Pada awal tahun 1900-an seorang ahli psikologi dari Perancis bernama Alfred Binet berhasil menemukan suatu alat tes untuk memprediksi masa depan seseorang. Alat tersebut pada waktu itu dapat dianggap sebagai alat yang paling akurat untuk mengukur apakah seseorang akan berhasil atau sebaliknya, akan mengalami kegagalan dalam hidupnya. Alat tersebut dikenal dengan nama tes kecerdasan dan ukurannya adalah Intelligence Quotients (IQ). Alat tersebut menjadi sangat terkenal karena dipakai secara luas sampai ke Amerika dan bahkan ke seluruh dunia. Sejak saat itu tes IQ menjadi alat berbasis ilmiah yang paling bermanfaat untuk mengukur kecerdasan seseorang dan dianggap sangat berpengaruh kepada keadaan masa depan orang yang bersangkutan.
Lambat laun keakuratan prediksi dari tes kecerdasan intelektual ini mulai mengalami pergeseran. Penelitian mengenai prediksi dari hasil tes kecerdasan intelektual ini membuktikan hal tersebut. Diakui bahwa tes kecerdasan ini secara konsisten meramalkan dengan baik kesuksesan siswa di sekolah. Permasalahannya adalah bahwa tes ini tidak dapat memprediksi secara akurat apakah seorang siswa dapat berhasil atau tidak dalam kehidupan nyata setelah ia menyelesaikan masa pendidikannya. Hasil tes kecerdasan tidak dapat secara akurat menentukan kesuksesan seseorang pada masa depan. Sebuah hasil studi yang dilakukan terhadap para profesional yang sangat sukses menunjukkan bahwa sepertiga dari jumlah mereka justru memiliki nilai tes kecerdasan yang rendah (Armstrong, 2002:2). Dalam kenyataan kita juga dapat melihat bahwa banyak siswa yang dulu hasil tes kecerdasannya adalah rata- rata saja kemudian menjadi orang yang amat sukses dan menduduki posisi yang terhormat dalam masyarakat dan kelompok profesional. Sementara siswa yang dulunya superior malahan menghadapi situasi sebaliknya. Memang mereka tidak dianggap gagal namun pencapaian posisi mereka dapat dianggap biasa- biasa saja jika dibandingan dengan rekan-rekan yang lainnya.
Menurut Howard Gardner hal ini dapat dijelaskan dan diuraikan berkaitan dengan pengertian tentang kecerdasan. Kecerdasan dari sudut pandang ini dianggap sebagai kemam- puan umum yang ditemukan dalam berbagai tingkat dalam setiap individu. Ini merupakan kunci untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kemampuan ini dapat diukur secara menyakinkan dengan menggunakan sarana pensil dan kertas standar (Gardner, 2003: 32). Siswa dengan kecerdasan yang lebih besar akan mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, untuk menemukan jawaban yang lebih tepat dan mempelajari materi baru dengan cepat dan efisien. Keterampilan ini tentu saja akan sangat mendukung dalam keberhasilan studi di sekolah. Dalam pandangan ini kecerdasan dianggap sebagai kecerdasan tunggal yang dipergunakan dalam situasi menyelesaikan masalah. Dengan demikian tes IQ sebenarnya dapat memprediksi kinerja di sekolah dengan ketepatan yang cukup tinggi. Akan tetapi, tes ini tidak cukup akurat untuk memperkirakan suatu profesi dan kesuksesan pada masa depan setelah akhir masa bersekolah.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan baru yaitu lewat teori kecerdasan majemuk. Dalam hal ini kompetensi kognitif (belajar, memahami) lebih diarahkan kepada arti tentang kumpulan kemampuan, bakat atau keterampilan mental yang disebut dengan kecerdasan. Menurut Gardner semua individu normal memiliki masing-masing keterampilan ini sampai kadar tertentu. Namun setiap individu akan memiliki perbedaan dalam derajat keterampilan tersebut dan dalam sifat kombinasinya (Gardner, 2003: 33). Hal ini dianggap lebih manusiawi dan dapat lebih dipertimbangkan karena mencerminkan secara memadai mengenai tingkah laku kecerdasan manusia.
