• Tidak ada hasil yang ditemukan

diperhatikan untuk membelajarkan premenulis adalah metode

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 71-77)

pembelajaran bahasa yang sesuai

perkembangan anak usia 4-8 tahun.

Anak dilatih beberapa menit untuk memiliki sikap sempurna tersebut. Apabila anak beralih perhatian, guru menekan bagian tubuh anak dan mengumpamakannya sebagai tombol robot. Robot yang ditekan tombolnya akan memperba- iki sikap. Anak akan kembali duduk seperti robot, atau duduk tegap sambil menulis dengan sikap yang benar.

Permainan DPW-THT DPW-THT adalah singkatan dari Dengar-Pilih-Warnai (sebagai awal kegiatan) dan Telusuri-Hubungkan- Tirukan (sebagai inti kegiatan). Permainan ini dapat dimainkan selama 30-60 menit. Kegiatan DPW dimulai dari kegiatan mendengarkan cerita dengan media buku atau kartu bergambar. Setelah itu, anak memilih sendiri kata yang ingin diwarnai (dari buku atau kartu).

Permainan AROMA adalah singkatan dari Amati-Rabai-Olesi-Mainkan, dan Arsiri. Permainan ini dirancang untuk anak yang mengalami kesulitan mengidentifikasi huruf, cara menulis, dan belum cukup matang dalam motorik halus. Permainan ini berusaha mendudukkan kembali hakikat stimulasi untuk anak agar tidak lepas konteks dan memiliki kebermaknaan bagi anak. Permainan ini relatif bagus diberikan kepada anak usia 4 tahun atau usia 5 tahun yang belum pernah memperoleh pengalaman literasi sebelumnya.

Permainan SMA (Simak cerita, Mainkan) mengelaborasi simbol dalam bentuk lepas maupun dalam bentuk kartu kata), dan Arsiri (mengarsir huruf atau kata dengan berbagai garis atau bulatan). Permainan ini relatif mudah dimainkan.

Permainan Kopi-Tindas merupakan permainan mengopi simbol dengan cara menindas simbol tersebut sehingga memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Permainan ini mirip permainan kopi-koin, tetapi dengan objek berupa simbol. Bagi anak kegiatan kopi-tindas sangat menantang, terutama apabila materi yang dikopi-tindas berupa label yang disukai dan dipilihnya sendiri.

Permainan dengan media kartu memiliki beberapa variasi. Guru dapat memanfaatkan media kartu untuk mengintegrasikan kegiatan permainan membaca dengan permainan menulis. Permainan acak-kartu, Permainan Kata

Aku Kata KamuPermainan ini diberikan untuk anak PAUD yang telah mencapai tahap Lepas Landas. Permainan ini mengoptimalkan interaksi sosial dan tutor sebaya, merangsang penyusunan struktur, interpretasi, penguatan bentuk-bunyi kata, koordinasi visuo-spasial dan motorik halus.

Permainan Menulis di Udara dilakukan di luar ruang. Anak-anak berdiri memperhatikan guru menulis sesuatu di udara. Tulisan guru relatif besar sehingga dapat dilihat dan diterka anak bentuk dibuat. Perhatian anak sangat menentukan keberhasilannya mengidentifikasi dan menginterpretasi bentuk yang dibuat guru. Permainan ini membutuhkan daya imajinasi dan memori visual anak.

Kenyataan di lapangan banyak anak yang frustasi dan takut akan belajar menulis dan terbawa hingga kelas 5 SD. Misalnya, anak menulis huruf m menjadi n atau w menjadi u,hal ini karena bentuknya mirip. Bentuk mirip huruf disebabkan antara lain: (1) anak belum dapat membedakan huruf; (2) anak belum hafal nama- nama huruf; (3) anak sudah hafal huruf tapi tetap tidak bisa membuat huruf dengan baik; (4) menyalin sangat pelan dan selalu melihat contoh; (5) anak menulis dengan ragu-ragu, terlihat gemetar; (6) anak menulis tergesa-gesa, kurang memperhatikan contoh; dan (7) anak lebih fokus ke maksud, belum memperhatikan bentuk.

