tentang pengaruh negatif media elektronik seperti TV dan video games terhadap pertumbuhan dan
perkembangan AUD harus terus dilakukan. Dewasa ini, dengan kehadiran TV di
hampir setiap rumah tangga, bahkan di kamar tidur anak, orang tua perlu aktif
berkomunikasi dan
melakukan pendampingan khususnya saat anak berada di depan layar. Dalam suasana kondusif dan secara persuasif menjelaskan
pengaruh buruk dari sebagian konten TV dan video games serta membuat aturan dasar bagi anak apa, kapan dan berapa banyak waktu yang boleh digunakan untuk berada di depan layar. Dengan pemahaman yang benar dan pendampingan tentang konten TV dan media layar lainnya itu, maka diharapkan anak dapat memilah dan memilih tontonan layar yang sesuai baginya.
Daftar Pustaka
Campaign for a Commercial-Free Childhood, Alliance for Childhood, & Teachers Resisting Unhealthy Children’s
Entertainment. (2012). Facing the Screen Dilemma: Young children, technology and early education. Boston, MA: Campaign for a
Commercial-Free Childhood; New York, NY: Alliance for Childhood
Carr, Nicholas. (2010). The shallows: What the internet is doing to our brains. New York, NY: W. W. Norton & Company
Dworak, M., Schierl, T., Bruns, T., & Strüder, H. K. (2007). Impact of singular excessive computer game and television exposure on sleep patterns and memory performance of school-aged children. Pediatrics, 120(5): 78-85
Garrison, M. M., Liekweg, K., & Christakis, D. A. (2011). Media use and child sleep: The impact of content, timing, and environment. Pediatrics, 128(1): 29-35
Gredler, Margaret E. (2009).
Learning and instruction: Theoryinto practice sixth edition. Upper Saddle River, New Jersey: Merrill Pearson http://news.liputan6.com/ read/2044285/tiru- spiderman-bocah- lompat-dari-lantai-19- apartemen-laguna diakses pada 3 Desember 2015 Priyatna, Andri. (2012). Parenting di dunia digital. Jakarta, Penerbit PT Elex Media
Komputindo: xii + 240 hlm
Pennsylvania Chapter of the American Academy of Pediatrics. Aronson S.S, ed. (2014). Model child care health Policies.
Pennsylvania:
American Academy of Pediatrics
ndonesia dengan ciri masyarakat majemuk secara etnis, rasial, kultural dan religius, membuat Indonesia sebagai suatu negara yang unik. Keragaman budaya merupakan sumber kekayaan bangsa yang sangat membangga-
kan. Namun, di balik keragaman kultur, domo- grafis, dan sosiologis tersimpan potensi terjadi- nya konflik, karena masya- rakat terbagi ke dalam k e l o m p o k - k e l o m p o k
berdasarkan identitas
budaya mereka. Setiap suku (Jawa, Sunda, Madura, Bali, Lombok, Dayak, Minahasa, Timor, Papua dan yang lain) memiliki bahasa, adat- istiadat dan tradisi sendiri yang berbeda dengan suku yang lain. Setiap suku
dilahirkan, dididik, dan dibesarkan dalam suasana primordial mereka. Akibatnya, masing- masing anggota berada dalam lingkup pergaulan yang eksklusif. Perbedaan antara “siapa saya” dengan “siapa anda” atau “siapa
kami” dengan “siapa mereka” terlihat dengan sangat jelas. Dalam situasi yang demikian, terbuka kemungkinan stereotip, prasangka serta kesalahpahaman budaya dan agama tumbuh dan berkembang dengan subur.
Pada awal buku ini, diuraikan ketimpangan ekonomi, sosial, politik dan ketidakmampuan masya- rakat dalam memahami keberagaman suku, ras, budaya dan agama meng- akibatkan terjadinya perti- kaian antarkelompok di Indonesia. Berbagai konflik antaretnis dan antaragama pernah terjadi seperti kerusuhan yang bernu- ansa agama terjadi di Situbondo, Tasikmalaya, Rengasdengklok, Ambon, Poso dan kerusuhan yang bernuansa etnis terjadi di Sambas, Sampit ataupun berbagai peristiwa kerusuhan sosial yang melibatkan warga etnis Tionghoa. Hal ini menjadi tanda bahwa masyarakat Indonesia masih memahami Judul Buku : Pendidikan Kristiani Multikultural Pengarang : Mariam Kurniawati D. Min Penerbit : Bamboo Bridge Press Tangerang Tahun Terbit: 2014 Cetakan : Pertama Jumlah Halaman : V, 125 halaman ISBN: 978-602-79370-0-0 Resensi oleh : Ishak Boty Buifena E-mail: [email protected] Staf Kerohanian BPK PENABUR Bandung
identitas kultural secara sempit dalam wujud kebanggaan etnis atau fanatisme agama oleh kelompok. Kita tidak dapat menutup mata, akibat dari konflik yang pernah terjadi, sekarang, dan kemudian adalah lebih banyak orang yang mati karena konflik agama dan suku daripada kelaparan atau penyakit.
