• Tidak ada hasil yang ditemukan

dalam Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opin

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 54-64)

Sakila

E-mail: sakilaspd@yahoo.co.id

SMP Negeri 2, Singkawang, Kalimantan Barat

T

Abstrak

ujuan tulisan ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan penggunaan media surat kabar dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini pada siswa SMP kelas IX pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Media pembelajaran pada hakikatnya dipergunakan untuk memudahkan siswa belajar sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Secara khusus tulisan ini membahas bagaimana surat kabar dapat dipergunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada materi pokok membedakan fakta dan opini dalam sebuah iklan. Dengan menggunakan surat kabar sebagai sumber pembelajaran, siswa dapat diikutsertakan secara aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Agar penggunaan media surat kabar dapat berfungsi secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru disarankan memilih informasi yang sungguh-sungguh sesuai sebagai bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran serta sesuai dengan karakteristik siswa. Kata-kata kunci : media, surat kabar, fakta, opini, sumber belajar

Use of Newspaper Media in Learning the Differences Between Fact and Opinion Abstract

The purpose of this article is to share ideas of using newspaper as a learning resourse, particularly in distinguishing fact from opinion, as one topic in the subject of Indonesia Language, Grade IX, Junior Secondary School. In general, educational media is used to facilitate learning and improve student’s learning achievement. The discussion in this article is focused on using appropriate advertisement in newspaper to enable the student to understand the differences between fact and opinion as a topic in the subject of Indonesia Language at Junior Secondary School. Beside facilitating learning, using newspaper also allows the student to prticipate actively in the learning preparation, impleentation, and evaluation. To succeed the use of newspaper media as a learning resource, the teacher is suggested to select the most appropriate information from the newspaper on the basis of learningmaterials and learning objectives as well as the student’s characteristics.

Pendahuluan

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuh- nya, sangat dibutuhkan peran serta pendidik yang profesional (Kemendikbud, 2015:3). Kebutuhan ini menuntut guru mampu melak- sanakan proses pembelajaran yang menyenang- kan, kreatif, inovatif dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran sangat diperlukan ketika proses pembelajaran di kelas menuntut keaktifan siswa terutama untuk mata pelajaran bahasa pada umumnya dan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya.

Informasi awal dan pengamatan guru mata pelajaran Bahasa Indonesian menunjukkan, sebagian besar siswa di salah satu kelas IX di SMP Negeri 2 Singkawang mengalami kesulitan ketika mempelajari materi membedakan fakta dan opini dalam iklan, dengan rata-rata tingkat ketuntasan belajar hanya berkisar antara 60% sampai 65% saja. Memang banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti sekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Akan tetapi, paling tidak dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat diharapkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagian besar siswa Kelas IX di SMP Negeri 2 Singkawang menghadapi beberapa kendala yang antara lain dalam memahami konsep. Siswa cenderung berfikir dari konkret ke abstrak, karena guru lebih dominan memberikan materi pokok dengan cara ceramah. Kendala lain ialah kurang antusiasnya siswa dalam pembelajaran serta sulitnya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Kedua kendala yang dicontohkan terjadi karena keterbatasan alat peraga dan waktu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang ternyata berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa.

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sehingga dicantumkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Hal ini menunjukkan keterampilan membaca telah diajarkan sejak jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Depdiknas (2006: 6), dalam KTSP tahun 2006, membaca dipandang sebagai bahan pelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa, yang meliputi pengembangan kemampuan menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, perasaaan, dan sebagainya dari pihak yang lain yang disampaikan melalui tulisan.

Selanjutnya dengan membaca, siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan dari berbagai sumber bacaan. Hal ini sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran abad 21 dan di dalamnya terdapat pergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan, sehingga peran bahasa menjadi sangat sentral. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain. Apabila siswa tidak menguasai mata pelajaran tertentu, harus dipastikan bahwa yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut, bukan karena kelemahan penguasaan bahasa pengantar yang dipergunakannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 68 Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara dan pada peradaban dunia. Di lain pihak, Permendikbud Nomor 81 a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum disebutkan, tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Selanjutnya mengembangkan budaya membaca dan menulis adalah salah satu prinsip dalam mengembangkan RPP.

Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah kegiatan membaca yang dimaksudkan untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu teks (Depdiknas, 2015 :3). Pemahaman suatu teks sangat bergantung pada berbagai hal. Salah satu yang perlu mendapat perhatian dalam membaca adalah keterampilan yang dimiliki oleh seorang pembaca dalam memahami teks yang dibaca. Tinggi rendahnya keterampilan yang dimiliki pembaca akan sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman pada teks yang dibaca.

Sebagai salah satu upaya dalam meningkat- kan efektivitas interaksi dalam proses pembel- ajaran adalah menggunakan media yang tepat guna mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Iskandar, 2011:43). Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan pesan dari guru kepada siswa dengan tujuan meningkatkan proses pembelajaran.

Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator, baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik, maupun konatif. Oleh karena itu, dia harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk meng- giring siswanya belajar mandiri. Ia juga hendak- nya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri (Ginting, 2011 : 14). Dengan demikian, diperlukan suasana belajar yang memungkinkan siswa tertarik dan terlibat secara aktif dalam proses belajar. Guru harus dapat menentukan strategi belajar yang tepat. Untuk mengembangkan iklim belajar, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya. Tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, dan menemukan fakta serta konsep diri. Berdasarkan kenyataan inilah, maka penggunaan media dalam pembelajaran merupakan pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Penggunaan media surat kabar merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru

dalam menyampaikan materi yang berhubungan dengan penulisan, dan strategi ini dapat digunakan guru menjembatani cara membedakan fakta dan opini dalam sebuah iklan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Iskandar (2011:46) bahwa “dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran yang digunakan guru diharapkan dapat mempertinggi hasil proses belajar-mengajar.”

Kesenjangan antara tujuan pembelajaran dengan kenyataan pembelajaran bahasa Indonesia mendorong penulis untuk mencoba menerapkan metode yang tepat pada proses pembelajaran, sebab fungsi metode dalam keseluruhan sistem pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode yang yang dimaksud ialah penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada kompetensi dasar membedakan fakta dan opini.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka masalah dalam pembahasan ini adalah bagaimana langkah- langkah penerapan media surat kabar dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini ? Masalah ini difokuskan di salah satu Kelas IX SMP Negeri 2 di Singkawang.

Sungguhpun ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini mengacu pada salah satu sekolah, diharapkan gagasan yang disampaikan dapat bermanfaat kepada guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya yang sangat berpusat pada siswa. Penerapan metode pembelajaran yang disarankan juga akan memudahkan siswa memahami perbedaan antara fakta dan opini melalui pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, sekolah sebagai satuan pendidikan dapat mewujudkan lingkungan belajar yang tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga memotivasi siswa mencintai bahasa nasionalnya sendiri.

Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa memahami bahan pembelajaran sehingga mempercepat pencapaian kompetensi yang dikehendaki (Depdiknas, 2005 dan Zifajriah, 2013). Guru dapat menggunakan media yang ia rancang dan buat sendiri sesuai dengan kebutuhan pembel-

ajaran atau guru juga dapat memilih dan menggunakan media yang sebenarnya tidak khusus dibuat untuk keperluan pembelajaran tetapi dapat dan sesuai dipergunakan untuk pembelajaran yang mengacu pada kompetensi tertentu. Surat kabar merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan untuk keperluan pembelajaran (Zifajriah, 2013).

Surat kabar merupakan salah satu media informasi yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh. Bahasa yang dipergunkan dalam

surat kabar sangat komunikatif dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Jenis informa- si yang disampaikan melalui surat kabar berane- ka raga, termasuk di antaranya iklan berbagai produk. Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan melalui media massa (Tsalitsa, 2015 dan Darmawati, 2010:6) . Iklan bertujuan menarik perhatian, mendorong, serta membujuk pihak lain agar memiliki atau memenuhi permintaan

Tabel 1: Perbedaan Antara Fakta dan Opini

Pembeda Fakta Opini

Pengertian Keadaan atau peristiwa yang merupakan

kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi

Pikiran, anggapan, buah pemikiran, atau

perkiraan

Bentuk Gambar, foto, data statistik, tabel peristiwa, dan

grafik

Berupa saran, kritik, harapan, nasihat

Sifat Menunjukkan Mengharapkan

yang terdapat dalam iklan tersebut. Berdasarkan jenisnya iklan dibedakan atas iklan layanan masyarakat, iklan niaga, dan iklan keluarga.

Iklan dapat dipahami dengan membaca intensif yang merupakan kegiatan membaca untuk mengetahui semua hal yang disajikan dalam bacaan. Oleh karena itu, membaca intensif dapat dilakukan dengan cara (1) membaca deng- an cermat setiap kalimat dari awal hingga akhir teks dan (2) mencatat hal-hal yang ingin diketahui.

Kalimat dalam iklan mengandung fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa atau keadaan yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar ada atau terjadi. Opini merupakan pendapat, pemikiran, atau sikap terhadap fakta. (Darmawati, 2010:6). Perbedaan antara fakta dan opini dalam iklan sesuai Tabel 1 (Darmawati, 2010:81).

Tabel 2 adalah perbedaan antara fakta dan opini, khususnya jika terdapat dalam sebuah iklan.(Tsalitsa, 2015).