Kasus lain anak menulis huruf b menjadi d atau q menjadi p. Bentuk Terbalik Cermin terjadi antara lain: (1) anak terlihat bingung menulis huruf dengan lengkung menghadap ke kanan; (2) anak masih bingung kanan dan kiri; (3) anak sudah tahu kanan dan kiri tapi masih tertukar huruf yang berlawanan arah; (4) anak dapat menulis tapi kadang terbalik cara menyusun huruf (kanan-kiri); dan (5) hafal sebagian besar huruf, tahu kanan-kiri, tapi masih sering tertukar saat menulis dan membaca.

Ada anak menulis huruf k tetapi kurang lengkap misalnya garis topi atas tidak ada atau menulis dan t menjadi l karena kurang lengkap garis lurus. Bentuk tidak lengkap disebabkan antaralain: (1) anak belum dapat membedakan huruf (2) anak belum hafal nama-nama huruf (3) anak sudah hafal huruf tapi tetap tidak bisa

membuat huruf dengan baik dan (4) menyalin sangat pelan dan selalu melihat contoh.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa anak mengalami ketidakmampuan belajar karena perkembangan kognitif dan psikomotorik belum mengalami kematangan secara psikologis. Hal ini terlihat dari kemampuan anak yang masih sangat terbatas untuk menerima proses pembelajaran dari guru di sekolah (Raharjo, 2012: 78). Orang tua ketika menyekolahkan anaknya ke PAUD menginginkan segera ada perubahan dari segi keterampilan anak seperti menulis dengan harapan ketika masuk SD kelas 1 sudah siap mengikuti pelajaran. Namun ada hal yang terlupakan yaitu masa perkembangan anak yang belum matang untuk siap menulis dengan baik. Sementara itu, guru di sekolah mendrill anak menulis agar cepat dapat menulis. Akibatnya anak menjadi takut, frustasi dan tidak termotivasi untuk belajar menulis karena unsur paksaan.

Ada pendapat lain mengatakan kesulitan menulis muncul karena guru atau orang tua kurang memperhatikan persiapan untuk anak menulis seperti: cara memegang pensil yang salah atau posisi duduk yang salah sehingga anak tidak nyaman untuk menulis. Koordinasi mata dan tangan serta pelemasan jari tangan diabaikan oleh orang tua dan guru menganggap anak tersebut kemampuannya seperti orang dewasa.

MenurutAbdurrahman (2012: 42), layanan yang dapat diberikan terhadap anak kesulitan menulis permulaan atau menulis dengan tangan adalah (1)melakukan assessment terhadap kemampuan menulis: terdiri dari asesmen formal dengan basic school skills inventory- diagnostik untuk anak usia 4-7,5 tahun dan informal dengan observasi serta melakukan analisis pola-pola tulisan anak (bentuk huruf, ukuran, proporsional, dan kesejajaran, kualitas garis, jarak huruf, kemiringan huruf, dan kecepatan menulis); dan (2) perbaikan terhadap kesalahan anak dalam menulis dilakukan melalui pelajaran remidi yang sesuai dengan tipe kesalahan.

Ada 15 macam aktivitas menurut Lerner dalam Abdurrahman (2012: 192) yang dapat digunakan untuk membantu anak berkesulitan

