 siswa. Penetapan siswa kelas XI IPA 3 sebagai subyek penelitian didasarkan pada hasil diskusi dengan guru kimia / kolaborator yang menyatakan bahwa di kelas tersebut siswa memiliki daya serap penguasaan materi kimia yang sangat lamban dibandingkan dengan kelas lain.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa tes pilihan berganda dengan 5 option (A, B, C, D dan E) yang terdiri dari 20 soal yang telah valid dan telah dianalisis terlebih dahulu reliable, tingkat kesukaran, dan daya beda. Dan masing-masing soal telah memenuhi indikator.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang akan diamati. Secara garis besar, prosedur penelitian tindakan kelas tersebut mengikuti tahapan berikut.

Perencanaan (Planning) Siklus I

Setelah berkonsultasi dengan guru mata pelajaran kimia, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) membuat lembar observasi terhadap siswa untuk memantau keadaan selama proses belajar mengajar berlangsung, (3) merancang instrument penelitian beserta kunci jawabannya.

Siklus II

(5)

menyusun media pembelajaran yaitu media Windows Movie Maker sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat lebih baik dari sebelumnya.

Pelaksanaan Tindakan (Action)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan format pengamatan pembelajaran atau lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya serta melakukan evaluasi.

Refleksi (Reflektion)

Pada tahap ini dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Dari hasil tersebut dilihat apakah telah memenuhi target yang ditetapkan pada indikator kinerja. Jika belum memenuhi target, maka penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dan

(6)

Secara khusus dapat digambarkan sebagai berikut :

Teknik Pengambilan Data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut diperoleh dari tes hasil belajar, dan lembar observasi. Data mengenai kondisi pembelajaran menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning diambil dengan menggunakan lembar observasi. Data mengenai peningkatan hasil belajar kimia diambil dengan menggunakan tes.

Indikator Kerja

Sebagai indikator kerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika minimal 85% dari jumlah total siswa telah memperoleh nilai minimal 75.

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi Siklus-1

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I yaitu :

1. Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu mengambil data awal siswa. Data ini diambil dari hasil ulangan harian siswa, wawancara dengan guru kelas.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Membuat instrumen evaluasi kognitif siswa berupa tes pilihan berganda materi sistem koloid beserta kunci jawaban tes.

4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Hasil tes akhir siklus yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh nilai rata hasil belajar kimia siswa sebelum tindakan sebesar 32,35 dan nilai rata-rata hasil belajar kimia siswa setelah tindakan 68,93 hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar dengan persen nilai ketuntasan belajar sebesar 22,5 %

namun hal tersebut belum memenuhi indikator kerja penelitian ini yaitu sebesar 85 % siswa harus mencapai nilai KKM yaitu 75.

Diagram 1. Rata-rata nilai pre-test dan rata-rata nilai post-test pada siklus I.

Ketuntasan belajar klasikal siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

P = �1

� x 100%

0 50 100

pretest postest

32.35 68.93

Nilai

(8)

Keterangan:

P= Nilai ketuntasan belajar klasikal

Ʃn1 = Jumlah siswa tuntas belajar individu (nilai ≥ 75)

Ʃn= Jumlah total siswa Maka :

P = 9

40 x 100% = 22,5 %

Berpedoman pada hasil analisa data dan observasi siswa di kelas masih terdapat beberapa kelemahan pada siklus I, yaitu :

1. Siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran Problem Based Lerning.

2. Kurang menariknya penyajian materi koloid oleh guru karena tidak didukung dengan media pembelajaran guru hanya berpatokan pada buku pegangan belajar saja.

3. Anggota setiap kelompok tidak secara keseluruhan melakukan diskusi.

Karena belum tercapainya indikator kerja pada siklus I dan masih terdapat

beberapa kelemahan maka dengan berpedoman pada hasil analisa data dan observasi siswa di kelas, penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning yang diintegrasikan dengan media Windows Movie Maker.

Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II yaitu : 1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Membuat instrumen evaluasi kognitif siswa berupa tes pilihan berganda materi sistem koloid beserta kunci jawaban tes.

3. Membuat media pembelajaran berupa Windows Movie Maker materi koloid.

(9)

Hasil tes yang telah dilakukan pada akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebelum tindakan yaitu 52 dan nilai rata-rata hasil belajar setelah tindakan yaitu 82,325 dengan persen nilai ketuntasan belajar 95 %. Hal ini berarti, kelas ini telah dinyatakan tuntas belajar materi koloid karena telah memenuhi syarat indikator kerja yaitu sebesar 85 % siswa mencapai nilai KKM sebesar 75. Dengan demikian kelas XI IPA 3 SMA Negeri 18 Medan dinyatakan sudah tuntas belajar koloid.

Diagram 2. Rata-rata nilai pre-test dan rata-rata nilai post-test pada siklus II.

Ketuntasan belajar klasikal siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

P = �1

� x 100%

Keterangan:

P= Nilai ketuntasan belajar klasikal

Ʃn1 = Jumlah siswa tuntas belajar individu (nilai ≥ 75)

Ʃn= Jumlah total siswa Maka :

P = 3840 x 100%

= 95 %

Model pembelajaran Problem Based Learning yang dalam pelaksanaan pembelajarannya memerlukan pemecahan ataupun solusi dari sebuah masalah

0 20 40 60 80 100

nilai pretest nilai postest 52

(10)

menuntut siswa untuk mampu menganalisis masalah, sehingga kemampuan menganalisis permasalahan siswa lebih berkembang apalagi ditambah dengan penyajian materi dengan menggunakan media Windows Movie Maker yang membuat siswa merasa lebih tertarik dengan penyajian materi oleh guru sehingga siswa lebih fokus dan menyenangi sub pokok bahasan yang diajarkan guru. Kelebihan dari model pembelajaran Problem Based Learning :

1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah sehingga mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan. 2. Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan

keterampilan secara simultan dan mengaplikasikan dalam konteks yang relevan.