Berkaitan dengan definisi optimal dari kecerdasan yang dimaksud, pada tingkat ini pengertian dari Kecerdasan Majemuk terpisah dari pokok-pokok pandangan tradisional. Dalam pandangan tradisional, kecerdasan ditetapkan secara operasional sebagai kemampuan untuk menjawab berbagai jenis tes kecerdasan. Kesimpulan dari hasil tes pada
beberapa kemampuan didukung oleh teknik statistik yang membandingkan subyek pada tingkat usia berbeda. Korelasi yang ada antara hasil tes lintas umur dan lintas tes yang berbeda mendukung pengertian bahwa bakat umum dari kecerdasan tidak banyak berubah dengan bertambahnya umur ataupun dari pelatihan atau pengalaman. Hal ini merupakan bawaan dari lahir atau dikenal dengan bakat individual.
Sementara itu, pengertian dari kecerdasan dalam Kecerdasan Majemuk adalah sebaliknya. Kecerdasan dalam konteks ini menyangkut kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau merekayasa produk yang menjadi konsekuensi dari suasana budaya dan masyarakat tertentu. Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi yang sasarannya harus dicapai dan menemukan rute yang tepat untuk mencapai sasaran tersebut (Gardner & Hatch, 1989). Konsep mengenai Kecerdasan Majemuk ini dibingkai dalam asal usul biologis dari setiap keterampilan menyelesaikan masalah. Hanya keterampilan yang bersifat universal yang ditonjolkan. Sekalipun demikian, kecenderungan biologis untuk berpartisipasi dalam bentuk penyelesaian masalah tertentu harus juga digabungkan dengan budaya yang memelihara bidang tersebut. Misalnya mengenai bahasa, yang mungkin terwujud dengan sendiri- nya terutama sebagai tulisan dalam suatu budaya, sebagai ahli orasi pada budaya lain dan sebagai bahasa sandi pada budaya lainnya.
Secara khusus Gardner sendiri menetapkan syarat berkaitan dengan kriteria untuk mengkategorikan setiap kecerdasan (Armstrong, 2002: 6). Ada empat kriteria berkaitan dengan Kecerdasan Majemuk yaitu:
1. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan.
Kemampuan melambangkan sebuah ide dan pengalaman melalui gambar, angka dan kata merupakan ciri dari kecerdasan manusia. Karena itu, setiap kecerdasan dapat dilambangkan dengan berbagai cara yang sesuai. Ada huruf, angka, notasi, mimik dan lain sebagainya yang dipergu- nakan sebagai ekspresi yang kelihatan dan mengandung makna.
2. Setiap kecerdasan memiliki riwayat
perkembangan.
Kecerdasan itu bukanlah ciri mutlak yang sudah menetap saat lahir dan tidak berubah sepanjang masa. Setiap kecerdasan muncul pada titik tertentu di suatu masa, mempunyai periode potensi untuk berkembang selama waktu tertentu dan berisikan pola-pola unik yang secara perlahan atau cepat semakin merosot seiring dengan perkembangan usia. 3. Setiap kecerdasan rawan terhadap cacat
akibat kerusakan atau cedera pada otak. Kecerdasan itu dapat terisolasi oleh kerusakan otak. Seseorang yang mengalami kerusakan otak pada bagian tertentu akan kehilangan kemampuan dari salah satu jenis kecerdasan yang berkaitan dengan bagian tersebut. Meskipun otak memiliki struktur yang rumit dan sulit untuk dipetakan namun setiap kecerdasan sangat berkaitan dengan bagian otak tersebut.
4. Setiap kecerdasan mempunyai dasar pada
nilai budaya.
Perilaku cerdas sebenarnya dapat ditinjau dari melihat prestasi tertinggi dalam peradaban. Kita dapat mempelajari makna menjadi cerdas dengan mempelajari contoh karya budaya yang paling sukses berkaitan dengan kecerdasan tersebut.
