• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal No25 Thn14 Des2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "jurnal No25 Thn14 Des2015"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab Ir. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin Redaksi Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang

Dewan Editor Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Prof. Dr. Theresia K. Brahim Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dr. Elika Dwi Murwani, M.M. Etiwati, S.Pd., M.M. Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :

Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968

(3)

Jurnal Pendidikan Penabur

Nomor 25/Tahun ke-14/Desember 2015

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction untuk Meningkatkan Pembelajaran yang Variatif dan

Menyenangkan, Abd. Basith, 1-12

Penerapan Metode Whole Brain Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Anak

Usia Dini, Indriane Atmadja, 13-33

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik pada Anak Usia 5 - 6 Tahun,

Felucia Hendriette, 34-46

Penggunaan Media Surat Kabar dalam Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini,

Sakila, 47-56

Kemampuan Menulis Permulaan pada Anak Usia 4-8 Tahun, Hilda Karli, 57-69

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk dalam Proses Pendidikan di Indonesia,

Nikodemus Thomas Martoredjo, 70-81

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri, Paulus Eko Kristianto, 82-97

Isu Mutakhir: Teknologi dan Anak Usia Dini, Mudarwan, 98-102

Resensi buku:Pendidikan Kristiani Multikultural, Ishak Boty Buifena, 103-107

(4)

erkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta perubahan jenis dan mutu kemampuan yang diperlukan di lapangan kerja, menjadi tantangan bagi penyelenggara pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang relevan dengan tuntutan zaman. Tuntutan itu semakin terasa berat, khususnya dalam era globalisasi ketika persaingan semakin ketat antarnegara termasuk dalam menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu. Dalam keadaan yang demikian, masyarakat pada umumnya sangat berharap pada lembaga pendidikan walaupun pada hakikatnya kontribusi lembaga pendidikan terhadap kemampuan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup lulusannya hanya berkisar 20%. Oleh karena itu, di samping memberikan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk dan mengembangkan sikap/kepribadian, lembaga pendidikan berupaya memberikan serta mengembangkan keterampilan belajar peserta didiknya. Dengan demikian, lulusannya dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan secara mandiri sepanjang hayat sesuai dengan kebutuhannya.

Untuk meningkatkan mutu dan relevansi kemampuan lulusan, lembaga pendidikan mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum pendidikan pada kurun waktu tertentu. Pengembangan kurikulum dapat berkaitan dengan isi kurikulum, pendekatan/strategi/metode pembelajaran serta sumber belajar-membelajarkan. Isi kurikulum disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; pendekatan/strategi/metode pembelajaran disesuaikan dengan kemajuan psikologi, pedagogi, andragogi, teknologi pendidikan dan sosiologi; dan sumber belajar dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi pembelajaran. Dengan demikian, peralihan Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 terkait dengan perubahan isi, pendekatan/ strategi/metode pembelajaran, serta sumber belajar merupakan penyesuaian yang lumrah dilakukan di dunia pendidikan.

Salah satu perubahan yang ditekankan dalam Kurikulum 2013 adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).Pendekatan ini mempengaruhi metode dan teknik pembelajaran dengan menggunakan 5 (lima) kegiatan pokok: mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking). Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah ini telah disosialisasikan kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas, khususnya di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Akan tetapi, dalam prakteknya guru masih menghadapi berbagai masalah khususnya karena 5 kegiatan itu dianggap sebagai urutan kegiatan pembelajaran yang harus diikuti secara ketat. Keketatan menerapkan prosedur pembelajaran mengacu pada 5 kegiatan itu mengakibatkan sejumlah guru mengalami kesulitan untuk pembelajaran Kompetensi

(5)

dan Budi Pekerti serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. Dikaitkan dengan keterampilan belajar, pembiasaan belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah membantu pemelajar (learner) berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Pendekatan ini juga menggugah dan memicu rasa ingin tahu siswa serta mencari alternatif pemecahan masalah secara divergen. Pemelajar akan peka terhadap situasi yang sedang dihadapinya, mengidentifikasi, serta merumuskan masalah secara tepat, mengembangkan dan memilih alternatif pemecahan masalah, serta memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Jeli dan cekatan mengidentifikasi serta memecahkan masalah berarti mampu mengenali berbagai kebutuhan pribadi dan lingkungannya serta memenuhinya secara benar. Dalam konteks belajar bermakna, terampil belajar berarti tahu apa yang harus dipelajari (kebutuhan akan belajar), bagaimana mempelajari (metode/teknik belajar), sumber belajar yang sesuai, tempat dan waktu mempelajarinya, bagaimana mengukur keberhasilan belajarnya serta bagaimana menggunakan hasil belajar tersebut. Sejumlah pengetahuan yang disebutkan itu sering juga disebut dengan kemampuan belajar yang diperlukan untuk belajar sepanjang hayat.

Melimpahnya informasi melalui teknologi informasi dan komunikasi, memungkinkan setiap orang dapat belajar berbagai pengetahuan dan keterampilan. Sumber belajar tidak terbatas atau hanya guru dan buku pelajaran saja, tetapi internet menyediakan sangat banyak informasi. Dalam memanfaatkan internet sebagai sumber informasi untuk belajar, penggunanya harus melek teknologi informasi dalam arti terampil mencari, memilah, memilih, dan memanfaatkan informasi itu untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Kemudahan akses ke internet melalui gadget membuat siswa dan guru dapat memperoleh berbagai jenis informasi yang dapat memberikan pengaruh negatif atau positif untuk pendidikan. Oleh karena itu menarik diteliti bagaimana komputer dimanfaatkan membantu proses pembelajaran. Salah satu tulisan dalam Jurnal Pendidikan Penabur, ialah

pemanfaatan Computer Based Learning untuk meningkatkan

pembelajaran yang variatif dan menyenangkan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

(6)

membantu dan memotivasi pemelajar belajar, kalau dirancang dan dipergunakan secara benar.

Keterampilan belajar perlu diberikan sedini mungkin kepada anak serta terus menerus dikembangkan dalam upaya pembentukan kegemaran dan kebiasaan belajar sehingga belajar itu secara lambat laun menjadi kegiatan menyenangkan serta kebutuhan hidup. Akan tetapi cara memberikan keterampilan belajar disesuaikan karakteristik dan perkembangan fisik dan mental anak. Sebagai contoh, kebiasaan belajar mengenali situasi, mengidentifikasi serta mengatasi masalah dapat ditanamkan kepada anak usia dini melalui kegiatan permainan yang menyenangkan yang merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan dalam usia emas (golden age) anak. Tanpa disadari anak, ia melakukan kegiatan belajar dan menyenanginya karena dalam bentuk permainan.

Keinginan banyak orang tua atau lembaga PAUD memberikan berbagai kemampuan kepada anak sedini mungkin agar kelak menjadi orang terampil dan cerdas. Kuatnya keinginan itu tidak jarang diwujudkan dalam proses pembelajaran yang dipaksakan serta mengabaikan karakteristik anak yang masih senang bermain. Proses pembelajaran yang melampaui kemampuan berpikir dan fisik anak dapat membuat anak tidak memenyukai dan menghindari kegiatan belajar yang selanjutnya memberikan pengaruh negatif terhadap sikap anak terhadap belajar.

Belakangan ini berkembang pesat lembaga pendidikan anak usia dini seperti Taman Penitipan Anak (TPA), Taman Bermain Anak (TBA), dan Taman Kanak-kanak (TK). Bertambahnya jumlah lembaga PAUD juga merupakan indikasi semakin sadarnya orang tua akan pentingnya memberikan pendidikan kepada anak sedini mungkin. Namun kesadaran itu sering diikuti harapan berlebihan atas kemampuan anak setelah mengikuti PAUD. Di sisi lain pengelola PAUD juga berusaha memenuhi harapan orang tua agar tidak kalah bersaing dengan lembaga PAUD lainnya dan karakteristik serta kepentingan anak pun terabaikan.

(7)

orang tua sudah memperkenalkan berbagai produk teknologi informasi dan komunikasi kepada anak sejak masih bayi untuk memantau, menjaga, dan menemaninya. Selanjutnya, anak diberikan berbagai bentuk permainan yang menyibukkan dan menyenangkan anak. Tanpa disadari, anak dibiasakan sibuk dalam kesendirian yang ternyata menjadi pengalaman yang kurang menguntungkan kepada perkembangan fisik dan psikologi anak. Merebaknya penggunaan

gadget untuk anak usia dini, menjadi bahasan dalam isu mutakhir dengan topik teknologi dan anak usia dini dalam edisi ini.