Tabel 2: Perbedaan Fakta dan Opini dalam Iklan

Fakta Opini

- Berupa identitas produk yang

ditawarkan dalam iklan tersebut

- Berupa kalimat/bahasa yang membujuk agar

orang mau membeli produk yang diiklankan - Komposisi kegunaan produk dalam iklan - Menuturkan kelebihan produk tersebut

- Sarana penggunaan secara lengkap - Kalimat/bahasa bersifat subjektif (berdasar-

kan pendapat seseorang)

- Kalimat/bahasa dapat dipertang-

Pembahasan

Paradigma baru pembelajaran mengharuskan pendidik mampu melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Mi’raj, 2014:95). Oleh karena itu, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat/media meskipun sederhana dan bersahaja, tetapi merupakan upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berikut ini disajikan bahasan tentang gagasan/ide dalam upaya memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran dengan topik membedakan fakta dan opini dalam sebuah iklan di surat kabar.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX, terdapat materi membedakan fakta dan

opini dalam teks iklan. Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat (1) mengidentifikasi fakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar dan (2) membedakan antara fakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar.

Hampir semua surat kabar atau majalah menyediakan ruang untuk memuat iklan dan setiap hari ada saja orang, lembaga, atau perusa- haan yang memasang iklan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian, setiap hari kita dapat menemukan informasi baru berupa penawaran produk, jasa, lowongan kerja atau informasi yang lain dalam kolom iklan. Hal ini sebagai indikator bahwa komunikasi antara pemasang iklan dengan pelanggan atau dengan pembaca dapat dijalin melalui media iklan. Oleh sebab itulah, dalam pembelajaran siswa diajak mencermati fakta dan opini yang terdapat dalam iklan.

Pengamatan pendahuluan kegiatan belajar mengajar di salah satu Kelas IX tempat penulis bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia, menggambarkan suasana kelas tidak menggairahkan dan kurang menyenangkan karena dicekam oleh tugas yang dirasa membebani siswa. Sebagian besar siswa tampak sulit menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut berdampak pada nilai siswa yang mencapai rata-rata tingkat ketuntasan belajar hanya berkisar antara 60% sampai 65% saja. Dalam proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan penjelasan guru,

membaca buku yang tidak relevan dengan materi yang sedang diajarkan, enggan membaca buku pelajaran, melamun, keluar masuk kelas, saling mengganggu antarteman dan mengantuk.

Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain guru kurang menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak pada kurangnya motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal ini diperparah lagi dengan metode ceramah yang dipergunakan guru membosankan sehingga tidak terjadi interaksi yang menarik antara guru dan siswa.

Suasana kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia seperti yang digambarkan juga terjadi ketika pokok bahasan adalah membedakan fakta dan opini. Siswa tidak tertarik apabila disuruh membedakan fakta dan opini dengan menggu- nakan bahan dari buku pegangan siswa. Mengatasi masalah tersebut, penulis menggunakan media surat kabar yang lebih menarik. Surat kabar adalah sumber informasi yang biasa bagi siswa dan mudah diperoleh di lingkungan mereka. Surat kabar juga mudah serta sesuai dipergunakan sebagai media pembel- ajaran karena mendukung isi dan tujuan pelajaran. Isi informasi dalam surat kabar bersifat mutakhir, bermakna, dan mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Iskandar (2011: 45) bahwa guru dalam pemilih- an media pembelajaran diharapkan tidak asal- asalan, tapi harus dapat menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran..

Oleh karena fokus pelajaran adalah membedakan fakta dan opini, iklan yang dipililih ialah yang mengandung kedua unsur itu Ketepatan memilih media yang sesuai dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa jika peran guru dalam proses pembelajaran dan penggunaan media pembelajarannya menarik, maka siswa tidak akan merasa bosan dan tertekan dalam proses pembelajaran itu karena penyampaian materi pelajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa apabila disertai dengan penggunaan media pendidikan yang sesuai (Juliono, 2015:59)

Sebagai contoh, disajikan sebuah iklan berikut.

Dalam teks iklan di atas terdapat informasi yang berupa fakta dan berupa opini. Dikatakan sebagai fakta apabila informasi itu berupa sesuatu yang benar-benar ada, benar-benar terjadi atau memang kenyataannya seperti itu. Selain itu kebenaran informasi yang berupa fakta tidak diragukan lagi. Fakta merupakan sesuatu yang sudah terjadi (Herjanto, 2015). Sebaliknya, sesuatu dikatakan pendapat/opini jika informasi dalam iklan itu merupakan ide, gagasan, pendapat, pemikiran atau penawaran untuk mempengaruhi pembaca (Tsalitsa, 2015). Informasi yang berupa fakta pada iklan yang dikutip ialah sebagai berikut.