Di samping beberapa kriteria untuk menentukan jenis Kecerdasan Majemuk ini, setiap kecerdasan yang terdapat dalam Kecerdasan Majemuk harus memiliki operasional inti atau kumpulan operasi yang dapat dikenali secara langsung. Sebagai sistem perhitungan berdasarkan pada syaraf, setiap kecerdasan diaktifkan atau dipicu oleh jenis informasi tertentu secara internal atau eksternal. Sebagai contoh, salah satu inti kecerdasan musik adalah kepekaan yang berhubungan dengan suara nada. Suatu kecerdasan harus juga sensitif pada penyandian di dalam sistem simbol, suatu sistem yang dirancang secara budaya yang menangkap dan menyampaikan bentuk informasi yang penting. Bahasa, gambar dan matematika merupakan sistem simbol yang bersifat universal.
Adapun jenis kecerdasan yang termasuk dalam Kecerdasan Majemuk adalah tertera pada Tabel 1. Semua jenis kecerdasan yang disebutkan
Tabel 1: Jenis Kecerdasan yang Termasuk dalam Kecerdasan Majemuk
Jenis kecerdasan Komponen inti Contoh hasil
Logis - matematis Memiliki kepekaan dan kemampuan yang tinggi
dalam bentuk-bentuk angka atau logika; kemampuan untuk menangani masalah argumentasi yang panjang
Ilmuwan
Ahli matematika Ahli statistika
Lingustik Peka terhadap intonasi, ritme, makna dari suatu
kata, peka dalam fungsi-fungsi bahasa
Sastrawan Jurnalis
Musikal Kemampuan untuk menghasilkan dan
mengapresiasi irama, warna nada dan pola nada serta memahami bentuk-bentuk ekspresi musik
Komposer Pianist
Spasial Kemampuan untuk menangkap dengan tepat
spasial-visual dari gambaran yang ada dan mampu mentransformasikan ke pihak lain
Navigator Pematung
Kinestetik Kecakapan untuk mengontrol gerakan badan secara
akurat dan kemampuan untuk menangani obyek dengan cekatan
Penari Atlet
Interpersonal Kemampuan untuk mengontrol dan merespon
suasana hati, temperamen dan motivasi dengan tepat serta tertarik dengan pihak lain
Public Relation Marketing
Intrapersonal Kemampuan untuk mengakses perasaan sendiri
dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga dapat mengontrol perilakunya; kemampuan kesadaran yang tinggi akan diri sendiri
Konselor Therapist
Eksistensialis Kemampuan dalam memahami dan menjawab
pertanyaan fundamental berkaitan dengan eksistensi manusia
Filsuf Rohaniwan
Naturalis Kecakapan mengenali dan mengkategorikan dengan
tepat tumbuh-tumbuhan, hewan dan obyek alam lainnya
Ahli Botanical Pencinta Alam
di atas sebenarnya dimiliki oleh setiap orang menurut kadarnya masing-masing. Karena itu disebut kecerdasan yang bersifat banyak atau majemuk. Setiap individu mempunyai kesempatan untuk mengembangkan setiap kecerdasan tersebut hingga tingkat kemahiran tertentu. Adalah kurang tepat apabila seseorang hanya berfokus pada salah satu jenis kecerdasan saja dan mengabaikan jenis kecerdasan yang lain. Semua jenis kecerdasan itu sebenarnya saling berkaitan dengan sistem yang sangat kompleks. Seorang pematung memanfaatkan kemampuan kinestetik dan intrapersonalnya
serta kemampuan yang lain untuk menghasilkan mahakaryanya. Atau seorang perancang grafis akan memanfaatkan kemampuan visual, lingustik dan matematikanya dan untuk menciptakan periklanan yang menarik. Bisa dikatakan hampir tidak ada kegiatan di dunia ini yang berdiri sendiri hanya dengan mengandalkan satu kecerdasan saja.