Manusia sebagai individu memiliki ciri masing-masing yang membedakannya satu sama lain, bukan hanya secara fisik , tetapi juga inteligensi yang dimilikinya. Howard Gardener misalnya,

mengemukakan bahwa manusia memiliki intelegensia jamak (multiple

intelligence) yang dapat dibedakan menjadi 9 jenis. Setiap orang memiliki jenis intelegensia yang unggul dan berbeda dengan orang lain. Misalnya, ada yang memiliki kelebihan dalam bahasa, matematika, atau musik. Guru perlu memperhatikan keaneka ragaman intelegensia itu untuk mengidentifikasi gaya belajar anak serta bakat yang dimilikinya. Pentingnya intelegensia jamak ini menjadikan topik ini menjadi salah satu bahasan dalam penyelenggaraan pembelajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Ternyata berbagai fenomena sosial yang dialami bangsa Indonesia dalam satu dekade belakangan ini menunjukkan masih perlunya pendidikan multikultural perlu dilaksanakan secara lebih baik lagi baik dari aspek pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Keberanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan dimiliki oleh bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan budaya dan nilai-nilai bangsa. Untuk mempertahankan dan mengembangkan keberaneka-ragaman itu, semangat dan sikap toleransi atas perbedaan perlu ditanamkan melalui jalur pendidikan. Tulisan berjudul Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri: Gerakan Oikumene dan Percakapan Antar Iman, menawarkan model pendidikan yang dapat dipergunakan untuk penanaman nilai-nilai toleransi atas perbedaan. Dalam kaitannya dengan keberanekaragaman itu, dikaji juga buku dengan judul Pendidikan Kristiani Multikultural. Melengkapi Edisi ini, dimuat profil BPK PENABUR Sukabumi yang berada di tengah-tengah masyarakat yang juga berciri multikultural.

Terbitnya Jurnal Pendidikan Penabur ini pada akhir tahun 2015, dalam kesempatan ini Redaksi menyampaikan ‘Selamat merayakan Natal 2015 dan Tahun Baru 2016’. Semoga tahun 2016 lebih baik bagi kita semua dan semoga Tuhan memberkati semua usaha kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan. Amin.

.

(8)

Pemanfaatan

Computer Assisted Instruction

untuk

Meningkatkan Pembelajaran yang

Variatif dan Menyenangkan

Abd. Basith

Email: basithskbm@gmail.com SMAK BPK PENABUR Sukabumi

K

Abstrak

emajuan teknologi informasi dan komunikasi banyak dimanfaatkan dalam pendidikan

untuk mengembangkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan pembelajaran berbantuan komputer untuk meningkatkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Penelitian yang dilakukan dalam Juni 2015 ini juga ingin mengetahui tanggapan siswa dan guru atas pembelajaran berbantuan komputer tersebut. Data dikumpulkan menggunakan observasi, wawancara, dan angket. Hasil penelitian ini menunjukkan SMAK BPK PENABUR Sukabumi

menggunakan Quipper School dan dimanfaatkan sebagai tugas mandiri untuk memperdalam materi

di rumah. Siswa dan guru berpendapat bahwa pelaksanaan pembelajaran berbantuan komputer di SMAK BPK PENABUR Sukabumi membuat pembelajaran lebih variatif sehingga menyenangkan karena tidak membosankan. Mereka menginginkan CAI terus diterapkan dengan penyempurnaan program. Selanjutnya, penyempurnaan program itu tidak hanya mengandalkan pengelola pembelajaran berbantuan komputer online (baca: Quipper School) tetapi bisa dilakukan oleh guru dengan menulis materi dan soal yang sesuai serta menarik lalu dimasukkan dalam program pembelajaran berbantuan komputer

Kata-kata kunci: pembelajaran berbantuan komputer, Quipper School, pembelajaran bervariasi,

pembelajaran menyenangkan

Use of Computer Assisted Instruction to Improve the Variety of Joyful Instructions Abstract

The advancement of Information and communication technology has been utilized in education to develop diverse and joyful instructions. This research aimed at describing computer assisted instruction (CAI) to improve deverse and joyful instruction at SMAK BPK PENABUR in Sukabumi. The research conducted June 2015 also wanted to know the students’ and teachers’ opinion on CAI. The data were collected using observation and interview techniques and questionair. The findings show SMAK BPK PENABUR Sukabumi uses Quipper School in CAI for individual assignment and enrichment at home. The students and teachers are of the opinion that CAI at SMAK PENABUR Sukabumi has made variety of joyful instruction. Furher, they expect CAI to be developed not only Qupper School program but to enable the teachers to write suitable and interesting teaching and evaluation materials in CAI program.

(9)

Pendahuluan

Pembelajaran adalah kegiatan yang paling utama di suatu satuan pendidikan atau sekolah. Pembelajaran ini, khususnya di SMAK BPK PENABUR Sukabumi, berlangsung setiap hari efektif kurang lebih delapan sampai sembilan jam pelajaran dari pagi hingga sore selama lima hari dalam seminggu. Oleh karena itu dibutuhkan desain pembelajaran yang kreatif, variatif, dan menyenangkan agar selama kegiatan belajar mengajar tidak membosankan atau menjenuhkan.

Pembelajaran yang kreatif, variatif, dan menyenangkan dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan potensi guru dan sekolah serta luar sekolah. Guru dapat melakukan pembel-ajaran dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran yang variatif sehingga tidak membosankan. Misalnya, guru tidak hanya berdiri di depan kelas tetapi mendekati siswa sehingga bahan pelajaran dapat dibahas dalam jarak dekat dengan siswa dan siswa merasa santai dalam pembelajaran karena merasa belajar bersama guru, bukan diajari atau digurui. Guru pun dapat juga menggunakan permainan sebagai selingan dalam pembelajaran, seperti bisik berantai, sambung suku kata, cerdas cermat, operasi hitungan dengan kartu, mono-poli pembelajaran, dan lain sebagainya. Permai-nan itu tentunya disesuaikan dengan pokok bahasan mata pelajaran yang diampu oleh guru. Selain memaksimalkan potensi guru, siswa pun dapat diajak belajar dengan memanfaatkan fasilitas sekolah seperti laboratorium, lapangan, aula, atau taman/kebun. Sesekali pembelajaran dapat dilakukan di peternakan, restoran, pasar, bahkan mall yangberada di luar sekolah. Potensi sekolah dan luar sekolah yang juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang kreatif, variatif, dan menyenangkan adalah teknologi komunikasi (internet). Di samping mengguna-kan fasilitas sekolah, banyak siswa bisa mendapatkan hubungan ke jaringan internet melalui telepon selulernya.

Pembelajaran yang variatif adalah pembelajaran yang menggunakan model, metode, bahan, dan alat/media belajar yang

beraneka ragam. Keberanekaragaman pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang tidak membosankan dalam belajar

sehingga mencapai hasil maksimal.

Pembelajaran bervariasi ini harus berprinsip, siswa adalah makhluk yang aktif. Knight (2007: 150) berpendapat, anak bukan makhluk pasif yang sekadar menanti guru mengisi akal pikirannya dengan banyak informasi. Mereka adalah mahkluk dinamis yang secara alamiah berkeinginan untuk belajar dan akan belajar jika mereka tidak dibuat frustasi dalam belajar oleh orang dewasa yang memaksakan kemauannya. Selanjutnya, pembelajaran menyenangkan diharapkan tercipta karena adanya pembel-ajaran variatif yang tidak membosankan. Pembelajaran menyenangkan adalah mencip-takan sedemikian rupa situasi dan kondisi pembelajaran yang nyaman atau ‘enak’. Hal ini sesuai pendapat Muniasari (2008: 15), situasi kondisi yang ‘enak’ dapat membuat belajar menyenangkan.

Pembelajaran yang variatif dan

menyenangkan juga merupakan salah satu langkah ‘memanusiakan’ siswa. Metode, model, atau media/alat pembelajaran yang beraneka ragam akan mengakomodasi berbagai karakter siswa. Pembelajaran yang variatif dan menyenangkan sangat diperlukan sekolah di Indonesia, termasuk SMAK BPK PENABUR Sukabumi, yang mempunyai siswa dari berbagai suku, golongan, agama, budaya, dan lain sebagainya dengan karakter dan keunikan beragam. Para siswa juga memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda.