belajar menulis permulaan atau menulis dengan tangan ini, yaitu: (1) Aktivitas Menggunakan Papan Tulis: dilakukan sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya. Kegunaan aktivitas ini adalah untuk mematangkan motorik kasar, motorik halus, dan koordinasi matatangan yang merupakan keterampilan prasyarat dalam belajar menulis. (2) Bahan- Bahan Lain untuk Latihan Gerakan Menulis: kertas yang ditempel pada papan atau dengan menggunakan bak pasir sehingga anak dapat berlatih membuat angka, huruf, atau bentuk- bentuk geometri. (3) Posisi: sediakan kursi yang nyaman dan meja yang cukup berat agar tidak mudah goyangtangan yang satu untuk menulis dan tangan yang lain untuk memegang kertas bagian atas. (4) Kertas: posisi kertas untuk menulis cetak sejajar dengan posisi meja, untuk menulis tulisan sambung 60 derajat ke kiri bagi anak yang menggunakan tangan kanan dan sebaliknya bagi anak yang menggunakan tangan kiri atau kidal. Agar kertas tidak bergerak, dapat direkat dengan selotip. (5) Memegang pensil: ibu jari dan telunjuk di atas pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah pensil, dan pensil dipegang agak sedikit di atas bagian yang diraut. (6) Kertas Stensil dan Karbon: Letakkan kertas polos di atas meja, letakkan karbon di atasnya, dan kemudian letakkan kertas stensil bergambar di atas karbon tersebut, diklip dan selanjutnya anak diminta untuk mengikuti gambar dengan pensil. (7) Menjiplak: buat bentuk atau tulisan dengan warna hitam tebal di atas kertas yang agak tebal, letakkan di atasnya selembar kertas tipis dan suruh anak menjiplak bentuk atau tulisan tersebut. (8) Menggambar di Antara Dua Garis: anak diberikan selembar kertas bergaris dan diminta membuat “jalan” yang mengikuti atau memotong garis-garis tersebut. Selanjutnya, anak diminta menulis berbagai angka dan huruf di antara garis-garis secara tepat. Kedua tangan anak diletakkan di atas meja, (9). Titik- titik: guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat dari itik-titik. Selanjutnya, anak diminta untuk menghu- bungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh. (10) Menjiplak Dengan Semakin Dikurangi: pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak menjiplak huruf tersebut. Lama kelamaan

guru yang menulis sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut dan anak diminta untuk meneruskan penulisan. (11) Buku Bergaris Tiga: disebut juga buku tipis-tebal. Anak dapat berlatih membuat dan meletakkan huruf-huruf secara benar. Garis dapat diberi warna yang mencolok untuk meningkatkan perhatian anak. (12) Kertas dengan Garis Pembatas: kesulitan untuk berhenti menulis pada tempat yang telah ditentukan dibantu dengan menggunakan pembatas berupa karton yang diberi jendela atau dibatasi dengan selotip. (13) Memperhatikan Tingkat Kesulitan Penulisan Huruf: diajarkan menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah, meningkat ke lebih sulit, dan baru kemudian gabungan dari keduanya. (14) Bantuan Verbal: mengucapkan petunjuk seperti naik, turun, belok, stop. (15) Kata dan Kalimat: setelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan diting- katkan dengan menulis kata-kata dan selanjut- nya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan juga diperhatikan.Dari 15 macam aktivitas yang diungkapkan oleh Lerner tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang digunakan untuk membantu anak kesulitan belajar menulis permulaan tidak terlalu sulit dan sangat mudah untuk dilakukan. Kegiatan- kegiatan tersebut tidak memerlukan biaya yang tinggi. Kegiatan tersebut juga berfungsi untuk mematangkan kemampuan motorik halus dan koordinasi antara mata dan tangan anak.

Simpulan

Kesimpulan

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Anak belajar menulis permulaan tidak dapat datang dengan sendiri- nya tetapi perlu latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Perlu diperhatikan perkem- bangan kognitif dan psikomotorik sudah matang secara psikologis. Oleh karena itu perlu dirangsang dengan berbagai stimulasi agar anak terampil menulis tanpa paksaaan. Berbagai strategi/metode pembelajaran yang sesuai per- kembangan anak dan menyenangkan perasaan anak dapat memotivasi anak untuk belajar menulis sendiri. Kegiatan permainan Formula Motorik Multiinderawi, kmenyentuh punggung