3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan

dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Sama halnya dengan hasil penelitian sebelumnya, Melinda (2014) menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran PBL. Namun dibandingkan hasil penelitian Melinda (2014), penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Melinda hanya mengintegrasikan model pembelajaran PBL dengan media peta konsep sehingga tidak lebih menarik bila dibandingkan dengan media Windows Movie Maker.

KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Sedangkan media Windows Movie Maker memudahkan siswa memahami konsep dasar kimia karena memberikan motivasi belajar kepada siswa. Penyampaian materi ajar koloid dengan menggunakan media Windows Movie Maker memberikan kesan pengajaran lebih lama diingat dibandingkan pengajaran dengan metode ceramah karena teknik pengajaran yang lebih menarik. Diharapkan guru kimia hendaknya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang diintegrasikan dengan media Windows Movie Maker untuk penyampaian materi pelajaran kimia pokok bahasan

Sistem Koloid karena sudah terbukti efekti dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kami ucapkan kepada guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 18, Medan beserta seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A., (2009), Media Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta

Batubara, Rafiqoh., (2013), Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dengan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hassil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Laju Reaksi, Skripsi, Unimed, Medan

Devi, A., Mulyani, S., dan Haryono, (2014), Perbedaan Implementasi Pembelajaran Kimia Model Problem Based Learning (PBL) Materi Stoikiiometri Kelas X MIA SMA Negeri Di Kota Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(4)

Djamarah, S.B dan Aswan Zain., (2006), Strategi Belajar Mengajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Hasruddin, (2009), Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Kontekstual, Jurnal Tabularasa PPs Unimed, 6 (1)

Johari, dkk., (2006), Kimia SMA dan MA Untuk Kelas XI, Esis, Jakarta

(12)

Panjaitan, Gustina., (2012), Pengaruh Penggunaan Media Berbasis Komputer (Windows Movie Maker) Pada Genius Learning Strategy Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid, Skripsi,Unimed,Medan

Pratiwi , Y., Tri, R., dan Mohammad, M., (2014), Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Redoks Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(3)

Purba, M., (2006). Kimia Untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta

Purwanto., (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogayakarta

Samsukur, Mohammad, J., Raghel, Y., (2012), Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Animasi Dengan Windows Movie Maker Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Atmosfer Di Kelas X MAN Model Gorontalo, F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo

Sanjaya, W., (2007), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Media Group, Jakarta

Sidiq, dkk., (2012), Windows Movie Maker, http://dfkhairunnisa. blogspot. co. id/2012/04/windows-movie-maker-makalah-diajukan. html (diakses, tanggal 13 Februari 2016)

Silitonga, P.M., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA UNIMED, Medan

Simamora, E. Nora., (2011), Pembelajaran Inkuiri Sebagai Upaya Peningkatan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematid Siswa Sekolah Menengah Pertama, Tesis, Unimed, Medan

Sirait, Teresa., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Sma Pada Pokok Bahasan Konsep Redoks, Skripsi, Unimed, Medan

Sudjana, Nana., (2005), Media Pebelajaran, CV. Sinar Baru, Bandung

Suianto, dkk., (2015), Sistem Koloid, http://ancusugianto. blogspot. co. id/2015/06/makalahfarmasi-fisika-sistemkoloid. html (diakses tanggal 14 Februari 2016)

Surya, H., (2013), Cara Belajar Orang Genius, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Sutresna, Nana., (2008), Kimia, Grafindo Media Pratama, Bandung

(13)

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Kencana, Surabaya

Trianto, (2011), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta

Wasonowati, R.R.T., Tri, R., dan Sri, R.D.A., Penerapan Model Problem Based Learning Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(3)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh GH (STH) terhadap species lain mempunyai kekhususan tertentu. Hormon tubuh yang diperoleh dari ekstrak hipofisa dari ikan tidak akan memberikan efek bila

Tujuan dari usaha “Es Sesar (Smoothies Kates Anti Kulit Kasar)” adalah memberikan sumbangsih dalam mengatasi masalah produk kecantikan berbahaya yang sudah beredar luas

Respon retinomotor dan ketajarnan penglihatan ikan Sanma Cololabis saira diteliti untuk memaharni proses penangkapan ikan dengan menggunakan cahaya berdasarkan

[r]

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN MUSIK PERKUSI PADA ANAK KELOMPOK B TK PGRI 1 GRABAG TAHUN

Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia telah. dikembangkan sejak tahun 1992, sejalan dengan diberlakukannya UU

Apabila melihat kegunaan dari beton berpori sebagai beton multifungsi, pengaplikasian beton berpori diharapkan dapat menjadi salah satu solusi pembangunan prasarana

Undenwiting Treaty & Retrosesi, Kepala Dibisi Undehting Facultative clan Kepala Bagian Undmwiting Treaty & Retrosesi. Reasuransi Nasional Indonesia dengan nilai TAS