Pembelajaran yang bervariatif dan menye-nangkan dapat diwujudkan dengan menggu-nakan berbagai kemudahan yang dimiliki komputer, sehingga dewasa ini banyak diman-faatkan untuk keperluan pendidikan. Dilihat dari fungsi komputer dalam pendidikan pada umumnya dan dalam pembelajaran pada khususnya, terdapat beberapa istilah yang

dipergunakan, seperti Computer Assisted

(10)

Kalau dikaji lebih lanjut perbedaan antara dan antaristilah itu dilihat dari penggunaan komputer adalah pada kata ‘based’ dan ‘assisted’. Untuk CAI, dan CAL komputer dipergunakan sebagai alat bantu dalam belajar, pembelajaran, atau pendidikan. Dengan keadaan yang demikian belajar, pembelajaran atau pendidikan tetap dapat dilaksanakan tanpa adanya komputer dan perangkatnya. Sedangkan untuk CBI, CBL, dan CBE, komputer dipergunakan sebagai alat utama dalam belajar, pembelajaran, dan pendidikan dalam arti kegiatan belajar, pembelajaran, dan pendidikan tidak dapat dilakukan tanpa adanya komputer serta perangkatnya. Dalam setiap istilah itu komputer dipergunakan sebagai alat bantu atau alat utama.

Fokus penelitian ini ialah pembelajaran berbantuan computer (CAI), sesuai dengan kenyataan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi bahwa komputer dipergunakan sebagai alat bantu bukan sebagai alat utama dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di SMAK masih dipergunakan media atau sumber belajar lain atau model-model pembelajaran lain sesuai dengan tujuan serta bahan pembelajaran. Guru menggunakan komputer sebagi pendamping dalam proses pembelajaran. Siswa berhadapan dan berinteraksi dengan komputer untuk menguatkan materi dengan latihan soal dan membaca materi, melakukan ulangan/ ujian, melaksanakan remedial, dan pengayaan materi. Interaksi antara siswa dan komputer terjadi secara individual. Siswa belajar secara mandiri di sekolah maupun di luar sekolah dengan ketentuan yang telah disepakati antara guru dan siswa. Apabila dilakukan di sekolah, guru dapat mendampingi siswa mengopera-sikan CAI.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, program CAI tidak hanya bersifat

offline tetapi juga bersifat online. Program CAI online antara lain Edmodo, Moodle, danQuipper School. Rizal (2014) dalam http:// id.techinasia.com/quipper-school-platform-belajar-online-smp-sma-indonesia menjelaskan,

Quipper School yang merupakan startup

pendidikan yang menyediakan dua layanan utama. Pertama, Quipper School Learn yang

merupakan portal khusus siswa. Portal ini menyediakan layanan yang membuat siswa bisa mengakses atau membaca materi pelajaran, menjawab soal, mengirimkan pesan ke guru, dan melihat performa belajar teman sekelasnya. Kedua, Quipper School Link, yang berupa portal khusus untuk guru, dapat dipergunakan guru menyiapkan tugas, melihat perkembangan siswa, mengirim pesan ke siswa, mengelola kelas, dan membuat kelas online.

Quipper School Indonesia (www. quipperschool.com) beroperasi secara resmi pada Februari 2014. Secara teknis, melalui Quipper School Indonesia guru dapat memberikan tugas kepada siswa secara online dan siswa dapat mengerjakannya (sekaligus mempelajari topik mata pelajaran yang berkaitan dengan tugas tersebut), baik di dalam maupun di luar kelas melalui perangkat mereka masing-masing yang terkoneksi dengan internet. Setelah siswa mengerjakan serta mengumpulkan tugasnya, sistem penilaian yang tersedia pada platform Quipper School Indonesia akan melakukan analisis data secara sederhana namun canggih yang akan membantu guru mendapatkan gambaran yang jelas tentang pencapaian siswa. Tentu saja sistem penilaian hanya bersifat membantu setelah guru secara manual memasukkan data soal dan jawabannya. Sistem penilaian bertugas mencocokkan antara jawaban siswa dengan kunci jawaban versi guru.

Guru akan mendapatkan laporan mengenai pencapaian siswa dalam menguasai mata pelajaran tertentu, mengetahui kemajuan belajar setiap siswa, mengetahui keunggulan atau potensi setiap siswa, nilai tertinggi, dan lainnya. Melalui gambaran tentang pencapaian ini, siswa pada saat itu juga akan memeroleh umpan balik mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki terkait penguasaan terhadap suatu topik materi pelajaran tertentu.

(11)

beserta soalnya. Topik mata pelajaran dan soal yang tersedia di Quipper School Indonesia dibuat oleh puluhan guru yang bekerja secara paruh waktu dan diklaim sesuai dengan kurikulum nasional yang berlaku.

Program CAI online seperti yang diuraikan tersebut adalah program CAI yang diketahui warga SMAK BPK PENABUR Sukabumi, khususnya guru. Pengetahuan tentang CAI

online ini kemudian dimanfaatkan sekaligus diaplikasikan dalam pembelajaran. Pengapli-kasian CAI online diharapkan membuat pembelajaran lebih variatif sehingga lebih menyenangkan.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan,

siswa yang berbeda karakter dan

karakteristiknya memerlukan pembelajaran yang variatif agar dapat mewadahi berbagai perbedaan tersebut. Pembelajaran yang variatif tidak akan menimbulkan kebosanan sehingga tercipta suasana menyenangkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Kondisi atau suasana yang menyenangkan ketika belajar dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Salah satu media yang bisa diguna-kan dalam pembelajaran adalah teknologi informasi dan komunikasi yang sebaiknya terhubung dengan internet. Teknologi ini digunakan dalam pembelajaran karena digemari dan sudah menjadi bagian hidup siswa.

Kegiatan manusia pada era sekarang ini tidak bisa ‘dilepaskan’ dari berbagai bentuk teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer dan berbagai gadget. Para siswa dalam kehidupan sehari-hari juga sangat ‘akrab’ dengan berbagai jenis teknologi tersebut. Mereka bahkan merasa senang sehingga ‘betah’

berlama-lama bermain dengan game yang

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Rasa senang dan betah kadang-kadang kurang dirasakan siswa ketika melakukan pembelajaran di sekolah. Rasa senang dan betah lebih dirasakan siswa ketika melakukan aktivitas dengan gadget mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya meningkatkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan dengan memanfaakan teknologi informasi dan

komunikasi, khususnya di SMAK BPK

PENABUR Sukabumi. Salah satu pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran dikenal dengan istilah pembelajaran berbantuan komputer atau Computer Assisted Instruction(CAI).

Penelitian tentang penggunaan TIK dalam pembelajaran di dunia pendidikan sudah ada sejak tahun 1980-an yaitu sejak TIK mulai digunakan sebagai media dan alat pembel-ajaran. Pada Jurnal Pendidikan PENABUR yang telah diterbitkan juga banyak ditemukan penelitian tentang penggunaan TIK dalam pembejaran. Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain (1) penelitian Yuli Kwartolo (Jurnal Pendidikan Penabur, 2010: 15) tentang TIK dalam Proses Pembelajaran, yang membandingkan pemanfatan TIK dalam proses pembelajaran di SMAK 1 dan SMAK 7 BPK PENABUR Jakarta dan (2) penelitian Anggiat Hisar (Jurnal Pendidikan Penabur, 2011: 11) tentang Evaluasi Pemanfaatan Pembelajaran

MiKids yang menjelaskan pemanfaatan program (TIK) MiKids dalam pembelajaran Bahasa Inggris di TKK BPK PENABUR Jakarta.

Kedua penelitian yang disebutkan menun-jukkan, komputer telah dipergunakan di sekolah untuk keperluan pembelajaran. Komputer juga telah diperkenalkan kepada siswa di TK dengan memanfaatkan program permainan di computer. Dengan demikian penggunaan komputer bukanlah hal yang baru bagi siswa di sekolah-sekolah BPK PENABUR. Dengan memperhati-kan hasilpenelitian yang sudah ada, penulis menganggap perlu meneliti dan menggambar-kan bagaimana sesungguhnya komputer diper-gunakan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan Computer Assisted Instruction (CAI) di SMAK BPK PENABUR Sukabumi?

(12)

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui penerapan Computer Assisted Instruction (CAI) dan (b) tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan Computer Assisted Instruction (CAI) di SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam memanfaatkan komputer untuk keperluan pembelajaran dengan atau tanpa bimbingan guru. Sedangkan bagi guru, hasil penelitian dapat memotivasi guru meren-canakan dan menyelenggarakan berbagai model pembelajaran dengan berbantuan komputer sehingga lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Apabila memahami peranan dan manfaat komputer dalam pembelajaran, siswa dan guru dapat bekerja sama lebih baik dalam mewujudkan proses dan hasil pembelajaran yang lebih bermutu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bagi Pengurus Yayasan BPK PENABUR dalam merumuskan kebijakan pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang menggunakan perangkat computer..

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi pada bulan Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sesuai dengan tujuan penelitian, pengumpulan data diperoleh melalui (a) observasi dan atau wawancara tentang penggunaan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi, (b) menyebar angket kepada guru yang menggunakan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi, dan (c) menyebar angket kepada siswa yang diindikasikan pernah menggunakan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Populasi penelitian ini adalah siswa dan guru SMAK BPK PENABUR Sukabumi, dengan jumlah 209 siswa yang terdiri atas 41 siswa kelas X, 36 siswa kelas XI, dan 32 siswa kelas XII. Sementara guru berjumlah 24 orang. Sebagai responden penelitian dipilih sampel secara acak. Sumber data utama adalah siswa. Sementara guru dan hasil observasi dipergunakan sebagai sumber data pendukung.

