• Tidak ada hasil yang ditemukan

bangsa kecuali ada damai dan kerja sama di antara agama-agama!”

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 102-105)

Poin berikutnya yang juga tidak kalah penting bahwa saat berdialog dengan orang atau kelompok yang berkeyakinan lain dengan kita maka kita harus setia pada keyakinan iman kita sehingga kita dapat saling memberi tantangan dan kesaksian iman. Hal tersebut dapat pula

dipahami umat beriman apapun yang tetap berakar pada keyakinannya masing-masing, dapat bersama-sama memperjuangkan dan membela nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual bersama. Hal ini dapat begitu nampak dalam perkataan umat Muslim astafirullah alazim yang artinya ampunilah kesalahan mereka yang dekat dengan salah satu kata dalam doa Bapa Kami mengenai pengampunan. Dengan berpegang akan pengampunan tersebut yang dilakukan dalam kehidupan maka nilai kemanusiaan dan spiritual bersama dapat terjalin sebab menurut saya masalah atau konflik yang terjadi bisa berakar dari sulitnya mengampuni orang lain walaupun ada alasan lain misal egoisme.

Hal yang paling mendasar dalam berdialog adalah seseorang yang hendak berdialog dengan keyakinan yang lain maka hendaknya ia tidak boleh ragu dengan keyakinan yang dipegangnya sebab jika terjadi keragu- an dalam keyaki- nan maka ia dapat dikatakan terombang-ambing atas berbagai ajaran terkait dengan banyaknya keyakinan yang ada di Indonesia. Selain itu Panikkar juga berpendapat bahwa dialog bukanlah hubungan asimilasi (hubungan yang mencari penyelarasan universal) atau hubungan substitusi (hubungan yang bersifat mengganti) atau disebut pula dengan nama keliru hubungan konversi (hubungan yang mempertobatkan), melainkan yang benar ialah hubungan saling menyuburkan atau saling menghantar pada pendalaman pengalaman iman masing-masing. Sebagai penutup mungkin ungkapan yang menggambarkan dengan paparan di atas adalah

to be religious today is to be interreligious.

Metode Pendidikan Kristiani Menjalin Relasi antara Identitas Diri dan Sang Lain

Pendidikan Kristiani dapat menggajarkan peserta didik dalam menjalin relasi antara identitas diri dan Sang Lain melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peranan keluarga (orang tua) tidak hanya sebatas melahirkan,

“Tidak ada damai di antara bangsa-

bangsa kecuali ada damai dan kerja

sama di antara agama-agama!”

memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, tetapi juga memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak. Hal ini merupakan peranan yang sangat penting yang tidak dapat diwakilkan kepada pihak lain, sebab orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak- anaknya yang terjalin dengan keistimewaan hubungan cinta kasih yang terjalin. Tugas orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan sebagai suami istri untuk berpartisipasi dalam tugas penciptaan Tuhan. Karena itu sangat penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang dipenuhi oleh sukacita dan kasih sayang terhadap sesama dan Tuhan Allah sehingga menunjang perkembang- an pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Kristen yang terbuka.

Keluarga Kristen tentu harus memberikan Pendidikan Kristiani kepada anggota keluarga, yakni pendidikan yang bercorak, berdasar dan berorientasi pada nilai-nilai kristiani sebagai usaha yang ditopang secara rohani dan manusiawi untuk meneruskan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan tingkah laku yang bersesuaian dengan iman Kristen. Nilai kristiani yang menonjol adalah kasih, keadilan, kesetara- an, pengampunan, penebusan, penyelamatan oleh Allah, pertobatan, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, serta mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Selain itu juga mengupa- yakan perubahan, pembaharuan anggota keluarga secara pribadi, maupun bersama oleh kuasa Roh Kudus sehingga keluar-ga hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana yang dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Tuhan Yesus. Pendidikan Kristiani memanggil setiap anggota keluarga untuk meneladani Yesus sebagai Guru Agung yang menjadi teladan bagi pengikutNya, agar memiliki pemahaman serta relasi yang benar, mendalam dan pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus.

Dalam konteks persekolahan, anak memperoleh pendidikan formal. Artinya terprogram dan terjabarkan dengan tetap yang berupa pengetahuan, nilai-nilai, ketrampilan, maupun sikap terhadap mata pelajaran. Anak berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas bersama teman sebayanya. Aspek-aspek penting yang mempengaruhi perkembangan anak di sekolah dapat berupa bahan-bahan pengajaran,

teman dan sahabat peserta didik, guru serta para pegawai. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran peserta didik di bawah pengawasan guru. Secara etimologi, kata sekolah berasal dari bahasa Latin skhole, scola,

scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu senggang, di mana pada masa lampau sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral atau budi pekerti dan estetika atau seni. Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang yang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk mencipta- kan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran. Saat ini, sekolah mengalami pergeser- an makna menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.

Sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban anak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman secara terbuka. Pendidikan Kristiani di sekolah menuntut pemikiran atau pengelolaan yang bersungguh-sungguh dari para pengelolahnya. Pendidikan Kristiani harus dilaksanakan secara efektif, baik untuk para pendidik maupun peserta didiknya, agar dapat memberi kontribusi bagi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Landasan maupun cara kerjanya tentu harus berakar pada nilai-nilai iman Kristen terbuka relasional, sesuai dengan ajaran Alkitab dan tradisi gereja. Oleh karena itu, baik para guru maupun murid di dalam kehidupannya harus tetap berakar dan berpusat pada pribadi Tuhan Yesus, yang digerakkan oleh dinamika Roh Kudus. Tuhan Yesus di dalam Pendidikan Kristiani dikenal sebagai Tuhan, Juruselamat dan Guru yang Agung. Sebagai Guru yang Agung, Kristus tidak hanya

memperkenalkan siapa Allah yang

kehidupan bagi para murid-murid-Nya, termasuk kita pada saat ini.

Penutup

Konflik memang tidak bisa diniscayakan apabila berhadapan dengan perenungan identitas diri sendiri dan Sang Lain. Pendidikan Kristiani merupakan suatu percakapan untuk kehidupan, suatu pencarian untuk menggunakan sumber- sumber iman dan tradisi-tradisi budaya, untuk bergerak ke arah masa depan yang terbuka terhadap keadilan dan pengharapan. Dengan demikian, tidak ada alasan lagi pendidikan Kristiani memuat konten eksklusif. Berdasarkan diskursus di atas, penulis melihat bahwa model yang relevan guna perenungan identitas diri dan Sang Lain yakni melalui bingkai pendidikan Kristiani dengan pendekatan hospitalitas. Hospitalitas diharapkan mampu melahirkan budaya terbuka dalam berjumpa dengan sang Lain dalam kehidupan harian, khususnya gerakan oikumene dan percakapan antar iman. Namun, pendidikan Kristiani harus menentukan metode yang tepat dalam membangun relasi antara identitas diri dengan Sang Lain. Metode di sini tidak dimaksudkan sebagai langkah praktis melainkan berbicara tentang metode praksis dalam berhadapan dengan konteks Indonesia.

Daftar Pustaka

Ariarajah, S. Wesley. (2008). Tak mungkin tanpa sesamaku. Jakarta: BPK Gunung Mulia Armada Riyanto, E. (2010). Dialog interreligius:

Historisitas, tesis, pergumulan, wajah.Yogyakarta: Kanisius

Bertens, K. (2014). Sejarah filsafat kontemporer: Perancis Jakarta: Gramedia

D’Costa, Gavin. (1990). Christian uniqueness reconsidered: The myth of a pluralistic theology of religions, Maryknoll: Orbis Books

F. Knitter, Paul. (1996). Jesus and the Other Names: Christian mission and global responsibility,

Maryknoll: Orbis Books

Groome, Thomas. Christian religious education terj. Daniel Stefanus Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.

Hidya Tjaya, Thomas. (2012). Enigma wajah orang lain: Menggali pemikiran Emmanuel Levinas Jakarta: KPG

Kristiawan, Danang. Meretas tanggung jawab global agama-agama: Kajian mengenai dialog antar agama dan theologia religionum Kristen menurut pemikiran Paul F. Knitter

(skripsi)

Levinas, Emmanuel. (1982). Ethics and infinity: Conversations with Philippe Nemo, terj. Richard A. Cohen. Pittsburgh: Duquesne University Press

Panikkar, Raimundo. (1994). Dialog intra

religius,Yogyakarta: Kanisius

Permata, Alviani (ed.). (2011). Memulihkan, merawat, dan mengembangkan roh perdamaian: Peringatan 25 tahun pusat studi dan pengembangan perdamaian Universitas Kristen Duta Wacana. Yogyakarta, Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian, PGI. (2015). Potret dan tantangan gerakan oikoumene:

Laporan penelitian survei oikumene PGI

2013 Jakarta: PGI/ BPK Gunung Mulia

Scott Appleby, R. (2000). The ambivalence of the sacred: Religion, violence, and reconciliation.

New York: Rowman & Littlefield Siburian, Togardo. (2004). Kerangka teologi

religionum misioner: Pendekatan Injili tentang hubungan kekristenan dengan agama-agama lain. Bandung: STT Bandung

Sumartana, Th. Elga Sarapung, Samuel A. Bless, Zuly Qodir (eds.). (2002). Commitment of faiths: Identity, plurality, and gender.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar/ Institute DIAN/ Interfide

Yong, Amos. (2008). Hospitality and the other: Pentacost, christian practices, and the neighbor. Maryknoll: Orbis Books Wijayatsih, Hendri, Gunawan Adi Prabowo,

Purwaningtyas Rimukti (eds.). (2010).

Memahami Kebenaran yang lain: Sebagai upaya pembaharuan hidup bersama, Yogyakarta: Mission 21/UKDW/TPK ______. (1985). No other name? A critical survey of

christian attitudes toward the world religions. New York, Orbis Books ______. (2008). Pengantar Teologi Agama-agama.

Pendahuluan

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 102-105)