anak, membuat garis, bentuk geometri, dan simbol pada punggung anak dan anak merasakan sentuhan tersebut, mengindenti- fikasi, dan meneruskan identifikasi tersebut ke dalam kertas. Permainan AROMA dirancang untuk anak-anak yang mengalami kesulitan mengidentifikasi huruf, cara menulis, dan belum cukup matang dalam motorik halus. Permainan SMA mengelaborasi simbol dalam bentuk lepas maupun dalam bentuk kartu kata), dan Arsiri (mengarsir huruf atau kata dengan berbagai garis atau bulatan). Permainan Kopi-Tindas merupakan permainan mengopi simbol dengan cara menindas simbol tersebut sehingga memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Permainan ini mirip permainan kopi-koin, tetapi dengan objek berupa simbol. Permainan dengan media kartu memiliki beberapa variasi. Guru dapat memanfaatkan media kartu untuk mengintegrasikan kegiatan permainan memba- ca dengan permainan menulis, interpretasi, penguatan bentuk-bunyi kata, koordinasi visuo- spasial dan motorik halus. Permainan Menulis di Udara dilakukan di luar ruang.

Penanganan yang kurang tepat untuk membelajarkan menulis permulaan pada anak usia 4-8 tahun dapat menyebabkan anak menjadi takut, depresi, frustasi dan salah dalam menulis huruf/kata atau kalimat. Kesulitan yang muncul seperti: anak belum dapat membedakan huruf, anak belum hafal nama huruf, anak sudah hafal huruf tapi tetap tidak bisa membuat huruf dengan baik, menyalin sangat pelan dan selalu melihat contoh, anak menulis dengan ragu-ragu, terlihat gemetar, anak menulis tergesa-gesa, kurang memperhatikan contoh, anak lebih fokus ke maksud, belum memperhatikan bentuk. Kasus lain anak menulis huruf b menjadi d atau q menjadi p. Anak menulis huruf k tetapi kurang lengkap misalnya garis topi atas tidak ada.

Saran

Hendaknya guru atau orang tua dalam membelajarkan menulis permulaan bukan produk yang difokuskan tetapi proses Penilaian autentik dapat dilakukan secara terus menerus pada proses belajar menulis oleh guru atau orang tua dengan memperhatikan masa perkem- bangan dan kematangan anak. Jika menemukan anak yang mendapat kesulitan dalam menulis

permulaan segera tangani jangan dibiarkan, hal ini akan dapat mengakibatkan kesulitan baca tulis hingga kelas 5 SD.

Staregi yang tepat untuk membelajarkan menulis permulaan pada anak usia 4-8 tahun dengan berbagai cara. Guru, pengasuh atau orang tua sebaiknya mencari banyak informasi mengenai strategi tersebut melalui media massa, seminar dan lain-lain.

Cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru untuk menumbuhkan keinginan menulis permulaan terhadap anak usia 4-8 tahun yaitu: (1) jangan berusaha mengendalikan perasaan anak; (2) mendengarkan anak ketika ia berbicara; (3) ajari anak untuk dapat menghargai pendapat orang lain; (4) ajaklah anak untuk terlibat dalam sebuah permainan yang imajinatif; (5) berikan dorongan terhadap apapun hasil dari bentuk tulisan anak; (6) sediakanlah lebih banyak kertas kosong bagi anak; (7) sediakan lebih banyak peralatan untuk menulis; (8) mintalah anak untuk menceritakan apa yang ia tulis; (9) letakkan tulisan awal anak pada tempat yang mudah ia lihat; dan (10) berikan mereka kaset lagu serta bacakanlah cerita dan puisi; (11) menggunakan alat peraga (gambar, benda nyata); (12) menggunakan pendekatan whole language lebih menarik anak daripada menggunakan metode ejaan yang membuat anak bosan; (13) jangan terlalu fokus pada hasil penulisan anak (produk) sehingga saat proses anak menulis terabaikan karena guru sibuk memberi nilai produk; (14) melatihkan sikap duduk dan cara pegang pensil yang benar; dan (15) mempergunakan pensil ukuran diameter besar untuk PAUD dan diameter kecil untuk SD kelas 1-2.