Data yang sudah terkumpul (a) diperiksa kelengkapannya, (b) ditabulasikan, dan (c) dianalisis. Analisis data yang dipergunakan adalah teknik deskriptif dengan persentase. Hasil analisis tersebut dideskripsikan dalam uraian sesuai tujuan penelitian.

Data dan Pembahasan

Peraturan siswa SMAK BPK PENABUR Sukabumi tahun 2014/2015 menyatakan, siswa-siswi SMAK BPK PENABUR Sukabumi tidak diperbolehkan menggunakan gadget selama pembelajaran berlangsung kecuali diperke-nankan guru mata pelajaran dan sebagai alat pembelajaran. Oleh karena itu, siswa tidak selalu dapat menggunakan gadget dalam pembel-ajaran. Bahkan ketika jam istirahat pun mereka tidak diperbolehkan mengoperasikan gadget seperti laptop dan atau handphone. Namun, beberapa siswa mencoba menggunakan dengan diam-diam dengan alasan untuk ‘mengusir’ kejenuhan. Hal ini menunjukkan, penggunaan berbagai gadget dapat menimbulkan kesenang-an sehingga ‘mencairkkesenang-an’ keboskesenang-ankesenang-an.

Berdasarkan pengamatan dan laporan orang tua atau wali serta pengakuan beberapa siswa dalam diskusi formal maupun informal, penggunaan gadget di rumah oleh siswa pada umumnya sangat intens. Oleh karena itu, beberapa guru mata pelajaran di SMAK BPK PENABUR Sukabumi mulai memanfaatkan

gadget yang terutama tersambung dengan

internet untuk pembelajaran. Penggunaan gadgetini dalam pembelajaran bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang variatif dan menyenangkan.

(13)

pelajaran yang menggunakan CAI tersebut adalah Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Kimia, dan TIK.

Persentase mata pelajaran yang menggunakan CAI dalam pembelajaran tergolong kecil. Hal ini dikarenakan CAI adalah hal baru di SMAK BPK PENABUR Sukabumi serta belum disosialisasikan secara sistematik dan intens (baru disosialisasikan secara sederhana) sehingga guru belum tahu benar cara menggunakannya serta manfatnya. Persentase ini akan meningkat apabila pada masa akan datang di SMAK BPK PENABUR Sukabumi diadakan pelatihan secara sitematik dan intens tentang teknik penggunaan CAI dalam pembelajaran dan manfaatnya.

Dalam menerapkan CAI, guru menggu-nakan Quipper School Indonesia untuk tugas mandiri, ujian/ulangan/tes, dan belajar mandiri. Berdasarkan angket siswa sesuai Tabel 1, pemanfaatan CAI dengan Quipper School adalah sebagai berikut: tugas mandiri 67%, tugas mandiri dan ujian/ulangan/tes 10%, tugas mandiri dan belajar mandiri 12%, serta tugas mandiri, ujian/ulangan/tes, dan belajar mandiri 12%. Terlihat bahwa CAI dengan Quipper School dalam pembelajaran lebih banyak dimanfaatkan pada tugas mandiri untuk memperdalam materi di rumah.

Pemaanfaatan CAI untuk tugas mandiri dan belajar mandiri diungkapkan juga oleh guru. 75%

Tabel 1 : Pemanfaatan CAI dengan Quipper School dalam Pembelajaran

No Jenis Tugas %

1 Tugas mandiri 67%

2 Tugas mandiri dan

ujian/ulangan/tes 10%

3 Tugas mandiri dan belajar

mandiri

12%

4 Tugas mandiri, ujian/ulangan/

tes, dan belajar mandiri 12%

guru mengungkapkan bahwa CAI digunakan untuk tugas mandiri dan belajar mandiri serta 25% lainnya menyatakan bahwa CAI hanya digunakan untuk tugas mandiri.

CAI dengan Quipper School mayoritas digunakan untuk tugas mandiri dan belajar mandiri yang sangat membantu guru SMAK BPK PENABUR Sukabumi mengajarkan suatu materi dan mengukur kemampuan siswa. Hal tersebut dikarenakan tugas mandiri dalam CAI dengan Quipper School memungkinkan siswa menjawab soal sekaligus membaca materi suatu pelajaran. Guru pun dapat mengukur kemampuan siswa lewat laporan nilai dan analisis kompetensi yang otomatis dilakukan oleh Quipper School. Tugas mandiri ini biasanya dapat dikerjakan di rumah dengan metode yang tidak membosankan dan tidak biasa (membaca buku serta mengerjakan tugas di buku tulis).

Sedangkan ulangan/tes belum banyak menggunakan Quipper School disebabkan sarana dan prasarana TIK di SMAK BPK PENABUR Sukabumi yang belum maksimal mendukung CAI. Jaringan internet yang belum stabil dan perangkat komputer yang hanya tersedia untuk satu kelas menjadi kendala. Pelaksanaan CAI di sekolah harus bergantian dengan pelajaran TIK dan mata pelajaran lain. Oleh karena itu SMAK BPK PENABUR Sukabumi harus menambah perangkat komputer berupa PC/Laptop/”Tablet” agar pelaksanaan CAI bisa maksimal.

2. Tanggapan Siswa dan Guru terhadap Penerapan Computer Assisted Instruction (CAI)

(14)

sama pada pembelajaran dengan CAI atau tanpa CAI, dan 12% siswa senang dengan pembel-ajaran yang memfaatkan CAI.

Pendapat guru tentang CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi tidak berbeda dengan pendapat siswa. 75% guru menyatakan bahwa CAI membuat pembelajaran menyenangkan dan variatif serta 25% dari mereka menyatakan bahwa CAI membuat pembelajaran lebih variatif saja.

Sesuai data yang diperoleh, siswa dan guru menyatakan bahwa CAI adalah pembelajaran yang variatif dan menyenangkan. Pembelajaran tersebut variatif karena berbeda dengan pembelajaran biasa yang bersifat tradisional. Pembelajaran yang bervariatif menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sebab tidak membosankan. Siswa dapat mengerjakan tugas di komputer atau gadget yang terhubung dengan internet. Komputer dan gadget sangat digemari anak usia sekolah. Gadget yang terhubung internet adalah bagian hidup dan atau gaya hidup anak remaja. Pendapat tersebut sesuai pernyataan Hernández (2004: 34) yang mengatakan bahwa internet telah menjadi semacam bagian penting dari kehidupan anak muda. Selain itu, penggunaan TIK dalam pembelajaran adalah bagian dari pembelajaran itu sendiri yaitu pendidikan karakter dalam pnggunaan TIK secara bijak.

Terkait dengan materi pembelajaran, para guru masih menggunakan materi yang disediakan program tertentu seperti Quipper School. Para guru belum ada yang mencoba membuat ringkasan materi atau soal sendiri meskipun hal tersebut memungkinkan dilakukan dalam program CAI seperti Quipper School. Namun, mereka menyatakan bahwa

Tabel 2: Pendapat Siswa Tentang CAI

No Tanggapan %

1 Menyenangkan 12%

2 Pembelajaran lebih variatif 24%

3 Menyenangkan dan

pembelajaran lebih variatif

48%

4 Biasa saja 17%

Tabel 3: Pendapat Siswa tentang Kesesuaian Materi Pembelajaran dalam

Program CAI dengan Materi Pelajaran

No Pendapat siswa %

1 Sangat sesuai pembelajaran 17%

2 Sesuai pembelajaran 55%

3 Cukup sesuai pembelajaran 26%

4 Kadang-kadang sesuai

pembelajaran 2%

materi-materi dalam CAI yang sudah disediakan cukup sesuai dengan kurikulum atau pembel-ajaran (100%).

Pendapat siswa tentang kesesuaian materi CAI dengan pembelajaran sesuai Tabel 3 adalah: 55% siswa menyatakan bahwa materi sesuai, 17% siswa mengatakan bahwa materi sangat sesuai, 26% siswa mengungkapkan bahwa materi cukup sesuai pembelajaran, dan 2% kadang-kadang sesuai pembelajaran.

Sampai pada tahun 2015, sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan ada juga yang sudah melaksanakan kurikulum 2013. Quipper School menyediakan topik-topik materi sekolah sesuai kurikulum yang berlaku dan digunakan di Indonesia. Quipper School menyediakan materi Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013. SMAK BPK PENABUR Sukabumi masih menggunakan KTSP pada tahun 2015 ini. Oleh karena itu materi yang diajarakan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi sesuai dan tersedia di CAI dengan Quipper School. Namun, materi-materi tersebut bisa lebih sesuai apabila guru mau membuat materi atau soal sendiri yang dimasukkan dalam program CAI seperti Quipper School.