Selanjutnya, dalam buku ini dikemukakan, penyelenggaraan pendidikan agama membu- tuhkan analisis, teori, dan pendekatan yang berbeda dan disesuaikan dengan konteks Indonesia. Artinya, kemajemukan budaya, bahasa, dan agama di Indonesia serta dampaknya terhadap kehidupan orang Indonesia tidak dapat diabaikan ketika menyelenggarakan pendidikan agama Kristen. Buku Pendidikan Kristiani Multikultural, karya Maryam Kurniawati D.Min, sangat menolong dan memperkaya para pendidik dan para fasilitator dalam menyelenggarakan pendidikan religius Kristiani.
Menurut buku ini, perlu mencipta- kan gereja dan masyarakat multi-
kultural, yang
m e m u n g k i n k a n setiap orang dengan berbagai latar bela- kang berkumpul dan membentuk ikatan p e r s e k u t u a n .
Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk membentuk masyarakat yang mampu meng- hargai perbedaan suku, ras, agama dan kelas sosial. Menghargai perbedaan bukan hanya untuk mengurangi konflik, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang adil dan damai sejahtera serta mewujudkan kerajaan Allah di tengah dunia.
Lebih lanjut, buku ini menyarankan, pendidikan religius Kristiani multikultural dengan pendekatan Shared Christian Praxis
dilakukan dalam konteks kemajemukan Indonesia (makro) dan konteks kemajemukan gereja-gereja yang menjadi anggota persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Pendidikan dengan pendekatan yang demikian bertujuan memberikan panduan kepada pembaca untuk berpikir kritis, reflektif, dan kreatif atas kenya-
taan hidup yang bersifat multikultural dan multietnis, dengan tujuan memperoleh pemahaman diri yang lebih luas dengan melihat dirinya dari sudut pandang budaya, etnis, ras, agama dan kelas sosial pihak lain.
Dengan merujuk pada pendapat beberapa ahli pendidikan seperti H.A.R. Tilaar dan Paulo Freire, disebutkan proses pendidikan yang benar adalah yang membebaskan seseorang atau kelompok dari berbagai kungkungan/ ketertindasan, atau penyadaran akan kemampuan atau identitas seseorang/ kelompok. Pendidikan ternyata merupakan sumber transformasi sosial dalam masyarakat modern, karena proses pendidikan tidak hanya
memperhatikan manusia sebagai human being
tetapi juga memperlakukan manusia untuk menjadi manusia seutuhnya yang mengem- bangkan kebudayaan dan hak asasi manusianya. P en d id i ka n religius Kristiani dalam konteks masyarakat maje- muk mengangkat sebuah problema- tika dalam masya- rakat. Problema- tika tersebut mem- punyai dua sisi, yaitu sisi pendidi-
kan dan sisi
teologis. Dari sisi pendidikan, warga gereja belajar tidak hanya memahami dan menghargai kemajemukan masyarakat, tetapi juga belajar menghormati hak hidup setiap agama dan budaya. Belajar memahami orang lain dan motivasi religius merupakan bagian dari pendidikan. Kemajemukan budaya, bahasa, suku bangsa dan agama di dalam perkembangan peradaban ini, sudah tidak dapat diabaikan lagi. Ini berarti tidak mungkin lagi bagi agama mengisolasi dirinya di belakang dinding tradisi mereka sendiri, dan melihat dirinya sebagai satu-satunya agama yang memiliki kebenaran. Oleh karena itu, gereja dan orang Kristen ditantang untuk mengakui kehadiran ‘yang lain’ dalam perbedaan mereka, dan mengembangkan suatu iklim spiritual dan pendekatan teologis yang memberikan kontribusi kepada terciptanya