1.     Produk Quick-Up

2.     Telah hadir di Kalimantan Barat

3.     Untuk pemesanan hubungi Budi Mulfiandi, SP

Informasi yang berupa opini adalah:

1. Solusi tepat untuk sukses berbudidaya

tanaman gaharu (ide pemasang iklan untuk mempengaruhi pembeli).

2. Perangsang tumbuh bibit tanaman gaharu

3. Pilihan handal untuk gaharu

Informasi iklan di atas dapat dipergunakan sebagai contoh fakta dan opini dan dengan mengajak siswa mengamati isi iklan itu. Siswa ikut aktif mengamati, menemukan, dan mengo- munikasikan temuannya. Dengan demikian, surat kabar dapat dijadikan salah satu media sederhana yang efektif dan efisien.

Guru yang baik adalah guru yang mampu melihat situasi dan menerapkan strategi yang tepat dalam pembelajaran. Adapun langkah- langkah kegiatan pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang akan dibahas di bawah ini.

Perencanaan Pembelajaran

Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam memanfaatkan media surat kabar dalam proses belajar mengajar adalah merenca- nakan tema dan topik yang akan digunakan dalam menggunakan media, mencatat beberapa hal yang membangkitkan minat serta motivasi siswa untuk belajar, mengarahkan secara khusus terhadap gagasan yang sulit bagi siswa. Selain itu, guru perlu memeriksa peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan semua rencana yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan kelengkap- annya seperti alat yang diperlukan, pelaksana, tempat, waktu dan cara melakukannya. Media surat kabar dipergunakan pada beberapa tahap kegiatan, antara lain sebagai berikut.

Sumber : Pontianak Post, Senin 27 April 2015 Gambar 1: Contoh Iklan

a. Kegiatan Awal

Kegiatan ini dimulai dengan apersepsi, yaitu siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. Selanjutnya, siswa diajak melihat surat kabar dan mencermati iklan yang

memuat fakta dan opini. Kemudian, guru

memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang berbagai isi teks iklan yang memuat fakta dan opini. Guru dapat memberikan sebuah contoh teks iklan dari guntingan surat kabar seperti di bawah ini :

b. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru memfasi- litasi siswa dapat membedakan antara fakta dan opini. Siswa mencari informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. Siswa menjalin interaksi antara siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Siswa terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

2 Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru

memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Secara kelompok siswa mendiskusikan fakta dan opini yang ada dalam teks iklan. Siswa diajak membahas dan mengelompokkan mana

yang berupa fakta dan opini. Siswa menyim- pulkan dan membedakan fakta dan opini dalam teks iklan. Guru memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi secara lisan atau tertulis, individual atau kelompok. Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual dan kelompok.

3 Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah atas keberhasilan siswa. Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber. Siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. Guru memfasilitasi siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, dengan cara: a) berfungsi sebagai narasumber dan

fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, b) membantu menyelesaikan masalah, c) memberi acuan agar siswa dapat mela-

kukan pengecekan hasil eksplorasi, d) memberi informasi untuk bereksplorasi

lebih jauh, dan

e) memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

Sumber : Pontianak Post, Senin 19 Januari 2015 Gambar 2: Contoh Iklan dari Surat Khabar

Guru mendiskusikan hal-hal yang belum diketahui siswa dan apabila terdapat kesalahpahaman siswa, guru meluruskannya. Dalam diskusi itu guru juga memberikan penguatan dan membuat kesimpulan.

Evaluasi Pembelajaran / Kegiatan akhir Dalam kegiatan penutup, guru sendiri atau bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman pelajaran. Guru dapat juga menyuruh siswa membuat rangkuman dan kemudian memberikan tanggapan. Selanjutnya, guru menilai kegiatan pembelajaran secara keseluruhan dan setelah melakukan refleksi diri guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan pengalaman dan hasil pembelajaran yang diperoleh, guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas individual atau kelompok. Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung menggunakan indikator berikut.

Tabel 4: Pedoman Penskoran

No Deskriptor Skor

1. Siswa mampu menemukan fakta

dan opini dalam tiga iklan 3

2. Siswa mampu menemukan fakta

dan opini dalam dua iklan 2

3. Siswa mampu menemukan fakta

dan opini dalam satu iklan 1

4. Siswa tidak mampu menemukan

fakta dan opini dalam iklan 0

Skor maksimum 3

Tabel 3 : Indikator Penilaian

Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Instrumen - - - Mampu mendata fakta yang ada dalam teks

Mampu mendata opini yang ada dalam teks

Mampu membedakan fakta dan opini

Penugasan individual/ kelompok Pekerjaan rumah (PR) - - -

Tulislah pernyataan yang berupa fakta dalam teks! Tulislah pernyataan yang berupa opini dalam teks! Bedakan antara fakta dan opini dalam suatu teks

Selanjutnya rubrik penilaian adalah sebagai

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 54-64)