(15)

menyenangkan seperti bermain game(10%), 2) pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan (38%), 3) membantu belajar mandiri di rumah (7%), 4) program menarik dan

menyenangkan seperti bermain game dan

membantu belajar mandiri di rumah (10%), 5) program menarik dan menyenangkan seperti bermain game dan pembelajaran lebih variatif

Tabel 4: Hal yang Disukai Siswa dalam CAI

No Tanggapan %

1. Program menarik dan

menye-nangkan seperti bermain game 10%

2. Pembelajaran lebih variatif

sehingga tidak membosankan 38%

3. Membantu belajar mandiri di

rumah

7%

4. Program menarik dan

menyenangkan seperti bermain

game dan membantu belajar

mandiri di rumah

10%

5. Program menarik dan

menye-nangkan seperti bermain game dan pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan

12%

6. Program menarik dan

menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak

membosankan, dan membantu belajar mandiri di rumah.

2%

7. Tidak ada 10%

8. Program menarik dan

menye-nangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, membantu belajar mandiri di rumah, dan penuh tantangan dalam mengerjakan

8%

9. Pembelajaran lebih variatif

sehingga tidak membosankan dan membantu belajar mandiri di rumah

2%

10. Program menarik dan

menye-nangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, dan penuh tantangan dalam mengerjakan

2%

11. Biasa saja 2%

sehingga tidak membosankan (12%), 6)program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, dan membantu belajar mandiri di rumah, 7) tidak ada (2%), 8) program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, membantu belajar mandiri di rumah, dan penuh tantangan dalam mengerjakan (5%), 9) pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan dan membantu belajar mandiri di rumah (2%), 10) program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, dan penuh tantangan dalam mengerjakan (2%), serta 11) biasa saja (2%).

Hal yang disukai dari CAI juga terlihat dari angket guru sesuai Tabel 5, yang menyatakan bahwa: 1) program menarik dan menyenangkan seperti bermain game serta membantu belajar mandiri di rumah (25%), 2) program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, membantu belajar mandiri di rumah, dan meringankan pengoreksian tugas (25%), 3) program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, membantu belajar mandiri di rumah, program menarik dan menyenangkan

Tabel 5: Hal yang Disukai Guru dalam CAI

No Tanggapan %

1. Program menarik dan

menyenangkan seperti bermain

game dan membantu belajar

mandiri di rumah.

25%

2. Program menarik dan

menye-nangkan seperti bermain game, membantu belajar mandiri di rumah, dan meringankan pengoreksian tugas.

25%

3. Program menarik dan menyenang -kan seperti bermain game, mem-bantu belajar mandiri di rumah, program menarik dan menye-nangkan seperti bermain game, dan pembelajaran lebih variatif sehingga tidak

membosankan.

25%

4. Membantu belajar mandiri di ru-mah dan program menarik dan me-nyenangkan seperti bermain game.

(16)

seperti bermain game, dan pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan (25%), serta 4) membantu belajar mandiri di rumah serta program menarik dan menyenangkan seperti bermain game (25%).

Data yang diperoleh menunjukkan, siswa menyukai CAI karena pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan. Mereka menganggap pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang variatif. Oleh karena itu guru harus bisa melakukan pembelajaran yang variatif dengan berbagai metode yang berbasis TIK maupun non-TIK. Tidak ada satu pun metode pembelajaran yang paling baik karena metode pembelajaran yang paling baik adalah metode pembelajaran yang variatif.

Sementara itu, siswa juga mengungkapkan hal yang tidak disukai dalam pembelajaran dengan CAI. Hal yang tidak disukai ini merupakan kelemahan dari pembelajaran berbasis komputer. Beberapa hal diungkapkan dalam angket siswa tentang hal yang tidak disukai ketika pembelajaran dengan CAI seperti tertera dalamTabel 6 adalah: 1) membutuhkan jaringan internet yang lancar/kuat (17%), 2) materi sulit dipahami (5%), 3) soal-soal yang diberikan sulit (5%), 4) membuat lelah mata karena belajar/membaca di komputer (43%), 5) tidak ada (12%), 6) membutuhkan jaringan internet yang lancar/kuat dan membuat lelah mata karena belajar/membaca di komputer (5%), 7) membutuhkan jaringan internet yang lancar/ kuat dan soal-soal yang diberikan sulit (2%), 8) materi sulit dipahami dan membuat lelah mata karena belajar/membaca di komputer (2%), 9) membutuhkan jaringan internet yang lancar/ kuat, materi sulit dipahami, dan soal-soal yang diberikan sulit (9%), 10) materi sulit dipahami

dan soal-soal yang diberikan sulit (2%).

Kelemahan CAI yang terungkap dari angket guru sesuai Tabel 7 adalah: 1) membutuhkan jaringan internet yang lancar/kuat (25%), 2)

kesalahan teknis/human error (25%), 3)

membutuhkan jaringan internet yang lancar/ kuat dan membuat lelah mata karena belajar/

membaca di komputer (50%).

Kelemahan CAI yang terlihat pada data adalah kelemahan secara umum metode

Tabel 6: Hal yang Tidak Disukai Siswa dalam CAI

No Tanggapan %

1. Membutuhkan jaringan

internet yang lancar/kuat.

17%

2. Materi sulit dipahami. 5%

3. Soal-soal yang diberikan sulit. 5%

4. Soal-soal yang diberikan sulit. 43%

5. Membuat lelah mata karena

belajar/membaca di komputer.

12%

6. Tidak ada 5%

7. Membutuhkan jaringan internet

yang lancar/kuat dan membuat

lelah mata karena belajar /membaca di komputer.

2%

8. Membutuhkan jaringan

internet yang lancar/kuat dan soal-soal yang diberikan sulit.

2%

9. Materi sulit dipahami dan

membuat lelah mata karena

belajar/membaca di komputer.

7%

10. Membutuhkan jaringan

inter-net yang lancar/kuat, materi sulit dipahami, dan soal-soal yang diberikan sulit.

2%

Tabel 7: Hal yang Tidak Disukai Guru dalam CAI

No Tanggapan %

1 Membutuhkan jaringan

internet yang lancar/kuat

25%

2 Kesalahan teknis/human error 25%

3 Membutuhkan jaringan internet

yang lancar/kuat dan membuat

lelah mata karena belajar/

membaca di komputer.

(17)

SMAK BPK PENABUR Sukabumi memakai program Quipper School yang dilakukan online. Pada angket yang dibagikan kepada siswa juga memuat pertanyaan tentang hal yang diharapkan dalam pembelajaran dengan CAI dan tempat yang baik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, lihat Tabel 8. Berdasarkan hasil angket diperoleh data bahwa CAI diharap-kan: 1) diterapkan di semua pembelajaran (14%), 2) diterapkan dengan penyempurnaan program (5%), 3) diterapkan dengan penyempurnaan materi (19%), 4) diterapkan dengan penyempur-naan program dan materi (52%), 5) diterapkan di semua pembelajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program dan materi (2%), 6) diterapkan di semua pembelajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan materi (5%), dan 7) diterapkan di semua pembelajaran, diterapkan dengan penyempurnaan program, dan diterapkan dengan penyempurnaan materi (2%).

Hal yang diharapkan siswa dari CAI tersebut tidak berbeda dengan harapan guru terhadap CAI. 25% para guru berharap CAI diterapkan dengan penyempurnaan program, 50% guru mengharapkan CAI diterapkan

Tabel 8: Hal yang Diharapkan Siswa dalam CAI

No Tanggapan %

1 Diterapkan di semua

pembelajaran.

14%

2 Diterapkan dengan

penyempurnaan program

5%

3 Diterapkan dengan

penyem-purnaan materi

19%

4 Diterapkan dengan

penyem-purnaan program dan materi.

52%

5 Diterapkan di semua

pembel-ajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program dan materi.

2%

6 Diterapkan di semua

pembel-ajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan materi.

5%

7 Diterapkan di semua

pembel-ajaran, diterapkan dengan penyempurnaan program, dan diterapkan dengan penyempurnaan materi.

2%

dengan penyempurnaan program dan materi, serta 25% sisanya mempunyai harapan agar CAI diterapkan di semua pembelajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program. Data pada Tabel 8 dan 9, siswa dan guru mengharapkan CAI terus diterapkan dengan penyempurnaan program karena mereka menyukai CAI yang memuat pembelajaran variatif sehingga menyenangkan. Penyem-purnan program ini tidak hanya bisa dilakukan oleh pengelola CAI tetapi juga bisa oleh guru. CAI dengan Quipper School memungkinkan guru menulis materi dan merancang soal yang sesuai dan lebih menarik.