Selain itu, setiap masa juga akan berpengaruh kepada kecerdasan yang menonjol. Masyarakat yang mengalami perubahan, membutuhkan kecakapan dan keterampilan tertentu untuk beradaptasi dengan situasi dan
kondisi yang dihadapinya. Tren kecerdasan itu mengalami perubahan silih berganti satu sama lainnya seiring dengan berjalannya kehidupan peradaban manusia. Misalnya saja, pada jaman dahulu kecerdasan kinestetik sangat menonjol namun kemudian orang sangat tertarik dengan seni. Di jaman sekarang kecerdasan logis matematis sangat berkembang seiring dengan ditemukannya komputer sebagai teknologi yang sangat membantu manusia menyelesaikan pekerjaannya. Namun semua hal tersebut saling mendukung dan melengkapi menciptakan kehidupan manusia yang lebih dinamis dan menarik.
Implementasi Kecerdasan Majemuk
Kemajuan dan perkembangan peradaban manusia yang tampak jelas dalam globalisasi yang sedang berja-
lan saat ini merupa- kan suatu hal yang positif dan sangat membantu dalam kehidupan manu-
sia. Hal yang
dahulu tak terpikir- kan, sekarang deng- an mudah dilaku- kan. Batas antara
wilayah semakin memudar. Pembangunan makin cepat dan perekonomian menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Salah satu pihak yang sangat berkepentingan dengan hal ini adalah dunia pendidikan. Tentunya tugas dunia pendidikan harus merespon dengan tepat dan tanggap terhadap perubahan yang ada. Cara tradisional yang tidak sesuai lagi dengan masanya perlu diperbarui seiring dengan gerak jaman. Paling tidak kesadaran akan perubahan muncul dalam sikap bijak berorintasi ke depan
demi membimbing setiap generasi
mempersiapkan diri dengan baik mengarungi
masa depannya.
Institusi pendidikan sebagai tempat yang sangat ideal untuk mengembangkan kecerdasan masyarakat sangat berkepentingan dalam masalah ini. Sebagai institusi yang bertujuan mempersiapkan generasi masa depan menjadi lebih baik, mereka harus peka terhadap arah perubahan yang ada. Perubahan yang makin
cepat yang didorong oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diimbangi dengan pengembangan kompetensi dan kapabilitas diri. Kesadaran bahwa individu merupakan makhluk yang unik harus dikedepankan sehingga tidak lagi melihat dan menyamaratakan secara keseluruhan. Dunia pendidikan harus merasa antusias dalam menghadapi kenyataan bahwa setiap individual lain dari yang lainnya. Kemudian daripada itu, memberikan sarana dan prasarana yang mendukung setiap individu mengembangkan dirinya dengan baik. Perlu untuk dikedepankan bahwa kecenderungan, minat dan sasaran individu dapat terakomodasi dengan baik. Tentu saja dalam hal ini sangat diperlukan perencanaan dan kreativitas yang tinggi.
Konsep Kecerdasan Majemuk memberi peluang untuk melihat kembali bagaimana pan- dangan dan pe nge mb ang an tentang kecer- dasan dari siswa di sekolah. Setiap individu memiliki K e c e r d a s a n Majemuk dalam levelnya masing-masing. Itu berarti setiap individu seharusnya diberi kesempatan sebebas- bebasnya untuk mengembangkan dirinya tanpa dibatasi hanya di suatu bidang tertentu. Pikiran manusa memiliki multi segi, instrumen multi komponen yang tidak dapat ditangkap hanya melalui instrumen kertas dan pensil. Konsep Kecerdasan Majemuk memang tidak mendikte arah belajar atau karier individu tetapi konsep ini cukup kuat dan masuk akal untuk memberi masukan dan memilih cabang atau bidang pengetahuan yang hendak dipelajari.
Hal menarik dari Kecerdasan Majemuk adalah bahwa konsep ini sangat menghargai keunikan seorang individu. Selain itu konsep ini sangat membuka peluang bagi setiap individu untuk mencapai prestasi terbaik dari dan bagi dirinya sendiri. Konsep kecerdasan ini tidak lagi hanya menekankan pada satu aspek saja yaitu kecerdasan intelektual seperti yang terjadi selama ini, melainkan terbuka pada kemung-