Kemampuan menulis permulaan telah diajarkan sejak awal masuk kelas 1 SD, karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai mata pelajaran yang akan dipelajari. Kesulitan yang muncul saat membelajarkan anak menulis permulaan pada anak usia 4-8 tahun terlihat dari perilaku dan sikap anak ketika sedang menulis. Perlu diper- hatikan secara seksama oleh pengasuh, guru, atau orang tua dan tidak dianggap remeh, hal ini akan berdampak hingga kelas 5 SD.

Konsultasikan pada guru yang ahli atau psikologi bagian terapi anak mengenai permasalahan yang muncul dan dipantau terus perkembangannya selama terapi anak. Orang tua hendaknya sering berkonsultasi dengan guru atau pengaush untuk mengetahui perkembangan menulis anaknya secara berkelanjutan.

Daftar Pustaka

Abdurahman, Mulyono. (1996). Pendidikan bagi

anak berkesulitan belajar. Jakarta: Proyek pendidikan Tenaga Guru, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional

Buncil. (2010). Tahap-tahap perkembangan anak dalam menulis, (Online), http:// childrengarden.wordpress.com/2010/ 04/02/tahap-tahap perkem-bangan- anak-dalam-menulis/, diakses tanggal 15 Oktober 2015)

Bunda, Ali. (2009). Membentuk lilin plastisin, bermain pasir, dan menggunting ternyata ada hubungannya dengan kemampuan menulis,

(Online), (http://bundaali.multiply.com/ j o u r n a l / i t e m / 4 6 / YU K_BE LAJA R_ME NUL IS,d iakses tanggal 15 Oktober 2015)

Cole, M. & Cole, S.R. (2001). The development of children. New York : Worth Publishers Cooper, J.D., (1997). Literacy : Helping children

construct meaning. Boston : Houghton Mifflin Company

Hurlock. (2010). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang. Rentang kehidupan.

Jakarta: Erlangga

Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Cerdas melalui bermain: Stimulasi multiple intelligences pada anak usia dini. Jakarta: Grasindo

Kurniasari, Diyah, (2010). Pendekatan

pembelajaran beyond center and circle time (BCCT) di sentra persiapan dalam upaya persiapan menulis dasar, (Online), (http:// e t d . e p r i n t s . u m s . a c . i d / 9 8 3 0 / 1 / A520085029.pdf, diakses tanggal 15 April 2011)

Nuryantoro, Burhan. (2001). Pengajaran keterampilan bahasa. Bandung:Rineka Cipta Supriyatno. (1997). Keterampilan berbahasa.

Jakarta:Bumi Aksara.

Santrock, John (2012). Life Span Development. Texas:Mc Graw Hill Higher

Tarigan, H.G. (1985). Proses belajar mengajar.

Bandung:Angkasa

Tary, Dinda (2013) Pendekatan Whole Languge, (On line), (http://dtary.blogspot.co.id/ 2013/03/pendekatan-whole-language- dalam.html di akses 21 Nopember 2015) Yusuf, Munawir, Sunardi, Mulyono

Abdurahman. (2003). Pendidikan bagi anak dengan problema belajar. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

http://www.sinarharapan.co/news/read/ 150121015/kemendikbud-harus-awasi- paud diunduh 21 Nopember 2015

---. Activities to improve fine-Motor skills. http:/ /kirkwoodschools.org. diunduh tanggal 1 Oktober 2015

---. Activities for fine motor skills. http:// www.shirleys-preschool-activities.com diunduh tanggal 5 Oktober 2015

---. Draft revisi kurtilas Juli 2015, Standar kompetensi bahasa Indonesia untuk kelas 1 dan 2 SD

---. Permendikbud 137 tahun 2014 Standar Isi PAUD

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 71-77)