Tanggapan terakhir yang diungkapkan siswa lewat angket adalah tentang tempat kegiatan pembelajaran dengan CAI. Sebanyak 29% siswa menjawab sebaiknya pembelajaran berbasis komputer hanya dilakukan di sekolah.

7% siswa menjawab sebaiknya pembelajaran

berbasis komputer cukup dilakukan di rumah. 45% siswa menginginkan pembelajaran dengan CAI dilakukan di sekolah dan di rumah. Sisanya, 19% siswa menyarankan sebaiknya pembel-ajaran berbasis komputer dapat dilakukan di berbagai tempat yang penting sempat (dapat diakses internet).

Tanggapan siswa tersebut sedikit berbeda dengan tanggapan guru tentang tempat CAI dilakukan. 75% guru-guru berpendapat bahwa CAI sebaiknya dilakukan di berbagai tempat yang penting siswa dapat mengakses CAI tersebut. Sementara 25% guru hanya menyarankan CAI dilakukan di sekolah dan di rumah.

Perbedaan pendapat antara siswa dan guru tentang tempat pelaksanaan CAI dikarenakan

Tabel 9: Hal yang Diharapkan Guru dalam CAI

No Tanggapan %

1 Diterapkan dengan

penyempurnaan program

25%

2 Diterapkan dengan

penyem-purnaan program dan materi

25%

3 Diterapkan di semua

pembel-ajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program.

(18)

adanya perbedaan pola pikir tentang pembelajaran. Siswa beranggapan bahwa belajar cukup dilakukan di sekolah dan di rumah. Sementara guru mempunyai persepsi bahwa pembelajaran dapat dilakukan berbagai tempat, tidak hanya di rumah atau sekolah.

Sesuai hasil penelitian yang telah diuraikan terungkap bahwa pembelajaran yang variatif sehingga menyenangkan karena tidak membosankan sangat disukai siswa maupun guru. Hal tersebut menjadi tantangan bagi guru dalam melaksanakan tugas pokoknya agar lebih kreatif dan inovatif. Guru dituntut melakukan variasi dalam melaksanakan tugas pokoknya (terutama) yang langsung bersinggungan dengan siswa seperti penyampaian materi, tugas, ulangan/ujian, remedial, atau pengayaan. Oleh karena itu guru harus melengkapi dirinya dengan: (a) pengetahuan perkembangan siswa terkini, (b) keterampilan melakukan berbagai metode pembelajaran, (c) keterampilan mengoperasikan TIK, dan (d) menguasai kompetensi keilmuan terkini terutama kompetensi keilmuan yang sesuai mata pelajaran yang diampu.

Selanjutnya, penelitian ini hanya mendeskripsikan penerapan serta pendapat siswa dan guru terhadap proses CAI. Oleh kerena itu diperlukan penelitian lanjutan agar diketahui efek CAI yang utuh pada pembelajaran. Secara umum, keutuhan pembelajaran meliputi: perencanaan pembel-ajaran, proses pembelpembel-ajaran, dan hasil pembelajaran. Penelitian lanjutan yang diperlukan adalah pengaruh CAI terhadap hasil

Tabel 10: Tempat Kegiatan CAI Menurut Siswa

No Tanggapan %

1 Di sekolah 29%

2 Di rumah 7%

Di sekolah dan di rumah 45%

3 Di berbagai tempat yang

penting sempat (dapat diakses internet)

19%

belajar siswa. Penelitian ini perlu dilakukan karena ukuran salah satu keberhasilan suatu pembelajaran dilihat nilai. Sementara dari segi proses pembelajaran, pemanfaatan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi untuk meningkatkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan dapat dikatakan berhasil.

Di samping itu, perlu juga melakukan penelitian tentang manfaat CAI di luar SMAK

BPK PENABUR Sukabumi. Penelitian ini perlu dilakukan karena pembelajaran dan warga di setiap daerah atau sekolah berbeda-beda serta memiliki karakter/ karakteristik yang khas. Walaupun demikian, penerapan CAI yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan CAI, khususnya Quipper School, di sekolah lain.

Simpulan

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, penerapan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi menggunakan Quipper School dengan alamat jaringan www.quipper school.com berlangsung di akhir semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama kurang lebih 3 bulan. CAI lebih banyak dimanfaatkan sebagai tugas mandiri untuk memperdalam materi serta dikerjakan di rumah. Hal ini dikarenakan CAI di sekolah ini baru tahap pengenalan. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang sistematik dan intens tentang teknik dan manfaat CAI agar CAI dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Kedua, penggunaan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi membuat pembelajaran lebih variatif sehingga menyenangkan karena tidak membosankan.

Saran

Mengacu pada hasil penelitian ini, disarankan,

pertama, agar CAI terus diterapkan dengan penyempurnaan program dan tidak hanya

mengandalkan pengelola CAI online (baca:

(19)

Kedua, Program CAI perlu disosialisasikan kepada semua pihak yang terkait seperti kepala Sekolah, pengurus Yayasan, dan orang tua siswa. Ketiga dalam proses pembelajaran guru hendaknya juga menggunakan pembelajaran yang tidak berbasis CAI tetapi lebih efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

Keempat, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh CAI terhadap hasil belajar siswa serta penelitian CAI di sekolah diluar SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Daftar Pustaka

Depdiknas. (2006). Peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Dewi, Rahma Dintia Kartika. (2012). Apa itu computer assisted instruction (CAI)?. http:/ /rahmadkd.blogspot.com/2012/04/ apa-itu-computer-based-learning-CAI_17.html 23/6/2015 12:06

Hernández, Roger E. (2007). Remaja dan media (Terjemahan). Bandung: Pakar Raya Hisar, Anggiat. Evaluasi pemanfaatan program

multimedia pembelajaran MiKids. http://

b p k p e n a b u r . o r . i d / w p - c o n t e n t / uploads/2015/10/jurnal-No17-Thn10-Desember2011.pdf. Diunduh, 2 Juni 2015 Knight, George R.. (2007). Filsafat pendidikan (Terjemahan). Yogyakarta: Gama Media Kwartolo, Yuli. (2010). Teknologi informasi dan

komunikasi dalam proses pembelajaran.

http://bpkpenabur.or.id/wp-content/ uploads/2015/10/jurnal-No14-Thn9-Juni2010.pdf. Diunduh, 2 Juni 2015 Muniasari. 2008. Kiat jitu belajar bermutu. Jakarta:

PT Perca

Pemprov Jabar. Peraturan gubernur Jawa Barat No. 69 tahun 2013 tentang Pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra daerah pada jenjang satuan pendidikan dasar dan Menengah. Bandung: Pemprov Jabar

Rizal, Herry Fahrur. (2014). Quipper School Indonesia: Startup yang menunjang proses KBM untuk pendidikan menengah. http:// id.techinasia.com/quipper-school-plat form-belajar -online-smp-sma-indonesia/ 23/06/2015 13:44

SMAK BPK PENABUR Sukabumi. 2014. Tata

Tertib Sekolah Tahun Pelajaran 2014/2015. Sukabumi: SMAK BPK PENABUR Sukabumi

Sukidin,dkk. (2010). Manajemen penelitian

(20)

Penerapan Metode

Whole Brain Teaching

untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak

pada Anak Usia Dini

Indriane Atmadja E-mail: inatmadja@yahoo.com TKK BPK PENABUR 246 Bandung

K

Abstrak

emampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyak anak yang tidak memperhatikan guru ketika sedang berbicara, tidak memperhatikan media yang digunakan dan tidak dapat duduk dengan tertib sehingga anak tidak dapat melakukan perintah dan menjawab pertanyaan guru. Tujuan penelitian ini ialah untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga kemampuan menyimak anak meningkat. Kemampuan menyimak perlu ditingkatkan karena merupakan keterampilan dasar sebelum anak menguasai keterampilan berbicara, membaca, menulis dan merupakan langkah awal penguasaan informasi keilmuan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan 18 September sampai 15 Oktober 2015, dengan desain penelitian Kemmis & Taggart dan dengan pola kolaboratif. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan tehnik

thematic analysis. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan menyimak anak setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching.

Kata-kata kunci: kemampuan menyimak anak usia dini, proses pembelajaran, metode Whole Brain

Teaching

Application of Whole Brain Teaching toImprove The Listening Skills of Early Age Children Abstract

The students’ listening skills of class A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung were still weak. Based on the pre-observation data there were many children who couldn’t pay attention to their teacher when the teacher was speaking. They couldn’t concentrate on the learning resources that were being used and couldn’t sit properly so the children couldn’t follow the teacher’s instructions and couldn’t answer the teacher’s questions. Based on these points, the researcher did the research in the class with the aim of correcting the learning process so that the children’s listening skills improved. Children’s listening skills should be improved because it is the basic skill for speaking, reading and writing skills and as the first step to access a lot of information. The research employed the classroom action research by Kemmis & Taggart by collaboration pattern. Data collection technique applied were observation, interview and documentation. The data were analyzed by qualitative analysis and thematic analysis. The results of the research are the children’s listening skills improved through implementation of the Whole Brain Teaching method.

(21)

Pendahuluan

Keterampilan menyimak merupakan

keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang anak dan merupakan aspek dominan di dalam kegiatan sehari-hari. Banyak orang beranggapan menyimak sama dengan mendengar. Menyimak (listening) bersifat aktif sedangkan mendengar (hearing) bersifat pasif, spontan dan tidak selektif. Menyimak tidak hanya merupakan aktivitas mendengarkan tetapi merupakan sebuah proses memilih dari sekian banyak rangsangan di sekitar kita, memproses informasi dan menginterpretasikan informasi yang diterima. Menyimak harus dipelajari dan dilatih karena merupakan salah satu bagian penting dalam proses komunikasi. Dengan menyimak anak dapat memahami tuturan atau pernyataan singkat atau sederhana(Iskandarwassid, 2008:.283). Menyimak tidak semudah yang dipikirkan orang. Kegagalan dalam menerima dan memahami pesan dapat berakibat gagalnya sebuah proses komunikasi. Kita dituntut untuk mendengarkan dan memperhatikan pesan-pesan verbal, non verbal pembicara, memahami isi, maksud dan berbagai aspek lain yang bersifat kompleks seperti suasana hati, kebiasaan, nilai, kepercayaan, motif, sikap, dorongan, kebutuhan dan pendapat pembicara (Hermawan, 2012:30) Pendidik berasumsi bahwa menyimak merupakan kemampuan alamiah saja, padahal menyimak merupakan langkah awal penguasaan informasi keilmuan. Begitu banyak ilmu yang dapat diserap dari hasil menyimak. Peneliti berpendapat bahwa keterampilan menyimak sangat perlu diberikan pada anak usia dini, sayangnya dalam pencapaian harapan tersebut, banyak hambatan atau kendala baik dari pengirim pesan maupun penerima pesan. Penelitian yang dilakukan oleh Beery (Tarigan, 2013:13) melaporkan, ada korelasi antara intelegensi, daya, dan kecepatan yang dimiliki anak dengan kemampuan menyimak.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seorang pendidik dituntut untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan di lembaga Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) seperti yang disampaikan oleh Moeslichatoen (2004: 24-28) yaitu metode bermain, karyawisata, bercakap- cakap, bercerita, demonstrasi, proyek, pemberian tugas, bermain peran, tanya jawab dan bernyanyi. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan, karena itu pendidik diharapkan dapat menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik anak sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil observasi awal terhadap proses kegiatan pembelajaran di kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung yang berjumlah 17 anak, peneliti sering menemukan sebagian anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung kurang menyimak perkataan dan perintah guru. Hal ini terlihat ketika guru sedang bercerita dan bercakap-cakap. Ada anak yang asyik bicara dengan temannya dan tidak memperhatikan gurunya. Ada anak yang terlihat melamun, tatapan matanya tidak memandang pada guru. Ketika guru bertanya kepada anak untuk mengetahui pemahaman mereka tentang materi yang disampaikan, sebagian besar anak diam, tidak berani menjawab pertanyaan guru, atau ada yang berani menjawab namun jawabannya kurang tepat. Bahkan ketika anak harus mengerjakan tugas, sebagian anak tersebut terlihat bingung dan tidak mengerti dengan apa yang harus mereka kerjakan, sehingga guru harus terus mendampingi anak tersebut dan menjelaskan kembali apa yang harus mereka kerjakan. Anak masih sulit duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama karena pada usia ini mereka memiliki daya perhatian yang pendek. Guru harus pandai memilih metode yang tepat yang sesuai dengan karakteristik anak.

(22)

di kelas tersebut meningkat. Metode yang akan diterapkan adalah metode Whole Brain Teaching karena selama ini belum ada penelitian tentang meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini melalui penerapan metode Whole Brain Teaching. Metode ini diciptakan oleh Chris Biffle dan kawan–kawan dengan tujuan membantu proses pembelajaran yang melibatkan seluruh fungsi otak. Whole Brain Teaching adalah sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada kegiatan anak untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat membantu anak dalam menyimak. Kegiatan yang menjadi karakteristik utama dalam pelaksanaan metode Whole Brain Teaching adalah:

a. Mendapatkan perhatian: untuk

mendapat-kan perhatian anak, guru harus melibatmendapat-kan anak dengan memberi instruksi seperti class-yes setiap kali guru melihat anak mulai tidak memperhatikan.

b. Pengaturan kelas: membuat peraturan

kelas/ tata tertib kelas bersama dengan anak-anak dan harus diucap ulang setiap hari agar kelas menjadi tertib.

c. Penggerak seluruh bagian otak: guru

memberi kesempatan pada anak untuk mengajarkan kembali pemahaman konsep pada temannya.

d. Pemberi motivasi: guru memberi

penghar-gaan kepada anak yang sudah dapat menyimak dengan baik.

e. Memusatkan perhatian: untuk

mendapat-kan perhatian yang lebih dari anak, guru dapat melibatkan anak dengan mengatakan seperti hands and eyes/ attention please

f. Pemersatu kelas: guru meminta anak untuk

meniru yang diucapkan dan digerakan oleh guru. Hal ini membantu anak dalam menyimak dan mengingat.

g. Melibatkananak: gurumeminta anak untuk

dapat bergantian ketika mengajar.

Menurut Biffle (2014) guru harus menjelaskan sebuah konsep dengan kalimat yang singkat dan bertahap, dengan intonasi suara, volume suara dan lagu bicara yang beragam, gerakan tangan yang melambangkan suatu kata yang membantu anak mengingat kata

dan media gambar sebagai alat bantu dalam mengenalkan sebuah konsep.

Untuk itu rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini adalah (a) bagaimana profil kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 sebelum diterapkan metode Whole Brain Teaching, (b) bagaimana proses penerapan metode Whole Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung, dan (c) bagaimana kemampuan menyimak anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching?

Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menganalisis (a) profil kemampuan menyimak anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 sebelum diterapkan metode Whole Brain Teaching, (b) proses penerapan metode Whole Brain Teaching untuk mengingkatkan kemampuan menyimak pada anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung, dan (c) kemampuan menyimak anak di kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching.

Mengacu pada tujuan tersebut maka penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Pertama, untuk anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan menyimak, kedua, bagi guru TK hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan menyimak anak, ketiga, bagi peneliti diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam melakukan penelitian tentang kemampuan menyimak anak melalui metode Whole Brain Teaching.

Metode Penelitian

(23)

mengem-bangkan kurikulum berbasis sekolah dan pengembangan professional.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan metode Whole Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini yang dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Partisipan penelitian tindakan kelas ini meliputi peneliti, guru kelas dan anak-anak kelompok A5 di TKK BPK PENABUR 246 sebagai subjek penelitian yang berjumlah 17 anak dengan komposisi 8 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Tempat penelitian adalah Taman Kanak-Kanak BPK PENABUR 246 Bandung beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 246 Bandung. TK ini memiliki program pengenalan bahasa Inggris sederhana seperti pengenalan salam dan instruksi sederhana. Alasan memilih subjek penelitian anak-anak kelompok A di TK BPK PENABUR 246 karena berdasarkan hasil observasi awal kemampuan menyimak anak tidak optimal. Sebagian anak belum dapat menjawab pertanyaan guru, padahal

kemam-Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan (didasarkan pada Model Stephen Kemmis

& Mc Taggart, 1988)

puan menyimak sangat penting dimiliki oleh anak sebagai kemampuan dasar dalam berbahasa seperti berbicara, membaca dan menulis. Juga melalui menyimak, anak dapat dengan mudah berkomunikasi, memahami berbagai pengetahuan yang disampaikan secara lisan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 September sampai tanggal 15 Oktober 2015.

Data dikumpulkan menggunakan tehnik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci (Cresswell, 2014: 261) dengan mengumpulkan data melalui catatan lapangan, panduan wawancara, dan studi dokumentasi.

Data dianalisis menggunakan pendekatan analisis kualitatif dengan tehnik analisis tematik. Menurut Boyatzis, (1998) analisis tematik adalah “… a method for identifying, analyzing and reporting patterns (themes) within data. And further than this, and interprets various aspects of the research topic.” Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa tematik analisis adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan pola (tema) yang terdapat pada data, dan lebih jauh lagi dapat menginterpretasikan aspek beragam dari topik penelitian. Sedangkan menurut Daly, Kellehear dan Gliksman (Fereday & Cochane, 2006) analisis tematik adalah sebuah pencarian tema yang muncul dan menjadi penting untuk sebuah gambaran dari fenomena. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan tematik analisis deduktif/teoretikal (Boyatzis, 1998 & Hayes, 1997) atau data yang “top down” yang artinya sebelum melakukan penelitian peneliti sudah menentukan terlebih dahulu teori atau analisis minat di lapangan. Format tematik analisis ini untuk memberikan sedikit gambaran dari data keseluruhan dan analisis data yang lebih detail. (Boyatzis, 1998) Peneliti melakukan deduksi, induksi dan verifikasi atas data kualitatif (Alwasilah, 2011). Peneliti menggunakan sejumlah teori sebagai rujukan untuk memaknai data kualitatif, yang dalam hal ini peneliti sedang berpikir deduktif. Sebaliknya ketika peneliti melakukan katego-risasi terhadap data, yaitu untuk menemukan kategori maka peneliti sedang berpikir secara

(24)

terus dilakukan secara bergantian saat melakukan penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, tematik analisis dalam penelitian ini mengacu pada pertanyaan penelitian terkait penerapan metode Whole Brain Teaching dalam meningkatkan kemampuan menyimak pada anak usia dini, yang meliputi kemampuan menyimak anak kelompok A5 sebe-lum diterapkannya metode Whole Brain Tea-ching, penerapan metode Whole Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan kemampuan menyimak anak setelah dite-rapkan metode Whole Brain Teaching.

Tabel 1: Contoh Proses Coding/ Pengodean Data Selasa, 22 September 2015

Data Kode

Untuk memusatkan perhatian anak setelah mengikuti moving

class guru memanggil anak-anak dengan " Children" dan secara

serentak anak akan menjawab, "Yes Miss" (SR) Lalu guru

berkata "Everybody sit down, please!", anakpun duduk di

lantai.(P)(DT) Guru bertanyajawab tentang nama-nama hari dalam 1 minggu. Guru menanyakan hari/ tanggal pada hari

ini. Anakpun menjawab pertanyaan guru (J). Guru menugaskan 1

anak untuk maju ke depan menempel hari dan tanggal pada hari ini. Guru mulai mengulang tema minggu ini yaitu tentang guru dan teman sekelas. Guru menjelaskan tentang tugas guru dan peran guru kemudian guru mencoba mengajarkan kepada anak beberapa karakteristik metode Whole Brain

Teaching. Guru mengajarkan anak-anak dengan istilah "

Class-Yes"(SR). Untuk pertama kali anak masih belum tanggap dengan yang diajarkan guru, ada 2 anak ( Ez dan St ) yang masih main-main dengan temannya dan tidak

memperhatikan sama sekali perintah guru.(TA)

(DT) Dapat duduk dengan tertib

(P) Melakukan 2 perintah sederhana

(SR) Meniru dan meres-pon stimulus guru seperti kelas-ya, ajarkan-ok, dan perhatikan.

(TA) Menaati peraturan

(J) Menjawab pertanyaan yang diberikan guru Dipaparkan langkah-langkah dalam menganalisa hasil penelitian menurut Saldana (2009: 12), seperti pada Gambar 2.

1. Melakukan pengodean data/coding

Menurut Charmaz (2006: 43), “Coding means naming segments of data with a label that simultaneously categorizes, summarizes, and accounts for each piece of data.” Artinya koding berarti cara penamaan segmen data dengan label secara bersamaan, mengkategorikan,

merangkum, dan account untuk setiap

potongan data.

Teori

>

Tema/konsep

Kategorisasi Kode

Kode Kode

Kategorisasi Kode

Kode Kode

>

(25)

2. Kategorisasi

Dari kode yang didapat, peneliti mengelom-pokkan ke dalam kategorisasi untuk memudahkan peneliti melakukan perban-dingan temuan dalam 1 kategori. Perban-dingan temuan ini untuk membangun konsep teoritis. Menurut Richards & Morse (Saldana, 2009: 11), kategorisasi adalah bagaimana kita keluar dari data yang

beragam dan membentuk data, menyorting

hal-hal yang mewakili, maksudnya mengelompokkan topik-topik yang saling berhubungan satu sama lain.

3. Dari kode dan kategorisasi ke tema dan teori

Dari kategorisasi peneliti dapat, menunjuk-kan bagaimana tema-tema dan konsep-konsep secara sistematis berkaitan dengan perkembangan teori. (Corbin& Strauss, Saldana, 2009: 11).

Hasil dan Pembahasan

1. Profil Kemampuan Menyimak Anak

Sebelum Diterapkan Metode Whole Brain Teaching.

Profil kemampuan menyimak anak-anak kelompok A 5, TKK BPK PENABUR 246 Bandung sebelum diterapkan metode Whole Brain Teaching masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi awal dan wawancara dengan guru kelas bahwa sebagian besar anak masih suka mengobrol ketika guru berbicara, pandang-an mata pandang-anak-pandang-anak tidak tertuju pada guru, anak-anak tidak dapat duduk dengan tertib masih ada yang bermain-main ketika guru men-jelaskan sehingga anak-tidak dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, dan bahkan ti-dak mengerti instruksi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pengamatan peneliti, anak kurang dapat menyimak dan berperilaku seperti di atas ketika guru sedang berbicara karena banyak faktor di antaranya karena karakteristik anak usia 4 tahun menurut Moeslichatoen (2004:10) anak- memiliki rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan menguji, senang berimajinasi dan berbicara sehingga anak sulit

untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama.

Menurut peneliti, faktor lain yang mempeng-aruhi proses menyimak sehingga kemampuan menyimak anak kelompok A5 masih rendah adalah faktor psikologis anak. Anak memasuki masa transisi dari lingkungan rumah yang nyaman, tempat mereka sudah akrab dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka untuk kemudian masuk lingkungan sekolah yang asing dan baru dapat membuat anak berhenti berbicara dan tidak menyimak dengan baik. (Beaty, 2013: 314) Di kelompok A5 ada 6 anak yang belum pernah bersekolah di kelas kelompok bermain ataupun toddler sehingga ketika mereka bersekolah di kelompok A, hal tersebut merupakan pengalaman pertama mereka. Anak tersebut perlu beradaptasi dalam kegiatan belajar, perlu latihan dan pembiasaan dalam kegiatan menyimak. Anak-anak harus merasa nyaman berada di lingkungan yang baru. Pada umumnya anak tersebut kurang rasa percaya diri atau mungkin memang pemalu atau berasal dari keluarga yang sedikit menggunakan komunikasi lisan.

Selain keenam anak yang belum berpeng-alaman bersekolah, faktor lain yang menyebab-kan anak sulit menyimak adalah faktor usia. Berdasarkan pengamatan peneliti dan studi dokumentasi data siswa, ternyata anak yang kurang menyimak di kelas tersebut disebabkan usia anak yang masih muda dibandingkan anak yang lain, walaupun hanya beda beberapa bulan ternyata mempengaruhi kemampuan anak dalam menyimak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Tarigan (2013: 44-47) bahwa faktor yang mempengaruhi proses menyimak adalah salah satunya faktor pengalaman. Kurang atau tidak adanya minat dalam menyimak dikarena-kan anak tersebut miskin pengalaman dalam mendengarkan dan memperhatikan orang lain berbicara. Selain itu kosa kata yang dimiliki anak mempengaruhi kemampuan anak dalam menyimak dan memahami pesan yang disampaikan guru.

Gambar

Tabel 5: Hal yang Disukai Guru dalam CAI
Tabel 6: Hal yang Tidak DisukaiSiswa dalam CAI
Tabel 8: Hal yang Diharapkan Siswa dalam CAI
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakandidasarkan pada Model Stephen Kemmis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: (1) karakteristik pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu; (2) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

Seperti yang diungkapkan oleh Slameto bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi karakteristik kognitif siswa yaitu intelegensi dan faktor yang mempengaruhi

Tesis ini berjudul “Pengaruh Strategi Whole Brain Teaching terhadap Motivasi Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Sekolah Dasar (Studi Kuasi

Pengaruh strategi whole brain teaching terhadap motivasi belajar & kemampuan komunikasi matematis siswa di Sekolah Dasar.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Karakteristik Figur Attachment Bagi Anak ………8.. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Attachment

Pembelajaran dengan Whole Brain Teaching dicirikan oleh kemampuan guru dalam membuat pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif

Faktor yang mempengaruhi penggunaan media boneka dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita anak adalah belum digunakannya media boneka dalam pembelajaran

Sebelum di lakukan tindakan penerapan metode whole brain teaching maka peneliti dan observer melakukan observasi terkait motivasi belajar anak berdasar menurut